Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

“ATRIBUSI SOSIAL”

(Dosen Pengampu : Atma Ras S.Sos., MA)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

NOVIA TRI RAHMAWATI (E031211002)

MUH. REZA (E031211009)

ANNISA NURSANTY SYAHRUDDIN (E031211011)

ERZA RINANDA PUTERI (E031211016)

HAMSYAH (E031211029)

HASRAWATI (E031211040)

HADI SISWADI HAMRAN (E031211052)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas khadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Psikologi
Sosial dengan judul “Atribusi Sosial”

Makalah ini telah kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak dan berbagai
sumber bacaan. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh sebab itu, kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.

Makassar 08 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................2

A. Pengertian Atribusi Sosial ...........................................................................................2


B. Teori Atribusi Sosial ....................................................................................................3
C. Faktor Penyebab Atribusi Sosial ................................................................................6
D. Jenis Atribusi Sosial .....................................................................................................7
E. Kesalahan dalam Atribusi Sosial ................................................................................8

BAB II PENUTUP..................................................................................................................10

A. Kesimpulan .................................................................................................................10
B. Saran ...........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi sosial merupakan sebuah bagian dari ilmu psikologi yaitu suatu studi yang
mengkaji tentang hubungan individu atau manusia dan kelompok dalam berperilaku dan
secara kejiwaan. Dalam psikologi sosial, mempelajari dan mengerti serta memahami tentang
hal-hal yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala sosial baik dalam dirinya maupun
kelompok yang berada di lingkungan sekitarnya.

Manusia merupakan makhluk sosial yang pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri dan
selalu membutuhkan orang lain. Ciri pokok utama yang membedakan kehidupan manusia
dengan yang lainnya adalah ciri sosialnya. Dimana kegiatan manusia berada ditengah-tengah
kehidupan bersama atau lingkungan sosial. Ditengah-tengah lingkungan sosial itulah mereka
akhirnya melakukan interaksi satu sama lain. Untuk dapat hidup berdampingan dengan orang
lain kita perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, manusia perlu
untuk memahami lingkungan dan juga orang-orang yang terdapat disekitarnya agar dapat
hidup dengan harmonis. Memahami lingkungan dan juga tingkah laku seseorang memang
diperlukan agar kita tahu dan bertindak sesuai dengan keadaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan atribusi sosial?
2. Apa saja teori-teori dari atribusi sosial?
3. Apa faktor penyebab dari atribusi sosial?
4. Apa saja jenis atribusi sosial dan contohnya?
5. Apa saja kesalahan atau bias dalam atribusi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan atribusi sosial
2. Untuk mengetahui apa saja teori-teori dari atribusi sosial
3. Untuk mengetahui apa faktor penyebab dari atribusi sosial
4. Untuk mengetahui apa saja jenis dari atribusi sosial dan contohnya
5. Untuk mengetahui apa saja kesalahan atau bias dalam atribusi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Atribusi Sosial


Atribusi merupakan proses dilakukan untuk mencari sebuah jawaban atau
pertanyaan mengapa atau apa sebabnya atas perilaku orang lain ataupun diri sendiri.
Proses atribusi ini sangat berguna untuk membantu pemahaman kita akan penyebab
perilaku dan merupakan mediator penting bagi reaksi kita terhadap dunia sosial.
Atribusi sosial adalah proses menyimpulkan penyebab peristiwa atau perilaku.
Dalam kehidupan nyata, atribusi merupakan suatu yang kita semua lakukan setiap hari,
biasanya tanpa kesadaran akan proses dan bias yang mendasari yang mengarah pada
kesimpulan kita.
Menurut Baron & Byrne, Atribusi sosial adalah proses yang kita lakukan untuk
mencari penyebab dari perilaku orang lain sehingga mendapatkan pengetahuan mengenai
karakteristik stabil dari orang tersebut. Atribusi sosial ini bersifat abstrak, ambigu, dan
normatif. Abstrak berarti atribusi merupakan abstraksi mental yag berusaha mengubah
sesuatu yang sifatnya konkret-konteksual menjadi sesuatu yang sifatnya abstrak dan
umum; ambigu berarti atribusi merupakan proses pereduksian informasi yang sifatnya
tidak pasti. Perilaku yang sifatnya kompleks direduksi sedemikian rupa menjadi
representasi yang bersifat abstrak. Tentu hal itu dilakukan setelah mengilangkan beberapa
bagian dari konteks perilaku yang dianggap tidak penting; dan normatif berarti atribusi
melibatkan proses penilaian yang kemudian akan dipakai di dalam memahami,
memperbaiki, dan mengendalikan lingkungan.

Adapun pengertian atribusi sosial menurut beberapa para ahli yaitu :

1. Menurut Malle (2011), terdapat dua arti dari atribusi: Pertama, usaha kita untuk
menjelaskan penyebab munculnya suatu perilaku, dan Kedua, usaha kita untuk menapat
kesimpulan mengenai karakteristik orang yang melakukan perilaku tersebut.
2. Dayakisni (2006), Definisi atribusi sosial adalah proses yang dilakukan untuk mencari
sebuah jawaban atau pertanyaan mengapa atau apa sebabnya atas perilaku orang lain
ataupun diri sendiri.

2
3

3. Sarwono (2009), Arti atribusi sosial ialah analisis kausal, yaitu penafsiran terhadap
sebab-sebab dari mengapa sebuah fenomena menampilkan gejala-gejala tertentu.
B. Teori Atribusi Sosial
Terdapat beberapa teori dan model dalam atribusi sosial mengutip dari jurnal (Dr.
Samsuar, 2019) teori dan model antribusi sosial antara lain:
1. Model Heider
Analisa secara sistematik tentang bagaimana orang menginter-prestasikan sebab
perilaku orang lain pada awalnya dilakukan oleh Heider. Heider mengemukakan bahwa
masing masing dari kita dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain akan bertingkah
laku mirip seorang ilmuwan. Dalam menginterprestasi perilaku orang lain, orang
menggunakan prinsip-prinsip kausal yang naluriah dan commonsense psikologi dalam
emutuskan apakah perilaku orang lain diatribusikan pada faktor disposisi internal atau
tidak. Menurut model Heider, perilaku seseorang dapat disimpulkan disebabkan oleh
kekuatan-kekuatan internal (termasuk disposisi). Kekuatan-kekuatan lingkungan terdiri
dari faktor situasi yang menekan, sehingga memunculkan perilaku tertentu. Kekuatan-
kekuatan internal (personal forces) dilihat sebagai hasil dari kemampuan (ability), power
dan usaha yang ditunjukkan seseorang.
Fritz Heider mencoba mengeksplorasi sifat hubungan interpersonal, dan
menganut konsep apa yang disebutnya “akal sehat” atau “psikologi naif”. Dalam
teorinya, ia percaya bahwa orang mengamati, menganalisis, dan menjelaskan perilaku
seseorang dengan eksplanasi atau penjelasan tertentu Meskipun orang memiliki berbagai
jenis penjelasan untuk perilaku tertentu dari seseorang, Heider mengelompokkan
penjelasan menjadi dua kategori; Atribusi internal (pribadi) dan eksternal (situasional).
Ketika atribusi internal dibuat, penyebab perilaku seseorang berkaitan dengan
karakteristik individu seperti kemampuan, kepribadian, suasana hati, upaya, sikap, atau
disposisi. Akan tetapi, ketika atribusi eksternal dibuat, penyebab perilaku perilaku
seseorang berkaitan dengan situasi di mana perilaku itu dilihat seperti tugas, orang lain,
atau keberuntungan (bahwa individu yang menghasilkan perilaku melakukannya karena
lingkungan sekitar). Kedua tipe ini menghasilkan persepsi yang sangat berbeda tentang
individu yang terlibat dalam suatu perilaku.
2. Teori inferensi korespondensi
4

Edward jones dan koleganya mempelajari pengaruh kekuatan disposisi-onal dan


lingkungan pada atribusi kausal. Mereka menganalisa kondisi-kondisi yang
memunculkan atribusi disposisional, atau apa yang mereka sebut dengan istilah inferensi
korespodensi, yaitu kasus dimana pengamat memutuskan bahwa disposisi khusus dari
actor (persin stimuli) adalah penjelasan yang cukup masuk akal bagi perilaku atau
tindakan actor.
Jones dan Davis berpikir bahwa orang menaruh perhatian khusus pada perilaku
yang disengaja (sebagai lawan perilaku yang tidak disengaja atau tidak terpikirkan). Teori
Jones dan Davis membantu kita memahami proses membuat atribusi internal. Mereka
mengatakan bahwa kita cenderung melakukan hal itu ketika kita melihat korespondensi
antara motif dan perilaku. Misalnya, ketika kita melihat korespondensi antara seseorang
yang bersikap ramah dan menjadi orang yang ramah.
Atribusi disposisional (internal) memberi kita informasi, sehingga kita dapat
membuat prediksi tentang perilaku seseorang di masa mendatang. Teori inferensi
koresponden menggambarkan kondisi di mana kita membuat atribut disposisi untuk
perilaku yang kita anggap disengaja.
Davis menggunakan istilah inferensi koresponden untuk merujuk pada suatu
peristiwa ketika seorang pengamat menyimpulkan bahwa perilaku seseorang cocok atau
sesuai dengan kepribadian mereka. Istilah alternatif untuk atribusi disposisi. Jadi apa
yang membuat kita membuat inferensi korespondensi? Jones dan Davis mengatakan kita
menggunakan lima sumber informasi:
Pilihan: Jika suatu perilaku dipilih secara bebas, hal itu diyakini disebabkan oleh faktor
internal (disposisi).
1. Perilaku Disengaja: Perilaku yang disengaja cenderung dikaitkan dengan kepribadian
orang tersebut, dan perilaku yang tidak disengaja cenderung dikaitkan dengan situasi /
penyebab eksternal.
2. Keinginan Sosial: Perilaku yang rendah dalam hasrat bersosialisasi (tidak sesuai)
menuntun kita untuk membuat inferensi disposisi (internal) lebih dari perilaku sosial
yang tidak diinginkan. Misalnya, jika kita mengamati seseorang naik bus dan duduk
di lantai, bukannya di salah satu kursi. Perilaku ini memiliki keinginan sosial yang
rendah (tidak sesuai) dan cenderung sesuai dengan kepribadian individu.
5

3. Relevansi Hedonistik: Jika perilaku orang lain tampaknya secara langsung


dimaksudkan untuk memberi manfaat atau membahayakan kita.
4. Personalisme: Jika perilaku orang lain tampaknya dimaksudkan untuk berdampak
pada kita, kita menganggap itu “pribadi”, dan bukan hanya produk sampingan dari
situasi tempat kita berdua berada.
3. Teori Kelley atribusi kausal
Model kovariasi Kelley atau teori Kelley adalah teori atribusi yang paling
terkenal. Dia mengembangkan model logis untuk menilai apakah tindakan tertentu harus
dikaitkan dengan beberapa karakteristik (disposisi) orang tersebut atau lingkungan
(situasional). Teori Atribusi kausal ini memfokuskan diri pada pertanyaan apakah
perilaku seseorang berasal dari faktor internal atau eksternal. Untuk menjawab
pertanyaan ini Menurut Kelley, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan untuk
menetapkan apakah suatu perilaku beratribusi disposisional (internal) atau situasional
(eksternal), yaitu:
1. Konsensus, artinya suatu perilaku yang cenderung dilakukan oleh semua orang
dalam situasi yang sama. Semakin banyak orang yang melakukan, semakin tinggi
konsensus, sebaliknya semakin sedikit yang melakukanya, makin rendah
konsensus.
2. Konsistensi, atinya pelaku yang bersangkutan cenderung berperilaku yang sama
dalam situasi yang sama. Konsisten tinggi jika pelaku melakukan perilaku yang
sama, sebaliknya konsistensi rendah jika pelaku tidak melakukan perilaku yang
sama dalam situasi yang sama tersebut.
3. Distingsi atau kekhususan, artinya pelaku yang bersangkutan cenderung
berperilaku sama dalam situasi yang berbeda-beda. Distingsi tinggi jika “ya”,
distingsi rendah jika “tidak”.

Ketika terdapat dua atau lebih kemungkinan faktor penyebab suatu perilaku, kita
cenderung untuk mengabaikan peran salah satu dari antaranya hal ini dikenal sebagai
suatu efek discounting. Ketika suatu penyebab yang memfasilitasi munculnya suatu
perilaku dan penyebab yang mengeliminasi terjadinya suatu perilaku, keduanya sama-
sama hadir namun perilaku tersebut tetap muncul, kita member nilai tambah pada faktor
yang memfasilitasi lahirnya perilaku tadi, hal ini disebut augmenting.
6

Istilah kovarisasi berarti bahwa seseorang memiliki informasi dari banyak


pengamatan, pada waktu dan situasi yang berbeda, dan dapat merasakan kovarisasi efek
yang diamati dan penyebabnya. Mari kita lihat contoh untuk membantu memahami teori
atribusi yang berkaitan dengan ketiga hal di atas. Contoh subjeknya adalah Tom.
Perilakunya adalah tertawa. Tom menertawakan seorang komedian

4. Model Tiga Dimensi


Bernard Weiner mengusulkan bahwa individu memiliki respons afektif awal
terhadap konsekuensi potensial dari motif intrinsik atau ekstrinsik aktor, yang pada
gilirannya mempengaruhi perilaku di masa depan.
Artinya, persepsi atau atribusi seseorang sendiri mengapa mereka berhasil atau
gagal pada suatu kegiatan menentukan jumlah upaya orang tersebut akan terlibat dalam
kegiatan di masa depan. Weiner menyarankan bahwa individu melakukan pencarian
atribusi mereka dan secara kognitif mengevaluasi sifat kasual pada perilaku yang mereka
alami.
Ketika atribusi menyebabkan pengaruh positif dan ekspektasi tinggi akan
kesuksesan di masa depan, atribusi seperti itu harus menghasilkan kemauan yang lebih
besar untuk melakukan tugas-tugas pencapaian serupa di masa depan daripada atribusi
yang menghasilkan pengaruh negatif dan harapan yang rendah terhadap kesuksesan di
masa depan.
C. Faktor Penyebab Atribusi Sosial
Kita boleh jadi mengatribusikan perilaku orang lain karena faktor internal atau
eksternal. Faktor penyebab internal adalah faktor yang melekat pada diri kita seperti
pengetahuan, emosi, keterampilan, kepribadian, motivasi, kemampuan metorik, ataupun
usaha, sedangkan faktor penyebab eksternal adalah faktor-faktor yang ada di luar diri kita
seperti situasi dan kondisi, cuaca, orang lain, alam, dan lain-lain. Di saat mendapatkan
nilai ujian yang tidak sesuia dengan harapan, kita biasanya mencari-cari faktor-faktor
penyebab yang dapat menjelaskan kejadian yang dianggap tidak menyenangkan tersebut.
Kemudian, berdasarkan pemprosesan kognitif yang dilakukan, kita bisa saja
berkesimpulan bahwa nilai buruk tersebut karena kita memang kurang sungguh-sungguh
dalam belajar (internal atau dispositional attribution).
7

Perilaku orang lain memberi kita banyak informasi untuk diolah sehingga bila kita
mengobservasinya dengan hati- hati, banyak yang bisa kita pelajari dari situ. Sampai
derajat tertentu itu benar. Namun, pekerjaan ini tetap saja kompleks. Sering kali individu
bertindak bukan karena sifatnya memang demikian, namun karena dipengaruhi faktor-
faktor eksternal yang membuat dia tidak punya pilihan lain.
Untuk memahami suatu perilaku dengan baik, maka faktor-faktor penyebab
perilaku tersebut sebaiknya dianalisis dengan baik pula. Menurut Taylor, Peplau, dan
Sear, terdapat tiga dimensi kausalitas. Pertama, locus of causality atau apakah faktor
penyebab perilaku itu bersumber dari faktor eksternal atau faktor internal. Kedua,
stability atau apakah faktor penyebab tersebut bersifat stabil atau tidak stabil. Ketiga,
controllability atau apakah penyebab tersebut dapat dikendalikan atau tidak dapat
dikendalikan
1. Sumber Faktor Penyebab (Locus of Causality)
Dimensi ini mengacu pada pertanyaan apakah faktor penyebab perilaku ini bersumber
dari faktor internal atau faktor eksternal. Atribusi terhadap sumber penyebab dari suatu
perilaku mempunyai dua alternatif, yaitu apakah perilaku tersebut dikarenakan faktor
internal atau karena faktor eksternal.
2. Stabilitas Faktor Penyebab (Stability)
Selain pertanyaan “apakah suatu perilaku itu disebabkan oleh faktor internal atau
faktor eksternal?”, pertanyaan lain yang harus dijawab dalam rangka menganalisis
perilaku adalah “apakah faktor penyebab perilaku tersebut bersifat stabil atau tidak
stabil?”. Stabil-tidak stabil di sini bersifat relatif.
3. Kemampuan Mengendalikan (Controllabilit)
Dimensi ini menunjukkan pada sejauh mana faktor penyebab perilaku dapat kita
kendalikan. Baik faktor penyebab internal-eksternal maupun stabil- tidak stabil bisa
bersifat dapat dikendalikan atau tidak dapat dikendalikan. Faktor penyebab internal yang
dapat dikenalikan berhubungan dengan sejauh mana usaha yang kita keluarkan,
sedangkan faktor penyebab internal yang tidak dapat dikendalikan berhubungan dengan
keterbatasan fisik, tingkat kecerdasan, atau hambatan mental.
Faktor atribusi sosial dapat pula sebagai berikut :
8

1. Melihat apa yang tampak (fisik). Misalnya cara berpakaian, cara penampilan dll.
Setiap orang mampu memberikan penilaian kepada orang lain dari apa yg mereka
lihat. Nah dari itu orang lain mampu menjudge seseorang.
2. Menanyakan langsung kepada yang bersangkutan, misalnya tentang pemikiran,
tentang motif.
D. Jenis Atribusi Sosial
Atribusi sosial secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi, yaitu internal vs
eksternal dan stabil vs tidak stabil. Berikut penjelasannya:
1. Internal vs Eksternal

Teori atribusi mengusulkan bahwa atribusi yang dibuat orang tentang peristiwa
dan perilaku dapat digolongkan sebagai internal atau eksternal. Dalam atribusi internal,
atau disposisional, orang menyimpulkan bahwa suatu peristiwa atau perilaku seseorang
disebabkan oleh faktor-faktor pribadi seperti sifat, kemampuan, atau perasaan. Dalam
atribusi eksternal, atau situasional, orang menyimpulkan bahwa perilaku seseorang
disebabkan oleh faktor situasional. Contoh dari internal dan eksternal diantaranya yaitu
ketika bisnis teman gagal, kita bisa mengaitkannya dengan kurangnya kemampuan
berbisnisnya (faktor internal, pribadi) atau tren negatif dalam perekonomi negara
(penjelasan eksternal, situasional).

Contoh lain, misalnya ketika kita mendapatkan nilai yang baik saat mengikuti
ujian tertentu, kita mungkin akan berpikir bahwa “Saya mendapatkan nilai yang baik
karena saya pintar” atau “Saya mendapatkan nilai yang baik karena saya belajar dan siap”
(faktor internal).

Akan tetapi, apabila kita mendapatkan nilai yang buruk, kita mungkin akan
berpikir bahwa “Saya gagal karena guru memasukkan pertanyaan jebakan” atau
“Kelasnya sangat panas sehingga saya tidak bisa berkonsentrasi” (faktor eksternal).

2. Stabil vs Tidak Stabil

Para peneliti juga membedakan atribusi yang stabil dan tidak stabil. Ketika orang
membuat atribusi yang stabil, mereka menyimpulkan bahwa suatu peristiwa atau perilaku
disebabkan oleh faktor-faktor yang stabil dan tidak berubah. Ketika membuat atribusi
9

yang tidak stabil, mereka menyimpulkan bahwa suatu peristiwa atau perilaku disebabkan
oleh faktor sementara yang tidak stabil. Adapun contoh dari stabil vs tidak stabil
diantaranya yaitu ketika Lee mendapat nilai D pada paper sosiologinya. Jika dia
mengaitkan grade dengan fakta bahwa dia selalu bernasib buruk, dia membuat atribusi
yang stabil. Jika ia mengaitkan kelas dengan fakta bahwa ia tidak punya banyak waktu
untuk belajar minggu itu, ia membuat atribusi yang tidak stabil.

E. Kesalahan Dalam Atribusi Sosial


1. The Fundamental Attribution Error, terjadi jika pengamat hanya fokus pada pelaku
dan bukan pada situasinya. Contoh, A hari ini terlambat masuk kuliah dan karna dia
biasa terlambat maka disimpulkan atribusi internal, bahwa A pemalas, padahal hari
itu A memmang bangun pagi dan berangkat awal, namun di jalan ada teman
membutuhkan pertololongannya sehingga terlambat masuk kuliah.
2. The actor-Observer Bias, Yaitu cendrung menyalahkan lingkungan (eksternal) saat
kita mengalami kegagalan, sementara saat melihat kegagalan orang lain maka
cenderung menilai bahwa itu adalah kesalahannya (internal). Contoh, saat dapat nilai
C, seorang mahasiswa akan menyalahkan lingkungannya dengan berkata “ah
dosennya gak jelas ngajarnya, kelasnya gak nyaman buat belajar, panas, jadi susah
konsen”. Namun saat seorang teman yang tidak sidukainya mendapat nilai D, ia akan
berkomentar “memang dia anaknya males, ngak fokus”.
3. The Self-serving Bias, Yaitu kesalahan yang dibuat oleh pengamat karna terlalu fokus
pada misi “menyelamatkan harga diri”, atau bahasa kerennya “mengambil kredit dari
perilaku orang lain”. Misalnya saat mayoritas mahasiswa paham dengan apa yang
diajarkan oleh dosen, si dosen akan berkata “memang saya dosen yang pandai dalam
menyampaikan materi”. Namun, saat sebagian besar mahasiswa di kelas tidak paham
dengan materi, si dosen akan mengatakan “ah payah nih mahasiswa sekarang kurang
fokus, kebanyakan main HP di kelas, padahal saya sudah mati-matian menjelaskan”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk sosial yang pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri
dan selalu membutuhkan orang lain. Ciri pokok utama yang membedakan kehidupan
manusia dengan yang lainnya adalah ciri sosialnya. Ditengah-tengah lingkungan sosial
itulah mereka akhirnya melakukan interaksi satu sama lain. Untuk dapat hidup
berdampingan dengan orang lain kita perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, manusia perlu untuk memahami lingkungan dan juga orang-orang yang
terdapat disekitarnya agar dapat hidup dengan damai. Maka dari itu perlu dilakukan
untuk mencari sebuah jawaban atau pertanyaan mengapa atau apa sebabnya atas perilaku
orang lain ataupun diri sendiri. Proses atribusi ini sangat berguna untuk membantu
pemahaman kita akan penyebab perilaku dan merupakan mediator penting bagi reaksi
kita terhadap dunia sosial.
B. Saran

Sebagai mahasiswa sosiologi yang juga mempelajari tentang berbagai aspek ang
ada pada masyarakat, kita perlu berupaya untuk lebih memahami dan mengerti perilaku-
perilaku yang ada pada manusia, dan sungguh-sungguh mempelajari tentang ilmu
psikologi sosial. Supaya ketika terjun dalam dunia sosial kita dapat mempraktekkan ilmu
yang telah didapat di perguruan tinggi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Agus Abdul Rahman. M, Psi. 2018. Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan
Pengetahuan Empirik. Jakarta: Raja Grafindo Persada Rajawali Pers

Dr. Samsuar, M. 2019. ATRIBUSI. Jurnal Network Media Vol: 2 No. 1 Universitas
Darmawangsa, 65-67

Myers, D. G. 2006. Social psycologi. India: McGraw-Hill Education

N.N. 2022. Pengertian Atribusi Sosial, Teori, Jenis dan Contohnya.


https://dosensosiologi.com/atribusi-sosial/, diakses pada 08 April 2022 pukul 15.10

Shaver, K. G. 1983. An Introduction to Attribution Processes. London and New York:


Routlledge (Yaylor & Francis Group)

Syela Heryanti. 2017. Atribusi Sosial. https://syelaeryantri.blogspot.com/2017/06/atribusi-


sosial.html, diakses pada 09 April 2022 pukul 02.39

11

Anda mungkin juga menyukai