Oleh
Fandi Galang Wicaksana
NIM T402102010
Kelas Akuntansi-Reguler
Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik
mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for money
dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban
publik oleh organisasi sektor publik, maka diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik
tersebut. Audit yang dilakukan tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan,
namun perlu diperluas dengan melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik
tersebut.
TEORI
2.1 Teori Audit Sektor Publik
2.1.1 Definisi audit sektor publik
Auditing merupakan suatu invetigasi independen terhadap aktivitas khusus. Mekanisme
audit merupakan suatu mekanisme yang menggerakkan akuntanbilitas dalam pengelolaan
sektor pemerintah, BUMN atau instan pengelola aset negara, serta organisasi sektor publik
lainnya sperti yayasan, LSM, dan partai politik.
“Suatu proses sistematik yang secara objektif terkait evaluasi bukti-bukti berkenaan
dengan asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi guna memastikan derajat atau tingkat
hubungan anatara asersi tersebut dengan kriteria yang ada, serta mengomunikasikan hasil
yang diperoleh kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”
Pengertian audit sektor publik menurut Indra Bastian adalah “jasa penyelidikan bagi
masyarakat atas organisasi publik dan politikus yang sudah mereka danai.” Sedangkan
pengertian audit sektor publik menurut I Gusti Agung Rai adalah sebagai
berikut: “Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang
menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari
penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk
membandingkan antara kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.”
Dari pengertian di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit sektor
publik adalah pemeriksaan terhadap pemerintah yang dilakukan untuk mengetahui
pertanggungjawaban (akuntabilitas) atas pengelolaan dana masyarakat (public money) yang
bertujuan untuk membandingkan hasil pencapaian program, fungsi atau kegiatan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit
keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini merupakan pengganti ketentuan
warisan Belanda, yaitu Indische Comptabiliteitswet (ICW) dan Instructie en verdere
bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR), yang mengatur prosedur audit atas
akuntabilitas pengelolaan keuangan oleh pemerintah.
Dari definsi tersebut, beberapa bagian perlu mendapatkan perhatian yaitu :
a. Proses sistematik – Audit merupakan aktivitas terstruktur yang mengikuti suatu urutan
yang logis.
b. Objektivitas – Hal ini berkaitan dengan kualitas informasi yang disediakan serta kualitas
orang yang melakukan audit.
c. Penyediaan dan evaluasi bukti – Hal ini berkaitan dengan pengujian yang mendasari
dukungan terhadap asersi ataupun representasi.
d. Asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi – Hal ini merupakan deskripsi yang luas
tentang subyek permasalahn yang diaudit.
e. Derajat hubungan kriteria yang ada – Hal ini berarti suatu audit memberikan kecocokan
antara asersi dan kriteria yang ada.
f. Mengkomunikasikan hasil – Agar bermanfaat hasil audit perlu dikomunikasikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Laporan keuangan Neraca, aliran kas dan Neraca, aliran kas, laporan
laporan realisasi anggaran, rugi laba dan laporan
catatan atas laporan perubahan modal
keuangan
Standar akuntansi Pernyataan standar Pernyataan standar
akuntansi pemerintah akuntansi keuangan
Menguji kewajaran laporan keuangan dari Menguji tingkat ekonomi, efisiensi, dan
salah saji yang material dan kesesuaiannya efektivitas dalam penggunaan sumber
dengan prinsip akuntansi yang diterima daya untuk mencapai tujuan
umum
Laporan auditor merupakan media mengepresikan opini auditor atau dalam kindisi
tertentu dalam mrnyangkal opini.Perbandingan antara definis audit laporan keuangan tersebut
dengan definis audit secara umum dapat mengungkapkan aspek esensial audit keuagan sbb:
1) Proses sistematik secara objektif.
2) Asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi.
3) Derajat atau tingkat hubungan.
4) Hasil audit atas laporan keuangan dikomunikasikan dalam suatu pelaporan audit.
Audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan meliputi sbb:
1) Segmen laporan keuangan
2) Pengendalian internal
3) Pengendalian atau pengawasan internal
4) Ketaatan terhadap peraturan UU yang berlaku.
Tahap selanjutnya dalam suatu laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian audit.
Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan. Tahap terakhir dari
suatu audit adalah laporan temuan. Pada tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan
standar pelaporan dari standar auditing.
Tahap perencanaan audit menurut Indra bastian (2010):
1) Pemahaman atas sistem akuntansi keuangan sektor publik.
Hal ini sangat penting karena saat ini audit sektor publik tidak lagi berfokus pada laporan
realisasi anggaran saja tetapi juga laporan keuangan lainnya.
2) Penentuan tujuan dan lingkup audit
Dalam menentukan tujuan dan ruang lingkup, auditor harus memastikan bahwa
tujuan dan ruang lingkup audit yang ditetapkan telah sesuai dengan mandat serta
wewenang lembaga audit dan pengawas yang bersangkutan.
3) Penilaian resiko
Kegiatan audit dilaksanakan melalui berbagai pengujian yang mengandung resiko
kesalahan, sehingga penilaian risiko pengendalian (control risk), risiko bawaan (inherent
risk), dan risiko deteksi (detection risk) harus dilakukan.
4) Penyusunan rencana audit
Suatu rencana audit harus disusun berdasarkan tahapan kegiatan perencanaan audit.
2.3.2 Penetapan regulasi audit keuangan
Bagian ini penting dalam proses audit karena dibutuhkan aturan untuk memberikan
arahan yang jelas, dan sebagai kontrol agar pelaksanaan audit laporan keuangan bisa
memberikan opini yang tepat.
2.3.3 Penyusunan perencanaan audit tahuann oleh lembaga auditor
Setelah ditetapkan aturan dan regulasi langkah selanjutnya adalah menyusun
perencanaan. Perencanaan audit yang matang akan sangat menentukan kesuksesan audit.
2.3.4 Temu rencanaan audit tahunan
Setelah lembaga auditor selesai menyusun perencanaan audit tahunan, kemudian
mereka bertemu dengan kepala atau pimpinan organisasi sektor publik untuk membicarakan
perencanaan audit yang sudah disusun.
2.3.5 Penerbitan regulasi tentang tim dan kebijakan audit tahunan
Regulasi yang ditetapkan dalam tahap ini menyangkut tim atau personel yang akan
melakukan audit terhadap organisasi sektor publik maupun regulasi dalam menjalankan
proses audit.
2.3.6 Penerimaan regulasi organisasi yang akan diaudit
Kemudian regulasi yang telah diterbitkan tersebut akan diterima oleh lembaga
pemeriksa sehingga bisa melakukan proses audit di lembaga atau organisasi sektor publik.
2.3.7 Survei awal karakter industri/organisasi yang akan diaudit
Tahapan selanjutnya dalam siklus audit audit sektor publik ini adalah survei awal
terhadap karakter industri/organisai yang akan diaudit.
2.3.8 Pembuatan program audit
Untuk setiap area yang diaudit, auditor harus menyusun langkah-langkah audit yang
akan dilakukannya. Langkah-langkah ini tertuang dalam program audit.
Suatu program audit akan berisi:
Tujuan audit untuk setiap area
Prosedur audit yang akan dilakukan
Sumber bukti audit
Deskripsi mengenai kesalahan (error).
2.3.9 Penerbitan surat tugas audit
Pihak organisasi sektor publik segera mengeluarkan surat tugas kepada lembaga
pemeriksa untuk melaksanakan audit.
2.3.10 Pelaksanaan audit keuangan
Dalam melaksanakan audit keuangan, auditor melakukan hal-hal berikut:
a. Menilai Pengendalian Internal
Suatu proses yang dijalankan oleh eksekutif didesain untuk memberikan keyakinan
yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut:
1. Keandalan atau reliabilitas laporan kkeuangan.
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
3. Efektivitas dan efisiensi operasi.
Oleh karena itu, dibutuhkan sistem yang dirancang oleh organisasi sektor publik
untuk menjaga aset yang dimiliki agar terbebas dari kecurangan dan penyalahgunaan. Hal
inilah yang disebut sebagai pengendalian internal.
Jenis-jenis pengendalian internal:
1. Organisasi. Penyerahan wewenang dan tanggung jawab, termasuk jalur pelaporan untuk
semua aspek operasi dan pengendaliannya, harus disebutkan secara rinci dan jelas.
2. Pemisahan tugas. Salah satu fungsi utama pengendalian adalah pemisahan tugas dan
tanggung jawab. Apabila kedua hal tersebut digabungkan, maka seseorang dapat saja
mencatat dan memproses sebuah transaksi secara lengkap.
3. Fisik. Pengendalian ini berhubungan dengan supervisi aset. Prosedur dan keamanan
yang memadai harus dirancang untuk memberi keyakinan bahwa akses langsung
maupun tidak langsung melalui dokumentasi aset terbatas pada personel yang
berwenang.
4. Persetujuan dan Otorisasi. Seluruh transaksi harus diotorisasi atau disetujui oleh orang
yang tepat. Batas wewenang juga harus dijelaskan.
5. Akuntansi. Pengecekan atas keakuratan catatan, penghitungan jumlah total,
rekonsiliasi, pemakaian nomor rekening, jurnal, dan akuntansi untuk dokumen.
6. Personalia. Keberadaan prosedur akan menjamin penempatan personel yang sesuai
dengan kemampuan dan tanggung jawabnya.
7. Supervisi. Setiap sistem pengendalian internal harus mencakup supervisi oleh atasan
yang bertanggung jawab terhadap transaksi dan pencatatannya sehari-hari.
8. Manajemen. Ini adalah pengendalian yang dilakukan oleh manajemen diluar tugas
rutinnya, yang meliputi pengendalian secara keseluruhan oleh fungsi pengendalian
internal dan prosedur review khusus lainnya.
b. Melakukan Prosedur Analtis
Prosedur analisis adalah pengevaluasian informasi keuangan yang dilakukan dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data nonkeuangan.
Prosedur analitis akan membantu auditor dengan mendukung dan meningkatkan
pemahamannya tentang operasi organisasi yang diaudit. Prosedur analitis juga membantu
auditor dalam mengidentifikasi hubungan yang tidak sewajarnya dan fluktuasi data yang
tidak diharapkan.
Ada enam langkah yang harus dilakukan auditor dalam melakukan prosedur analitis, yaitu:
1. Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan dibuat
2. Mengembangkan ekspektasi
3. Melakukan perhitungan dan perbandingan
4. Menganalisi data
5. Menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak diharapkan yang signifikan
6. Menentukan pengaruh perbedaan atau penyimpangan terhadap perencanaan audit.
2.3.11 Pembuatan daftar temuan
Setelah melakukan kegiatan pelaksanaan audit, auditor biasanya mendapatkan temuan-
temuan terkait dengan keuangan klien. Temuan-temuan tersebut kemudian didaftar sebagai
bukti dalam penyampaian pendapat nantinya.
2.3.12 Pembicaraan awal tentang daftar temuan
Berdasarkan temuan-temuan di lapangan , kemudian auditor melakukan pembicaraan
dengan pimpinan organisasi sektor publik terkait temuan-temuan tersebut. Dalam tahapan ini,
auditor akan melakukan cross-check atas hasil temuannya dengan fakta yang terjadi di
lapangan.
2.3.13 Penyusunan draft laporan hasil pemeriksaan
Setelah hasil temuan hasil auditor di bicarakan atau melakukan cross-check dengan
pejabat organisasi sektor publik, auditor kemudian menyusun draft laporan hasil
pemeriksaan.
2.3.14 Pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dengan organisasi yang diaudit
Dalam tahapan ini, auditor memastikan apa yang telah di susun di dalam draft laporan
hasil pemeriksaan sudah selesai dengan fakta yang terjadi di lapangan.
2.3.15 Penyelesaian laporan hasil pemeriksaan
Setelah melakukan pembahasan draft laporan hasil pemeriksaan dan di pastikan
kellengkapan serta kesepakatan mengenai draft tersebut sudah tercapai, kemudian akan di
lakukan penyelesaian atau finalisasi draft tersebut menjadi laporan hasil pemeriksaan akhir.
2.3.16 Tindak lanjut temuan laporan hasil pemeriksaan
Berdasarkan temuan-temuan yang ada di lapangan, auditor melakukan tindak lanjut
atau dengan kata lain, memberikan rekomendasi perbaikan kepada organisasi sektor publik.
2.3.17 Penerbitan laporan hasil pemeriksaan
Tahapan terakhir dari siklus audit keuangan adalah penerbitan laporan hasil
pemeriksaan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi yang telah
di audit tersebut.
KESIMPULAN
Selama ini sektor publik/pemerintah tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi,
kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara, padahal sektor publik
merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal
dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada
penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih.
Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik
mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for
money dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik
tersebut. Akan tetapi, audit yang dilakukan tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan
kepatuhan saja, namun perlu diperluas dengan melakukan audit terhadap kinerja organisasi
sektor publik tersebut.
Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Audit kinerja
merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi
operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap
kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang
telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.
Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah
sangat tergantung pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas audit yang baik, maka
akan timbul permasalahan, seperti munculnya kecurangan, korupsi, kolusi dan berbagai
ketidakberesan di pemerintahan. Kualitas audit sektor publik dipengaruhi oleh kapabilitas
teknikal auditor serta independensi auditor baik secara pribadi maupun kelembagaan. Untuk
meningkatkan sikap independensi auditor sektor publik, maka kedudukan auditor sektor
publik harus terbebas dari pengaruh dan campur tangan serta terpisah dari pemerintah, baik
secara pribadi maupun kelembagaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Penerbit Erlangga
Sektor Privat
Sektor Publik