Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan

hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dalam makalah ini akan disampaikan pembahasan tentang “akuntabilitas sektor

publik”

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan, Oleh karena itu saya harapkan kepada pembaca untuk dapat

memberikan masukan - masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan

makalah ini.

Metro, Mei 2017

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4

a. Latar Belakang.................................................................................4

b. Rumusan Masalah............................................................................5

c. Tujuan Pembahasan..........................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6

a. Analisis pengaruh pengendalian akuntansi terhadap

akuntabilitas publik..........................................................................10

b. Analisis pengaruh sistem pelaporan terhadap akuntabilitas

kinerja instansi pemerintahan daerah serta pemaparannya

kepada publik...................................................................................20

c. Analisis pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap publik......24

BAB III PENUTUP..........................................................................................34

a. Kesimpulan .......................................................................................34

b. Saran..................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................35

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didasari oleh sifat demokratis yang diemban oleh sebuah negara, maka dirasa

akan sangat penting adanya akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik

menjadi salah satu poin penting dalam pembangunan sebuah negara, karena

dengan adanya pengelolaan organisasi publik maka akan ada pula proses

pertanggung jawaban publik. Proses inilah yang menentukan penilaian

keberhasilan sebuah organisasi publik dalam mencapai tujuannya untuk

menyampaikan informasi keuangan kepada publik secara benar dan

bertanggung jawab. Dengan adanya informasi keuangan kepada publik ini,

memungkinkan bagi publik untuk menilai pertanggung jawaban pemerintah

atas seluruh aktivitas yang telah dilakukan, bukan hanya aktivitas keuangan

saja akan tetapi menekankan bahwa laporan keuangan pemerintah harus dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan para penggunanya dalam pembuatan

keputusan ekonomi, sosial dan politik.

Dalam menghadapi akuntabilitas tersebut pemerintah perlu memperhatikan

beberapa hal, yaitu seperti anggaran, pengendalian akuntansi, efektivitas

pelaksanaan anggaran dan sistem pelaporan.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan, maka masalah yang

dapat dirumuskan yaitu, sebagai berikut:

1. Apakah pengendalian akuntansi berpengaruh terhadap akuntabilitas

publik?

2. Apakah sistem pelaporan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja

instansi pemerintahan daerah dan publik?

3. Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap akuntabilitas

publik?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan permasalahan yg telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam pembahasan ini yaitu:

1. Untuk menganalisa pengaruh pengendalian akuntansi terhadap

akuntabilitas publik

2. Untuk menganalisa pengaruh sistem pelaporan terhadap akuntabilitas

kinerja instansi pemerintahan daerah serta pemaparannya kepada publik

3. Untuk menganalisa pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap publik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

Akuntansi merupakan suatu proses pengumpulan, pencatatan, pengklarifikasian,

menganalisis dan membuat laporan transaksi keuangan untuk suatu lembaga atau

organisasi yang menyediakan informasi keuangan bagi pihak yang membutuhkan

yang digunakan untuk pengambilan suatu keputusan.

Akuntabilitas merupakan suatu kewajiban seseorang yang diberikan kepercayaan

dalam mengelola sumber daya publik dan mampu mempertanggungjawabkan

kepada masyarakat. Akuntabilitas merupakan instrumen kegiatan kontrol yang

terkait dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya

dengan transparan kepada masyarakat. Penerapkan sistem akuntabilitas kinerja

dan melaporkannya secara transparan kepada publik sudah seharusnya diterapkan

oleh Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Pemerintah Kota Denpasar merupakan salah satu instansi pemerintahan yang telah

menerapkan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) sejak

pertengahan tahun 2010 dengan tahap.

Sedangkan Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk

memberikan pertanggung jawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan

segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak yang

memberikan amanah yang merupakan rakyat atau warga negara.

6
Pengelolaan anggaran pemerintah daerah merupakan wujud dari pemerintah yang

berakuntabilitas. Untuk mencapai akuntabilitas publik dapat dilakukan dengan

cara penggunaan sumber daya secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata

(Mardiasmo,2009).Pemanfaatkan sumber keuangan sesuai dengan kebutuhan dan

aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah yang merupakan hak dan

kewenangan dari pemerintah daerah.

Menurut (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan Gordon, 1996 dalam

Ikhsan dan Ane, 2007) anggaran adalah alat perencanaan yang berupa elemen

sistem pengendalian manajemen yang digunakan manajer untuk melaksanakan

kegiatan operasional organisasinya secara efektif dan efisien Lingkup anggaran

mempunyai fungsi yang sangat penting di pemerintah daerah terkait dengan

fungsi dari anggaran tersebut dengan akuntabilitas pemerintah

Menurut  Sri Yuliani (2010:44) buku Teori Administrasi Negara menjelaskan

Akuntabilitas yaitu  :

“Kewajiban untuk menyampaikan pertanggung jawaban atau untuk menjawab

dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang / badan hukum / pimpinan

kolektif atau organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau

berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.”

Akuntabilitas merupakan konsep yang lebih luas dari stewardship.

Stewardship mengacu pada pengelolaan atas suatu aktivitas secara ekonomis dan

efisien tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan, sedangkan  accountability 

7
mengacu pada pertanggungjawaban oleh seorang steward  kepada pemberi

tanggung jawab.

Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi sektor

publik merupakan bagian dalam suatu lembaga maupun organisasi yang

berkewajiban untuk mengumpulkan, mencatat, menganalisa sebagai bentuk

tanggung jawab atas segala aktivitas yang berkaitan dengan aktivitas keuangan

yang terjadi dalam kurun waktu tertentu yang selanjutnya akan digunakan untuk

pengambilan suatu keputusan.

Jadi akuntabilitas publik menjadi nilai yang sangat penting dalam administrasi

negara karena akuntabilitas publik merupakan salah satu bentuk kewajiban yang

harus dilakukan oleh organisasi publik atau pemerintah atau pejabat pemerintah

sebagai suatu pertanggungjawaban setelah menjalankan fungsi pemerintahan dan

melaksanakan tugas-tugasnya kepada atasan dalam satu pemerintahan juga kepada

masyarakat sebagai suatu pengawasan dan evaluasi dari pelaksanaan tugas.

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical

accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Vertical

accountability adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas

yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada

pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat,

pemerintah pusat kepada MPR.

8
Horizontal accountability  adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Tuntunan akuntabilitas publik lebih menekankan pada akuntabilitas horizontal,

tidak hanya akuntabilitas vertikal.

Akuntabilitas publik yang dilakukan organisasi sektor publik terdiri atas empat

dimensi akuntabilitas yang mesti dipenuhi organisasi sektor publik (Ellwood,

1993). yaitu :

1. Accountability for probity and legality (akuntabilitas kejujuran dan

hukum). Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum

dan peraturan yang diterapkan.

2. Process accountability (akuntabilitas proses). Akuntabilitas proses terkait

dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah

cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem

informasi manajemen, dan prosedur administrasi.

Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat,

responsif, dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan dapat dilakukan

terhadap akuntabilitas proses, untuk dapat menghindari kolusi, korupsi dan

nepotisme.

1. Program accountability, akuntabilitas program, untuk pertimbangan

apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan apakah ada alternatif

program lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya minimal.

2. Policy accountability (akuntabilitas kebijakan).

9
A. Analisis pengaruh pengendalian akuntansi terhadap akuntabilitas publik

BAPPENAS sebagai salah satu badan atau lembaga yang dibentuk

pemerintah untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Agar dapat berjalan

dengan baik menetapkan beberapa karakteristik terselenggaranya pemerintaha

yang baik yang dikenal dengan good governance.

Akuntansi mempunyai kaitan sangat erat dengan beberapa prinsip good

governance diatas, karena akuntansi pada hakekatnya adalah proses

pencatatan secara sistematis atas transaksi keuangan yang bermuara kepada

pelaporan keuangan daerah. Partisipasi, transparansi dan akuntabilitas akan

semakin membaik jika didukung oleh suatu sistem akuntansi yang

menghasilkan informasi yang tepat waktu, akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan. Sebaliknya sistem informasi akuntansi yang usang

dan tidak akurat akan menghancurkan sendi-sendi partisipasi masyarakat,

transparansi dan akuntabilitas

Adapun penjelasan mengenai laporan-laporan yang termasuk dalam laporan

keuangan sebagaimana terkandung dalam PP NO. 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan adalah sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan

pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap

PABN/APBD. Laporan Realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber,

alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh

10
pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Dalam laporan

realisasi anggaran sekurang-kurangnya menyajikan unsur-unsur seperti:

pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, sisa

lebih/kurang pembiayaan anggaran.

2. Neraca

Neraca mengambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai

aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Dalam nerac

sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos seperti: kas dan setara kas,

investasi jangka pendek, piutang pajak dan bukan pajak, persediaan,

investasi jangka panjang, aset tetap, kewajiban juangka pendek, kewajiban

3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber penggunaan,

perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas

dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas

diklasifikasikan berdasarkan aktifitas operasi, investasi aset nonkeuangan,

pembiayaan dan nonanggaran.

4. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau

analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan

atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan

dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-

pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas

11
laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi dan komitmen-komitmen

lainnya.

B. Analisis pengaruh sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja

instansi pemerintahan daerah serta pemaparannya kepada publik

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam

rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat

disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah

masing-masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah

daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan

kewenangan yang menjadi hak daerah.

Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan

kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah

bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu

saja dengan tidak melanggar ketentuan hukum yaitu perundang-

undangan. Salah satu tujuan utama pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi fiskal tersebut adalah untuk menciptakan good governance,

yaitu pemerintahan yang baik yang ditandai dengan adanya transparansi,

akuntabilitas publik, partisipasi, efisiensi dan efektivitas, serta penegakan

hukum. Otonomi daerah tersebut berdampak pada berbagai aspek, baik aspek

politik, hukum, dan sosial, maupun aspek akuntansi dan manajemen

keuangan daerah.

12
Reformasi akuntansi keuangan daerah dan manajemen keuangan daerah

kemudian banyak dilakukan dalam rangka memenuhi tuntutan transparansi

dan akuntabilitas publik pemerintah daerah atas pengelolaan keuangan publik.

Salah satu alat untuk memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas

publik adalah melalui penyajian laporan keuangan pemerintah.

Dalam pasal 1 PP. No. 105/ 2000 pengertian keuangan negara adalah semua

hak &kewajiban daerah dalam kerangka penyelenggaraan pemerintahan yang

dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang

berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengertian keuangan

negara adalah semua hak &kewajiban negara serta segala sesuatu yang

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban tersebut yang dapat dinilai dengan 

uang (Baswir,1999:13). Bertolak dari pengertian keuangan negara tersebut

diatas, maka pengertian keuangan daerah pada dasarnya sama dengan

pengertian keuangan “daerah”.

Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi, sesuai dengan ketentuan UU

No.32 dan 33 Tahun 2004, PP No. 24 Tahun 2005, dan PP No. 58 Tahun

2005, pemerintah daerah disyaratkan untuk dapat menyajikan laporan

keuangan pemerintah daerah sebagai bagian dari LKPJ Kepala Daerah.

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31

mengatur bahwa Kepala Daerah harus memberikan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa Laporan Keuangan. Laporan

Keuangan tersebut setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBD,

13
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan, yang

dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah.

Berkaitan dengan hakekat otonomi daerah yaitu berkaitan dengan pelimpahan

wewenang pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan dana publik dan

pengaturan kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan

masyarakat, maka peranan data keuangan daerah sangat dibutuhkan untuk

mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar

belanja yang harus dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien. Data keuangan daerah yang

memberikan gambaran statistik perkembangan anggaran dan realisasi, baik

penerimaan maupun pengeluaran dan analisa terhadapnya merupakan

informasi yang penting terutama untuk membuat kebijakan dalam

pengelolaan keuangan daerah untuk melihat kemampuan / kemandirian

daerah (Yuliati, 2001:22).

Selain itu publik adalah merupakan pemegang kekuasaan atau jika dalam

perusahaan adalah pemilik/stakeholder. Sedangkan pemerintah hanyalah

pemegang amanah publik atau manajemen. Sehingga laporan keuangan harus

disajikan sebagai bentuk pertanggung jawaban atau akuntabilitas pemegang

amanah kepada pemilik. Selain itu informasi-informasi yang disajikan dalam

laporan keuangan sangatlah penting bagi pengambilan keputusan ekonomi,

sosial maupun politik bagi stakeholder.

14
Dalam Peraturan pemerintah No. 105 tahun 2000, menyebutkan bahwa

Pengeluaran Daerah adalah semua pengeluaran kas daerah periode tahun

anggaran yang bersangkutan yang meliputi belanja rutin (operasional), belanja

pembangunan (belanja modal) serta pengeluaran tidak diduga.

Pengawasan keuangan daerah diperlukan untuk mengetahui apakah

perencanaan yang telah di susun dapat berjalan secara efisien, efektif dan

ekonomis. Pengawasan menurut Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001

tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pasal 1

ayat (6) menyebutkan, bahwa: “Pengawasan pemerintah daerah adalah proses

kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan

sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku”.

Berdasarkan ruang lingkup pengawasan Fatchurrochman (2002)

membedakanya menjadi dua, yaitu: (1). Pengawasan internal yang terdiri dari

pengawasan melekat dan pengawasan fungsional, dan (2). Pengawasan

eksternal. Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh baik

atasan langsung dan aparat pengawas fungsional yang berasal dari lingkungan

internal organisasi pemerintah, atau juga yang dikenal sebagai APIP (Aparat

Pengawas Internal Pemerintah). APIP terdiri dari BPKP (Badan Pengawas

Keuangan dan Pembangunan), Inspektorat Jendral Departemen (Irjen) atau

15
Unit Pengawas Lembaga Non Departemen, Inspektorat Wilayah (Itwil), serta

Satuan Pengawas Intern (SPI)

Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau

atasan langsung suatu organisasi terhadap kinerja bawahan dengan tujuan

untuk mengetahui atau menilai apakah kerja yang ditetapkan telah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Sedangkan pengawasan fungsional adalah pengawasan internal

yang dilakukan oleh aparat fungsional baik yang berasal dari lingkungan

internal depertemen, lembaga negara atau BUMN termasuk pengawasan dari

lembaga khusus pengawasan.

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan dapat berupa pengawasan secara

langsung dan tidak langsung serta preventif dan represif. Pengawasan

langsung dilakukan secara pribadi dengan cara mengamati, meneliti,

memeriksa, mengecek sendiri di tempat pekerjaan dan meminta secara

langsung dari pelaksana dengan cara inspeksi. Sedangkan pengawasan tidak

langsung dilakukan dengan cara mempelajari laporan yang diterima dari

pelaksana. Pengawasan preventif dilakukan melalui pre-audit yaitu sebelum

pekerjaan dimulai. Pengawasan represif dilakukan melalui post audit dengan

pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat (inspeksi).

Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD terhadap eksekutif  dimaksudkan

agar terdapat jaminan terciptanya pola pengelolaan anggaran daerah yang

16
terhindar dari praktik-praktik kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) baik

mulai dari proses perencanaan, pengesahan, pelaksanaan serta

pertanggungjawabannya. Disamping DPRD mengawasi secara langsung

tentang mekanisme anggaran, DPRD juga menggunakan aparat pengawasan

eksternal pemerintah, yang independen terhadap lembaga eksekutif di daerah

yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pengawasan merupakan tahap

integral dengan keseluruhan tahap pada penyusunan dan pelaporan APBD.

Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya pada tahap evaluasi

saja (Mardiasmo, 2001).

Azas akuntabilitas adalah azas yang menentukan bahwa setiap kegaitan dan

hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi. Akuntabilitas bersumber kepada adanya pengendalian dari luar

(external control) yang mendorong aparat untuk bekerja keras. Birokrasi

dikatakan accountable apabila dinilai secara objektif oleh masyarakat luas.

Menurut Sulistoni (2003) pemerintahan yang accountable memiliki ciri-ciri

sebagai berikut: (1) Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan

pemerintah secara terbuka, cepat, dan tepat kepada masyarakat, (2) Mampu

memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik, (3) Mampu

memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan

dan pemerintahan, (4) Mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan

setiap kebijakan publik secara proporsional, dan (5) Adanya sarana bagi

publik untuk menilai kinerja pemerintah. Melalui pertanggungjawaban

17
publik, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program

dan kegiatan pemerintah.

Akuntabilitas publik akan tercapai jika pengawasan yang dilakukan oleh

dewan dan masyarakat berjalan secara efektif. Hal ini juga di dukung oleh

pendapatnya Rubin (1996) yang menyatakan bahwa untuk menciptakan

akuntabilitas kepada publik diperlukan partisipasi pimpinan instansi dan

warga masyarakat dalam penyusunan dan pengawasan keuangan daerah

(APBD). Sehingga akuntabilitas publik yang tinggi akan memperkuat fungsi

pengawasan yang dilakukan oleh dewan.

Selain itu, Penjaringan aspirasi masyarakat merupakan bagian integral dari

upaya untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan

kreatifitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan

fungsi DPRD yang merupakan misi utama dikeluarkannya Undang-undang

Otonomi Daerah Tahun 1999. Pada dasarnya ada tiga elemen penting yang

segmental saling bersentuhan dan menentukan kinerja (performance)

pengelolaan keuangan daerah yaitu stakeholder, Pemerintah Daerah, dan

DPRD.

Achmadi dkk. (2002) menyebutkan bahwa partisipasi merupakan kunci

sukses dari pelaksanaan otonomi daerah karena dalam partisipasi menyangkut

aspek pengawasan dan aspirasi. Pengawasan yang dimaksud disini termasuk

pengawasan terhadap pihak eksekutif melalui pihak legislatif. Semakin aktif

18
masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan akan berarti

semakin sukses pelakasanaan otonomi daerah. Namun kenyataan dilapangan

tidak selalu masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam proses

penyelenggaraan pemerintahan khususnya pada saat penyusunan anggaran

(APBD). Menyadari pentingnya aspirasi masyarakat, maka diperlukan

langkah startegis agar partisipasi masyarakat bisa berjalan secara kondusif.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengoptimalkan peran dari

lembaga institusi lokal non pemerintahan seperti lembaga swadaya masyarakt

(LSM), media masa, organisasi kemasyarakatan dan partai politik.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa adanya partisipasi

masyarakat akan memperkuat proses penyelenggaraan pemerintah, maka

peranan Dewan dalam melakukan pengawasan keuangan daerah akan

dipengaruhi oleh keterlibatan masyarakat dalam advokasi anggaran. Jadi,

selain pengetahuan tentang anggaran yang mempengaruhi pengawasan yang

dilakukan oleh Dewan, partisipasi masyarakat diharapkan akan

meningkatkan  fungsi pengawasan.

Selain adanya partisipasi masyarakat dalam siklus anggaran,  transparansi

anggaran juga diperlukan untuk meningkatkan pengawasan. Transparansi

merupakan salah satu prinsip good governance. Transparansi dibangun atas

dasar arus informasi yang bebas, seluruh proses pemerintahan, lembaga-

lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang

berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat di 

mengerti dan di pantau.

19
Menurut Sopanah dan Mardiasmo (2003) Anggaran yang disusun oleh pihak

eksekutif dikatakan transparansi jika memenuhi beberapa kriteria berikut: (1)

Terdapat pengumuman kebijakan anggaran, (2) Tersedia dokumen anggaran

dan mudah diakses, (3) Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat

waktu, (4) Terakomodasinya suara/usulan rakyat, (4), Terdapat sistem

pemberian informasi kepada pubik. Transparansi merupakan prasyarat untuk

terjadinya partisipasi masyarakat yang semakin sehat karena (Sulistoni,

2003): (a) Tanpa informasi yang memadai tentang penganggaran, masyarakat

tidak punya kesempatan untuk mengetahui, menganalisis, dan mempengaruhi

kebijakan, (b) Transparansi memberi kesempatan aktor diluar eksekutif untuk

mempengaruhi kebijakan dan alokasi anggaran dengan memberi perspektif

berbeda dan kreatif dalam debat anggaran, (c) Melalui informasi, legislatif

dan masyarakat dapat melakukan monitoring terhadap keputusan dan kinerja

pemerintah. Tanpa kebebasan informasi fungsi pengawasan tidak akan

efektif, (d) Berdasarkan teori yang ada menunjukkan bahwa semakin

transparan sebuah kebijakan publik maka pengawasan yang dilakukan oleh

dewan akan semakin meningkat karena masyarakat juga terlibat dalam

mengawasi kebijakan publik tersebut.

C. Analisis pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap publik

Penelitian tentang pengaruh akuntabilitas publik dan kejelasan sasaran

anggaran terhadap kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah yang

dilakukan oleh Deki Putra (2010) hasil penelitiannya menyatakan terdapat

20
pengaruh positif dan signifikan antara kejelasan sasaran anggaran terhadap

kinerja manajerial SKPD. Menggunakan komitmen organisasi sebagai

variabel moderasi dengan kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi

dan sistem pelaporan yang diharapkan juga dapat meningkatkan akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah daerah kota Denpasar merupakan alasan mengapa

menggunakan variabel tersebut sebagai variabel pemoderasi.

Hubungan keagenan adalah hubungan antara prinsipal (principal) dan agen

(agent) yang didalamnya agen bertindak atas nama dan untuk kepentingan

principal dan atas tindakan (actions) tersebut agen mendapatkan imbalan

tertentu. (Suwardjono: 2012: 485).

Bastian (2010: 297) mengutarakan bahwa Laporan keuangan sektor publik

merupakan representasi posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang di

lakukan oleh suatu entitas sektor publik. Tujuan umum pelaporan keuangan

adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus

kas suatu entitas yang berguna bagi sejumlah besar pemakai (wide range

users) untuk membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber

daya yang dipakai oleh suatu entitas dalam aktivitasnya guna mencapai tujuan

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah pasal 103,

dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam Sistem Informasi Keuangan

Daerah (SIKD) adalah data terbuka yang dapat diketahui, diakses dan

21
diperoleh oleh masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah harus

membuka akses kepada stakeholder (pihak internal/pihak eksternal) secara

luas atas laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah, misalnya

dengan mempublikasikan laporan keuangan daerah melalui surat kabar,

internet, televisi dan cara lainya sesuai dengan media informasi yang dimiliki

oleh pemerintah kabupaten setempat.

Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu bentuk

pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya

kekayaan daerah serta keseluruhan kegiatan pemerintah daerah dalam hal

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan pertanggungjawaban

dan pengawasan keuangan daerah guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Output dari akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dapat

berupa laporan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah (LAKIP) yang

merupakan hasil laporan yang memberikan penjelasan mengenai pencapaian

kinerja pada suatu pemerintah daerah dalam waktu satu periode.

Menurut Mahsun,dkk (2006: 124) menyatakan bahwa Informasi yang di

sajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan

informasi dari semua kelompok pemakai. Dengan demikian laporan keuangan

pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari masing

masing kelompok pemakai. Namun, demikian berhubung pajak merupakan

salah satu sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuan laporan

22
keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak perlu

mendapat perhatian.. Seiring perkembangan sektor publik yang terjadi di

Indonesia maka pemerintah daerah di tuntut untuk lebih transparan. Salah

satu pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap publik yaitu dengan

menyajikan laporan kekuangan yang disajikan secara transparan melalui

media massa maupun media nirmasa.

Dari hasil penelitian Aliyah dan Nahar (2012) mengindikasikan bahwa

penyajian laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa dengan meningkatnya penyajian laporan keuangan daerah akan

berimplikasi terhadap peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah. Sebagaimana dalam beberapa pernyataan berikut maka

peneliti menduga bahwa penyajian laporan keuangan berpengaruh terhadap

transparansi.

Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2005 Dalam kehidupan bernegara

yang semakin terbuka, pemerintah selaku perumus dan pelaksanaan kebijakan

APBN berkewajiban untuk terbuka dan bertanggung jawab terhadap seluruh

hasil pelaksanaan pembangunan. Penelitian oleh Aliyah dan Nahar (2012)

menunjukan bahwa aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh

signifikan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah terbukti dan diterima. Oleh sebab itu peneliti menduga bahwa terdapat

23
pengaruh antara aksesibilitas laporan keuangan terhadap transparansi.

Tuntutan akan perwujudan good governance di Indonesia yang semakin

meningkat berdampak pada sistem pengelolaan keuangan secara akuntabel

dan transparan. Hal ini tidak terpisahkan oleh adanya sistem pengendalian

dan pengawasan di setiap instansi pemerintah yang secara sistematis yang

terdiri dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga

pertanggungjawaban secara efektif, efisien dan terkendali. Menurut hasil

penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) yang meneliti tentang pengaruh

sistem pengendalian intern pemerintah terhadap transparansi laporan

keuangan pemerintah daerah terdapat hubungan yang signifikan antara

Pengendalian Internal (X) dengan Transparansi laporan keuangan pemerintah

daerah (Y) dengan arah hubungan positif.

Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas

sektor publik menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk

memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi

akuntansi yang berupa laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan Sande

(2008) menyatakan bahwa laporan keuangan daerah berpengaruh teradap

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Dengan adanya pernyataan

tersebut maka peneliti menduga bahwa Penyajian laporan keuangan

berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Selain penyajian laporan keuangan pemerintah daerah bentuk

24
pertanggungjawaban publik adalah aksesibilitas yang merupakan sarana

pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada publik secara terbuka dan

jujur berupa laporan keuangan yang dapat di akses dengan mudah oleh

berbagai pihak yang berkepentingan (Mustofa 2012). Sebagaimana dalam

penelitian Mustofa (2012) tentang pengaruh penyajian dan aksesibilitas

laporan keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

menyatakan bahwa aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap

laporan keuangan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam makalah ini yaitu, bahwa terdapat pengaruh positif dan

signifikan kejelasan sasaran terhadap akuntabilitas kinerja instansi

Pemerintah, terdapat pengaruh positif dan signifikan pengendalian akuntansi

terhadap akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah, terdapat pengaruh positif

dan signifikan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi

Pemerintah, tidak terdapat pengaruh moderasi terhadap hubungan antara

kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah,

tidak terdapat pengaruh moderasi terhadap hubungan antara pengendalian

akuntansi dengan akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah, tidak terdapat

pengaruh moderasi terhadap hubungan antara sistem pelaporan dengan

akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah.

25
B. Saran

Akuntabilitas publik masih pelu adanya transparansi yang lebih jelas kepada

rakyat sehingga pemerintah daerah sebaiknya lebih meningkatkan sistem

kontrol terhadap bawahannya terutama dalam hal peningkatan komitmen

organisasi guna tercapainya akuntabilitas kinerja di masing-masing kantor

dinas pemerintah. Sebaliknya begitu pula bagi masyarakat masih perlu

adanya perhatian dan kepedulian tinggi terhadap perkembangan akuntabilitas

yang berjalan, baik itu dipemerintah pusat maupun dalam pemerintahan

daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Nur Azizah, Junaidi, Achdiar Redy Setiawan. Pengaruh Penyajian Dan

Aksesibilitas Laporan Keuangan Serta Sistem Pengendalian Intenal

Pemerintah Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan Daerah. Madura :Jurnal Universitas Trunojoyo

Achmadi, A., Muslim, M. dkk, 2002, Good governance dan Penguatan Institusi

Daerah, Masyarakat Transparansi Indonesia, Jakarta.

Andriani, Rini, 2002, Pengaruh Pengetahuan dan RPPs terhadap peranan DPRD

dalam Pengawasan Anggaran (Studi Kasus pada DPRD se-Propinsi

Bengkulu, Tesis Program Pasca Sarjana UGM, Jogjakarta.

26
Bazwir, Revrisond, 1999, Akutansi Pemerintah Indonesia, Edisi Tiga BPFE

Jogjakarta.

Fatchurrochman, Agam, 2002, Manajemen Keuangan Publik, Materi Pelatihan

Anti Korupsi, Indonesian Coruption Watch, 23-25 Januari 2002, Jakarta.

Halim, Abdul, 2003, Bunga Rampai Keuangan Daerah, UPP AMP YKPN,

Jogjakarta.

Indradi, Syamsiar, 2001, Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman anggota DPRD

dengan Proses Pembuatan Peraturan Daerah, Tesis S2 Tidak di

Publikasikan, Program Pasca Sarjana Ilmu Administrasi Negara, Universitas

Brawijaya Malang.

Kaiser, H. Dan Rice, J., 1974, Educational and Psycological Measurement,

Volume 34, No.1, hal 111-117.

Luthfi, JK., 2003, Diskusi Anggaran Publik, 2 Agustus 2003, Malang Coruption

Watch, Malang

Mardiasmo, 2001, Pengawasan, Pengendalian, dan Pemeriksaan Kinerja

Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Andi, Jogjakarta.

Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan daerah, Andi, Jogjakarta.

Mardiasmo, 2003, Konsep Ideal Akuntabilitas dan Transparansi Organisasi

Layanan Publik, Majalah Swara MEP, Vol. 3 No. 8 Maret, MEP UGM,

Jogjakarta.

27
Nunnaly, 1967, Psycometric Theory, McGraw-Hill, New York.

Republik Indonesia, 2001, Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah, Citra Umbara, Bandung.

_______________, 2001, Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 1999 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran, Citra Umbara, Bandung.

Pramono, Agus H., 2002, Pengawasan Legislative terhadap Ekesekutif dalam

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Tesis S2 Tidak di Publikasikan,

28

Anda mungkin juga menyukai