Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERILAKU MENOLONG

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Psikologi Sosial

Dosen pengampu : Komari, S.Sos.I, M.Si

Disusun Oleh :

1. Fani Suci Kusumawati (2101016091)


2. Rif’an Chotibul Umam (2101016092)
3. Muhammad Choirul Anwar (2101016095)
4. Muhammad Zidane Yusva A. (2101016099)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perilaku Menolong”.
Shalawat serta salam kita haturkan untuk junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Komari, S.Sos.I, M.Si selaku dosen
mata kuliah Psikologi Sosial yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan pengetahuan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berbagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun teknik pengetikan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
terutama bagi penulis.

Semarang, 24 Agustus 2023

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Pengertian Perilaku Menolong...............................................................................................3
B. Bentuk-bentuk Perilaku Menolong........................................................................................3
C. Pentingnya Perilaku Menolong dalam Kehidupan Sehari-hari...........................................5
D. Perkembangan Perilaku Prososial..........................................................................................7
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menolong......................................................8
F. Perilaku Menolong Dalam Islam............................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tolong menolong sesama manusia merupakan sunnatullah yang tidak dapat
dihindari, karna manusia diciptakan bukan hanya beragam dalam hal jenis kelamin,
warna, kulit, dan suku bangsa, tapi juga beragam dalam kekayaan kompetensi ilmu
pengetahuan dan kekuatan, keberagaman tersebut sengaja diciptakan agar satu sama
lain bisa saling tolong menolong.Membantu sesama sudah menjadi hal yang lumrah,
bahkan diwajibkan dalam setiap agama yang ada di muka bumi. Bukan semata-mata
untuk menjalankan perintah agama saja, menolong sesama mengasah naluri kita
sebagai makhluk sosial.Tolong menolong tidak hanya sebatas ucapan di bibir saja,
tetapi perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap manusia wajib
untuk menolong orang-orang terdekat di sekitar yang membutuhkan.Dengan memiliki
sikap saling tolong menolong, pekerjaan sesulit apa pun akan bisa teratasi.1
Awal penelitian perilaku menolong ternyata baru mendapat kan perhatian
psikologi social, pada tahun1960-an William Mc.Dougell dalam buku nya “Social
Psychology” sebenarnya sudah memberikan penjelasan bahwa perilaku tolong
menolong bersumber dari insting yang dapat mendorong pikiran dan Tindakan.
Namun, sejak itu sampai tahun 1960-an perhatian ilmiah terhadap perilaku menolong
tampak nya tidak beranjak. Penelitian serius terhadap perilaku menolong baru muncul
pada tahun 1968 oleh Bibb latane dan John Darley. Penelitian Latane Darley dipicu
oleh insiden tragis yang menimpa Kitty Genoverse. Dalam dua puluh tahun setelah
Kitty Genovese tidak kurang dari seribu artikel tentang perilaku menolong sampai
sekarang.

1
(Arby suharyanto, 2018)

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perilaku menolong?
2. Apa saja bentuk-bentuk perilaku menolong?
3. Mengapa perilaku menolong penting dikehidupan sehari-hari?
4. Bagaimana perkembangan perilaku prososial?
5. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku menolong?
6. Bagaimana perilaku menolong dalam Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perilaku menolong.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku menolong.
3. Untuk mengetahui pentingnya perilaku menolong dalam kehidupan sehari-hari.
4. Untuk mengetahui perkembangan perilaku prososial.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menolong.
6. Untuk mengetahui perilaku menolong dalam Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Menolong


Pengertian Tindakan menolong (helping behaviour) adalah setiap tindakan yang lebih
memberikan keuntungan bagi orang lain yang membutuhkan daripada terhadap diri
sendiri. Menurut Staub (1978) & Wispe (1972), tindakan menolong adalah tindakan
yang menguntungkan orang lain yang membutuhkan lebih daripada diri sendiri
Menurut Dovidio & Penner (2001), menolong (helping) adalah suatu tindakan yang
bertujuan menghasilkan keuntungan terhadap pihak lain. Michener& Delamater
(1999), mendefinisikan menolong (helping) sebagai segala tindakan yang
mendatangkan kebaikan atau meningkatan kesejahteraan (well- being) bagi orang lain
yang membutuhkan. Sejalan dengan itu tindakan menolong juga diartikan sebagai
suatu tindakan yang menguntungkan orang lain yang membutuhkan tanpa harus
menguntungkan si penolong secara langsung, bahkan kadang menimbulkan resiko
terhadap si penolong (Baron, Byrne & Branscombe, 2006).Dari definisi-definisi di
atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan menolong adalah segala tindakan yang lebih
menguntungkan dan meningkatan kesejahteraan (well-being) orang lain yang
membutuhkan daripada terhadap diri sendiri, bahkan kadang menimbulkan resiko
terhadap si penolong.2

B. Bentuk-bentuk Perilaku Menolong


Perilaku menolong bisa mengambil beberapa bentuk, seperti membantu secara
fisik, memberikan dukungan emosional, berbagi pengetahuan atau sumber daya, atau
bahkan melakukan tindakan kecil seperti memberikan senyuman kepada orang lain.
Ini semua mencerminkan upaya untuk memberikan bantuan atau dukungan kepada
orang lain dalam berbagai situasi.
Perilaku menolong memiliki banyak bentuk. Pearce dan Amato (dalam
Schoeder, Penner, Dovidio, dan Piliavin, 1995) mencoba menggambarkan perilaku
menolong itu dengan membuat taksonomi yang membagi situasi menolong kedalam
tiga dimensi. Ketiga dimensi tersebut adalah sebagai berikut:3

2
(Arikunto, suharismi 2010)
3
Agus Abdul Rahman, PSIKOLOGI SOSIAL: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 351

3
1. Berdasarkan setting sosialnya
Perilaku menolong bisa bersifat terencana dan formal atau spontan dan tidak
formal (planned-formal versus spontaneous-informal). Misalnya, mengadopsi
anak yatim, merupakan perilaku menolong yang bersifat terencana dan formal,
sedangkan meminjamkan pensil termasuk perilaku yang tidak formal dan tidak
direncanakan.
2. Berdasarkan keadaan yang menerima pertolongan
Perilaku menolong bisa dikategorikan menjadi perilaku menolong yang bersifat
serius atau tidak serius (Serious versus not serious). Misalnya, mendonorkan
ginjal merupakan perilaku menolong yang bersifat serius, dibanding dengan
perilaku menolong menunjukkan arah jalan.
3. Berdasarkan jenis pertolongannya
Perilaku menolong bisa bersifat mengerjakan secara langsung atau tidak langsung
(Doing-direct versus giving-indirect), yaitu menunjukkan pada apakah
pertolongan tersebut diberikan secara langsung kepada korban atau melalui orang
ketiga. Menjadi relawan didalam membantu korban bencana misalnya, termasuk
perilaku menolong yang sifatnya langsung, sedangkan memberikan sumbangan
kepada korban bencana melalui lembaga tertentu termasuk perilaku menolong
yang bersifat tidak langsung.

Bentuk-bentuk perilaku menolong yang lainnya disampaikan oleh Mc. Guire


dalam penelitiannya (1994), meminta para mahasiswa untuk membuat daftar bentuk-
bentuk pertolongan yang diberikan oleh teman mereka atau orang asing yang tidak
dikenalnya. Berdasarkan daftar bentuk-bentuk pertolongan yang dibuat para
mahasiswa tersebut, Mc. Guire menyimpulkan bahwa terdapat empat jenis perilaku
menolong:4

1. Casual Helping
Yaitu memberikan pertolongan yang sifatnya biasa atau umum, seperti
meminjamkan pulpen kepada teman.
2. Substantial Personal Helping
Yaitu pertolongan yang membutuhkan usaha yang dapat menguntungkan orang
lain, seperti membantu teman yang pindah rumah.
4
Agus Abdul Rahman, PSIKOLOGI SOSIAL: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 352

4
3. Emotional Helping
Yaitu pertolongan dengan memberikan dukungan emosional atau sosial, seperti
mendengarkan cerita teman tentang masalah pribadinya.
4. Emergency Helping
Yaitu pertolongan bersifat darurat, seperti memberikan pertolongan pada orang
asing yang terkena serangan jantung atau kecelakaan lalu lintas.

C. Pentingnya Perilaku Menolong dalam Kehidupan Sehari-hari


Pentingnya sikap tolong menolong antar sesama baik dilingkungan sendiri
maupun orang lain mencerminkan kebersamaan yang tumbuh dalam lingkungan
sosial, dengan tolong menolong Masyarakat mampu bekerja sama untuk membentuk
hubungan baik antar sesama. Dengan anggapan bahwa manusia merupakan makhluk
sosial dimana manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan mempunyai keterlibatan
dengan orang lain dalam segala aspek kehidupan. Tolong menolong yang ada dalam
suatu masyarakat membentuk mentalitas bangsa menjadi lebih berkarakter serta
melahirkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi kehidupan saat ini. Dengan
persatuan yang ada, masyarakat menjadi lebih kuat dan mampu menghadapi berbagai
permasalahan yang muncul. Tolong menolong dapat memupuk persatuan dan
kesatuan antar manusia.5 Demikianpun sebaliknya, orang yang egois, yang kikir, serta
individualistis ia tidak disukai Masyarakat.
Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain, dianjurkan untuk saling membantu terhadap sesama manusia lain. Bahkan
dalam urusan ibadah kepada Tuhan pun kita juga membutuhkan bantuan orang lain.
Dengan membantu orang yang mengalami kesusahan dan membutuhkan bantuan, kita
telah melakukan kewajiban sebagai umat muslim.
Kegiatan saling tolong menolong tidak memandang atau membedakan adanya
ras, suku, bangsa, agama, keturunan, status sosial, dan pendidikan manusia. Semakin
banyak orang yang berbuat baik dengan saling menolong sesama, akan rukun dan
bermanfaat pula dalam kehidupannya serta kehidupan orang lain Wahai orang-orang
yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan
(melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-
hewan kurban) dan qala’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan
5
Adi Mandala Putra, Bahtiar, dan Ambo Upe, EKSISTENSI KEBUDAYAAN TOLONG MENOLONG
(KASEISE)SEBAGAI BENTUK SOLIDARITAS SOSIAL PADA MASYARAKAT MUNA, Vol. 3; No. 2; 2018,
Hlm 480. https://osf.io/c9bwx/download

5
(pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari
karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram,
maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum
karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat
melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-
Nya. (Q.S. al-Maidah[5]: 2).
Dalam agama Islam, kegiatan saling tolong menolong menjadi salah satu
tanda dari orang yang beriman. Menjaga persaudaraan sesama umat, menjauhi sikap
egois, dan menghargai orang lain menjadi tanda orang yang beriman dan dicintai oleh
Allah SWT. Selain itu, dengan tolong menolong membuat hidup kita terasa damai dan
tentram karena tidak membawa musuh hadir dalam kehidupan kita.

Berikut beberapa contoh bentuk perilaku tolong-menolong dalam kehidupan


sehari-hari:

1. Membantu Fisik
Misalnya, membantu seseorang membawa barang berat, memberikan jalan kepada
orang yang membutuhkan, atau membantu seseorang yang kesulitan fisik.
2. Memberikan Dukungan Emosional
Mendengarkan dengan penuh perhatian saat seseorang ingin berbicara,
memberikan nasihat atau dukungan moral, atau memberikan dukungan emosional
saat seseorang menghadapi tantangan.
3. Berbagi Pengetahuan
Berbagi informasi yang berguna atau pengetahuan tentang topik tertentu kepada
orang lain yang membutuhkannya.
4. Memberikan Bantuan Materi atau Sumber Daya
Memberikan bantuan finansial, memberikan makanan atau pakaian kepada
mereka yang membutuhkan, atau memberikan sumber daya lain seperti alat atau
peralatan.
5. Melakukan Tindakan Kecil
Melakukan tindakan kecil seperti membuka pintu untuk orang lain, memberikan
tempat duduk kepada lansia di tempat umum atau memberikan senyuman kepada
orang asing.

6
6. Menyumbangkan Waktu
Meluangkan waktu untuk melakukan kerja sukarela atau membantu dalam
kegiatan masyarakat atau lingkungan.
7. Menyediakan Bantuan Teknologi
Membantu seseorang yang tidak terbiasa dengan teknologi untuk mengatasi
masalah atau kesulitan yang terkait dengan perangkat atau aplikasi.
8. Bantuan Pendidikan
Membantu teman atau anggota kelu

arga
dalam belajar atau mengerjakan tugas sekolah atau universitas.
9. Membantu Dalam Keadaan Darurat
Menawarkan bantuan dalam keadaan darurat seperti kecelakaan, kebakaran, atau
situasi berbahaya lainnya.
10. Mendukung Orang Sakit atau Rentan
Memberikan perhatian ekstra kepada mereka yang sedang sakit, lansia, atau rentan
secara fisik atau emosional.
11. Berpartisipasi dalam Kegiatan Sukarela
Bergabung dalam kegiatan sukarela atau komunitas untuk membantu orang lain
atau memperbaiki lingkungan sekitar. Misalnya gotong royong, kerja bakti, dan
lainnya.

Ingatlah bahwa tindakan-tindakan kecil sehari-hari juga bisa memiliki dampak


besar dalam membantu orang lain dan menciptakan lingkungan yang lebih baik.

7
Semua bentuk perilaku ini memiliki tujuan yang sama, yaitu memberikan dukungan,
bantuan, dan kebaikan kepada orang lain dalam kehidupan sehari-hari.6

D. Perkembangan Perilaku Prososial


Menurut Rhingold, Hay, dan West (1976, dalam Bierhof, 2002), perilaku
prososial mulai muncul pada usia dua tahun. Hal ini bisa dimengerti karena pada usia
tersebut kompetensi kognitif dan afektif sudah cukup berkembang. Menurut Bierhof
(2002), terdapat tiga hal yang mendukung perkembangan perilaku menolong pada
anak usia dua tahun:7
1. Anak usia dua tahun sudah mempunyai kemampuan perspective-taking, suatu
kemampuan yang memungkinkannya berempati.
2. Anak usia dua tahun sudah mempunyai kemampuan untuk mengenali diri sendiri
(self-recognition), yaitu suatu kemampuan yang memungkinkannya bisa
membedakan antara dirinya dan orang lain.
3. Anak usia dua tahun sudah mampu menunjukkan respons spesifik ketika
menyaksikan orang yang menderita.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menolong


Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumya bahwa perilaku menolong
merupakan perilaku yang terpuji serta perilaku yang menjadikan nilai plus pada diri
dalam Masyarakat. Perilaku menolong terbentuk karena beberapa faktor Multi Causal
Factors, faktor personal, interpersonal serta situsional berpengaruh terhadap
munculnya perilaku menolong didalam kehidupan, dari faktor tersebut ada kadar yang
diberikan yaitu tergantung dari bagaimana kasusnya. Oleh karena itu, terdapat
beberapa perspektif untuk menjelaskan perilaku menolong.
1. Perspektif Evolusionis
Perspektif ini menjelaskan bahwa perilaku menolong bersifat genetik yaitu
manusia dianggap memiliki kecenderungan untuk menolong orang lain.
2. Perspektif Belajar Sosial

6
Agus Abdul Rahman, PSIKOLOGI SOSIAL: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 218
7
Agus Abdul Rahman, PSIKOLOGI SOSIAL: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 359

8
Perspektif belajar sosial (social learning) menjelaskan bahwa perlaku menolong
muncul karena proses belajar dari pengalaman serta pengamatan bahwa menolong
dapat menguntungkan. Seorang anak mengembangkan perilaku menolong salah
satunya dengan proses modeling atau peniruan terhadap orang-orang yang ada
dilingkungan, selain itu perilaku menolong dapat terbentuk karena adanya
pengalaman yang sebelumnya perilaku menolong dapat memberikan keuntungan.
3. Perspektif Sosial-Kultural
Perspektif sosial kultural menjelaskan bahwa perilaku menolong dipengaruhi oleh
faktor kultural, dimana nilai-nilai budaya serta norma-norma yang mendorong
masyarakatnya untuk menunjukkan perilaku prososial. Norma-norma tersebut
disosialisasikan dari generasi ke generasi sehingga terrealisasikan kepada
Masyarakat sehingga Masyarakat memiliki kecenderungan untuk melakukan
perilaku prososial.
4. Perspektif Sosial-Kognitif
Perspektif ini memandang perilaku prososial merupakan hasil dari pertimbangan
kognitif. Salah satu teori yang mengunakan perspektif ini adalah teori mengenai
model pengambilan keputusan untuk menolong dari Letane dan Darley (1970,
dalam Baron dan nBirne, 1994). Menurut mereka, seorang akan melakukan
perilaku menolong ataupun tidak merupakan hasil dari pertimbangan kognitif
yang kadang terjadi diluar kesadaran.
5. Empati
Empati merupakan salah satu bentuk emosi moral yang dapat memprediksi
perilaku, termasuk perilaku menolong. Seperti penelitab Gao, Weng, Zhou, dan
Yu (2017) yang menyimpulkan bahwa empati dapat mengurani kecendungan
agresif para gamer.

Salah satu tokoh yang memberikan perhatian terhadap empati adalah Mark H.
Davis.Davis (1983) mendefisikan empati sebagai reaksi seseorang terhadap
pengalaman orang lain yang diamatinya.8

F. Perilaku Menolong Dalam Islam

8
Dr. Agus Abdul Rahman, Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik, (Depok:
PT. Raja Grafindo Persada, 2020), hlm 332-358.

9
Bagi agama islam sendiri, perilaku tolong menolong merupakan perilaku yang
sangat dihargai dan bahkan Sebagian nya wajib dilakukan oleh para penganutnya.
Dalam surah Al-Ma’idah ayat 2 Allah SWT berfirman “Dan tolong menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan kamu tolong menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS.Al-Maidah: 2).
Allah WT mengajak untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dengan
beriringan ketakwaan kepada-Nya. Sebab, dalam ketakwaan terkandung ridha Allah.
Sementara saat berbuat baik, orang-orang akan menyukai. Barang siapa memadukan
antara ridha Allah dan ridha manusia, sungguh kebahagiaannya telah sempurna dan
kenikmatan baginya sudah melimpah. “Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-
Nya yang mukmin agar saling berta’awun di dalam aktivitas kebaikan yang mana hal
ini merupakan al-birr (kebajikan), dan agar meninggalkan kemungkaran yang mana
hal ini merupakan at-taqwa. Allah melarang mereka dari saling bahu membahu di
dalam kebatilan dan tolong menolong di dalam perbuatan dosa dan keharaman” (Al-
Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anil Azhim) Orang berilmu membantu orang
lain dengan ilmunya. Orang kaya membantu dengan kekayaannya. Hendaknya kaum
muslimin menjadi satu tangan dalam membantu orang yang membutuhkan. Jadi,
seorang mukmin setelah mengerjakan suatu amal shalih, berkewajiban membantu
orang lain dengan ucapan atau tindakan yang memacu semangat orang lain untuk
beramal. Nilai pertolongan yang diberikan oleh seorang Muslim bukan pada besar
kecilnya pertolongan, akan tetapi keikhlasan kita memberikan pertolongan.
Pertolongan yang diberikan kepada seseorang senantiasa harus dijaga agar orang yang
ditolong tersebut tidak merasa dihina, direndahkan, dan disakiti hatinya. Dijelaskan
bahwa bagi seorang mukmin yang suka menolong terhadap mukmin lainnya, maka
Allah SWT akan memberikan pertolongan kepada- nya ketika ia membutuhkan.
Sebaliknya, bila seorang mukmin tidak suka menolong saudaranya sesama mukmin
maka Allah SWT pun akan membiarkan bahkan tidak menyukai orang tersebut.9

9
(A. Asni et al., 2022)

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku menolong adalah tindakan yang memberikan keuntungan bagi orang


lain yang membutuhkan daripada diri sendiri. Bentuk-bentuk perilaku menolong
meliputi membantu secara fisik, memberikan dukungan emosional, berbagi
pengetahuan atau sumber daya, atau melakukan tindakan kecil seperti memberikan
senyuman kepada orang lain. Perilaku menolong penting dalam kehidupan sehari-hari
karena membangun hubungan sosial yang baik, memperkuat persatuan dan kesatuan,
dan menciptakan nilai-nilai luhur dalam masyarakat. Dalam Islam, perilaku tolong-
menolong juga dihargai dan diwajibkan, sebagai bentuk kebaikan dan ketakwaan
kepada Allah.

Perkembangan perilaku prososial dimulai pada usia dua tahun, didukung oleh
kemampuan perspective-taking, self-recognition, dan respons spesifik terhadap
penderitaan orang lain. Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku menolong meliputi
faktor evolusionis, belajar sosial, sosial-kultural, sosial-kognitif, dan empati.

Dalam Islam, perilaku menolong ditekankan sebagai bagian dari ketaqwaan


kepada Allah dan membantu sesama manusia adalah tindakan yang sangat dihargai.
Allah memerintahkan umat Islam untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dan
meninggalkan perbuatan dosa. Keikhlasan dalam memberikan pertolongan dan
menjaga perasaan orang yang ditolong sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Dengan
demikian, perilaku menolong merupakan aspek penting dalam kehidupan sehari-hari
yang memiliki dampak positif dalam membangun hubungan sosial, memperkuat
persatuan, dan menciptakan nilai-nilai moral yang baik dalam masyarakat, serta
dihargai dalam agama Islam.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arby Suharyanto. (2018, August 20). Teori Menolong dalam Psikologi Sosial.
DosenPsikologi.com; DosenPsikologi.com. https://dosenpsikologi.com/teori-
menolong-dalam-psikologi-sosial

Abdul Rahman, Agus, Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan
Empirik, (Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2020)

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Faozan Tri Nugroho. (2022, August 26). Contoh-Contoh Sikap Tolong Menolong, Ketahui
Manfaatnya. Bola.com; Bola. https://www.bola.com/ragam/read/5051508/contoh-
contoh-sikap-tolong-menolong-ketahui-manfaatnya

Mandala Putra, Adi, dkk, EKSISTENSI KEBUDAYAAN TOLONG MENOLONG


(KASEISE)SEBAGAI BENTUK SOLIDARITAS SOSIAL PADA MASYARAKAT
MUNA, Vol. 3; No. 2; 2018 https://osf.io/c9bwx/download

12

Anda mungkin juga menyukai