“ATRIBUSI SOSIAL”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
HAMSYAH (E031211029)
HASRAWATI (E031211040)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas khadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Psikologi
Sosial dengan judul “Atribusi Sosial”
Makalah ini telah kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak dan berbagai
sumber bacaan. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh sebab itu, kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN
BAB II PENUTUP..................................................................................................................10
A. Kesimpulan .................................................................................................................10
B. Saran ...........................................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi sosial merupakan sebuah bagian dari ilmu psikologi yaitu suatu studi yang
mengkaji tentang hubungan individu atau manusia dan kelompok dalam berperilaku dan
secara kejiwaan. Dalam psikologi sosial, mempelajari dan mengerti serta memahami tentang
hal-hal yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala sosial baik dalam dirinya maupun
kelompok yang berada di lingkungan sekitarnya.
Manusia merupakan makhluk sosial yang pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri dan
selalu membutuhkan orang lain. Ciri pokok utama yang membedakan kehidupan manusia
dengan yang lainnya adalah ciri sosialnya. Dimana kegiatan manusia berada ditengah-tengah
kehidupan bersama atau lingkungan sosial. Ditengah-tengah lingkungan sosial itulah mereka
akhirnya melakukan interaksi satu sama lain. Untuk dapat hidup berdampingan dengan orang
lain kita perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, manusia perlu
untuk memahami lingkungan dan juga orang-orang yang terdapat disekitarnya agar dapat
hidup dengan harmonis. Memahami lingkungan dan juga tingkah laku seseorang memang
diperlukan agar kita tahu dan bertindak sesuai dengan keadaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan atribusi sosial?
2. Apa saja teori-teori dari atribusi sosial?
3. Apa faktor penyebab dari atribusi sosial?
4. Apa saja jenis atribusi sosial dan contohnya?
5. Apa saja kesalahan atau bias dalam atribusi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan atribusi sosial
2. Untuk mengetahui apa saja teori-teori dari atribusi sosial
3. Untuk mengetahui apa faktor penyebab dari atribusi sosial
4. Untuk mengetahui apa saja jenis dari atribusi sosial dan contohnya
5. Untuk mengetahui apa saja kesalahan atau bias dalam atribusi
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Menurut Malle (2011), terdapat dua arti dari atribusi: Pertama, usaha kita untuk
menjelaskan penyebab munculnya suatu perilaku, dan Kedua, usaha kita untuk menapat
kesimpulan mengenai karakteristik orang yang melakukan perilaku tersebut.
2. Dayakisni (2006), Definisi atribusi sosial adalah proses yang dilakukan untuk mencari
sebuah jawaban atau pertanyaan mengapa atau apa sebabnya atas perilaku orang lain
ataupun diri sendiri.
2
3
3. Sarwono (2009), Arti atribusi sosial ialah analisis kausal, yaitu penafsiran terhadap
sebab-sebab dari mengapa sebuah fenomena menampilkan gejala-gejala tertentu.
B. Teori Atribusi Sosial
Terdapat beberapa teori dan model dalam atribusi sosial mengutip dari jurnal (Dr.
Samsuar, 2019) teori dan model antribusi sosial antara lain:
1. Model Heider
Analisa secara sistematik tentang bagaimana orang menginter-prestasikan sebab
perilaku orang lain pada awalnya dilakukan oleh Heider. Heider mengemukakan bahwa
masing masing dari kita dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain akan bertingkah
laku mirip seorang ilmuwan. Dalam menginterprestasi perilaku orang lain, orang
menggunakan prinsip-prinsip kausal yang naluriah dan commonsense psikologi dalam
emutuskan apakah perilaku orang lain diatribusikan pada faktor disposisi internal atau
tidak. Menurut model Heider, perilaku seseorang dapat disimpulkan disebabkan oleh
kekuatan-kekuatan internal (termasuk disposisi). Kekuatan-kekuatan lingkungan terdiri
dari faktor situasi yang menekan, sehingga memunculkan perilaku tertentu. Kekuatan-
kekuatan internal (personal forces) dilihat sebagai hasil dari kemampuan (ability), power
dan usaha yang ditunjukkan seseorang.
Fritz Heider mencoba mengeksplorasi sifat hubungan interpersonal, dan
menganut konsep apa yang disebutnya “akal sehat” atau “psikologi naif”. Dalam
teorinya, ia percaya bahwa orang mengamati, menganalisis, dan menjelaskan perilaku
seseorang dengan eksplanasi atau penjelasan tertentu Meskipun orang memiliki berbagai
jenis penjelasan untuk perilaku tertentu dari seseorang, Heider mengelompokkan
penjelasan menjadi dua kategori; Atribusi internal (pribadi) dan eksternal (situasional).
Ketika atribusi internal dibuat, penyebab perilaku seseorang berkaitan dengan
karakteristik individu seperti kemampuan, kepribadian, suasana hati, upaya, sikap, atau
disposisi. Akan tetapi, ketika atribusi eksternal dibuat, penyebab perilaku perilaku
seseorang berkaitan dengan situasi di mana perilaku itu dilihat seperti tugas, orang lain,
atau keberuntungan (bahwa individu yang menghasilkan perilaku melakukannya karena
lingkungan sekitar). Kedua tipe ini menghasilkan persepsi yang sangat berbeda tentang
individu yang terlibat dalam suatu perilaku.
2. Teori inferensi korespondensi
4
Ketika terdapat dua atau lebih kemungkinan faktor penyebab suatu perilaku, kita
cenderung untuk mengabaikan peran salah satu dari antaranya hal ini dikenal sebagai
suatu efek discounting. Ketika suatu penyebab yang memfasilitasi munculnya suatu
perilaku dan penyebab yang mengeliminasi terjadinya suatu perilaku, keduanya sama-
sama hadir namun perilaku tersebut tetap muncul, kita member nilai tambah pada faktor
yang memfasilitasi lahirnya perilaku tadi, hal ini disebut augmenting.
6
Perilaku orang lain memberi kita banyak informasi untuk diolah sehingga bila kita
mengobservasinya dengan hati- hati, banyak yang bisa kita pelajari dari situ. Sampai
derajat tertentu itu benar. Namun, pekerjaan ini tetap saja kompleks. Sering kali individu
bertindak bukan karena sifatnya memang demikian, namun karena dipengaruhi faktor-
faktor eksternal yang membuat dia tidak punya pilihan lain.
Untuk memahami suatu perilaku dengan baik, maka faktor-faktor penyebab
perilaku tersebut sebaiknya dianalisis dengan baik pula. Menurut Taylor, Peplau, dan
Sear, terdapat tiga dimensi kausalitas. Pertama, locus of causality atau apakah faktor
penyebab perilaku itu bersumber dari faktor eksternal atau faktor internal. Kedua,
stability atau apakah faktor penyebab tersebut bersifat stabil atau tidak stabil. Ketiga,
controllability atau apakah penyebab tersebut dapat dikendalikan atau tidak dapat
dikendalikan
1. Sumber Faktor Penyebab (Locus of Causality)
Dimensi ini mengacu pada pertanyaan apakah faktor penyebab perilaku ini bersumber
dari faktor internal atau faktor eksternal. Atribusi terhadap sumber penyebab dari suatu
perilaku mempunyai dua alternatif, yaitu apakah perilaku tersebut dikarenakan faktor
internal atau karena faktor eksternal.
2. Stabilitas Faktor Penyebab (Stability)
Selain pertanyaan “apakah suatu perilaku itu disebabkan oleh faktor internal atau
faktor eksternal?”, pertanyaan lain yang harus dijawab dalam rangka menganalisis
perilaku adalah “apakah faktor penyebab perilaku tersebut bersifat stabil atau tidak
stabil?”. Stabil-tidak stabil di sini bersifat relatif.
3. Kemampuan Mengendalikan (Controllabilit)
Dimensi ini menunjukkan pada sejauh mana faktor penyebab perilaku dapat kita
kendalikan. Baik faktor penyebab internal-eksternal maupun stabil- tidak stabil bisa
bersifat dapat dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan. Faktor penyebab internal yang
dapat dikenalikan berhubungan dengan sejauh mana usaha yang kita keluarkan,
sedangkan faktor penyebab internal yang tidak dapat dikendalikan berhubungan dengan
keterbatasan fisik, tingkat kecerdasan, atau hambatan mental.
Faktor atribusi sosial dapat pula sebagai berikut :
8
1. Melihat apa yang tampak (fisik). Misalnya cara berpakaian, cara penampilan dll.
Setiap orang mampu memberikan penilaian kepada orang lain dari apa yg mereka
lihat. Nah dari itu orang lain mampu menjudge seseorang.
2. Menanyakan langsung kepada yang bersangkutan, misalnya tentang pemikiran,
tentang motif.
D. Jenis Atribusi Sosial
Atribusi sosial secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi, yaitu internal vs
eksternal dan stabil vs tidak stabil. Berikut penjelasannya:
1. Internal vs Eksternal
Teori atribusi mengusulkan bahwa atribusi yang dibuat orang tentang peristiwa
dan perilaku dapat digolongkan sebagai internal atau eksternal. Dalam atribusi internal,
atau disposisional, orang menyimpulkan bahwa suatu peristiwa atau perilaku seseorang
disebabkan oleh faktor-faktor pribadi seperti sifat, kemampuan, atau perasaan. Dalam
atribusi eksternal, atau situasional, orang menyimpulkan bahwa perilaku seseorang
disebabkan oleh faktor situasional. Contoh dari internal dan eksternal diantaranya yaitu
ketika bisnis teman gagal, kita bisa mengaitkannya dengan kurangnya kemampuan
berbisnisnya (faktor internal, pribadi) atau tren negatif dalam perekonomi negara
(penjelasan eksternal, situasional).
Contoh lain, misalnya ketika kita mendapatkan nilai yang baik saat mengikuti
ujian tertentu, kita mungkin akan berpikir bahwa “Saya mendapatkan nilai yang baik
karena saya pintar” atau “Saya mendapatkan nilai yang baik karena saya belajar dan siap”
(faktor internal).
Akan tetapi, apabila kita mendapatkan nilai yang buruk, kita mungkin akan
berpikir bahwa “Saya gagal karena guru memasukkan pertanyaan jebakan” atau
“Kelasnya sangat panas sehingga saya tidak bisa berkonsentrasi” (faktor eksternal).
Para peneliti juga membedakan atribusi yang stabil dan tidak stabil. Ketika orang
membuat atribusi yang stabil, mereka menyimpulkan bahwa suatu peristiwa atau perilaku
disebabkan oleh faktor-faktor yang stabil dan tidak berubah. Ketika membuat atribusi
9
yang tidak stabil, mereka menyimpulkan bahwa suatu peristiwa atau perilaku disebabkan
oleh faktor sementara yang tidak stabil. Adapun contoh dari stabil vs tidak stabil
diantaranya yaitu ketika Lee mendapat nilai D pada paper sosiologinya. Jika dia
mengaitkan grade dengan fakta bahwa dia selalu bernasib buruk, dia membuat atribusi
yang stabil. Jika ia mengaitkan kelas dengan fakta bahwa ia tidak punya banyak waktu
untuk belajar minggu itu, ia membuat atribusi yang tidak stabil.
Sebagai mahasiswa sosiologi yang juga mempelajari tentang berbagai aspek ang
ada pada masyarakat, kita perlu berupaya untuk lebih memahami dan mengerti perilaku-
perilaku yang ada pada manusia, dan sungguh-sungguh mempelajari tentang ilmu
psikologi sosial. Supaya ketika terjun dalam dunia sosial kita dapat mempraktekkan ilmu
yang telah didapat di perguruan tinggi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Agus Abdul Rahman. M, Psi. 2018. Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan
Pengetahuan Empirik. Jakarta: Raja Grafindo Persada Rajawali Pers
Dr. Samsuar, M. 2019. ATRIBUSI. Jurnal Network Media Vol: 2 No. 1 Universitas
Darmawangsa, 65-67
11