Anda di halaman 1dari 8

AUDIT SEKTOR PUBLIK

PERMASALAHAN AUDIT SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Nisrin Mutrif

02320160152

Kelas B3

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018/2019
Audit Sektor Publik

Sebagai Upaya Memaksimalkan Kinerja Pemerintah

Berbagai permasalahan yang terjadi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan menjadi


awal munculnya pendapat terkait diperlukannya audit pada kinerja sektor publik. Salah satu
permasalahan utama yang dihadapi pemerintah Indonesia sekarang ini adalah masalah korupsi.
Berdasarkan survey terkait tingkat korupsi yang dilakukan Transparency International dalam
Corruption Perceptions Index (2012), Indonesia menempati peringkat 118 dari 174 negara di
dunia. Hasil survey tersebut menunjukan tingginya tingkat korupsi di Indonesia. Latar belakang
inilah yang menyadarkan masyarakat terkait pentingnya audit pada sektor publik.

Pengertian audit sektor publik menurut I Gusti Agung Rai (2008) yaitu kegiatan yang
ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang
pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan
untuk membandingkan antara kondisi yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.

Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efisien,
memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas yang
dilakukan. Perkembangan paradigma kepemerintahan di berbagai negara yang bergeser dan
berproses dari ruling government menuju ke arah governance dan penciptaan administrasi
pemerintah yang berhasil guna, berdaya guna, dan berkeadilan telah membuka kesadaran bagi
setiap orang, terutama aparat pemerintah untuk senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungannya,
dengan memberikan pelayanan yang terbaik, secara transparan dan berakuntabilitas.

Broadbent dan Guthrie (1992) memberikan kerangka identifikasi sektor publik dari dua
karakteristik, yaitu aktivitasnya dan kepemilikannya. Ditinjau dari karakteristik aktivitas, sektor
publik terdiri dari:
 Aktivitas-aktivitas yang didanai oleh pemerintah dari hasil pungutan pajak (termasuk
hutang yang kemudian dilunasi dengan menggunakan pajak).
 Aktivitas-aktivitas penyediaan layanan yang bersifat monopolistik yang dipandang sebagai
bagian dari infrastruktur masyarakat yang pendanaannya sebagian disediakan oleh
pemerintah.

Perbedaan Audit Sektor Public Dengan Audit Swasta

Dalam level teknis audit sektor publik sama dengan jenis audit lainnya. Beberapa teknik
audit sektor publik relatif kurang berkembang dibandingkan dengan audit sektor swasta,. Namun,
tekanan untuk berubah telah membuat auditor sektor publik mengimbangi dan kadang
mengungguli sektor swasta.
Perbedaan yang paling mendasar antara audit sektor publik dan swasta adalah
pertimbangan kebijakan politik. Dalam akhir proses audit, khususnya dalam audit keuangan,
auditor akan menggunakan objektivitas terbaiknya dan rekomendasi secara menyeluruh. Auditor
yang kurang berpengalaman dalam sektor publik biasanya memberikan rekomendasi yang
kontroversial seperti meningkatkan harga untuk mengimbangi kenaikan beban. Hal yang penting
untuk membedakan audit sektor publik dan swasta adalah perbedaan kepentingan antara
kebijakan politik dan rasional ekonomi, kebijakan politik biasanya diprioritaskan dalam sektor
publik setidaknya dalam jangka pendek.

Audit pada sektor swasta lebih ditentukan oleh interaksi antara pemilik perusahaan dan
manajemen perusahaan yang banyak ditentukan oleh kontrak-kontrak yang terjadi di antara
mereka. Sebaliknya, pada sektor publik interaksi antara pemilik, dalam hal ini masyarakat yang
diwakili oleh legislatif, dengan manajemen sektor publik (pemerintah) diatur dengan jelas pada
berbagai peraturan perundang-undangan. Audit sektor publik juga sangat dipengaruhi oleh
peraturan perundang-undangan. Berbagai peraturan perundang-undangan tersebut terutama
mengatur hal-hal yang harus diaudit dan yang harus dilaporkan dalam laporan audit. Oleh karena
itu, audit sektor publik sangat menekankan aspek ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Juga, laporan audit sektor publik menyediakan informasi lebih banyak
daripada laporan audit pada sektor swasta. Hal ini pada gilirannya akan menyebabkan lebih
luasnya tanggung jawab auditor sektor publik dibandingkan dengan rekan mereka pada sektor
swasta.

Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik

Untuk mengetahui kinerja organisasi maka setiap organisasi harus memiliki kriteria
keberhasilan berupa target-target tertentu yang hendak dicapai, dimana tingkat pencapaian atas
target tersebut didasarkan pada suatu konsep tertentu yang sudah teruji validitasnya dalam
melakukan pengukuran kinerja suatu organisasi. Pengukuran kinerja organisasi publik
merupakan suatu alat perencanaan dan sistem pengendalian manajemen yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non
finansial. Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama,
pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran
kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran
program unit kerja. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber
daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk
mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi pelanggan.

Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer
dalam pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas disini bukan sekedar kemampuan
menunjukkan uang publik dibelanjakan, akan tetapi juga meliputi kemampuan menunjukan
bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomies, efisien, dan efektif. Beberapa
pendapat juga menyatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas dalam
organisasi (Whitakker dan Simons dalam BPKP, 2000). Jadi pengukuran kinerja dapat
disimpulkan sebagai suatu metode atau alat yang digunakan untuk menilai pencapaian
pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana strategis sehingga dapat diketahui kemajuan
organisasi serta untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Teague dan Eilon (1973) dalam Wilson (2000:127), mengemukakan bahwa menurut
pandangan tradisional, pengukuran kinerja memiliki tiga tujuan penting yaitu: menjamin
pencapaian tujuan atau sasaran, mengevaluasi, mengendalikan dan meningkatkan prosedur dan
proses, serta untuk membandingkan dan menilai kinerja organisasi, tim dan individu yang
berbeda. Menurut Mahmudi (2007), tujuan dilakukannya pengukuran kinerja organisasi sektor
publik adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi
2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
3. Memperbaiki kinerja periode berikutnya
4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian
reward dan punishment
5. Memotivasi pegawai
6. Menciptakan akuntabilitas publik

Kebanyakan organisasi swasta menggunakan laba sebagai ukuran kinerjanya. Namun


tidak demikian dengan organisasi publik, karena laba bukanlah merupakan tujuan utama, namun
organisasi lebih memusatkan perhatian pada peningkatan pencapaian kesejahteraan rakyat.
Disamping itu, output organisasi publik umumnya bersifat intangible dan indirect, atau menurut
Mardiasmo (2004), karena sifat multidimensional kinerja organisasi sektor publik, maka tidak
ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif.
Artinya ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja organisasi sektor publik, perlu
dikembangkan ukuran kinerja yang bersifat nonfinansial.

Menurut Mulyadi dan Setyawan (1999), ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan
kondisi riil perusahaan di masa lalu dan tidak mampu menjadi pedoman bagi suatu organisasi
kearah yang lebih baik, serta hanya berorientasi jangka pendek. Sehingga dalam mengukur
kinerja sektor publik tidak cukup hanya melakukan analisis kuantitatif tetapi juga dengan
melakukan analisis kulitatif (Bourn, 2007). Beberapa kebijakan yang diambil oleh pemerintah
seringkali tidak berorientasi kepada keuntungan, melainkan kesejahteraan masyarakat
(contohnya: pembangunan jembatan, waduk, irigasi, dsb). Apabila dilihat dari tujuan dan sumber
pendanaannya maka terdapat 2 tipe organisasi sektor publik (Mahsun, 2009) yaitu:

1. Pure non profit organization, tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual
barang dan/atau jasa dengan maksud untuk melayani dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari pajak, retribusi, dan
pemenerimaan pemerintah lainnya.
2. Quasi non profit organization, tujuan organisasi ini adalah menyediakan atau menjual
barang dan/atau jasa dengan maksud untuk melayani dan memperoleh keuntungan
(surplus). Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari investor pemerintah/swasta dan
kreditor.

Ukuran kinerja digunakan oleh pihak legislatif untuk menentukan kelayakan biaya
pelayanan (cost of service) yang akan dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik.
Sehingga pemerintah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelayanan publik atau memberikan banyak pelayanan dengan biaya murah (do more with less).
Masyarakat tentu tidak ingin terus menerus ditarik pungutan, namun tidak ada peningkatan
kualitas pelayanan yang mereka terima. Dengan memiliki pemahaman yang memadai tentang
ukuran-ukuran kinerja yang khas berlaku di sektor public, auditor akan dapat mengevaluasi
kinerja yang dilakukan pemerintah secara tepat dan informasi yang dihasilkan akan benar-benar
bermanfaat bagi pengambilan keputusan pemerintah serta sebagai alat pengawasan dari
masyarakat luas. Sistem pengukuran kinerja finansial organisasi publik juga ini lebih dirancang
untuk memenuhi kebutuhan shareholders, daripada untuk menyediakan informasi dalam
membantu pengelolaan suatu organisasi.

Suatu sistem pengukuran kinerja organisasi publik yang harus dapat meningkatkan
perhatian dan kesejajaran, mempermudah komunikasi, dan menyiapkan suatu visi yang jauh ke
depan (a forward-looking vision), sehingga semua orang dapat termotivasi untuk mengubah
perilaku mereka agar sejalan dengan tujuan organisasi publik. Suatu sistem pengukuran yang
baik haruslah menyeluruh atau komprehensif, termasuk pengukuran-pengukuran penting dari
seluruh bidang operasional maupun dari semua jenis pengukuran. Sistem tersebut juga harus
termasuk pengukuranpengukuran finansial maupun non finansial, indikator-indikator dari hasil di
masa lampau dan prediktor-prediktor dari kinerja di masa datang, dan pengukuran-pengukuran
yang mencakup faktor waktu, biaya dan kualitas. Namun dewasa ini semua harapan terkait
sistem pengukuran kinerja yang ideal pada sektor publik masih menghadapi beberapa kendala.
Mahsun (2009) menyatakan beberapa kendala yang dihadapi dalam pengukuran kinerja
organisasi sektor publik, antara lain:
1. Tujuan organisasi bukan memaksimalkan laba. Tujuan organisasi sektor publik
adalah peningkatan pelayanan publik dan penyediaan barang publik.
2. Sifat output adalah kualitatif, intangible dan indirect. Output yang dihasilkan dari
kegiatan organisasi publik pada umumnya bersifat kualitatif, tidak berwujud dan
tidak langsung dirasakan pada saat itu sehingga kinerja organisasi lebih sulit diukur.
3. Antara input dan output tidak mempunyai hubungan secara langsung (discretionary
cost centre). Dalam konsep akuntansi pertanggungjawaban, organisasi sektor publik
merupakan sebuah entitas yang harus diperlakukan sebagai pusat
pertanggungjawaban (responsibility centre). Sedangkan disisi lain karateristik input
(biaya) yang terjadi sebagian besar tidak dapat ditelusur secara langsung dengan
outputnya, sebagaimana sifat biaya kebijakan (discretionary cost). Hal ini
menyebabkan sulitnya ditetapkan standar tolok ukur kinerja.
4. Tidak beroperasi berdasarkan market force sehingga memerlukan instrumen
pengganti mekanisme pasar. Organisasi sektor publik tidak beroperasi sebagaimana
adanya market competition sehingga tidak semua output yang dihasilkan tersedia di
pasar. Oleh karena itu tidak ada pembanding yang independen maka dalam
pengukuran kinerja diperlukan instrumen pengganti mekanisme pasar.
5. Berhubungan dengan kepuasan pelanggan (masyarakat). Organisasi sektor publik
menyediakan jasa pelayanan bagi masyarakat yang sangat heterogen, dengan
demikian mengukur kepuasan masyarakat yang mempunyai kebutuhan dan harapan
yang beraneka ragam adalah pekerjaan yang tidak mudah.

Tantangan Dan Kendala Dalam Audit Sektor Publik

Berbagai macam tantangan dan kendala dialami oleh seorang auditor dalam
melaksanakan tugasnya. Khususnya terkait dengan auditor sektor publik akan sangat erat dengan
praktek korupsi yang marak terjadi di kalangan penjabat pemerintah. Usaha-usaha untuk
memberikan “tawaran” yang berhubungan dengan audit akan semakin gencar diberikan.
Menurut pendapat saya terdapat faktor utama yang dalam upaya pemberantasan penyalahgunaan
keuangan negara yaitu adalah integritas dari seorang auditor itu sendiri. Sepandai apapun
seseorang, apabila tidak memiliki integritas dalam jiwanya, maka ilmu yang dimiliki dapat
digunakan tanpa rasa tanggung jawab. Integritas ini juga menjadi salah satu aspek penting yang
ditekankan dalam stadart audit baik sektor privat maupun publik.

Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena menjunjung
tinggi kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa kejujuran tetapi juga sifat dapat
dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan oleh
auditor ketika memunculkan keunggulan personal ketika memberikan layanan profesional
kepada instansi tempat auditor bekerja dan kepada auditannya. Misalnya, auditor seringkali
menghadapi situasi di mana terdapat berbagai alternatif penyajian informasi yang dapat
menciptakan gambaran keuangan atau kinerja yang berbeda-beda. Dengan berbagai tekanan
yang ada untuk memanipulasi fakta-fakta, auditor yang berintegritas mampu bertahan dari
berbagai tekanan tersebut sehingga fakta-fakta tersaji seobyektif mungkin. Auditor perlu
mendokumentasikan setiap pertimbangan-pertimbangan yang diambil dalam situasi penuh
tekanan tersebut. Dengan demikian integritas merupakan hal yang wajib dimiliki oleh setiap
auditor sektor publik.

Isu lain yang sedang hangat menjadi perbincangan adalah sejauh mana kontribusi audit
sektor publik sebagai alat peningkatan kualitas kinerja organisasi pemerintahan. Auditor dirasa
memiliki sedikit berkontribusi pada peningkatan organisasi dan tantangan untuk menemukan
cara-cara baru untuk memberikan pelayanan publik yang memenuhi kebutuhan masyarakat
dengan lebih baik (Bourn, 2007). Pendapat lain menyatakan auditor terlalu sibuk dengan hal-hal
kecil analisis keuangan dan konservatisme bawaan mereka mengarahkan mereka untuk fokus
pada pengurangan biaya dan untuk risiko ayat daripada memperjuangkan cara-cara baru dan
inovatif dalam melakukan sesuatu (Bourn, 2007).

Tentu auditor memiliki ruang lingkup yang cukup untuk mempengaruhi hasil dan
perilaku dalam cara mereka memberikan legitimasi bagi tindakan tertentu (Bourn, 2007).
Beberapa cara yang dapat diberikan auditor untuk meningkatkan kontribusi alat peningkatan
kualitas kinerja organisasi pemerintahan menurut Sir John Bourn (2007) antara lain: pertama,
merubah paradigma yang awalnya auditor hanya sebagai orang yang mencari-cari kesalahan
auditan menjadi auditor yang dapat berperan sebagai patner dan konsultan yang auditan dapat
manfaatkan untuk meningkatkan kinerja organisasi. Kedua, auditor dapat menganalisis lebih
dalam terkait penilaian kinerja yang dilakukan pada sektor publik sehingga tidak berfokus pada
kinerja yang dapat diukur secara kuantitatif saja, tapai juga mempertimbangkan penilaian-
penilaian kualitatif yang mendasari pengambilan suatu kebijakan pemerintah tsb. Dengan
demikian peran auditor sebagai aspek penunjang peningkatan kinerja organisasi pemerintah
dapat lebih dirasakan.

Fenomena lain yang kerap kali muncul dimana semakin besarnya usaha untuk
memperbaiki kinerja sektor publik semakin banyak pula muncul kasus-kasus terkait korupsi,
keluhan masyarakat terkait pelayanan yang diberikan pemerintah dan berbagai masalah lainnya.
Pertanyaan besar pun akhirnya muncul, sejauh mana keberhasilan auditor dalam menyelesaikan
permasalaan pada manajemen pemerintahan? Apakah organisasi, mekanisme dan pelaksanaan
audit di lembaga pemerintahan di Indonesia saat ini perlu disempurnakan agar lebih efektif dan
efisien? Istilah pemeriksaan seringkali diidentikkan dengan istilah audit. Menurut Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, objektif dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk
menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.

Dalam akhir proses audit, khususnya dalam audit keuangan pada sektor publik, auditor
akan menggunakan objektivitas terbaiknya dan rekomendasi secara menyeluruh. Sistem audit di
Indonesia dapat dijabarkan sebagai berikut: sistem audit ekstern dan audit intern pemerintah.
Audit ekstern pemerintah meliputi kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh DPR, BPK serta
oleh masyarakat. Sedangkan audit intern pemerintah dilakukan oleh BPKP, Itjend Dep./Unit
Pengawasan LPND serta oleh Bawasda. Saat ini telah terbentuk Kompartemen Akuntan Sektor
Publik (KASP), yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan profesi akuntansi sektor publik,
yang didalamnya terdapat pengembangan profesi auditing sektor publik. Profesi Akuntansi
sektor publik saat ini mencakup pengembangan profesi auditing pada sektor keuangan negara
atau pemerintahan. Terkait dengan audit pengelolaan keuangan negara, sesuai dengan
amandemen ketiga UUD 1945 tahun 2001, maka BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) akan
menjadi ”supreme audit institution” yang harus mengambil bagian terdepan dalam melakukan
perbaikan dan penyempurnaan peraturan perundangan yang berlaku. Dari penjelasan tersebut
dapat diketahui bahwa organisasi dan mekanisme terkait pelaksanaan audit di lembaga
pemerintahan di Indonesia saat ini sudah mencakup berbagai fungsi yang komperhensif dimana
antara satu lebaga dan lembaga lain saling melakukan pengawasan terhadap jalannya manajemen
pemerintahan.

Aspek yang perlu disempurnakan terkait pelaksanaan audit di lembaga pemerintahan di


Indonesia saat ini agar lebih efektif dan efisien. Pelaksanaan audit di sektor publik harus terikat
dengan peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Pada kenyataannya kondisi di masing-
masing daerah berbeda satu sama lain. Permasalahan inilah yang dihadapi auditor di lapangan
yang membutuhkan penyesuaian-penyesuaian antara praktek yang ada dan ketentuan sesuai
peraturan yang berlaku. Tekadang kondisi dilapangan membutuhkan penanganan segera yang
lebih efektif dan efisien namun konsekuensinya hal tersebut tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai