Anda di halaman 1dari 23

PENGAUDITAN SEKTOR PUBLIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik


Dosen Pengampu: Dr. Jaka Winarno, M.Si., Ak.

Oleh
Fandi Galang Wicaksana
NIM T402102010
Kelas Akuntansi-Reguler

PROGRAM DOKTOR ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
MARET 2021
PENDAHULUAN
Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi,
nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan “birokrat tidak mampu
berbisnis” ditujukan untuk mengkritik buruknya kinerja perusahaan-perusahaan sektor
publik. Pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik pun tidak luput dari tudingan
ini. Organisasi sektor publik pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda
pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu,
kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan haruslah
diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih.
Pemerintahan yang bersih atau good govermance ditandai dengan tiga pilar utama yang
merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut adalah
partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik harus membuka
pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak yang terkait dalam pemerintahan tersebut dapat
berperan serta atau berpartisipasi secara aktif, Jalannya pemerintahan harus diselenggarakan
secara transparan dan pelaksanaan pemerintahan tersebut harus dapat dipertanggung
jawabkan. Dalam bahasa akuntansi, akuntabilitas (kemampuan memberikan pertanggung
jawaban) merupakan dasar dari pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan pemerintah tersebut
memegang peran yang penting agar dapat memenuhi tugas pemerintahan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dalam suatu masyarakat yang demokratis.
Dalam negara demokrasi, “pelaporan keuangan yang transparan” merupakan sesuatu
yang dituntut oleh rakyat kepada pemerintahnya. Sebaliknya, dalam negara demokrasi,
pemerintah berkewajiban memberikan laporan keuangan yang transparan kepada rakyat.
Pemerintah demokratis harus bertanggung jawab atas integritas, kinerja dan kepengurusan,
sehingga pemerintah harus menyediakan informasi yang berguna untuk menaksir
akuntabilitas serta membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik.
Pemerintah adalah entitas pelapor (reporting entity) yang harus membuat laporan keuangan
dengan beberapa pertimbangan berikut:

 Pemerintah menguasai dan mengendalikan sumber-sumber yang signifikan.


 Penggunaan sumber-sumber tersebut oleh pemerintah dapat berdampak luas terhadap
kesejahteraan ekonomi rakyat.
 Terdapat pemisahan antara manajemen dan pemilikan sumber-sumber tersebut.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik pemerintah merupakan
instrumen utama untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik. Akuntabilitas mengacu pada
kewajiban perseorangan, suatu kelompok atau suatu organisasi yang diasumsikan harus
melaksanakan kewenangan dan/atau pemenuhan tanggung jawab. Kewajiban tersebut
meliputi :

 Answering, usaha untuk memberikan penjelasan atau justifikasi untuk pelaksanaan


dan/atau pemenuhan tanggung jawab.
 Reporting, pelaporan hasil atas pelaksanaan dan/atau pemenuhan.
 Producing, asumsi kewajiban atas hasil yang dicapai.

Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik


menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk memberikan informasi kepada
publik, salah satunya melalui informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan. Dilihat dari
sisi internal organisasi, laporan keuangan sektor publik merupakan alat pengendalian dan
evaluasi kinerja manajerial dan organisasi. Sedangkan dari sisi eksternal, laporan keuangan
merupakan alat pertanggungjawaban kepada publik dan sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan. Menurut GASB, tujuan laporan keuangan sektor publik adalah:

 Mempertanggungjawabkan pelaksanaan fungsinya (demonstrating accountability).


 Melaporkan hasil operasi (reporting operating result).
 Melaporkan kondisi keuangan (reporting financial condition).
 Melaporkan sumber daya jangka panjang (reporting long live resources).

Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik
mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for money
dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban
publik oleh organisasi sektor publik, maka diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik
tersebut. Audit yang dilakukan tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan,
namun perlu diperluas dengan melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik
tersebut.
TEORI
2.1  Teori Audit Sektor Publik
2.1.1  Definisi audit sektor publik
Auditing merupakan suatu invetigasi independen terhadap aktivitas khusus. Mekanisme
audit merupakan suatu mekanisme yang menggerakkan akuntanbilitas dalam pengelolaan
sektor pemerintah, BUMN atau instan pengelola aset negara, serta organisasi sektor publik
lainnya sperti yayasan, LSM, dan partai politik.
“Suatu proses sistematik yang secara objektif terkait evaluasi bukti-bukti berkenaan
dengan asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi guna memastikan derajat atau tingkat
hubungan anatara asersi tersebut dengan kriteria yang ada, serta mengomunikasikan hasil
yang diperoleh kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”
Pengertian audit sektor publik menurut Indra Bastian adalah “jasa penyelidikan bagi
masyarakat atas organisasi publik dan politikus yang sudah mereka danai.” Sedangkan
pengertian audit sektor publik menurut I Gusti Agung Rai adalah sebagai
berikut: “Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang
menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari
penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk
membandingkan antara kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.”
Dari pengertian di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit sektor
publik  adalah pemeriksaan terhadap pemerintah yang dilakukan untuk mengetahui
pertanggungjawaban (akuntabilitas) atas pengelolaan dana masyarakat (public money)  yang
bertujuan untuk membandingkan hasil pencapaian program, fungsi atau kegiatan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit
keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004  tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini merupakan pengganti ketentuan
warisan Belanda, yaitu Indische Comptabiliteitswet (ICW) dan Instructie en verdere
bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR), yang mengatur prosedur audit atas
akuntabilitas pengelolaan keuangan oleh pemerintah.
Dari definsi tersebut, beberapa bagian perlu mendapatkan perhatian yaitu :
a. Proses sistematik – Audit merupakan aktivitas terstruktur yang mengikuti suatu urutan
yang logis.
b. Objektivitas – Hal ini berkaitan dengan kualitas informasi yang disediakan serta kualitas
orang yang melakukan audit.
c. Penyediaan dan evaluasi bukti – Hal ini berkaitan dengan pengujian yang mendasari
dukungan terhadap asersi ataupun representasi.
d. Asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi – Hal ini merupakan deskripsi yang luas
tentang subyek permasalahn yang diaudit.
e. Derajat hubungan kriteria yang ada – Hal ini berarti suatu audit memberikan kecocokan
antara asersi dan kriteria yang ada.
f. Mengkomunikasikan hasil – Agar bermanfaat hasil audit perlu dikomunikasikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.

2.1.2  Regulasi dalam audit sektor publik


          Untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan organisasi sektor publik, keuangan
organisasi harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang – undang, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
serta kepatutan.
Keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan serta kepatuhan.  

2.1.3  Audit sektor publik dan Sektor Bisnis


Audit sektor publik dan audit sektor bisnis berbeda atau sektor swasta. Audit sektor
publik dilakukan pada organisasi pemerintahan yang bersifat niralaba seperti  Pemda,
BUMN, BUMD, instan lain yang berkaitan dengan pengelolaan aset kekayaan negara, dan
organisasi sektor publik lainnya seperti yayasan,  LSM, serta partai politik.
Sedangkan audit sektor bisnis dilakukan pada perusahaan milik swasta yang berorientasi laba.
Audit sektor publik dan sektor bisnis sama-sama terdiri dari audit keuangan, audit kinerja,
dan audit untuk tujuan tertentu.
a. Persamaan sektor publik dengan sektor swasta
1) Memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil operasi.
2) Mengikuti prinsip-prinsip dan standar akuntansi yang diterima umum; Objectivity,
Cosistency, Materiality, Full Disclosure.
3) Merupakan bagian integral sistem ekonomi di suatu negara.
4) Menghadapi masalah kelangkaan sumber daya (scarcity of resources).
5) Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan; membutuhkan
informasi yang handal dan releven untuk melaksanakan fungsi manajemen.
6) Terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum.
b. Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta
1) Segi kegiatan dan tujuan. Dalam Akuntansi Pemerintahan terdapat perkiraan anggaran
(budgetary accounting) yang tidak ada dalam akuntansi komersial.
2) Akuntansi pemerintahan menggunakan akuntansi dana. Dalam akuntansi komersial,
semua aset, kewajiban dan ekuitas merupakan bagian dari satu dana.
3) Dalam akuntansi pemerintahan, pengeluaran modal dilaporkan dalam laporan
operasional maupun neraca yang dalam akuntansi komersial tidak dilaporkan dalam
laporan operasional.
4) Akuntansi pemerintahan sangat dipengaruhi oleh peraturan-peraturan pemerintah
sehingga bersifat lebih kaku (kurang fleksibel) dibandingkan dengan akuntansi
komersial.
c. Perbedaan sifat dan karakteristik organisasi sektor publik dengan sektor swasta

Perbedaan Sektor publik Sektor swasta

Tujuan organisasi Nonprofit motive Profit motive

Sumber pendanaan Pajak, retribusi, Pembiayaan internal: modal


utang,obligasi pemerintah, sendiri, laba ditahan,
laba BUMN/BUMD, penjualan aktiva
penjualan aset negara, dsb Pembiayaan eksternal: utang
bank, obligasi, penerbitan
saham

Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban kepada Pertanggungjawaban kepada


masyarakat (publik) dan pemegang saham dan
parlemen (DPR/DPRD) kreditor

Struktur organisasi Birokratis, kaku, dan Fleksibel: datar, piramid,


hierarkis lintas fungsional, dsb

Karakteristik anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik

Sistem akuntansi Cash accounting Accrual accounting

Laporan keuangan Neraca, aliran kas dan Neraca, aliran kas, laporan
laporan realisasi anggaran, rugi laba dan laporan
catatan atas laporan perubahan modal
keuangan
Standar akuntansi Pernyataan standar Pernyataan standar
akuntansi pemerintah akuntansi keuangan

Auditor Auditor sektor publik Kantor akuntan publik

Standar audit Standar pemeriksaan Standar pemeriksaan


akuntansi sektor publik akuntan publik
 
2.1.4  Jenis-jenis audit sektor publik
Jenis-jenis audit sektor publik yang dilaksanakan atas kegiatan yang tercermin dalam
APBN, APBD, kegiatan BUMD/BUMN, serta kegiatan yayasan, LSM, atau partai politik.
Penetapan tujuan untuk menentukan jenis audit yang akan dilaksanakan, serta standar audit
yang harus diikuti oleh auditor merupakan awal.
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan negara,
yaitu:
a. Audit keuangan, merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Audit keuangan adalah audit yang
menjamin bahwa sistem akuntansi dan pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan
tepat serta transaksi keuangan diotorisasi serta dicatat secara benar.
b. Audit kinerja, meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada dasarnya merupakan
perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja
memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang
menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. audit kinerja merupakan
perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja
memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang
menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja merupakan suatu
proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar
dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi,
efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan,
peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah
dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.
 Perbandingan Audit Keuangan dengan Audit Kinerja

Audit Keuangan Audit Kinerja

Objek audit: laporan keuangan Objek audit: organisasi, program,


aktivitas/ kegiatan, atau fungsi

Menguji kewajaran laporan keuangan dari Menguji tingkat ekonomi, efisiensi, dan
salah saji yang material dan kesesuaiannya efektivitas dalam penggunaan sumber
dengan prinsip akuntansi yang diterima daya untuk mencapai tujuan
umum

Lebih bersifat kuantitatif – keuangan Lebih bersifat kualitatif

Tidak terlalu analitis Sangat analitis

Tidak menggunakan indikator kinerja, Membutuhkan indikator, standar, dan


standar, dan target kinerja target kinerja untuk mengukur kinerja

Biasanya tidak mempertimbangkan analisis Biasanya mempertimbangkan analisis


biaya manfaat biaya-manfaat (cost-benefit analysis)

Waktu pelaksanaan audit tertentu (biasanya Audit bisa dilakukan sewaktu-waktu


pada akhir periode akuntansi)

Audit dilakukan untuk peristiwa keuangan Mempertimbangkan kinerja masa lalu,


masa lalu (post event) sekarang, dan yang akan datang

Tidak dimaksudkan untuk membantu Dimaksudkan untuk memperbaiki alokasi


melakukan alokasi sumber daya secara sumber daya secara optimal dan
optimal memperbaiki kinerja

Tidak terdapat rekomendasi audit Terdapat rekomendasi audit dan follow-


dan follow-up  audit up audit
     
c. Audit dengan tujuan tertentu, merupakan audit khusus di luar audit keuangan dan audit
kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit. Audit dengan
tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur yang
disepakati (agrees-upon procedures). Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit atas
hal-hal lain di bidang keuangan, audit investigatif, dan audit atas sistem pengendalian
internal.

2.1.5  Audit keuangan sektor publik


          Secara spesifikasi pendefinisian audit atas laporan keuangan dapat ditemukan sbb:
Tujuan penguji atas laporan keuangan oleh auditor adalah

 Ekspresi suatu opini secara jujur tentang posisi keuagan.


 Hasil operasi.
 Arus kas yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi.

Laporan auditor merupakan media mengepresikan opini auditor atau dalam kindisi
tertentu dalam mrnyangkal opini.Perbandingan antara definis audit laporan keuangan tersebut
dengan definis audit secara umum dapat mengungkapkan aspek esensial audit keuagan sbb:
1) Proses sistematik secara objektif.
2) Asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi.
3) Derajat atau tingkat hubungan.
4) Hasil audit atas laporan keuangan dikomunikasikan dalam suatu pelaporan audit.
Audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan meliputi sbb:
1) Segmen laporan keuangan
2) Pengendalian internal
3) Pengendalian atau pengawasan internal
4) Ketaatan terhadap peraturan UU yang berlaku.

2.2  Sistem Audit Keuangan Sektor Publik


1)  Pemeriksaan Siklus Pendapatan
Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk mengungkapkan ada tidaknya salah saji
yang material dalam proses Pendapatan Daerah/Organisasi, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain-lain yang sah. Jenis koreksi pembukuan yang harus dilakukan atas
pendapatan adalah sebagai berikut:

a) Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo awal tahun anggaran/sisa perhitungan


anggaran tahun lalu.
b) Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian pendapatan daerah.
c) Kesalahan pembukuan dan/atau penyajian saldo akhir tahun anggaran sisa
perhitungan anggaran tahun perhitungan.
d) Kesalahan penyajian dalam daftar lampiran perhitungan anggaran tahun anggaran
perhitungan.
e) Kesalahan yang wajib dikoreksi oleh auditor, yang terdiri atas:
f) Kesalahan pembukuan (kekeliruan pencatatan): Kesalahan pembebanan dan
Kesalahan penjumlahan dan pengurangan angka (aritmatika).
1) Pemeriksaan Siklus Belanja
Tujuan audit siklus belanja adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-
masing asersi yang signifikan, yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus belanja.
a. Berbagai proses dan keputusan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan
dalam  pelaksanaan kegiatan organisasi sektor publik. Dua kelompok transaksi utama
dalam siklus ini adalah transaksi pembelian dan pengeluaran kas. Kedua transaksi
tersebut mempengaruhi berbagai akun berikut:
 Kas,
 Persediaan barang habis pakai,
 Aktiva tetap,
 Aktiva lain-lain,
 Utang.
b. Risiko bawaan pos belanja organisasi sektor publik pada banyak organisasi sangatlah
tinggi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus belanja
ini, yaitu:
 Volume transaksi yang selalu tinggi,
 Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otoritasi yang dapat terjadi,
 Pembelian aset yang tidak perlu,
 Masalah akuntansi yang berkembang.
c. Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji.
Semakin tinggi volume transaksi, semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan
transaksi tersebut. Disamping itu, juga ada kemungkinan bahwa organisasi sektor
publik melakukan pembelian aset yang tidak perlu.
 Tingginya risiko bawaan siklus belanja menyebabkan banyak organisasi sektor
publik memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian internal siklus
belanja untuk mencegah dan mendeteksi salah saji. Seperti siklus pendapatan,
pengujian pengendalian umumnya tidak mengurangi risiko pengendalian asersi hak
dan kewajiban. Jadi, auditor dapat menggunakan kombinasi strategi risiko
pengendalian yang ditetapkan lebih rendah dan pengujian subtantif.
 Pengujian pengendalian tergantung pada pertimbangan biaya manfaat. Auditor harus
membandingkan biaya melakukan pengujian pengendalian internal degnan
penghematan yang diperoleh akibat berkurangnya pengujian substantif

2) Pemeriksaan Aktiva Tetap


Aktiva tetap merupakan aset/harta yang dimiliki oleh organisasi sektor publik yang
digunakan dalam kegiatan operasi organisasi. Tujuan audit aktiva tetap adalah untuk
memperoleh bukti tentang setiap asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan
saldo aktiva tetap. Audit atas aktiva tetap sangat penting karena biasanya aktiva tetap
merupakan aset/kekayaan terbesar yang dimiliki oleh suatu organisasi sektor publik.
3) Pemeriksaan Jasa Personalia
Siklus jasa personalia sangat penting karena masalah gaji, pajak penghasilan
pegawai, dan biaya ketenagakerjaan lainnya merupakan komponen biaya utama di hampir
semua entitas.
4) Pemeriksaan Siklus Investasi (Pembiayaan)
Investasi ini pada umumnya merupakan bagian dari strategi jangka panjang suatu
organisasi sektor publik. Jangka waktu investasi sementara tidak lebih dari satu periode
akuntansi. Risiko salah saji pada transaksi investasi organisasi sektor publik umumnya
rendah karena jarangnya transaksi yang terjadi.
5) Pemeriksaan Siklus Saldo Kas
Saldo kas berasal dari pengaruh kumulatif siklus belanja, siklus investasi, dan siklus
jasa personalia. Tujian audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti tentang masing-
masing asersi yang signifikan, ynag berkaitan dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan audi
ditentukan berdasarkan kelima kategori asersi laporan keuangan:
 Asersi keberadaan dan keterjadian
 Asersi kelengkapan
 Asersi hak dan kewajiban
 Asersi penilaian dan pengalokasian
 Asersi pelaporan dan pengungkapan

 2.3  Siklus Audit Keuangan Sektor Publik

Terdapat 17 siklus dalam audit keuangan sektor publik:


2.3.1 Perencanaan audit keuangan
Standar pertama dari GAAS (General Accepted Auditing Standard) di Indonesia SPAP
untuk audit lapangan adalah perencanaan yang memadai. Berikut adalah tiga alasan utama
mengapa seorang auditor harus mempersiapkan rencana kontrak kerja yang tepat sehingga (1)
auditor dapat memperoleh cukup bukti kompeten untuk kondisi yang ada, (2) membantu
menjaga agar biaya audit yang dikeluarkan tetap wajar, (3) serta menghindari kesalah
pahaman dengan klien.
Perencanaan audit awal melibatkan empat hal, yang semuanya harus dilakukan terlebih
dahulu dalam audit. Keempatnya adalah sebagai berikut: (1) Auditor harus memutuskan
apakah akan menerima seorang klien baru atau melanjutkan pelayanan untuk klien yang telah
ada sekarang, (2) Auditor harus mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau
membutuhkan audit, informasi ini akan mempengaruhi bagian lain dari proses perencanaan,
(3) Auditor memperoleh pemahaman klien tentang cara-cara penugasan untuk menghindari
kesalahpahaman. (4) Dipilihnya staf untuk penugasan, termasuk bila dibutuhkannya spesialis
audit.
Merancang pendekatan audit
1) Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal,
2) Memahami bisnis dan industri klien,
3) Menilai resiko bisnis klien,
4) Menetapkan meterialitas, dan menilai resiko akseptabilitas audit serta resiko inhern,
5) Memahami pengendalian intern, dan menilai resiko pengendalian,
6) Menyusun seluruh rencana serta program audit.

Tahap selanjutnya dalam suatu laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian audit.
Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan. Tahap terakhir dari
suatu audit adalah laporan temuan. Pada tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan
standar pelaporan dari standar auditing.
Tahap perencanaan audit menurut Indra bastian (2010):
1) Pemahaman atas sistem akuntansi keuangan sektor publik.
Hal ini sangat penting karena saat ini audit sektor publik tidak lagi berfokus pada laporan
realisasi anggaran saja tetapi juga laporan keuangan lainnya.
2) Penentuan tujuan dan lingkup audit
Dalam menentukan tujuan dan ruang lingkup, auditor harus memastikan bahwa
tujuan dan ruang lingkup audit yang ditetapkan telah sesuai dengan mandat serta
wewenang lembaga audit dan pengawas yang bersangkutan.

3) Penilaian resiko
Kegiatan audit dilaksanakan melalui berbagai pengujian yang mengandung resiko
kesalahan, sehingga penilaian risiko pengendalian (control risk), risiko bawaan (inherent
risk), dan risiko deteksi (detection risk) harus dilakukan.
4) Penyusunan rencana audit
Suatu rencana audit harus disusun berdasarkan tahapan kegiatan perencanaan audit.
2.3.2  Penetapan regulasi audit keuangan
            Bagian ini penting dalam proses audit karena dibutuhkan aturan untuk memberikan
arahan yang jelas, dan sebagai kontrol agar pelaksanaan audit laporan keuangan bisa
memberikan opini yang tepat.
2.3.3  Penyusunan perencanaan audit tahuann oleh lembaga auditor
            Setelah ditetapkan aturan dan regulasi langkah selanjutnya adalah menyusun
perencanaan. Perencanaan audit yang matang akan sangat menentukan kesuksesan audit.
2.3.4  Temu rencanaan audit tahunan
            Setelah lembaga auditor selesai menyusun perencanaan audit tahunan, kemudian
mereka bertemu dengan kepala atau pimpinan organisasi sektor publik untuk membicarakan
perencanaan audit yang sudah disusun.
2.3.5  Penerbitan regulasi tentang tim dan kebijakan audit tahunan
            Regulasi yang ditetapkan dalam tahap ini menyangkut tim atau personel yang akan
melakukan audit terhadap organisasi sektor publik maupun regulasi dalam menjalankan
proses audit.
2.3.6  Penerimaan regulasi organisasi yang akan diaudit
            Kemudian regulasi yang telah diterbitkan tersebut  akan diterima oleh lembaga
pemeriksa sehingga bisa melakukan proses audit di lembaga atau organisasi sektor publik.
2.3.7  Survei awal karakter industri/organisasi yang akan diaudit
            Tahapan selanjutnya dalam siklus audit audit sektor publik ini adalah survei awal
terhadap karakter industri/organisai yang akan diaudit.
2.3.8  Pembuatan program audit
            Untuk setiap area yang diaudit, auditor harus menyusun langkah-langkah audit yang
akan dilakukannya. Langkah-langkah ini tertuang dalam program audit.
Suatu program audit akan berisi:
 Tujuan audit untuk setiap area
 Prosedur audit yang akan dilakukan
 Sumber bukti audit
 Deskripsi mengenai kesalahan (error).
2.3.9  Penerbitan surat tugas audit
            Pihak organisasi sektor publik segera mengeluarkan surat tugas kepada lembaga
pemeriksa untuk melaksanakan audit.
2.3.10  Pelaksanaan audit keuangan
Dalam melaksanakan audit keuangan, auditor melakukan hal-hal berikut:
a. Menilai Pengendalian Internal
Suatu proses yang dijalankan oleh eksekutif didesain untuk memberikan keyakinan
yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut:
1. Keandalan atau reliabilitas laporan kkeuangan.
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
3. Efektivitas dan efisiensi operasi.
Oleh karena itu, dibutuhkan sistem yang dirancang oleh organisasi sektor publik
untuk menjaga aset yang dimiliki agar terbebas dari kecurangan dan penyalahgunaan. Hal
inilah yang disebut sebagai pengendalian internal.
Jenis-jenis pengendalian internal:

1. Organisasi. Penyerahan wewenang dan tanggung jawab, termasuk jalur pelaporan untuk
semua aspek operasi dan pengendaliannya, harus disebutkan secara rinci dan jelas.
2. Pemisahan tugas. Salah satu fungsi utama pengendalian adalah pemisahan tugas dan
tanggung jawab. Apabila kedua hal tersebut digabungkan, maka seseorang dapat saja
mencatat dan memproses sebuah transaksi secara lengkap.
3. Fisik. Pengendalian ini berhubungan dengan supervisi aset. Prosedur dan keamanan
yang memadai harus dirancang untuk memberi keyakinan bahwa akses langsung
maupun tidak langsung melalui dokumentasi aset terbatas pada personel yang
berwenang.
4. Persetujuan dan Otorisasi. Seluruh transaksi harus diotorisasi atau disetujui oleh orang
yang tepat. Batas wewenang juga harus dijelaskan.
5. Akuntansi. Pengecekan atas keakuratan catatan, penghitungan jumlah total,
rekonsiliasi, pemakaian nomor rekening, jurnal, dan akuntansi untuk dokumen.
6. Personalia. Keberadaan prosedur akan menjamin penempatan personel yang sesuai
dengan kemampuan dan tanggung jawabnya.
7. Supervisi. Setiap sistem pengendalian internal harus mencakup supervisi oleh atasan
yang bertanggung jawab terhadap transaksi dan pencatatannya sehari-hari.
8. Manajemen. Ini adalah pengendalian yang dilakukan oleh manajemen diluar tugas
rutinnya, yang meliputi pengendalian secara keseluruhan oleh fungsi pengendalian
internal dan prosedur review khusus lainnya.
b. Melakukan Prosedur Analtis
Prosedur analisis adalah pengevaluasian informasi keuangan yang dilakukan dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data nonkeuangan.
Prosedur analitis akan membantu auditor dengan mendukung dan meningkatkan
pemahamannya tentang operasi organisasi yang diaudit. Prosedur analitis juga membantu
auditor dalam mengidentifikasi hubungan yang tidak sewajarnya dan fluktuasi data yang
tidak diharapkan.
Ada enam langkah yang harus dilakukan auditor dalam melakukan prosedur analitis, yaitu:
1. Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan dibuat
2. Mengembangkan ekspektasi
3. Melakukan perhitungan dan perbandingan
4. Menganalisi data
5. Menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak diharapkan yang signifikan
6. Menentukan pengaruh perbedaan atau penyimpangan terhadap perencanaan audit.
2.3.11  Pembuatan daftar temuan
Setelah melakukan kegiatan pelaksanaan audit, auditor biasanya mendapatkan temuan-
temuan terkait dengan keuangan klien. Temuan-temuan tersebut kemudian didaftar sebagai
bukti dalam penyampaian pendapat nantinya.
2.3.12  Pembicaraan awal tentang daftar temuan
Berdasarkan temuan-temuan di lapangan , kemudian auditor melakukan pembicaraan
dengan pimpinan organisasi sektor publik terkait temuan-temuan tersebut. Dalam tahapan ini,
auditor akan melakukan cross-check atas hasil temuannya dengan fakta yang terjadi di
lapangan.
2.3.13  Penyusunan draft laporan hasil pemeriksaan
Setelah hasil temuan hasil auditor di bicarakan atau melakukan cross-check dengan
pejabat organisasi sektor publik, auditor kemudian menyusun draft laporan hasil
pemeriksaan.

2.3.14  Pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dengan organisasi yang diaudit
Dalam tahapan ini, auditor memastikan apa yang telah di susun di dalam draft laporan
hasil pemeriksaan sudah selesai dengan fakta yang terjadi di lapangan.
 2.3.15  Penyelesaian laporan hasil pemeriksaan
Setelah melakukan pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dan di pastikan
kellengkapan serta kesepakatan mengenai  draft tersebut sudah tercapai, kemudian akan di
lakukan penyelesaian atau finalisasi draft tersebut menjadi laporan hasil pemeriksaan akhir.
2.3.16  Tindak lanjut temuan laporan hasil pemeriksaan
Berdasarkan temuan-temuan yang ada di lapangan, auditor melakukan tindak lanjut
atau dengan kata lain, memberikan rekomendasi perbaikan kepada organisasi sektor publik.
2.3.17  Penerbitan laporan hasil pemeriksaan
Tahapan terakhir dari siklus audit keuangan adalah penerbitan laporan hasil
pemeriksaan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi  yang telah
di audit tersebut.

2.4  Teknik Audit Keuangan Sektor Publik


a. Prosedur analitis (Analitycal Procedures)
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan diantra data.
Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis vertikal,
atau laporan persentase, perbandingan jumlah yang sederhana dengan data historis atau
anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi.
Contoh prosedur analitis adalah membandingkan item belanja menurut anggaran dan
item realisasi belanja. Hasil perbandingan itu akan menunjukan ada tidaknya
penyimpangan jumlah realisasi belanja dari jumlah yang dianggarkan sebelumnya.
b. Inspeksi (Inspecting)
Inspeksi meliputi pemeriksaan yang rinci terhadap dokumen dan catatan serta
pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing.
Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevalusai bukti,
baik bottom-up mapun top-down. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat
menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan
pengujian bottom –up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor
seringkali mempertimbagkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor
ekonomi dan persaingan entitas.
Contoh kegiatan inspeksi adalah pemeriksaan terhdap bukti-bukti transaksi seperti
rekening bank, kwitansi atau tanda terima lainnya untuk mengevaluasi apakah transaksi
yang dilakukan telah sesuai atau menyimpang dari rencana dan anggaran yang telah
ditetapkan.
c. Konfirmasi (Confirming)
Kegiatan konfirmasi adalah bentuk kegiatan keterangan yang memungkinkan auditor
memperoleh informasi secara langsug dari sumber independen di luar organisasi sektor
publik yang di audit. Dalam kasus yang lazim, klien (organisasi yang di audit) mengajukan
permintaan kepada pihak luar secara tertulis, namun auditor yang mengirimkan
permintaan keterangan tersebut.
Contoh kegiatan konfirmasi adalah meminta keterangan kepada bendahara pengeluaran
terkait bukti-bukti transaksi pembelian atau pengalokasian anggaran yang telah
dilakukannya. Kegiatan ini akan mengajukan apakah bukti transaksi tersebut fiktif atau
benar adanya. Selain keteranagn-keterangan lainya terkait bukti tersebut.
d. Permintaan keterangan (Inquiring)
Kegiatan ini meliputi permintaan keterangan secara lisan maupun tertulis oleh
auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditunjukan kepada manajemen atau
karyawan organisasi sektor publik, yang umumnya berupa pernyataan-pernyataan yang
timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis. Auditor juga dapat secara langsung
meminta keterangan kepada pihak external.
Contoh kegiatan permintaan keterangan adalah auditor meminta keteragan
bendahara pengeluaran atas ketidaksesuaian jumlah pengeluaran (berdasarkan bukti
transaksi yang ada) dengan jumlah anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
e. Perhitungan (Counting)
Dua aplikasi yang paling umum adalah perhitungan (counting) adalah (1)
perhitungan fisik sumber daya berwujud, seperti jumlah kas dan persediaan yang ada dan
(2) akuntansi seluruh dokumen, dengan nomor urut yang telah dicetak (prenumbered). Hal
pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada.
sementara yang ke dua dapat dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi
pengendalian internal organisasi melalui bukti yang objektif  tentang kelengkapan catatan
akuntansi.
Contoh kegiatan perhitungan adalah auditor menghitung asset yang telah dibeli
bagian pengadaan berdasarkan bukti transaksi yang ada.
f. Penelusuran (Tracing)
Dalam penelusuran seringkali disebut penelusuran ulang, auditor (1) memilih
dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa
informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan
akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen
menuju ke catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui
sistem akuntansi.
Contoh kegiatan penelusuran adalah auditor membandingkan antara angka yang
tertera dalam kwitansi transaksi yang telah dilakukan dan jumlah angka yang tertera dalam
jurnal. Hal ini menunjukan apakah ada kesesuaian penyajian, yaitu penyajian yang lebih
rendah atau yang lebih tinggi.
g. Pemeriksaan bukti pendukung (Vouching)
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan
akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumen yang digunakan sebagai dasar
ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi. Dalam
melakukan vouching, arah pengujian berlawanan dengan yang digunakan dalam
penelusuran. Prosedur pemeriksaan bukti pendukung digunakan secara luas untuk
mendeteksi salah saji berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang sebenarnya dalam
pencatatan akuntansi.
Contoh kegiatan pemeriksaan bukti pendukung adalah auditor memilih ayat jurnal
“Pembelian ATK” dijurnal, kemudian membandingkanya dengan kwitansi pembelian
ATK tersebut atau tanda pembelianya.
h. Pengamatan (observing)
Pengamatan berkaitan dengan memerhatikan dan menyaksikan pelaksanaan
beberapa kegiatan atau proses. Kegiatannya berupa pemrosesan rutin atau jenis transaksi
tertentu, seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan
tugas yang telah diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur organisasi sektor publik.
Pengamatan sangat terutama untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal.
Contoh kegiatan pengamatan adalah auditor mengamati kegiatan bendahara gaji
dalam menjurnal ketika mengeluarkan gaji kepada para pegawai.
i. Pelaksanaan ulang (Reforming)
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang  perhitungan dan
rekonsiliasi ynag dilakukan oleh organissasi sektor publik yang di audit. Contohnya adalah
menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, dan lain-lain. Auditor juga dapat
melakukan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa
pemrosesan awal sudah sesuai dengan pengendaliaan internal yang sudah dirumuskan.
Contoh kegiatan pelaksaaan ulang adalah  auditor menghitung ulang penyusutan
kendaraan milik organisasi berdasarkan umur ekonomis yang sebenarnya, kemudian
dibandingkan dengan pencatatan beban peyusutan kendaraan yang telah dilakukan.
j. Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)
Apabila catatan akuntansi organisasi sektor publik dilaksanakan melalui media
elektronik, maka auditor dapat menggunakan teknik ini untuk membantu melaksanakan
beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya.
Contoh kegiatan audit berbantukan komputer adalah  auditor dengan bantuan
komputer memeriksa angka-angka dalam file jurnal bendahara dan membandingkanya
dengan kwitansi pendapatan, dan bukti –bukti transaksi lainya.
k. Pengujian pengendalian
Terdapat dua jenis pengujian pengendalian, yaitu:
1. Pengujian pengendalian yang berkaitan langsung dengan keefektifan desain kebijakan
atau posedur dan apakah benar–benar digunakan dalam kegiatan organisasi
2. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan keefektifan kebijakan dan prosedur
serta bagaiman pengaplikasiannya, konsistensinya dengan aplikasi terdahulu dan oleh
siapa aplikasi itu dilaksanakan selama satu periode.
         Contoh kegiatan pengujian pengendalian adalah auditor membandingkan
dokumen SOP atau petunjuk teknis pegawai, dan mengamati pelaksaannya dilapangan.
Pengendalian akan dianggap baik jika SOP atau petunjuk teknis mampu memberikan
pedoman bagi pelaksanaan tugas-tugas pegawai, pegawai mudah memahaminya dan
mengaplikasikannya pada setiap pekerjaanya secara konsisten.
l. Pengujian substansif
Dua kateegori umum pengujian substansif adalah:
1. Prosedur analitis, yang merupakan prosedur dalam penyediaan bukti–bukti tentang
validitas perlakuan akuntansi atas transaksi dan neraca, atau sebaliknya tentang
kesalahan atau ketidak beresan yang terjadi;
2. Pengujian terinci atas transaksi atau neraca merupakan pengujian untuk menyediakan
bukti-bukti tentang validitas perlakuan akuntansi atas transaksi dan neraca atau
sebaliknya atas kesalah dan ketidak beresan yang terjadi.
Contoh kegiatan pengujian substantive adalah auditor memeriksa secara rinci angka
dan jumlah transaksi yang telah terjadi,dimulaidari memeriksa seluruh bukti
tranaksi,catatan dalam jurnal, posting dalam buku besar, hingga laporan yang telah jadi
dengan demikian dapat ditemukan apakah ada kesalah atau ketidak beresan. 
2.5 Contoh Praktek Audit Sektor Publik Di Organisasi Sektor Publik
a. Pemerintah Pusat
Audit atas pemerintah pusat ditujukan pada perolehan bukti audit yang cukup dan tepat.
Sebagai contoh, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah
pusat maupun daerah sebagai organisasi sektor publik merupakan tujuan penting dari
reformasi akuntansi dan administrasi sektor publik. Untuk dapat memastikan bahwa
pengelolaan keuangan pemerintah yang telah dilakukan aparatur pemerintah , maka fungsi
akuntabilitas dan audit atas pelaporann keuangan sektor publik harus berjalan dengan baik.
Seiring dengan tuntutan masyarakat agar organisasi sektor publik meningkatkan kualitas,
profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit
yang tidak hanya terbatas pada keuangan dan kepatuhan saja, tetapi perlu diperluas dengan
melakukan audit terhadap kinerja sektor publik.
b. Pemerintah Daerah
Audit yang diselenggarakan atas kegiatan pemerintah daerah dapat dibagi menjadi
audit keuangan dan audit kinerja. Audit dapat mempunyai gabungan tujuan audit
keuangan dan audit kinerja, atau dapat juga mempunyai tujuan yang terbatas pada
beberapa aspek dari masing-masing jenis audit tersebut. Sebagai contoh, pelaksanaan audit
atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas bantuan Pemerintah kepada yayasan atau
badan hukum lainnya. Tujuan audit semacam itu sering kali mencakup baik tujuan audit
keuangan maupun tujuan audit kerja.
Pemeriksaan atas pos pendapatan asli daerah mencakup:
 Melakukan pengujian terhadap nilai realisasi pos
 Melakukan verifikasi atas bukti-bukti penerimaan
 Melakukan konfirmasi kepada instansi yang terkait dengan pemungutan pajak
 Mengetahui adanya kesalahan atau tidak atas penyetoran pendapatan
 Melakukan koreksi
 Melakukan pengujian.
c. Di Indonesia ada dua jenis LSM. Pertama, LSM yang melakukan fungsi kontrol
masyarakat. Kedua, LSM yang melaksanakan program entitas. Menjamurnya LSM
terutama dipicu oleh persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh lembaga-lembaga
keuangan internasional. Sebagai contoh, bank dunia yang mensyaratkan perlunya entitas
bekerja sama dengan LSM dalam proyek yang akan dikucurkan dananya.
Dalam organisasi LSM dilakukan dua jenis audit:
 Audit kinerja keuangan
 Audit kinerja nonkeuangan
d. Yayasan
Contohnya pelaksanaa audit atas kontrak pemborongan pekerjaan atau atas bantuan
pemerintah kepada yayasan atau badan hukum lainnya. Tujuan audit semacam ini sering
kali mencakup baik tujuan keuangan maupun tujuan audit kinerja. Audit semacam ini
umunya disebut audit kontrak.
e. Partai Politik
Sama seperti organisasi-organisasi sektor publik lainnya, audit dalam organisasi
partai politik juga dibedakan menjadi dua, yaitu audit kinerja keuangan dan audit kinerja
nonkeuangan.
 

KESIMPULAN
Selama ini sektor publik/pemerintah tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara, padahal sektor publik
merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal
dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada
penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih.
Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik
mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for
money dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik
tersebut. Akan tetapi, audit yang dilakukan tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan
kepatuhan saja, namun perlu diperluas dengan melakukan audit terhadap kinerja organisasi
sektor publik tersebut.
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja
merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi
operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap
kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang
telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.
Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah
sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas audit yang baik, maka
akan timbul permasalahan, seperti munculnya kecurangan, korupsi, kolusi dan berbagai
ketidakberesan di pemerintahan. Kualitas audit sektor publik dipengaruhi oleh kapabilitas
teknikal auditor serta independensi auditor baik secara pribadi maupun kelembagaan. Untuk
meningkatkan sikap independensi auditor sektor publik, maka kedudukan auditor sektor
publik harus terbebas dari pengaruh dan campur tangan serta terpisah dari pemerintah, baik
secara pribadi maupun kelembagaan.
 
DAFTAR  PUSTAKA

Bastian, Indra. 2010.  Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Penerbit Erlangga

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sektor Privat

Uji substansif : material

Sektor Publik

Uji formil : kesesuaian hasil audit dengan peraturan

Uji substansif : material

Anda mungkin juga menyukai