Jawaban :
1. Dalam menghadapi persaingan terbuka, organisasi juga perlu mengamati kinerja dan
strategi yang diterapkan oleh para pesaing dalam bidang penawaran produk yang serupa.
Tujuan utamanya adalah agar organisasi memiliki pembanding dalam menentukan
strategi pemasaran yang baik kepada konsumen. Sehingga organisasi dapat menyusun
strategi pemasaran yang tepat, baik dari sudut pandang organisasi maupun bagi para
konsumen. Dalam penentuan strategi pemasaran, organisasi perlu memperhatikan
konsep bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran menurut McCarthy, et al
(2008) merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan
pemasaran, terdiri dari berikut ini.
Produk (product). Produk bermakna sebagai sesuatu yang ditawarkan, baik
berwujud fisik maupun tidak, yang dapat ditawarkan kepada konsumen. Produk
dihasilkan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Kebutuhan mengarah kepada keperluan atas sesuatu yang perlu dipenuhi. Seperti
yang diketahui, kebutuhan dibagi menjadi kebutuhan pokok, kebutuhan
sekunder, dan kebutuhan-kebutuhan turunan lainnya. Kebutuhan akan
dipengaruhi atas faktor lingkungan, waktu, kebiasaan, dan faktor lainnya.
Terkadang cara individu memandang suatu kebutuhan dengan individu lainnya
dapat berbeda-beda. Konsep lainnya mencakup keinginan, keinginan bermakna
hasrat untuk mendapatkan atau menghendaki sesuatu. Terkadang keinginan dan
kebutuhan akan berbeda, dan terkadang tidak jarang terjadi benturan antara apa
yang perlu lebih diutamakan antara kebutuhan dan keinginan. Pemahaman atas
konsep kebutuhan dan keinginan inilah yang perlu dikembangkan oleh suatu
organisasi untuk menghasilkan suatu produk. Kemampuan untuk menganalisis
serta memahami kebutuhan dan keinginan calon konsumen menjadi sesuatu yang
sangat berharga, sehingga organisasi dapat menghasilkan suatu produk yang
dapat memenuhi harapan serta keinginan calon konsumen atas suatu produk.
Sebagai gambaran, seorang calon konsumen yang lebih berfokus pada
fungsionalitas produk, akan lebih tertarik untuk mengambil keputusan membeli
suatu produk alat komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhannya untuk
mempermudah proses komunikasi dengan pihak lain, ketimbang alat komunikasi
yang mempunyai berbagai fungsi dan fitur tetapi tidak pernah dia butuhkan.
Harga (price). Harga merupakan komponen nilai jual atas suatu produk yang
mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan upaya atau biaya yang
telah dikeluarkan untuk dapat menghasilkan suatu produk, ditambah dengan
tambahan nilai atas manfaat dan kegunaan dari suatu produk. Harga berkenaan
dengan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat harga, struktur diskon,
syarat pembayaran, dan tingkat diskriminasi harga di antara berbagai kelompok
konsumen. Sama dengan komponen bauran pemasaran lainnya, tingkat harga
menjadi salah satu komponen yang sangat sensitif, kadang kala tingkat harga
dapat mempengaruhi secara signifikan keputusan atas membeli atau tidak
membeli suatu produk. Dengan kata lain tingkat harga dapat menjadi faktor
penggugur maupun pengambil keputusan atas jadi atau tidaknya konsumen
membeli suatu produk. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang telah memiliki
kualitas produk, strategi promosi, dan strategi penempatan yang baik mengalami
kegagalan dalam menjual produk disebabkan oleh kesalahan menentukan tingkat
harga, yang mengakibatkan harga jual produk menjadi tidak rasional.
Tempat (place). Tempat berkaitan dengan di mana produk tersedia dalam
sejumlah saluran distribusi yang memungkinkan konsumen dapat dengan mudah
memperoleh suatu produk. Pemilihan tempat yang baik harus mengombinasikan
berbagai dasar pertimbangan. Beberapa aspek yang berkaitan dengan tempat
seperti cara mengakses, ruang lingkup, lokasi, transportasi, dan komponen
lainnya yang tidak kalah penting. Di samping itu terdapat pula dasar yang tidak
boleh dilupakan, yaitu pertimbangan berkaitan dengan manfaat yang dapat
diperoleh serta biaya yang perlu dikeluarkan. Contohnya adalah tingkat
penjualan air minum mineral dalam kemasan di daerah yang beriklim panas
sewajarnya akan lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan di daerah yang
beriklim dingin.
Promosi (promotion). Promosi merupakan suatu upaya untuk memperkenalkan
produk kepada konsumen. Promosi dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Inti dari kegiatan promosi yaitu proses komunikasi secara
efektif. Makna yang terkandung pada kegiatan komunikasi efektif dalam
kaitannya dengan kegiatan pemasaran, yaitu bagaimana organisasi dapat
mengomunikasikan kelebihan-kelebihan atas produk yang ditawarkan dan sesuai
dengan kebutuhan serta keinginan konsumen sehingga dapat mempengaruhi
pandangannya atas produk yang ditawarkan. Pada dasarnya organisasi tidak
harus mengadakan program promosi yang mewah, tetapi yang dibutuhkan adalah
makna dari kegiatan promosi yang dilakukan apakah dapat mempengaruhi calon
konsumen dalam mengambil keputusan atau tidak.
3. Dalam proses produksi, terutama proses produksi barang salah satu bagian terpenting
adalah berhubungan dengan kegiatan pengelolaan persediaan, di mana persediaan dapat
dikelompokkan menjadi persediaan bahan baku (raw material), barang dalam proses
(work in process), dan barang jadi (finished good). Dalam proses pengelolaan
persediaannya, organisasi perlu menghitung dan mengorganisasikan secara tepat
penggunaan persediaan agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan efisien, juga
secara langsung maupun tidak langsung dapat memperbesar potensi keuntungan
penjualan produk yang dapat diperoleh. Pengorganisasian persediaan dimulai dari tahap
pembelian, pemroduksian, pengiriman, sampai penyimpanannya. Seluruh risiko yang
berpotensi dapat mengakibatkan ketidakefisienan bahkan kegagalan pencapaian tujuan
fungsi produksi harus mampu dianalisis dan ditangani oleh sistem pengendalian
manajemen yang baik dan terintegrasi. Pengorganisasian yang dilakukan contohnya
meliputi berikut ini.
Pengorganisasian pembelian bahan baku, salah satunya dilakukan dengan cara
menghitung secara tepat bahan baku yang dibutuhkan. Dengan perhitungan
secara tepat, diharapkan tidak terjadi ketidakefisienan pembelian bahan baku
dengan pembelian yang berlebih. Di samping itu kekurangan dalam pembelian
bahan baku juga dapat mengakibatkan proses produksi tidak efisien.
Ketidakefisienan yang dapat terjadi dari kedua kejadian tersebut dapat berkaitan
dengan masalah waktu, biaya, personil pelaksana, dan faktor-faktor lainnya.
Pada proses pemroduksian (pembuatan) juga perlu dilakukan pengendalian
berkaitan dengan pelaksanaan manajemen persediaan. Proses pembuatan produk
sebaiknya didahului dengan perencanaan produksi yang matang, sehingga hal ini
dapat meminimalisir terjadinya proses produksi yang tidak efisien
mengakibatkan banyak tersisanya material-material sisa produksi yang masih
dapat dimanfaatkan. Proses produksi juga sebaiknya dilakukan sesuai kebutuhan
aktual, agar tidak terjadinya penumpukan stok persediaan di gudang.
Pengiriman persediaan sedapat mungkin dilakukan pada saat yang tepat ketika
material tersebut sudah dibutuhkan, tidak terlampau terlalu cepat dan tidak
terlambat. Ketepatan pengiriman persediaan dapat meningkatkan nilai manfaat
atas barang yang dikirimkan. Di samping itu masalah keamanan pengiriman
barang juga perlu diperhatikan, risiko yang mungkin bisa timbul pada saat proses
pengiriman barang di antaranya, risiko kerusakan dan pencurian.
Pengelolaan penyimpanan persediaan juga perlu dilakukan agar barang yang
dimiliki dapat terjaga kualitas serta kuantitasnya dari risiko kesalahan dan
kecurangan yang dapat mengganggu keberadaan persediaan.
Metode EOQ adalah salah satu metode manajemen persediaan yang klasik dan
sederhana. Metode ini bertujuan untuk menghasilkan jumlah persediaan yang harus
dipesan dalam jumlah optimal dengan menghitung minimalisasi total biaya
persediaan berdasarkan persamaan tingkat atau titik ekuilibrium kurva biaya simpan
dan biaya pesan. Data yang diperlukan dalam metode EOQ adalah titik batas jumlah
minimum untuk memesan persediaan kembali (reorder point), Biaya penyimpanan,
Biaya Pesan, dan Tingkat permintaan (demand).
Material Requirements Planning (MRP) didefinisikan sebagai suatu teknik atau set
prosedur yang sistematis untuk penentuan kuantitas serta waktu dalam proses
perencanaan dan pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen
permintaan yang saling bergantungan (dependent demand items). Romney &
Steinbart (2015) menyatakan bahwa MRP berusaha untuk mengefisiensikan
persediaan yang dibutuhkan dengan menjadwalkan produksi, bukan memperkirakan
kebutuhan. MRP adalah cara untuk menentukan jumlah parts, komponen, dan
material yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk. MRP menyediakan
informasi jadwal waktu guna mengatur kapan & berapa banyak tiap material, parts,
dan komponen dipesan atau diproduksi.
Pada metode JIT, barang dipesan atau diproduksi sebagai tanggapan atas permintaan
produksi. Artinya dalam metode JIT ini kegiatan produksi terjadi sebagai tindak
lanjut dari pesanan. Strategi ini juga memungkinkan pemasok merencanakan
pengiriman produk mereka pada waktu dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan.
Konsep JIT tersebut serupa dengan konsep Zero Inventory yang mengarah pada
upaya untuk meniadakan persediaan di gudang penyimpanan. Sehingga organisasi
mendapatkan beberapa manfaat dari pelaksanaan konsep tersebut, di antaranya
adalah:
meminimalisir biaya-biaya yang dapat ditimbulkan karena menyimpan
barang terlalu lama di gudang;
biaya yang sebelumnya dialokasikan untuk pembelian barang, dapat
dimanfaatkan terlebih dahulu untuk penggunaan kebutuhan lain yang
sifatnya lebih mendesak;
meminimalisir risiko barang gagal dijual;
menghindari risiko barang mengalami kerusakan selama disimpan di gudang;
menghindari risiko pencurian barang di gudang.
4. Berdasarkan gambaran proses kerja dan proses komunikasi, dapat tergambar bahwa latar
belakang utama proses pelaksanaan organisasi nirlaba menggunakan basis gotong
royong serta kebersamaan. Pihak-pihak terkait dengan kegiatan organisasi nirlaba
digambarkan sebagai sebuah tim. Untuk tim internal organisasi nirlaba secara umum
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Dewan Pengurus. Sebagaimana pada fungsi organisasi secara umum, dewan
pengurus merupakan kumpulan dari para personil yang bertugas melaksanakan
kegiatan operasional sehari-hari organisasi berdasarkan prosedur kerja tertentu
yang sudah dimiliki. Susunan kepengurusan biasanya bergantung pada ruang
lingkup dan kebutuhan organisasi itu sendiri.
Dewan Penasihat. Dewan penasihat dibentuk untuk mengarahkan kebutuhan
tertentu yang berada di luar peranan dan tanggung jawab dewan pengurus.
Dewan penasihat bekerja sama dengan stakeholder lain, terutama dewan
pengurus, untuk dapat mencapai tujuan-tujuan bersama yang sudah ditetapkan
organisasi. Sebagian terdapat kesamaan antara fungsi dewan penasihat dengan
dewan komisaris yang ada dalam organisasi profit, namun ada beberapa hal yang
membedakan antara dewan penasihat pada organisasi nirlaba dengan dewan
komisaris pada organisasi profit. Dewan komisaris selain memberikan nasihat
dan masukan kepada dewan pengurus, mereka juga menjalankan fungsi
pengawasan atas pelaksanaan kerja dewan pengurus. Hal ini sedikit
perbedaannya, di mana dewan penasihat tidak dibebani kewenangan secara
langsung untuk mengawasi kegiatan kerja dewan pengurus.
Untuk para personil yang terlibat dalam organisasi nirlaba ini biasanya ada yang
berstatus sebagai pegawai yang memang diberi kompensasi berdasarkan aktivitas
kerjanya. Namun ada pula yang bersifat sebagai sukarelawan, mereka melakukan
aktivitas kerja secara sukarela tanpa mengharapkan kompensasi atas aktivitas yang
dikerjakan. Berbeda dengan para personil yang terlibat dalam organisasi profit yang
dipekerjakan, memang akan mendapatkan imbalan kompensasi sesuai dengan yang
sudah disepakati. Keberadaan sukarelawan dalam organisasi nirlaba memiliki
peranan yang sangat penting, sama pentingnya dengan kelompok personil lain.
Keberadaan sukarelawan ini sebaiknya diatur dalam aturan organisasi secara khusus,
agar status keberadaannya dalam struktur organisasi dapat lebih jelas. Di samping
itu perlu dijelaskan juga konsep manajemen sumber daya manusia kepada para
sukarelawan tersebut, termasuk dalam kaitannya pada proses perencanaan,
perekrutan, maupun penempatannya. Sama dengan prinsip organisasi pada
umumnya, organisasi nirlaba juga diharapkan mampu mengelola dan
memaksimalkan fungsi para personilnya sebagai upaya untuk memaksimalkan
pencapaian tujuan. Oleh karena itu, para personil yang terlibat sedapat mungkin
memiliki kemampuan dan keahlian yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang
dilakukan, agar pelaksanaan kegiatan organisasi dapat lebih profesional.
Sumber :
MODUL EKSI4416