Anda di halaman 1dari 31

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 9

1. TESSA LONIKA LIMBONG :301 14 11 113


2. YANTI :301 14 11 119
3. YULI TUNTUN UNTARI :301 14 11 123
4. ZELVI OKTAPIANI :301 14 11 125

KELAS:4 AKUNTASI 4

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

TAHUN 2016

PENGUKURAN KINERJA

1. PENGERTIAN INDIKATOR KINERJA


Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan
memperhitungkan indicator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes),
manfaat (benefits): dan dampak (impacts).

2. SYARAT-SYARAT INDIKATOR KINERJA

Syarat yang berlaku untuk semua kelompok kinerja yaitu sebagai berikut:

a. Spesifik, jelas, dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi.


b. Dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantatif maupun kualitatif, yaitu dua
atau lebih yang mengukur indicator kinerja mempunyai kesimpulan yang sama.
c. Relevan, indicator kinerja harus menangani aspek objektif yang relevan.
d. Dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan,
proses keluaran, hasil, manfaat, serta dampak.
e. Harus cukup fleksibel dan sensitive terhadap perubahan/penyesuaian pelaksanaan dan
hasil pelaksanaan kegiatan.
f. Efektif: data/informasi yang berkaitan dengan indicator kinerja bersangkutan dapat
dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang tersedia.

3. PERAN DAN MANFAAT INDIKATOR KINERJA

Peran indikator kinerja, dimana melayani berbagai macam tujuan dasar yangsalah
satunya adalah menjamin pertanggungjawaban organisasi sektor publik.
Manfaat indikator kinerja:
1. Kejelasan tujuan organisasi.
2. Mengembangkan persetujuan pengukuran aktivitas.
3. Keuntungan proses produksi harus dipahami lebih jelas.
4. Tersedianya pembandingan kinerja dari organisasi yang berbeda.
5. Tersedianya fasilitas setting of target untuk penilaian organisasi dan individual.
manager sebagai bagian dari pertanggungjawaban organisasi kepada pemilik
saham
4. PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA
Langkah-langkah dalam menyusun indikator kinerja:
1. Susun dan tetapkan rencana strategis lebih dahulu, meliputi visi, misi, tujuan,
sasaran dan cara mencapai tujuan/sasaran.
2. Identifikasi data/informasi yang dapat dikembangkan menjadi indicator kinerja.
3. Pilih dan terapkan indicator kinerja paling relevan dan berpengaruh besar terhadap
keberhasilan pelaksanaan kebijaksanaan/program/kegiatan.

5. DEFINISI KINERJA DAN PENGUKURAN KINERJA

2
Menurut Mahsun(2009) dari berbagai literature secara umum,kinerja dapat diartikan
sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,tujuan,misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam perencanaan strategis suatu organisasi.Sedangkan menurut Mahmudi(2010)
kinerja diartikan sebagai suatu konstruksi yang bersifat multidimensional dan pengukurannya
sangat bergantung pada kompleksitas faktor-faktor yang membentuk dan
mempengaruhinya,antara lain:

Faktor personal/individu,meliputi:pengetahuan,skill,kepercayaan diri,motivasi dan


komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
Faktor kepemimpinan,meliputi:kualitas dalam memberikan dorongan semangat,arahan
dan dukungan yang diberikan oleh manajer atau team leader.
Faktor tim,meliputi:kualitas dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu
tim,kepercayaan terhadap sesama anggota tim,kekompakan dan keeratan anggota tim.
Faktor sisten,meliputi:sistem kerja,fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh
organisasi,proses organisasi dan kultur kinerja organisasi.
Faktor kontekstual/situasional,meliputi:tekanan dan perubahan lingkungan eksternal
dan internal organisasi.
Levine dkk.(1990) dan Dwiyanto (1995) mengemukakan tiga konsep yang dapat
dijadikan acuan untuk mengukur kinerja organisasi publik, yakni responsivitas
(reponsiveness), responsibilitas (responsibility), dan akuntanbilitas (accountability).
Responsivitas mengacu pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan yang
diberikan oleh organisasi publik dengan kebutuhan dan keinginan masyarakt. Responsibilitas
menjelaskan sejauh mana pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan dengan
prinsip-prinsip yang implisit atau eksplist. Sedangkan akuntabilitas mengaku pada seberapa
besar pejabat politi dan kegiatan organisas publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih
rakyat. Dalam konteks ini organisasi publik dinilai baik apabila keseluruhnya, atau setidaknya
sebgaian besar kegiatan, didasarkan pada upaya-upaya untuk memenuhi harapan dan
keinginan para wakil rakyat.
Selain ketiga indikator kinerja tersebut , lazim juga dipergunakan indikator lain yang
bersifat lebih khusus (Mulyadi dan Setiawan, 1999) ,yaitu :
1 Membangun kepuasan pelanggan (custumer satisfaction)
2 Produktivitas kerja kayawan;
3 Menghasilkan financial returns yang memadai.

Mardiasmo (2002:196) mengemukakan bahwa tolak ukur kinerja organisasi publik


berkaitan dengan ukuran keberhasilan yang dapat dicapai oleh organisassi tersebut. Satuan

3
ukur yang relevan digunakan adalah efisien pengelolaan dana dan tingkat kulaitas pelayanan
yang dapat diberikan kepada publik.

Bastian (2001 :331-332) mengemukakan bahwa terlepas dari bedar , jenis, sektor ,atau
spesialisasinya setiap organisasi beiasanya cenderung tertariik pada pengukuran kinerja
dalam aspek berikut:

1. Aspek finasial, meliputi anggaran rutin dalam pembangunan dari suatu instansi
pemerintah. Karena aspek finansial dapat dianalogikan sebgai aliran darah dalam
tubuh manusia, maka aspek finansial merupakan aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran kinerja.
2. Kepuasan pelanggan , dimana dalam globalisasi perdagangan ,peran dan posisi
pelanggan sangat krusial dalam penentuan strategi perusahaan. Hal serupa juga
terjadi pada instansi pemerintah. Dengan demikian banyaknya tuntutan masyarakat
akan pelayanan yang berkualitas, maka instansi pemerintah dituntut untu terus-
menerus memberikan pelayanan yang berkualitas prima. Untuk itu, pengukuran
kinerja perlu didesain sedemikian rupa sehingga pimpinan dapat memperoleh
informasi yang relavan mengenai tingkat kepuasan pelanggan.
3. Operasi bisnis internal , diaman informasi operasi beisnis internal diperlukan untuk
memastikan bahwa seluruh kegiatan instansi pemerintah sudah in-concert (seirama)
untuk mencapai dan sasaran organisasi seperti yang tercantum dalam rencana
trategis. Disamping itu , informasi operasi bisnis internal diperlukan untuk
melakukan perbaikan secara terus menerus atas efisiensi dan efektivitas operasi
perusahaan.
4. Kepuasan pegawai , dimana dalam setiap organisasi pegawai merupakan aset yang
harus dikelola dengan baik. Apabila dalam perusahaan yang banyak melakukan
inovasi, peran strategis pegawai sungguh nyata . hal serupa juga terjadi padah
instansi pemerintah. Apabila pegawai tidak terkelola dengan baik maka kehancuran
instansi pemerintah akan sangat sulit dicegah.
5. Kepuasan komunitas dan stakeholder/shareholder, di mana instansi pemerintah tidak
beroperasi in vacuum, artinya kegiatan instansi pemerintah berinteraksi dengan
berbagai pihak penaruh kepentingan terhadap keberadaanya. Untuk itu, informasi
dari pengukuran kinerja perlu didesain untuk mengakomodasikan kepuasan para
stakeholder.
6. Waktu, dimana ukuran waktu juga merupakan variabel yang perlu diperhatikan
dalam desain pengukuran kinerja. Betapa sering kita membutuhkan informasi

4
tersebut lambat diterima. Sebaliknya, informasi yang ada yang sering sudah tidak
relavan.

Dwiyanto dkk. (2002:48-49) mengemukakan ukuran dari tingkat kinerja suatu


organisasi publik secara lengkap sebagai berikut:

1. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak ahnya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas
pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara inpit dan output.
Konsep produktivitas kemudian dirasa terlalu sempit dan General Accounting Office (GAO)
mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan
seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah sati
indikator kinerja yang penting.

2. Orientasi Kualitas Layanan kepada Pelanggan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam


menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk
mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpastian masyarakat terhadap kualitas
layanan yang diterima dari organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan
masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat sering
kalitersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas
pelayanan sering kali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Karena akses
informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi,
maka ini bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah
dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi
publik.

3. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,
menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan menegmbangkan program-program pelayanan
publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas
dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung
menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya,
terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditujukan
dengan ketidakselarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas
menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.

5
Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek
pula.

4. Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjukkan pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan
organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah
bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu
merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat
digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik dengan
kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran
internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah seperti pencapaian target.
Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal juga seperti nilai-nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang
tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang
dalam masyarakat.
Berdasarkan ulasan dan pendapat dari pakar manajemen dan organisasi dalam
menjalankan misi yang dimilikinya yang dapat diukur dari tingkat produktivitas, kualitas
layanan, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas, yang mana ukuran-ukuran ini akan
diterapkan pada pengukuran kinerja organisasi yang dicapai.
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu menajer publik menilai mencapai suatu strategi memlalui alat ukur financial dan
non fianansial. Sistem pengukuran kinerja dapat diajadikan sebagai alat pengendalian
organisasi , karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment
system.
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional , sehingga tidak ada indikator tunggal
yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprensif. Berbeda dengan sektor
swasta , karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intagle output
, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena
itu , perlu dikembangkan ukuran kinerja non-finansial.

Sedangkan pengukuran kinerja(performance measurement) adalah suatu proses penilaian


kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya,termasuk
informasi atas:efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan
jasa;kualitas barang dan jasa(seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan
sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan),hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud
yang diinginkan;dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson,2002).

6
Sementara menurut Lohman(2003) pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas
penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis
organisasi.Whittaker(dalam BPKP,2000) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan
suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
dan akuntabilitas.Simmons dalam BPKP,2000 mnyebutkan bahwa pengukuran kinerja
membantu manajer dalaam memonitor implementasi strategi bisnis dengan cara
membandingkan antara hasil akrual dengan sasaran dan tujuan strategis.

Jadi pengukuran kinerja dapat disimpulkan sebagai suatu metode atau alat yang digunakan
untuk menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana strategis sehingga dapat
diketahui kemajuan organisasi serta untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas.

Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian suatu strategi
melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan
sebagai alat pengendalian organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:


1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan sasaran
program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan
keputusan.
3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan
kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna
jasa publik karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan
kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut.
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal
yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan
sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat
intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor
publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non-finansial.

6. TUJUAN PENGUKURAN KINERJA

7
Pengukuran kinerja merupakan bagian penting bagi proses pengendalian manajemen bagi
sektor publik,menurut Mahmudi(2010) terdapat enam tujuan dalam pengukuran kinerja
sektor publik yaitu:
a) Untuk mengetahui tingkat ketercapain tujuan organisasi.
b) Menyediakan sarana pembelajaran pegawai.
c) Memperbaiki kinerja pada periode berikutnya.
d) Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan reward dan
punishment.
e) Memotivasi pegawai.
f) Menciptakan akuntabilitas publik.
Sedangkan tujuan umum pengukuran kinerja,sebagai berikut:
a) Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).
b) Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat
ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.
c) Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah
serta motivasi untuk mencapai good congruence.
d) Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional.

7. MANFAAT PENGUKURAN KINERJA


Manfaat dari pengukuran kinerja sektor publik bagi pihak internal dan eksternal
organisasi (BPKP, 2000), antara lain:
a) Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk penilaian
kinerja.
b) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.
c) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan
rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.
d) Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana yang
telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
e) Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki
kinerja organisasi.
f) Mengindentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
g) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
i) Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
j) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.
k)
8. PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN UKURAN KINERJA
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-ukuran
kinerja instansi yang sesuai dengan skema indikator:

8
Evaluasi kembali ukuran yang ada Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh
manajemen. Apabila skema indikator kinerja
sudah tidak berfungsi, maka manajemen akan
mengembangkan skema baru.
Mengukur kegiatan yang penting, Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran hasil
tidak hanya hasil sering diformulasikan dalam rasio keuangan.
Pencapaian hasil akan menunjukkan adanya
permasalahan. Hasil tersebut tidak akan
menunjukkan diagnosis hasil.
Pengukuran harus mendorong tim Pembagian proses pengukuran menciptakan
kerja yang akan mencapai tujuan lingkungan tim kerja yang aktivitasnya
diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.
Pengukuran harus merupakan Agar efektif, sistem pengukuran harus
perangkat yang terintegrasi, diciptakan sebagai perangkat terintegrasi
seimbang dalam penerapannya yang diperoleh dari strategi perusahaan.
Sebagian besar perusahaan berusaha
meminimalkan biaya, meningkatkan kualitas,
mengurangi waktu pelaksanaan produksi dan
menciptakan pengembalian investasi yang
wajar.
Pengukuran harus memiliki fokus Ukuran internal yang umum dipakai dalam
eksternal jika memungkinkan sebuah organisasi perbandingan kinerja dari
tahun ke tahun. Suatu perbandingan tertentu
dapat dilakukan ke tingkatan mikro: divisi,
departemen, kelompok, bahkan individu.

9. ASPEK YANG DIUKUR


Aspek yang diukur dalam pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
a) Aspek finansial, meliputi anggaran atau cash flow.
b) Kepuasan pelanggan, manajemen perlu memperoleh informasi yang relevan
mengenai tingkat kepuasan pelanggan.
c) Operasi dan bisnis internal, untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan
organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang tercantum dalam
skema strategis.
d) Kepuasan pegawai, apabila pegawai tidak dikelola dengan baik, maka
kehancuran perusahaan sulit untuk dihindari.

9
e) Kepuasan komunitas dan shareholders/stakeholders, untuk mengakomodasikan
kepuasan dari para stakeholders.
f) Waktu, agar informasi yang diharapkan relevan dan up to date.

10. SKALA PENGUKURAN


Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a) Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya
karena dengan skala ini obyek pengukuran hanya dapat dikelompokkan berdasarkan
ciri-ciri yang sama, yang berbeda dengan kelompok lain. Kelompok-kelompok atau
golongan tidak dibedakan berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak
dapat dikatakan lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok
yang lain, tetapi hanya sekedar berbeda.
b) Skala Ordinal
Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal
karena selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat
mengolongkan obyek dalam golongan yang berbeda, skala ordinal juga mempunyai
kelebihan dari skala nominal, yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam
skala ordinal ini dapat dibedakan tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan
dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada golongan yang lain.
c) Skala Interval
Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang
sama, sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu
golongan dengan golongan yang lain dapat diketahui.
d) Skala rasio
Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena skala ini
mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya. Skala rasio
memiliki titik nol yang sebenarnya yang berarti bahwa apabila suatu obyek diukur
dengan skala rasio dan berada pada titik nol, maka gejala atau sifat yang diukur
benar-benar tidak ada.

11. TEKNOLOGI PENGUKURAN KINERJA


A. Teknologi Balace Score Card (BSC)

10
1. Perspektif keuangan, memberikan penilaian terhadap target keuangan yang
dicapai oleh organisasi dalam mewujudkan visinya.
2. Perspektif konsumen, memberikan penilaian terhadap segmen pasar yang dituju
dan tuntutan customer beserta tuntutan kebutuhan yang dilayani oleh organisasi
dalam upaya untuk mencapai terberkeuangan tertentu.
3. Perspektif proses bisnis/intern, memberikan penilaian gambar proses yang harus
dibangun untuk melayani customer dan untuk mencapai target keuangan
tertentu.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, memberikan penilaian yang
merupakan pemacu untuk membangun kompetisi personel, prasarana sistem
informasi, dan suasana lingkungan kerja yang diperlukan untuk mewujudkan
target keuangan, customer, dan proses bisnis internal.
B. Penilaian Dengan 3E (Ekonomi, Efisiensi, Efektivitas)
Efisiensi adalah hubungan antara input dan output dimana barang dan jasa
yang dibeli oleh organisasi digunakan untuk mencapai output tertentu.
Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan dimana efektivitas
diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur
organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input dimana barang dan jasa
dibeli pada kualitas yang dingnkan dan pada harga terbaik yang
dimungkinkan.

12. SIKLUS PENGUKURAN KINERJA


Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:
a) Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses penskemaan
strategi, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran, kebijakan,
program operasional dan kegiatan/aktivitas.
b) Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan setelah
perumusan strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat
dihitung, contohnya adalah jumlah klaim yang diproses.
c) Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga langkah,
yaitu: pertama, meyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam siklus
pengukuran kinerja. Kedua, mengukur kinerja dengan data yang tersedia dan data
yang dikumpulkan. Ketiga, penggunaan data pengukuran yang dihimpun, harus
dipresentasikan dalam cara-cara yang dapat dimengerti dan bermanfaat.
d) Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas indikator
hasil (outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih penting

11
dibandingkan dengan pemikiran kembali atas indikator masukan (inputs) dan
keluaran (outputs).
e) Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan ukuran kinerja
tersedian secara efektif merupakan tantangan selanjutnya. Penggunaan data
organisasi dapat dijadikan alat untuk memotivasi tindakan dalam organisasi.

13. INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA


a) Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang
telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau
perbedaan) antara kinerja aktual dengan anggaran yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar berfokus pada :
1. Varians pendapatan (revenue varians)
Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan
aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan.
2. Varians pengeluaran (expenditure variance)
Varians belanja rutin
Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan
untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang sifatnya lancar dan terus
menerus yang dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda pemerintahan
dan memelihara hasil-hasil pembangunan.
Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)
Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau
kekayaanpemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk
biaya operasional dan pemeliharaan.
Setelah dilakukan analisis varians, maka tahap selanjutnya dilakukan identifikasi sumber
penyebab terjadinya varians dengan menelusuri varians tersebut hingga level manajemen
paling bawah.
b) Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses
pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak
dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard. Dengan

12
balance scorecard kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek financial saja,
tetapi juga aspek nonfinansial.empat aspek pengukuran metode balance scorecard yaitu :

1. Perspektif finansial
2. Perspektif pelanggan
3. Perspektif efisiensi proses internal
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

Jenis informasi nonfinansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci . variabel
kunci adalah variabel yang mengindenfikasikan faktor-faktor menjadi sebab kesuksesan
organisaisi. Jika terjadi perubahan yang tidak di inginkan , maka variabel ini harus segera
disesuaikan. Suatu variabel kunci memiliki beberapa karakteristik antara lain :
a. Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi
b. Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat
c. Perubahan tidak dapat di prediksi;
d. Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera;
e. Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara
(surrgate). Sebagai contoh , kepuasan konsumen tidak dapat di ukur secara
langsung ;akan tetapi dapat dibuat ukuran di antaranya , misalnya ; jumlah aduan
,tuntutan dan demonstrasi dapat dijadikan sebgai variabel kunci.

Tabel . Variabel Kunci

Dinas/unit kerja Variabel kunci


Rumah Sakit Dan Hotel Tingkat Hunian Kamar (Kamar Yang
Dipakai : Jumlah Total Kamar Yang Tersedia)
Klinik Kesehatan Jenis Pelanggan (Masyarakat) Yang Dilayani
Perhari
Perusahaan Listrik Negara KWH Terjual
Perusahaan Telekomunikasi Jumlah Pulsa Yang Terjual
Perusahaan Air Minum Jumlah Debit Air Terjual
Pekerjaan Umum Panjang Jalan Yang Dibangun
Kepolisian Jumlah Kriminalitas Yang Tertangani
Jumlah Kecelakaan/Pelanggar Lalu Lintas
Jumlah Pengaduan Masyarakat Yang
Tertangani

14. ELEMEN POKOK PENGUKURAN KINERJA


a. Menetapkan Tujuan,Sasaran Dan Strategi Organisasi

13
Tujuan adalah pernyataan secara umum(belum secara eksplisit) tentang apa yang ingin
dicapai organisasi.Sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara
eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas.Strategi adalah cara atau teknik yang
digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran.Tujuan sasaran,dan strategi tersebut
ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi organisasi.Berdasarkan tujuan,sasaran dan
strategi tersebut selanjutnya dapat ditentukan indicator dan ukuran kinerja secara tepat.
b. Merumuskan Indikator dan Ukuran Kinerja
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang
sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian
kinerja secara langsung. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk
menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi. Indikator kinerja dapat berbentuk
faktor-faktor keberhasilan utama (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key
performance indicator). Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan
kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini menggambarkan preferensi manajerial
dengan memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan nonfinansial pada kondisi waktu
tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus secara konsisten mengikuti perubahan yang
terjadi dalam organisasi. Sedangkan indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator
yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun
nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat
digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capain kinerja.
c. Mengukur Tingkat Ketercapaian Tujuan dan Sasaran-Sasaran Organisasi
Jika kita sudah mempunyai indikator dan ukuran kinerja yang jelas, maka pengukuran
kinerja bisa diimplementasikan. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi
adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja yang telah
ditetapkan. Analisis antara hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja ini menghasilkan
penyimpangan positif, penyimpangan negatif, atau penyimpangan.nol Penyimpangan positif
berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta melampaui indikator dan ukuran
kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan negatif berarti pelaksanaan kegiatan belum berhasil
mencapai indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan nol berarti
pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai atau sama dengan indikator dan ukuran kinerja
yang ditetapkan.
d. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai
kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala

14
pengukuran tertentu. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan reward-
punishment, penilaian kemajuan organisasi dan dasar peningkatan kualitas pengambilan
keputusan dan akuntabilitas.
Feedback
Hasil pengukuran terhadap capaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau
pegelola organisasi untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya. Selain itu, hasil ini pun
bisa dijadikan landasan pemberian reward and punishment terhadap manajer dan anggota
organisasi.
Penilaian Kemajuan Organisasi
Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat
untuk menilai kemajuan yang telah dicapai organisasi. Kriteria yang digunakan untuk menilai
kemajuan organisasi ini adalah tujuan yang telah ditetapkan. Dengan membandingkan hasil
aktual yang tercapai dengan tujuan organisasi yang dilakukan secara berkala (triwulan,
semester, tahunan) maka kemajuan organisasi bisa dinilai. Semestinya ada perbaikan kinerja
secara berkelanjutan dari periode ke periode berikutnya. Jika pada suatu periode, kinerja yang
dicapai ternyata lebih rendah daripada periode sebelumnya, maka harus diidentifikasi dan
ditemukan sumber penyebabnya dan alternatif solusinya.
Meningkatkan Kualitas Pengambilan Keputusan dan Akuntabilitas
Pengukuran kinerja menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk
pengambilan keputusan manajemen maupun stakeholders. Keputusan-keputusan yang
bersifat ekonomis dan strategis sangat membutuhkan dukungan informasi kinerja ini.
Informasi kinerja juga membantu menilai keberhasilan manajemen atau pihak yang diberi
amanah untuk mengelola dan mengurus organisasi.
Di samping beberapa hal yang sudah disinggung di atas, pengukuran kinerja juga
merupakan salah satu faktor penting dalam pengimplementasian manajemen strategik. Hal ini
penting karena pengukuran kinerja merupakan salah satu tahapan dalam siklus manajemen
strategis.Dengan memahami siklus manajemen strategis tersebut dapat diketahui bahwa
pengukuran kinerja merupakan tahapan yang sangat vital bagi keberhasilan implementasi
manajemen strategis. Rencana strategis yang telah ditetapkan oleh organisasi membutuhkan
wahana untuk mewujudkannya dalam bentuk aktivitas keseharian organisasi. Implementasi
rencana strategis akan dapat mencapai kualitas yang diinginkan jika ditunjang oleh pola
pengukuran kinerja yang yang berada dalam koridor manajemen strategis. Pengukuran
kinerja yang dimulai dari penetapan indikator kinerja dan diikuti dengan implementasinya

15
memerlukan adanya evaluasi mengenai kinerja organisasi dalam rangka perwujudan visi dan
misi organisasi.
Jadi, diperlukan adanya suatu pengukuran kinerja terhadap manajer organisasi sektor
publik, sebagai orang yang diberi amanah oleh masyarakat. Pengukuran tersebut akan melihat
seberapa jauh kinerja yang telah dihasilkan dalam suatu periode tertentu dibandingkan
dengan yang telah direncanakan. Apabila dalam melaksanakan kegiatannya ditemukan
hambatan-hambatan ataupun kendala yang mengganggu pencapaian kinerjanya, juga akan
diungkapkan dalam pengukuran kinerja tersebut. Pengukuran kinerja ini sangat penting baik
bagi pihak yang memberikan amanah maupun pihak yang diberi amanah. Bagi pemberi
amanah, pengukuran kinerja dapat digunakan untuk menilai kinerja para manajer sektor
publik, apakah mereka telah menjalankan tugasnya sesuai dengan yang diamanahkan atau
tidak. Sedangkan bagi yang diberi amanah, pengukuran dapat digunakan sebagai media untuk
pertanggungjawaban atas pelaksanaan amanah yang telah dipercayakan kepada mereka.
Selain itu pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai umpan balik bagi mereka untuk
mengetahui seberapa jauh prestasi yang telah berhasil diraihnya.

15. FOKUS PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK


Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu
yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi.Jadi pengukuran kinerja harus berbasis pada
strategi organisasi.Hasil actual yang dicapai untuk setiap indicator dan ukuran
kinerja,menunjukkan tingkat ketercapaian manajemen atas strategi yang dipilih.Review hasil
aktual dengan ukuran kinerja yang ditetapkan memberikan masukan untuk diambilnya
tindakan korektif untuk perbaikan dan peningkatan kinerja selanjutnya(feedback).
Pengukuran kinerja harus didasarkan pada karakteristik operasional organisasi,hal ini
terutama diperlukan untuk mendefinisikan indicator dan ukuran kinerja yang digunakan.Hal
ini bermanfaat untuk mengkuantifikasi tingkat efisiensi dan efektivitas suatu pelaksanaan
kegiatan,selain itu pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai dasar melakukan
perubahan,penghapusan dan perbaikan sehingga hasil operasi organisasi mampu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

16. ASPEK-ASPEK PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

16
a. Kelompok masukan(input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
b. Kelompok proses (process) adalah ukuran kegiatan,baik dari segi
kecepatan,ketepatan,maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut.
c. Kelompok keluaran(output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai
dari suatu kegiatan yang dapat berwujud maupun tidak berwujud.
d. Kelompok hasil(outcome),adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah yang mempunyai efek langsung.
e. Kelompok manfaat(benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan.
f. Kelompok dampak(impact),adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun
negatif.
Menurut BPKP(2000) cakupan pengukuran kinerja sektor public harus mencakup item-
item sebagai berikut:
Kebijakan(policy):untuk membantu pembuatan maupun pengimplementasian
kebijakan.
Perencanaan dan penganggaran(planning and budgeting):untuk membantu
perencanaan dan penggaran atas jasa yang diberikan dan untuk memonitor
perubahan terhadap rencana.
Kualitas(quality):untuk memajukan standarisasi atas jasa yang diberikan maupun
keefektifan organisasi.
Kehematan:
Keadilan:
Pertanggungjawaban:

17. PERBEDAAN PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DAN SEKTOR


BISNIS
Pada organisasi bisnis,pengukuran kinerjanya dapat dilakukan dengan meilihat tingkat
laba yang berhasil diperolehnya.Apabila pengukurannya ingin ditingkatkan lagi hal ini dapat
dilihat dengan menilai berbagai hal lainnya seperti solvabilitas,rentabilitas,return on
investment dan sebagainya.
Pada organisasi sektor publik pengukuran keberhasilannya lebih kompleks,karena hal-ha
yang dapat diukur lebih beraneka ragam dan kadang-kadang bersifat abstrak sehingga
pengukuran tidak dapat dilakukan dengan hanya menggunakan satu variable saja.Dengan
kata lain tidak mudah melakukan pengukuran kinerja pada organisasi sektor public terutama
pemerintah.Khusus organisasi pemerintah selama ini pengukuran keberhasilannya dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit dilakukan secara objektif.Selama ini

17
pengukuran kinerja suatu instansi pemerintah lebih ditekankan pada kemampuan instansi
pemerintah tersebut dalam menyerap anggaran.Dengan kata lain suatu instansi akan
dinyatakan berhasil jika dapat menyerap 100% anggaran pemerintah,meskipun hasil serta
dampak yang dicapai dari pelaksanaan program tersebut masih berada jauh dibahwah
standar(ukuran mutu).Pengukuran kinerja pada organisasi sektor public menjadi sulit dan
kompleks.Suatu sistem pengukuran kinerja yang dapat memberikan informasi atau efektifitas
dan efisiensi pencapaian kinerha suatu organisasi sektor public sudah sangat mendesak untuk
disusun.

18. KENDALA DALAM PENGUKURAN KINERJA


Pengukuran kinerja pada sektor swasta bertumpu pada aspek financial karena tujuannya
adalah mencari laba sehingga mudah diukur karena bersifat kuantitatif dan nyata. Namun
kondisi ini berbeda dengan organisasi sektor publik, dimana penilaian keberhasilan organisasi
sektor publik dalam menjalankan fungsinya adalah kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat
atas penyediaan barang dan jasa publik yang bersifat kualitatif. Dengan demikian Mahsun
(2009) membuat beberapa kendala yang dihadapi dalam pengukuran kinerja organisasi
sektor publik, antara lain:
a) Tujuan organisasi bukan memaksimalkan laba. Tujuan organisasi sektor publik adalah
peningkatan pelayanan publik dan penyediaan barang publik.
b) Sifat output adalah kualitatif, intangible dan indirect. Output yang dihasilkan dari
kegiatan organisasi publik pada umumnya bersifat kualitatif, tidak berwujud dan tidak
langsung dirasakan pada saat itu sehingga kinerja organisasi lebih sulit diukur.
c) Antara input dan output tidak mempunyai hubungan secara langsung (discretionary
cost centre). Dalam konsep akuntansi pertanggungjawaban, organisasi sektor publik
merupakan sebuah entitas yang harus diperlakukan sebagai pusat pertanggungjawaban
(responsibility centre). Sedangkan disisi lain karateristik input (biaya) yang terjadi
sebagian besar tidak dapat ditelusur secara langsung dengan outputnya, sebagaimana
sifat biaya kebijakan (discretionary cost). Hal ini menyebabkan sulitnya ditetapkan
standar tolok ukur kinerja.
d) Tidak beroperasi berdasarkan market force sehingga memerlukan instrumen pengganti
mekanisme pasar. Organisasi sektor publik tidak beroperasi sebagaimana adanya
market competition sehingga tidak semua output yang dihasilkan tersedia di pasar.

18
Oleh karena itu tidak ada pembanding yang independen maka dalam pengukuran
kinerja diperlukan instrumen pengganti mekanisme pasar.
e) Berhubungan dengan kepuasan pelanggan (masyarakat). Organisasi sektor publik
menyediakan jasa pelayanan bagi masyarakat yang sangat heterogen, dengan
demikian mengukur kepuasan masyarakat yang mempunyai kebutuhan dan harapan
yang beraneka ragam adalah pekerjaan yang tidak mudah.

19. PENDEKATAN PENGUKURAN KINERJA


Kinerja organisasi sektor publik yang bersifat multidimensional memiliki makna bahwa
tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan
secara komprehensif untuk semua jenis organisasi sektor publik, dengan begitu indikator
kinerja yang dipilih akan sangat bergantung pada faktor kritikal keberhasilan yang telah
diindentifikasi. Karena adanya sifat multidimensional atas kinerja organisasi sektor publik
tersebut maka pengukuran kinerja instansi pemerintah haruslah dibuat sekomprehensif
mungkin dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi kinerja.
Menurut Niven (2003) terdapat enam konsep pengukuran kinerja organisasi sektor publik
dan organisasi non profit, yaitu:
1. Financial accountability
Adalah Pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang hanya berfokus pada seberapa besar
anggaran yang telah dikeluarkan.
2. Program products or output
Adalah pengukuran kinerja organisasi sektor publik bergantung pada jumlah produk atau jasa
yang dihasilkan dan beberapa jumlah orang yang dilayani.
3. Adherence to standards quality in service delivery
Pengukuran kinerja yang terkonsentrasi pada pelayanan yang mengarah pada ketentuan badan
sertifikasi dan akreditasi pemerintah. Badan tersebut juga bertujuan untuk menjaga kualitas
dan konsistensi produk/jasa yang mereka berikan.
4. Participant related measures
Pengukuran kinerja yang menekankan pentingnya kepastian pemberian pelayanan hanya
kepada mereka yang sangat membutuhkan, oleh karena itu organisasi sektor publik akan
melakukan penilaian klien atau pelanggan yang akan dilayani berdasarkan status
demografinya,

19
5. Key performance indicators
Pengukuran kinerja yang berdasarkan pada pembentukan kriteria-kriteria tertentu yang dapat
mewakili semua area yang ingin dinilai, untuk kemudian disusun indikator-indikator yang
mampu mengukur kriteria tersebut.
6. Client satisfaction
pengukuran kinerja organisasi publik didasarkan pada kepuasan pelanggan atas penyediaan
barang atau pelayanan publik. Beberapa faktor utama yang menentukan kepuasan pelanggan
yaitu: ketepatan waktu pelayanan, kemudahan untuk mendapat layanan dan kepuasan secara
keseluruhan.
Disamping itu, menurut Mahsun (2009) terdapat empat pendekatan pengukuran
kinerja yang dapat diaplikasikan pada organisasi sektor publik, yaitu:
I. Analisis anggaran.
Adalah pengukuran kinerja yang dilakukan dengan cara membandingkan anggaran
pengeluaran dengan realisasinya. Hasil yang diperoleh berupa selisih lebih (favourable
variance) atau selisih kurang (unfavourable variance). Teknik ini berfokus pada kinerja input
yang bersifat financial dan data yang digunakan adalah data anggaran dan realisasi anggaran.
Analisis anggaran ini bersifat analisis kinerja yang tradisional karena tidak melihat
keberhasilan program, kinerja instansi pemerintah dikatakan baik jika realisasi pengeluaran
anggaran lebih kecil daripada anggaranya dan sebaliknya jika realisasi pengeluaran anggaran
lebih besar daripada anggarannya maka kinerja instansi pemerintah tersebut dinilai tidak baik.
II. Analisis rasio laporan keuangan.
Berikut dibawah ini beberapa pendapat mengenai definisi analisis laporan keuangan
yang dikutip dari Mahsun (2009), antara lain:
a. Menurut Bernstein (1983), analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan
analisis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran
dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan.
b. Menurut Foster (1986), analisis laporan keuangan adalah mempelajari hubungan-hubungan
dalam satu set laporan keuangan pada suatu saat tertentu dan kecenderungan-kecenderungan
dari hubungan ini sepanjang waktu.
c. Menurut Helfert (1982), analisis laporan keuangan merupakan alat yang digunakan dalam
memahami masalah dan peluang yang terdapat dalam laporan keuangan.
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bawah analisis laporan keuangan
merupakan alat yang digunakan untuk memahami masalah dan peluang yang terdapat dalam

20
laporan keuangan pada suatu periode tertentu. Dalam menganalisis laporan keuangan terdapat
berbagai cara yang digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan suatu oraganisasi
salah satunya adalah teknik analisis rasio keuangan yang membandingkan angka-angka yang
ada dalam satu laporan keuangan ataupun berberapa laporan keuangan pada satu periode
waktu tertentu.
Bagi tipe organisasi publik yang bertujuan non profit maka rasio keuangan yang
berhubungan dengan kemampuan pembiayaan pemerintah dalam menyediakan barang dan
jasa publik dapat menjadi ukuran kinerja organisasi non profit. Rasio keuangan dimaksud
adalah Rasio Likuiditas yang bertujuan mengukur kemampuan suatu organisasi untuk
membayar kewajiban jangka pendek atau kewajiban yang segera jatuh tempo berdasarkan
jumlah aset lancar yang dimiliki dan Rasio Solvabilitas yang bertujuan untuk mengukur
seberapa besar aset organisasi yang dibiayai dengan hutang usaha.
III. Balanced scoredcard
Pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang berbasis pada aspek finansial dan
non finansial yang diterjemahkan dalam empat perspektif kinerja, yaitu perspektif finansial,
persektif kepuasan pelanggan, perspektif bisnis internal dan perspektif
pertumbuhan/pembelajaran.
IV. Audit kinerja (value for money)
Adalah pengukuran kinerja yang didasarkan pada konsep value for money yang
merupakan perluasan ruang lingkup dari audit finansial. Indikator pengukuran kinerjanya
terdiri dari ekonomi, efisiensi dan efektivtas. Pengukuran kinerja ekonomi berkaitan dengan
pengukuran seberapa hemat pengeluaran yang dilakukan dengan cara membandingkan
realisasi pengeluaran dengan anggarannya. Efisiensi berhubungan dengan pengukuran
seberapa besar daya guna anggaran dengan cara membandingkan realisasi pengeluaran untuk
memperoleh pendapatan dengan cara membandingkan realisasi pengeluaran untuk
memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan. Sedangkan efektifitas berkaitan dengan
seberapa tepat dalam pencapaian target dengan cara membandingkan outcome dengan output.

20. PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA


Indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah
ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama
organisasi (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance
indicator).

21
Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan
kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial dengan
memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan non-finansial pada kondisi waktu
tertentu.
Indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap
sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun non-finansial untuk
melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini digunakan oleh manajer untuk
mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.

Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :


a) Biaya pelayanan (cost of service)
Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per
unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut,
biaya per siswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya
karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman
tipe pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut maka dibuat indikator kinerja
produksi misalnya belanja per kapita.
b) Penggunaan (utilization)
Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang
ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik (public demand). Indikator
ini harus mempertimbangkan preferensi publik sedangkan pengukurannya berupa
volume absolut atau presentase tertentu, misalnya presentase penggunaan kapasitas.
Contoh lain yaitu rata-rata jumlah penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator
kinerja ini digunakan untuk mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan
yang digunakan pada tiap-tiap jalur.
c) Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)
Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena menyangkut
pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan jumlah komplain
masyarakat atas pelayanan tertentu.
d) Cakupan pelayanan (coverage)
Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau peraturan
perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat
pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

22
e) Kepuasan (satisfaction)
Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung.
Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment)
dapat juga digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun, dapat juga
digunakan indikator proksi misalnya jumlah komplain. Pembuatan indikator kinerja
tersebut memerlukan kerjasama antar unit kerja.

Contoh Pengembangan Indikator Kinerja:


Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja
Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang masuk
Biaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per pasien
yang masuk
Biaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per pasien
yang masuk
Penggunaan fasilitas
Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit
Jumlah pasien rata-rata per bed per tahun
Rasio antara pasien baru dengan pasien lama yang masuk
kembali
Proporsi tingkat hunian
Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah total
penduduk untuk wilayah tertentu
Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total panjang
jalan
Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan/total panjang
jalan
Kondisi jalan
Keamanan jalan (road safety)
Kepolisian % Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah kriminalitas
yang terdeteksi/tercatat
% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu
lintas
% Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani/Jumlah
total pengaduan masyarakat yang masuk
DPR/DPRD % Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang

23
tertangani/Jumlah total aspirasi yang masuk
Jumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahun
Jumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun
% Jumlah peserta rapat per total anggota
Dispenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

21. INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE FOR MONEY


Menurut Mahmudi (2005:97) dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik
menyatakan karakteristik indikator kinerja sebagai berikut:
a) Sederhana dan mudah dipahami,
b) Dapat diukur,
c) Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase dan angka,
d) Dikaitkan dengan standar atau target kinerja,
e) Berfokus pada costumer service, kualitas, dan efisiensi, dan
f) Dikaji secara teratur.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Value for money merupakan inti dari pengukuran kinerja pada organisasi
pemerintah. Permasalahan yang sering dihadapi oleh pemerintah dalam melakukan
pengukuran kinerja adalah sulitnya mengukur output karena output yang dihasilkan tidak
selalu berupa output berwujud tetapi lebih banyak berupa intangible output. Untuk dapat
mengukur kinerja pemerintah, maka perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai
dasar penilaian kinerja. Mekanisme yang diperlukan untuk menentukan indikator kinerja,
antara lain :
1. Sistem perencanaan dan pengendalian
Meliputi proses, prosedur, dan struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan
organisasi telah dijelaskan dan dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi
dengan menggunakan rantai komando yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi
tugas pokok dan fungsi, kewenangan, serta tanggungjawab.
2. Spesifikasi dan standarisasi

24
Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan menggunakan
spesifikasi teknis secara detail untuk memberikan jaminan bahwa spesifikasi teknis
tersebut dijadikan sebagai standar penilaian.
3. Kompetensi teknis dan profesionalisme
Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis dan standarisasi
yang ditetapkan maka diperlukan personel yang memiliki kompetensi teknis dan
professional dalam bekerja.
4. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan
hukuman (reward and punishment) yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme
pasar terkait dengan penggunaan sumber daya yang menjamin terpenuhinya value
for money. Ukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk memberikan penghargaan
dan hukuman (alat pembinaan).
5. Mekanisme sumber daya manusia
Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk memotivasi
stafnya untuk memperbaiki kinerja personal dan organisasi.
Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain :
a) Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi
b) Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan
c) Sebagai masukan untuk menentukan skema insensif manajerial
d) Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan
e) Untuk menunjukkan standar kinerja
f) Untuk menunjukkan efektivitas
g) Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang paling
baik untuk mencapai target sasaran
h) Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk
dilakukan penghematan biaya.

22. PENGUKURAN VALUE FOR MONEY


Kriteria pokok manajemen publik didasari atas: ekonomi, efisiensi, efektivitas,
transparansi, dan akuntabilitas publik. Dengan tujuan yang dikehendaki masyarakat
mencakup pertanggungjawaban atas pelaksanaan value for money, yaitu: ekonomis
(hermat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumberdaya, efisiensi (berdaya guna)
dalam penggunaan sumberdaya, serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan
atau sasaran.

25
Untuk mengukur kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif digunakanlah
indikator kinerja, yang idealnya terkait paada efisiensi biaya dan kualitas pelayanan.

23. PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUR FOR MONEY


Peran indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai pertimbangan
untuk pembuatan keputusan. Indikator value for money dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisisensi), dan indikator kualitas pelayanan
(efektifitas). Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun
eksternal dan juga akan membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan
anggaran dan dalam mengawasi kinerja anggaran.
Tiga pokok bahasan dalam indikator value for money:
1) Ekonomi
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of input). Dengan
kata lain, ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat
kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan (spending less).
2) Efisiensi
Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitasnya. Pengukuran
efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang
dihasilakn terhadap input yang digunakan (cost of output), dan dapat dikatakan
efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan
penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well).
3) Efektifitas
Pada dasarnya berhubungan erat dengan pencapaian tujuan atau target
kebijakan (hasil guna). Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses
kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).
Dari uraian diatas, value for money sangat berkaitan. Ekonomi membahas masukan
(input), efisiensi membahas masukan (input) dan keluaran (output), dan efektifitas
membahas mengenai keluaran (output) dan dampak (outcome). Dan hubungan nya dapat
digambarkan sebagai berikut:

Indikator efektifitas biaya (Cost-Effectiveness)


Indikator efisiensi dan efektifitas harus digunakan secara bersama-sama. Karena
disatu pihak mungkin pelaksanaanya sudah dilakukan secara ekonomis dan efisien akan

26
tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai target. Sedang dipihak lain, program dikatakan
efektif dalam mencapai tujuan, tetapi tidak dicapai dengan cara ekonomis dan efisien. Jika
suatu program efektif dan efisien maka program tersebut dikatakan cost-effectivenness.

24. LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR MONEY


a) Pengukuran Ekonomi
Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan
dan merupakan ukuran relatif.
b) Pengukuran Efisiensi
Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output dengan input.
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk
relatif, karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka
perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara:
Meningkatkan output pada tingkat input yang sama
Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
peningkatan input.
Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
penurunan output.
c) Pengukuran Efektifitas
Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi
tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif.
d) Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap
masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya
mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat,
sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan (Smith,
1996)
e) Estimasi Indikator Kinerja

27
Estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan :
1. Kinerja tahun lalu
Digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator kinerja. Karena
merupakan perbandingan bagi unit untuk melihat seberapa besar kinerja yang
telah dilakukan. Disamping itu, terdapat time lag antara aktivitas yang telah
dilakukan dengan dampak yang timbul dari aktivitas tersebut. Dampak yang
timbul pada tahun sekarang dapat dirasakan pada tahun yang akan datang.
2. Expert Judgement
Digunakan karena kinerja tahun lalu yang sangat berpengaruh terhadap
kinerja berikutnya. Teknik ini menggunakan pengetahuan dan pengalaman
dalam mengestimasi indikator kinerja. Expert judgement digunakan untuk
melakukan estimasi kinerja. Selain itu, dari segi biaya juga tidak terlalu mahal.
Tetapi mempunyai kelemahan yaitu sangat tergantung pada pandangan subyektif
para pengambil keputusan. Dampak dari pencapaian kinerja tidak secara
otomatis dapat dikatakan bahwa unit tersebut mengalami peningkatan kinerja.
3. Trend
Digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh
waktu dalam pencapaian kinerja unit kerja.
4. Regresi
Regresi dilakukan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel-
variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen.
f) Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja
Langkah awal dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas adalah memahami operasi dalam menganalisis kegiatan dan program
yang akan dilaksanakan. Terdapat dua jenis kebijakan yaitu input dan proses yang
mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi sumber daya input untuk dikonversi
menjadi output melalui satu atau beberapa proses konversi atau operasi.
Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu: output, akibat, dampak, dan distribusi
manfaat. Output yang diproduksi diharapkan akan memberikan sejumlah akibat dan
dampak yang positif tehadap tujuan program. Hal ini disebut dengan outcome
program.
Apabila ukuran outcome tidak bersedia dan ukuran efektivitas suatu program
yang dapat dikuantifikasi tidak dapat ditentukan, maka perlu dikembangkan ukuran
kinerja antara. Karena ukuran kinerja pengganti tidak dapat mengukur secara tepat

28
dalam pencapaian program. Terlalu banyak perhatian terhadap ukuran pengganti
tersebut dapat menyebabkan perilaku disfungsional pada manajer dan pengambilan
keputusan.

Contoh indikator kinerja di Perguruan Tinggi

Pertimbangan Input
Input Mahasiswa - Latar belakang sosial ekonomi
- Latar belakang budaya
Sumber Daya - Jumlah dosen
- Fasilitas
Indikator Proses
Staf - Kualitas dosen
- Tingkat perpindahan dosen
Perkuliahan - Frekuensi temu kelas dan konsultasi
- Rasio dosen
Kurikulum - Mata kuliah utama
- Mata kuliah pilihan
Daya Dukung Pendidikan - Forum-forum ilmiah
- Saran olahraga
Organisasi - Manajemen perguruan tinggi
- Organisasi mahasiswa
Mutually - Tingkat ekspektasi dosen
- Tingkat tanggung jawab mahasiswa
Indikator Output
Mahasiswa - Sikap dan perilaku masasiswa
- Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran
Dosen - Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran
- Keterlambatan

25. PELAPORAN KINERJA

Informasi tentang kinerja manjadi informasi penting yang dibutuhkan di setiap fase
perjalanan organisasi sektor publik dalam mencapai visi dan misinya. Dalam aspek
perencanaan , informasi kinerja memberikan gambaran penting dan fundamental tentang
kondisi saat ini yang menjasi basis perencanaan. sebuah program pembrantasan buta huruf

29
misalnya , membutuhkan pencapaian tingkat buta huruf yang ada. Tanpa informasi itu ,
pemerintah akan mnegalami kerancuan dalam meningkatkan target keberhasilan dan
menghitung sumber daya yang dibutuhkan.
Informasi tentang kinerja juga dibutuhkan pada saat pelaksanaan kegiatan. Seperti
layaknya indikator dan rambu saat berkendara , informasi kenierja berguna bagi organisasi
untuk mengetahui posisi dan keberadaannya sehingga dapat mengatur strategi dan terobosan
yang dibutuhkan.
Informasi kinerja dalam bentuk laporan pertanggungjawaban menjadi infoermasi
yang krusial untuk kepentingan evaluasi. Tanpa laporan kinerja dalam proses
pertanggungjawaban, siklus penggangaran berbasis kinerja menjadi tidak lengkap
perencanaan dan kinerja. Karena itu, penggunaan uang dan pencapaian kinerja yang
bersangkutan harus bertanggung jawab pada akhir periode penggangaan. Proses audit pun
seharusnya menjadi satu kesatuan antara audit laporan keuangan dan audit kinerja.
Penjelasan di atas menunujukkan keberadaan informasi kinerja yang dibutuhkan
pada berbagai fase pengelolaan organisasi sektor publik seperti ditunjjkan bagan berikut :

Bagan 8.2
Perencanaan strategi

Informasi
kinerja

Pelaksanaan dan
Penganggaran
Pertanggungjawaban

30
Terdapat dua mekanisme pelaporan kinerja ;

1. Pelaporan secara ad hoc.


2. Pelaporan reguler.

Pelaporan kinerja secara ad hoc di lakukan diatas area tertentu secara mendalam pada waktu
yang tidak ditentukan sebelum sesuai kebutuhan. Pelaporan reguler di jadwalkan secara
rutin , misalnya tahunan. Kedua mekanisme ini saling melengkapi . pelaporan ad hoc
biasanya di lakukan sebagai respon adanya kebutuhan yang muncul dari pelaksana pelaporan
reguler.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
2. Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
3. Mahsun, Mohammad., Sulistiyowati, Firma dan Purwanugraha, Heribertus Andre,
2006, Akuntansi Sektor Publik (Edisi Pertama), Yogyakarta: BFE
4. https://www.scribd.com/doc/142718106/RMK-ASP-Kelompok-1-Pengukuran-Kinerja
5. http://mohmahsun.blogspot.co.id/2011/04/konsep-dasar-pengukuran-kinerja.html

31

Anda mungkin juga menyukai