Latar Belakang
Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik -
buruk. Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika
kerja dan etika perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara perusahaan,
karyawan dan lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan
karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan perusahaan lain atau
masyarakat setempat), etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika
perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
Setiap Perusahaan memiliki peraturan-peraturan atau kode etik yang berfungsi untuk
menunjang kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Peraturan yang dibuat tidak boleh
terlalu menitikberatkan kepada pegawai. Peraturan yang telah dibuat tidak semerta-merta
menjadi peraturan yang otoriter dan mengekang. Apabila peraturan yang telah dibuat terlalu
otoriter, hal ini akan mengakibatkan kondisi yang tidak nyama untuk karyawan di perusahaan
tersebut.
Bagi Unilever, sumber daya manusia adalah pusat dari seluruh aktivitas perseroan.
Dengan memberikan prioritas pada mereka dalam pengembangan profesionalisme,
keseimbangan kehidupan, dan kemampuan mereka untuk berkontribusi pada perusahaan.
Terdapat lebih dari 6000 karyawan tersebar di seluruh nutrisi. Perseroan mengelola dan
mengembangkan bisnis perseroan secara bertanggung jawab dan berkesinambungan.
PT Unilever Indonesia Tbk
Sejarah
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai
Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris
di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No.
14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302
pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari
1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli
1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat
oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi
PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No.
C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No.
2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.
Unilever Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan terdepan untuk produk
Home and Personal Care serta Foods & Ice Cream di Indonesia. Rangkaian Produk Unilever
Indonesia mencangkup brand-brand ternama yang disukai di dunia seperti Pepsodent, Lux,
Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Walls, Blue Band,
Royco, Bango, dan lain-lain.
Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni,
2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H.
tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-
jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan
(dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-
TH.2000.
Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT Anugrah
Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT AL) yang
bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan
saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merk-merk lain atas dasar
lisensi perusahaan kepada PT Al.
Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember 2003, perusahaan
menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr
Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini berlaku
pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan Unilever
Overseas Holdings Limited pada tanggal 21 Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan
digabung dengan PT KI. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda yang
sama dengan metoda pengelompokan saham (pooling of interest). Perusahaan merupakan
perusahaan yang menerima penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi
menjadi badan hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No. 740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli
2004.
Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah menandatangani perjanjian
bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan
dengan pengambilalihan industri minuman sari buah melalui pengalihan merek Buavita dan
Gogo dari Ultra ke Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan Ultra telah
menyelesaikan transaksi pada bulan Januari 2008.
Perseroan memiliki enam pabrik di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi, dan
dua pabrik di Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, dengan kantor pusat di Jakarta.
Produk-produk Perseroan berjumlah sekitar 43 brand utama dan 1,000 SKU, dipasarkan melalui
jaringan yang melibatkan sekitar 500 distributor independen yang menjangkau ratusan ribu toko
yang tersebar di seluruh Indoneisa. Produk-produk tersebut didistribusikan melalui pusat
distribusi milik sendiri, gudang tambahan, depot dan fasilitas distribusi lainnya.
Visi
Misi
1. Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi
konsumen.
2. Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas.
3. Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.
4. Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi.
5. Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan imbalan di
atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.
6. Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan lingkungan
hidup.
1. Menelaah dan merumuskan rekomendasi paket remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi sesuai
dengan hak dan tanggung jawab mereka, dan menyampaikan rekomendasi tersebut kepada
Pemegang Saham untuk disahkan dalam instansi (RUPS).
2. Perencanaan pencalonan dan nominasi calon yang akan diusulkan sebagai anggota Dewan
Komisaris, Direksi, dan/atau anggota berbagai Komite lainnya yang berada di bawah
kepengawasan Komite. Pengangkatan jabatan untuk anggota komite tersebut berada di bawah
kewenangan dan persetujuan dari instansi terpisah, dalam hal Dewan Komisaris dan Direksi
melalui RUPST.
Sekretaris Perusahaan merupakan penghubung utama antara Perseroan dan pemegang
saham, otoritas pasar modal, investor, analis dan masyarakat, serta menjalankan peran utama
dalam menjamin transparansi dalam pengungkapan informasi dan komunikasi Perseroan, baik
secara internal maupun eksternal. Cakupan tanggung jawab Sekretaris Perusahaan meliputi:
1. Memantau kepatuhan Perseroan terhadap Undang-Undang Perseroan Terbatas dan ketentuan
serta peraturan lain yang terkait, Anggaran Dasar Perseroan, serta ketentuan pasar modal dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan berkoordinasi secara erat dengan Departemen
Corporate Legal Affairs.
2. Menjalin komunikasi secara berkala dengan otoritas pasar modal, termasuk Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI), yang
berkaitan dengan permasalahan tata kelola, tindakan korporasi dan transaksi material lainnya.
3. Memastikan bahwa Dewan Komisaris dan Direksi, media, investor, analis dan masyarakat
memperoleh informasi secara berkala tentang tindakan korporasi, posisi keuangan dan transaksi
material lainnya.
4. Menghadiri seluruh rapat Direksi dan Dewan Komisaris serta mencatat risalah rapat.
5. Memastikan bahwa seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi selalu memperoleh informasi
terkini mengenai perubahan peraturan yang terkait dan implikasinya.
Perkara Hukum Material
Perseroan terlibat dalam beberapa kasus hukum yang sedang berjalan terkait dengan
pelaksanaan kegiatan usaha Perseroan. Bagaimana pun juga, Perseroan meyakini bahwa kasus
hukum yang saat ini sedang berjalan tidak akan mempengaruhi secara material terhadap
kelangsungan usaha maupun kegiatan operasional Perseroan, termasuk jika putusan lembaga
peradilan tidak memenangkan Perseroan.
Mitra Usaha
Unilever memiliki komitmen tinggi dalam menjalin hubungan yang saling bermanfaat
dengan para pemasok, pelanggan, dan mitra usaha. Dalam jalinan bisnis, kami mengharapkan
para mitra kami untuk mematuhi prinsip bisnis yang selaras dengan prinsip bisnis kami.
Kegiatan Umum
Perusahaan Unilever diharapkan untuk menggerakkan dan mempertahankan kepentingan
bisnisnya yang sah. Unilever akan bekerjasama dengan instansi pemerintah dan organisasi
lainnya, baik secara langsung maupun melalui asosiasi-asosiasi dalam rangka mengembangkan
legislasi dan peraturan lainnya yang mungkin memengaruhi kepentingan bisnis. Unilever tidak
mendukung partai politik atau pun memberi sumbangan yang dapat membiayai kelompok-
kelompok tertentu yang kegiatannya diperkirakan akan mendukung kepentingan partai.
Lingkungan
Unilever memiliki komitmen untuk terus menerus mengadakan perbaikan dalam
pengelolaan dampak lingkungan dan mendukung sasaran jangka panjang untuk mengembangkan
suatu bisnis yang berkelanjutan. Unilever akan bekerjasama dalam kemitraan dengan pihak lain
untuk menggalakkan kepedulian lingkungan, meningkatkan pemahaman akan masalah
lingkungan dan menyebar-luaskan budaya karya yang baik.
Inovasi
Dalam upaya melaksanakan inovasi ilmiah demi memenuhi kebutuhan konsumen, kami
akan senantiasa merujuk pada keinginan konsumen dan masyarakat. Kami akan bekerja atas
dasar keilmuan yang tepat, dan menerapkan standar keamanan produk secara ketat.
Persaingan
Unilever percaya akan persaingan ketat namun sehat dan mendukung pengembangan
perundang-undangan tentang prinsip persaingan yang wajar. Perusahaan Unilever beserta seluruh
karyawannya akan melakukan kegiatan atas dasar prinsip persaingan yang sehat dan mengikuti
semua peraturan yang berlaku.
Integritas Bisnis
Unilever tidak menerima ataupun memberi, baik secara langsung maupun tidak langsung,
suapan atau keuntungan lainnya yang tidak pantas demi keuntungan bisnis atau finansial. Tidak
satupun karyawan kami yang boleh menawarkan, memberi atau menerima hadiah atau
pembayaran yang merupakan, atau dapat diartikan sebagai sarana suap. Setiap tuntutan, atau
penawaran suap harus ditolak langsung dan dilaporkan kepada manajemen. Catatan akuntansi
Unilever berikut dokumen pendukungnya harus secara tepat menjelaskan dan mencerminkan
kondisi transaksinya. Tidak ada transaksi dana atau aset yang disembunyikan atau tidak dicatat.
Semuanya akan dicatat serta dibukukan.
Benturan Kepentingan
Seluruh karyawan Unilever diharapkan menghindarkan diri dari kegiatan pribadi dan
kepentingan finansial yang dapat menyebabkan benturan kepentingan dengan tanggung jawab
mereka terhadap Perseroan. Seluruh karyawan Unilever tidak dibenarkan mencari keuntungan
pribadi atau bagi orang lain melalui penyalahgunaan kedudukan mereka.
Kepatuhan, Pemantauan dan Pelaporan
Kepatuhan terhadap CoBP merupakan syarat utama bagi keberhasilan dan keberlanjutan bisnis
kami. Direksi Unilever bertanggung jawab agar prinsip-prinsip tersebut dikomunikasikan,
dipahami dan dipatuhi oleh seluruh karyawan.
Untuk pelaksanaan sehari-hari, tanggung jawab ini didelegasikan kepada manajemen
senior di area masing-masing. Sebagai bagian dari tanggung jawab ini, dimana perlu, mereka
harus memberikan pengarahan yang lebih rinci, yang disesuaikan dengan keperluan setempat,
disamping tanggung jawab untuk melakukan pemantauan dan pelaporan tentang kepatuhan
terhadap CoBP ini setiap tahunnya.
Kepatuhan terhadap prinsip bisnis ini didukung dengan penelaahan dari Dewan
Komisaris dan Direksi yang dibantu oleh Komite Audit beserta para eksekutif Unilever.
Pelanggaran prinsip apa pun harus dilaporkan sesuai dengan prosedur yang digariskan oleh
Unilever. Direksi Unilever tidak akan menyalahkan manajemen atas kehilangan bisnis akibat
kepatuhan terhadap prinsip ini dan terhadap kebijakan serta instruksi wajib lainnya. Direksi
Unilever mengharapkan agar para karyawan melaporkan kepada mereka, atau kepada
manajemen senior apabila terjadi pelanggaran atau dugaan pelanggaran prinsip ini. Sarana telah
disediakan bagi karyawan untuk dapat melaporkan secara rahasia dan tidak akan dirugikan akibat
pelaporan tersebut.
Para karyawan memiliki pilihan untuk menyampaikan laporan melalui hotline Global
Ethics Unilever. Dalam hal demikian, permasalahan tersebut akan memperoleh tanggapan dan
tindak lanjut dari Unilever Global.
Pengendalian Internal
Unilever memiliki kerangka kerja pengendalian yang didokumentasikan, ditelaah dan
diperbaharui secara berkala oleh Direksi. Kerangka kerja tersebut meliputi manajemen risiko,
prosedur pengendalian internal dan pengendalian pengungkapan informasi. Yang dirancang guna
memberikan jaminan yang memadai, namun tidak mutlak, bahwa aset-aset Perseroan terjaga,
risiko bisnis telah dinyatakan dan seluruh informasi yang perlu diungkapkan sudah dilaporkan ke
Direksi. Pengendalian ini mencakup risiko finansial, operasional, sosial, strategis dan
lingkungan, serta ketentuan perundang-undangan.
Kerangka kerja pengendalian didukung melalui CoBP, yang menetapkan standar
profesionalisme dan integritas untuk operasional Unilever di seluruh dunia, kepatuhan terhadap
Sarbanes-Oxley Act, khususnya section 404 tentang proses Operational Control Assessment
untuk keperluan pelaporan entitas induk, yang mensyaratkan manajemen senior di setiap unit
untuk melakukan penilaian terhadap efektivitas pengendalian finansial.
Berdasarkan Piagam Audit Internal, tanggung jawab Unit Audit Internal mencakup:
a. Mengidentifikasi dan mengevaluasi paparan risiko yang signifikan dan berkontribusi terhadap
peningkatan manajemen risiko serta sistem pengendaliannya.
b. Membantu Perseroan dalam melaksanakan pengendalian yang efektif melalui evaluasi
efektivitas dan efisiensinya, serta mendorong upaya perbaikan secara kontinyu untuk mencapai
kondisi berikut:
1. Informasi keuangan dan operasional yang dapat diandalkan dan memiliki integritas.
2. Oprasional usaha dilaksanakan secara efisien dan mencapai hasil yang efektif.
3. Aset-aset Perseroan terjaga, dan
4. Tindakan dan keputusan Perseroan sesuai dengan ketentuan Perundang- undangan serta
peraturan yang berlaku.
Unit Audit Internal bertanggung jawab untuk menyusun rencana audit tahunan melalui
konsultasi dengan Direktur Utama dan Komite Audit, dan disyaratkan dalam pelaksanaannya
untuk mengkomunikasikannya secara intensif dengan Dewan Komisaris, Direksi dan Komite
Audit. Sesudah kesimpulan dari masing-masing audit, Unit ini bertugas membuat laporan tertulis
mengenai temuan, kesimpulan dan rekomendasi sekaligus mempresentasikan hasil ringkasannya
kepada Direktur Utama dan Dewan Komisaris.
Unit Audit Internal bertanggung jawab untuk menindak-lanjuti hasil audit untuk
memastikan tindakan manajemen telah diterapkan secara efektif atau bahwa manajemen senior
telah menerima risiko untuk tidak mengambil keputusan. Unit ini juga membantu manajemen
dalam kesesuaiannya dengan Sarbanes-Oxley Act, khususnya section 404 untuk keperluan
pelaporan entitas induk. Sedangkan tanggung jawab penuh atas proses kepatuhan tetap berada di
pundak manajemen.
Unit Audit Internal juga berkoordinasi dengan Auditor Eksternal terkait dengan hasil
auditnya terhadap laporan keuangan Perseroan.Unit ini diatur berdasarkan Piagam Audit
Internal, yang merinci struktur Unit Audit Internal, tugas serta tanggung jawabnya. Unit ini
dipimpin oleh Internal Audit Group Manager, yang diangkat oleh Direksi setelah memperoleh
persetujuan Dewan Komisaris, dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama
Perseroan. Dalam pelaksanaan tugasnya, Internal Audit Group Manager dibantu oleh sejumlah
auditor internal. Bapak Ferry Arief Sunandar adalah Internal Audit Group Manager saat ini.
Audit External
Laporan Keuangan Konsolidasian kami untuk tahun yang berakhir tanggal 31Desember
2011 diaudit oleh KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan (firma anggota jaringan global PwC).
Selain melaksanakan audit tersebut, KAP ini tidak melakukan jasa non-audit apapun terhadap
Perseroan.