Ditujukan kepada
Mata Kuliah : Perilaku Organisasi
Dosen : Dr.Hj.Heriyani Agustina,Dra.,M.M.,M.Si.
Oleh : Kelompok 5
Nia Madania (117090056)
Ziadatul Filda (117090101)
Alissa Baiduri H. N (117090070)
Eep Saepul Hayat (1170900
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman dan berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan makalah ini.
Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
-Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Konflik menurut Stephen P. Robbins adalah sebuah proses yang dimulai ketika
satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif,
atau akan memengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi kepedulian atau
kepentingan pihak pertama. Definisi ini mencakup beragam konflik yang orang
alami dalam organisasi, ketidakselarasan tujuan, perbedaan interpretasi fakta,
ketidaksepahaman yang disebabkan oleh ekspetasi perilaku, dan sebagainya.
-Negosiasi
Negosiasi (negotiation) sebagai sebuah proses dimana dua pihak atau lebih
melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya istilah negosiasi dan tawar
menawar secara saling menggantikan.
1.2 Rumusan Masalah
Benih – benih konflik antara kedua orang itu sudah terlihat sejak awal.
Ovitz menerima jabatan presiden Disney tanpa mengetahui wilayah kewenangan
formalnya. Pada suatu ketika, ia berkata kepada Eisner, “Saya pasrahkan diri saya
di tangan anda.” Masalahnya? Bahkan ketika sedang berusaha merekrut Ovitz,
Eisner terus mendukung orang – orang yang ia tahu memusuhi perekrutan
tersebut. Malahan, sehari sebelum perekrutan Ovitz diumumkan, dua dari
eksekutif senior Disney memberi tahu Ovitz bahwa mereka tidak akan bekerja
untuknya karena ia relatif belum berpengalaman. Salah seorang dari mereka
mengatakan, “Selamat datang di perusahaan ini. Saya hanya ingin anda tahu
bahwa saya tidak akan pernah bekerja untuk anda.” Eisner duduk dan diam saja.
Secara pribadi, Ovitz meminta Eisner untuk mendukungnya. “Saya tidak bisa
melakukannya.” Jawab Eisner.
Eisner dan Ovitz juga memiliki gaya yang berlawanan. Ovitz suka bergaya
dan penuh glamor. Tak lama setelah memulai pekerjaan di Disney, Ovitz
mengadakan pesta dengan mengundang Tom Hanks, Steven Spielberg, dan para
selebriti lain sebagai tamu istimewa. Pesta itu menghabiskan uang Disney sebesar
90.000 dolar, yang oleh Ovitz dianggap kecil. Eisner sendiri menganggapnya
terlalu mewah. Ovits juga punya kebiasaan membatalkan pertemuan pada saat –
saat terakhir, yang lazim bagi para agen Hollywood tetapi merugikan banyak
pihak di Disney. Di pengadilan, Eisner mengaku bahwa ia sudah ingin memecat
Ovitz hanya lima minggu seteleh merekrutnya. Menurut salah satu sahabat Eisner,
satu – satunya alasan ia tidak memecatnya adalah keyakinannya bahwa Ovitz akan
melakukan bunuh diri. Tetapi beberapa bulan kemudian, Eisner secara aktif
mencoba menyingkirkan Ovitz. Ia menulis kepada dua orang anggota dewan
direksi Disney, “Saya benci mengatakan hal ini tetapi kepribadiannya yang terlalu
kuat ditambah perilakunya yang tidak konsisten dan berbagai masalah patologis
lain (sekali lagi saya benci mengatakannya) merupakan kombinasi yang akan
membawa bencana bagi perusahaan ini.” Minggu berikutnya, Eisner mengirim
seorang eksekutif Disney untuk memecat Ovitz, dengan mengirim Ovitz surat
bertuliskan, “Saya berkomitmen untuk membuat situasi ini menguntungkan bagi
kedua belah pihak, untuk menjaga persahabatan kita tetap berjalin, untuk bersikap
positif ... Andalah satu – satunya orang yang menjenguk saya sewaktu saya
dirawat di rumah sakit (ketika Eisner menjalani operasi darurat janjtung) – dan
saya ingat betul itu.”
Struktur. Charlotte dan Teri bekerja di Portland Furniture Mart – sebuah peritel
mebel yang sering kali menawarkan diskon besar – besaran. Charlotte adalah
wiraniaga lapangan; Teri manajer kredit perusahaan. Kedua perempuan tersebut
telah saling mengenal selama bertahun – tahun dan memiliki banyak kesamanaa
tempat tinggal hanya berselisih dua blok, dan anak perempuan mereka yang
paling besar belajar di sekolah menengah yang sama, serta mereka pun berteman
akrab. Tetapi, meskipun Charlotte dan Teri memiliki pekerjaan ang berbeda dan
mereka sendiri mungkin berteman akrab, keduanya senantiasa saling bertengkar.
Pekerjaan Charlotte adalah menjual mebel dan ia melakukannya dengan baik.
Namun, sebagian besar penjualannya dalam bentuk kredit. Karena pekerjaan Teri
adalah memastikan perusahaan meminimalkan kerugian kredit, ia secara reguler
harus menolak permohonan kredit dari pelanggan yang baru saja melakukan
transaksi penjualan dengan Charlotte. Tidak ada yang bersifat pribadi salam
pertengkaran Charlotte dan Teri – ketentuan kerja merekalah yang
menjerumuskan keduanya ke dalam konflik.
Konflik antara Charlotte dan Teri bersifat struktual. Istilah struktur
digunakan dalam konteks ini untuk mencakup variabel – variabel seperti ukuran,
kadar spesialisasi dalam tugas – tugas yang diberikan kepada anggota kelompok,
kejelasan yurisdiksi, keserasian antara anggota dan tujuan, gaya kepemimpinan,
sistem imbalan, dan kadar ketergantungan antarkelompok.
Penelitian menunjukkan bahwa ukuran dan spesialisasi bertindak sebagai
daya yang merangsang konflik. Semakin besar kelompok dan semakin
terspesialisasi kegiatan – kegiatannya, semakin besar pula kemungkinan
terjasinya konflik. Masa kerja dan konflik fiketahui berkorelasi terbalik. Potensi
konflik cenderung paling tinggi jika anggota – anggota kelompok lebih muda dan
ketika tingkat perputaran karyawan tinggi.
Semakin besar ambiguitas dalam mendefinisikan secara tepat di mana
letak tanggung jawab atas tindakan, semakin besar potensi munculnya konfik.
Ambiguitas yurisdiksional semacam ini meningkatkan potensi pertikaian
antarkelompok untuk memperebutkan kendali atas sumber daya dan wilayah
teritorial.
Kelompok – kelompok dalam organisasi memiliki tujuan yang beragam.
Sebagai contoh, manajemen persediaan berkepentingan dengan perolehan input
secara tepat waktu dengan harga rendah, tujuan divisi pemasaran terkonsentrasi
pada penyediaan hasil (produk) dan meningkatkan pendapatan, perhatian kendali
mutu terfokus pada peningkatan mutu dan memastikan bahwa produk – produk
organisasinya memenuhi standar, dan unit produksi mencari efisiensi operasi
dengan menjaga aliran produksi tetap lancar. Beragamnya tujuan di antara
kelompok – kelompok ini merupakan salah satu sumber utama konflik. Ketika
kelompok – kelompok dalam sebuah organisasi mengejar tujuan yang beragam,
yang sebagian – seperti unit penjualan dan kredit di Portland Furniture Mart –
saling bertentangan, peluang terjadinya konflik pun akan meningkat.
Ada indikasi bahwa gaya kepemimpinan yang melekat – pengamatan
secara ketat dan terus – menerus dengan pengawasan umum terhadap perilaku
orang lain – meningkatkan potensi konflik, tetapi bukti pendukungnya tidak
terlalu kuat. Terlalu mengandalkan partisipasi juga dapat merangsang konflik.
Penelitian cenderung menemukan bahwa partisipasi dan konflik sangat
berkorelasi, tentu karena partisipasi mendorong dipromosikan perbedaan. Sistem
imbalan juga diketahui menciptakan konflik ketika perolehan salah seorang
anggota dipandang merugikan anggota lain. Terakhir, jika sebuah kelompok
bergantung pada kelompok lain (berlawanan dengan dua kelompok yang saling
mandiri) atau jika saling ketergantungan memungkinkan satu kelompok mendapat
hasil sembari merugikan kelompok lain, daya konflik pun akan terangsang.
Jika suatu konflik bersifat disfungsional, apa yang dapat dilakukan oleh para
pihak untuk meredakannya? Atau, sebaliknya, pilihan apa yang tersedia jika
konflik rendah dan perlu dieskalasi? Hal ini menuntun kita kepada teknik-teknik
manajemen konflik (conflict management). Tampilan 15-4 mengilustrasikan
berbagai teknik penting resolusi dan dorongan dan dorongan yang memungkinkan
para manajer mengendalikan tingkat konflik. Perhatikan bahwa beberapa teknik
resolusi telah dijelaskan sebagai maksud penanganan konflik. Hal ini, tentu saja,
tidak mengejutkan. Pada kondisi ideal, maksud seseorang harus mewujud menjadi
perilaku.
5) Tahap V: Akibat
Konsekuensi ini dapat bersifat fungsional, dalam arti konsep tersebut
menghasilkan kinerja kelompok, atau juga bisa bersifat disfungsional karena
justru menghambat kinerja kelompok.
Selain itu, dengan melindungi para eksekutif di kantor perusahaan di Detroit dan
mendorong mereka untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang berpangkat di
GM, perusahaan memisahkan lebih jauh mereka dari persfektif yang kiranya
saling bertentangan.
Ada pula bukti yang menunjukan bahwa konflik juga terkait secara positif
terhadap produktivitas. Misalnya di perlihatkan bahwa diantara kelompok-
kelompok yang mapan, kinerja cenderung membaik ketika timbuk konflik antar
anggota daripada ketika ada kesalahpahaman yang tertutup. Para peneliti
mengamati bahwa ketika kelompok menganalisis berbagai keputusan yang telah
dibuat oleh para anggota individual dari kelompok itu, rata-rata perbaikan diantara
kelompok-kelompok dengan tingkat konflik tinggi 73 persen lebih besar daripada
rata-rata perbaikan dari kelompok yang dicirikan oleh tingkat konflik rendah.27
para peneliti hasil mendapat hasil yang serupa: kelompok-kelompok yang
tersusun atas anggota-anggota yang beragam kepentingan cenderung
menghasilkan solusi berkualitas lebih tinggi dari beragam masalah daripada
kelompok yang homogen.28
Hal-hal tadi membawa kita pada kesimpulan sementara bahwa meningkatnya
keragamankultur dari anggota dapat memberikan manfaat.
Lebih besar bagi organisasi. Dan, itulah yang ditunjukan oleh bukti-bukti.
Penelitian memperlihatkan bahwa heterogenitas antaranggota kelompok dan
organisasi dapat meningkatkan kreativitas, memperbaiki kualitas keputusan, san
memfasilitasi perubahan dengan cara meningkatkan fleksibilitas anghota.29
Sebagai contoh, ara peneliti membandingkan kelompok-kelompok pengambil
keputusan yang seluruhnya terdiri atas orang-orang Kaukasia dengan kelompok-
kelompok yang juga beranggotakan orang-orang dari kelompok etnik Asia,
Hispanik (keturunan Spanyol), dan kulit hitam. Kelompok-kelompok yang secara
etnis beragam ini menghasilkan ide yang lebih efektif dan bisa dijalankan serta ide
ide unik yang mereka munculkan tersebut cenderung berkualitas dibanding ide-
ide unik yang ihasilkan olej kelompol yang seluruh anggotanya berasal dari etnik
Kaukasia.
2.4 NEGOSIASI
Negosiasi merasuki setiap interaksi dari hampir semua orang dalam
kelompok dan organisasi. Anda yang jelas: para manajer bernegosiasi dengan
karyawan, rekan sejawat, dan atasan; wiraniaga bernegosiasi dengan pelanggan;
agen pembelian bernegosiasi dengan pemasok. Dan, adapula yang sangat
sederhana: seorang karyawan setuju menjawab telepon dari seorang kolegan nya.
Selama beberapa menit untuk saling berbagi keuntungan. Dalam
organisasi yang berstruktur renggang dewasa ini, dimana para anggotanya
semakin menyadari bahwa mereka harus bekerja dengan kolega yang tidak berada
di bawah wewenang langsungnya dan yang tidak nertanggung jawab pada atasan
yang sama dengannya, keterampilan negosiasi menjadi sangat penting.
Tahu anda harga yang dimintanya. Anda tidak ingin membayar setinggi
itu. Anda berdua kemudian menegosiasikan harganya. Strategi negosiasi yang
anda teraplan disebit tawar-menawar distributif (distibutive bargaining). Cirinya
yang paling jelas adalah bahwa strategi ini berjalan dibawah kondisi zero-sum itu
artinya, perolehan apapun yang saya dapatkan adalah dengan mengorbankan anda,
dan sebaliknya. Kembali ke contoh mobil bekas tadi, setiap dolar yang bisa anda
peroleh dari turunnya harga mobil tersebut adalah satu dolar yang bisa anda
selamatkan dalam dompet anda. Sebaliknya, setiap tambahan dolar yang diperoleh
penjual dari anda merupakan pengeluaran anda. Jadi, hakikat tawar-menawar
distributif menegosiasikan siapa pendapat bagian apa dari sebuah kue yang
besarnya sama dan tetap (fixed pie). Dengan kue itu, yang kami maksukan adalah
bahwa pihak-pihak yang saling menawar meyakini hanya ada sejumlah barang
atau jasa untuk di bagi. Karna itu, kue tetap adalah permainan adalah zero-sum
dalam bahwa setiap dolar di saku salah satu pihak adalah satu dolar yang keluar
dari saku lawan tawar mereka. Ketika para pihak meyakini kuenya-tetap,mereka
cenderung melakukan penawaran ditributif.
Ron lalu memberi tahu Erin bahwa ia harus berfikir lagi. Khawatir
perusahaan akan melepaskan Ron ke pesaing. Erin memutuskan untuk memberi
tahu Ron bahwa ia sedang dikejar waktu dan perlu segera mencapai kesepakatan
dengannya atau akan menawarkan pekerjaan kepada calon lainnya. Apakah anda
berfikir Erin adalah seorang perunding yamg cerdik? Ya. Mengapa? Para
perunding yang menyanpaikan tenggat waktu mempercepat konsesi dari lawan
rundingnya, yang memaksa mereka untuk mempertimbangkan kembali posisi
mereka. Dan, meskipun para perunding tidak menganggap taknik ini berhasil,
pada kenyataan nya para perunding yang menyampikan tenggat waktu lebih
berhasil.
Tawar-Menawar Integratif. Seorang wiraniaga produsen pakaian olahraa
perempuan baru saja mendapatkan pesanan senilai 15.000 dolar dari sebuah
peritel kcil. Wiraniaga itu lalu menyahkan pesanan tersebut ke departemen kredit
di perusahaannya. Ia diberi tahu bahwa perusahaan tidak dapat menyetujui kredit
kepada pelanggan itu karena catatan pembayarannya pada masa lalu tidak terlalu
baik. Hari berikutnya wiraniaga dan manajer kredit perusahaan itu bertemu untuk
membahas masalah tersebut. Wiraniaga jelas tidak ingin kehilangan peluang.
Demikian pula si manajer kredit, ia tidak ingin terjebak pada utang yang tak
terbayar. Keduanya membahas pilihan-pilihan yang ada secra terbuka. Setelah
banyak diskusi, mereka menyepakatu satu solusi yang mewadahi kebutuhan
mereka berdua: manajer kredit mau menyetujui penjualan tersebut, asalkan
pemilik toko pakaian bersedia memberikan jaminan bank bahwa mereka akan
melakukan pembayaran ketika tagihan tidak dibayar dalam waktu 60 hari.
Negosiasi antara bagian penjualan dan bagian kredit ini merupakan contoh dari
tawar-menawar integratif (intergative bargaining). Berkebalikan dengan tawar-
menawar distributif, tawar-menawar intergratif dilakukan atas dasar asumsi bahwa
ada satu penyelesaian atau lebih yang dapat menciptakan solusi menang-menang
atau saling menguntungkan.
Kita akan menutup pembahasan mengenai negoisasi ini dengan meninjau empat
isi kontemporer dalam negoisasi yaitu peran suasana hati dan sifat-sifat
kepribadian, perbedaan gender dalam bernegoisasi, efek perbedaan kultur
terhadap gaya bernegoisasi dan pemakaian pihak ketiga untuk membantu
menyelesaikan perbedaan.
Peran Suasana Hati dan Sifat Kepribadian dalam Negoisasi. Anda tentu tidak
terkejut mengetahui bahwa suasana hati penting dalam bernegoisasi. Para
perunding yang suasana hatinya positif memperoleh hasil yang lebih baik
daripada mereka yang suasana hatinya biasa-biasa saja. Mengapa? Para perunding
yang ceria atau gembira cenderung lebih mempercayai pihak lain dan dengan
demikian mencapai lebih banyak penyelesaian yang saling menguntungkan. Kita
asumsikan saja Carlos, seorang manajer sebagai perunding yang sangat efektif.
Salah satu hal yang membuat Carlos jadi seorang perunding ulung adalah karena
ia membuka perundingan dengan mencoba menempatkan lawannya dalam
suasana hati yang baik. Ia berkelakar, memberikan sesuatu yang menyegarkan
atau menekankan sisi positif dari apa yang hendak dipertaruhkan. Teknik ini
membuat lawannya mengajukan penawaran secara lebih integrative karena
mereka menyampaikan prioritas mereka, lebih akurat dalam mempersepsi
kepentingan pihak lain dan juga berfikir secara lebih kreatif.
Konteks kultur dalam negoisasi secara signifikan mempengaruhi jumlah dan jenis
persiapan untuk tawar menawar, penekanan relative pada tugas dibandingkan
hubungan antarpersonal, taktik yang digunakan dan bahkan dimana negoisasi
akan dilaksanakan. Untuk mengilustrasikan lebih lanjut sebagian dari perbedaan-
perbedaan ini, mari kita perhatikan dua studi yang membandingkan pengaruh
kultur terhadap negoisasi bisnis.
Kini setelah Anda mengerti lebih banyak tentang beragam jenis strategi
tawar menawar, proses negoisasi secara umum, dan isu-isu kontemporer dalam
negoisasi, apakah menurut anda dapat bernegoisasi dengan semua yang Anda
kenali ?
Menurut kami isu ini penting karena bagi banyak orang, berbohong itu
tidak diperbolehkan dalam melakukan perundingan. Diyakini luas bahwa seluruh
gagasan tentang negoisasi dibangun diatas pasir hisapan etika, agar berhasil Anda
harus berbohong. Benerkah demikian? Yang jelas, banyak orang berpendapat
demikian. Sebagai contoh, sebuah studi menemukan bahwa 28 persen perunding
berbohong mengenai isu kepentingan bersama dalam negoisasi, sementara studi
lainnya mendapati bahwa 100 persen perunding gagal mengutarakan suatu
permasalahan dan tidak bisa secara aktif berbohong tentang masalah itu dalam
negoisasi jika mereka tidak ditanya langsung tentang isu itu. Mengapa menurut
Anda angka-angka ini begitu tinggi? Penelitian mengenai negoisasi memberikan
banyak contoh tentang bagaimana berbohong memberikan keuntungan strategis
bagi si perunding.
Perusahaan ini baru memiliki tiga orang pemimpin. Pertama adalah sang
pendiri; yang kedua putranya yaitu Donald dan pada bulan Agustus 2002, anggota
non keluarga pertama memimpin ketika Chris Lofgren diangkat menjadi CEO
menggantikan Schneider yang berusia 67 tahun. Tetapi, ini bukan seolah-olah
perusahaan itu tidak melakukan persiapan untuk kepemimpinan eksekutif. Don
Schenidel memberi tahu dewan direksinya pada tahun 1988 bahwa tugas
utamanya mereka adalah mencari seorang penerus. Lofgren bergabung dengan
perusahaan itu pada tahun 1994 sebagai seorang wakil presiden dan menjadi
direktur operasi pada tahun 2000. Setelah diangkat menjadi COO,Lofgren mulai
meletakkan kerangka kerja bagi kelompok eksekutifnya yang terdiri atas 6 orang
yang saat ini berbagi banyak tanggungjawabnya stategis perusahaan.
Jika Anda memiliki orang-orang yang tidak menerima solusi usaha, satu-
satunya peran mereka adalah fungsi mereka atau bisnis mereka, kemudian pada
akhirnya peran itu harus berpindah ke seseorang yang akan menengahi titik-titik
ketegangan, “Kata Lonfgren, dan Lofgren tidak memiliki maksud untuk
memainkan peran penengah itu.
3.1 Kesimpulan
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Konflik bertentangan dengan integrasi.
Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat.
Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi
yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap hari dan hampir
di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu, negosiasi adalah cara yang
paling efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan
kepentingan.
3.2 Saran
Mengingat pentingnya peran konflik maka perlu kiranya konflik perlu di
pelihara karena individu-individu maupun kelompok-kelompok yang
saling tergantung harus menciptakan hubungan kerja yang melampaui
batasan-batasan organisasi agar setiap organisasi dapat menunjukan
kinerjanya yang efektif, baik antar individu maupun antar kelompok.
Individu maupun kelompok dapat saling tergantung satu sama lain dalam
hal informasi, bantuan, ataupun tindakan koordinasi. Tapi faktanya adalah
mereka saling membutuhkan. Ketergantungan seperti ini dapat
meningkatkan kerja sama maupun konflik.
DAFTAR PUSTAKA