Anda di halaman 1dari 21

MENGIDENTIFIKASI PERILAKU MANUSIA

Mata kuliah :
Psikologi

Dosen pengampu :
Yuliati Amperaningsih, SKM.,M.Kes.

Disusun oleh :
Utami Citra Olifia (2214301021)
Adelia Jelyta (2214301023)
Eka Oktavia (2214301043)
Herfi Isna Fadilla (2214301050)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan ini
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpah kan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang kami berjudul “Identifikasi Perilaku
Manusia”

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami
juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
inspirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran kami tunggu untuk perbaikan makalah ini
nantinya.

Bandar lampung, 23 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii

BAB I (PENDAHULUAN) ........................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2

BAB II (PEMBAHASAN) ............................................................................................................ 3

2.1 Pengertian Perilaku Manusia ................................................................................................. 3

2.2 Pandangan Tentang Perilaku Manusia .................................................................................. 3

2.3 Pendekatan Utama Tentang Perilaku Manusia...................................................................... 5

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia .................................................................... 9

2.5 Perilaku Orang Sakit Dan Orang Sehat ............................................................................... 12

2.6 Jenis Perilaku Individu ........................................................................................................ 14

2.7 Mekanisme Perilaku Manusia ............................................................................................. 15

2.8 Faktor Resiko Perilaku Yang Berperan Dalam Timbulnya Penyakit ................................. 16

BAB III (PENUTUP) .................................................................................................................. 17

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 17

3.2 Saran .................................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku manusia mencakup berbagai tindakan, reaksi, dan interaksi yang dilakukan oleh
individu atau kelompok manusia dalam berbagai konteks. Termasuk interaksi dengan orang
lain, seperti berbicara, berbicara, berbagi, dan berinteraksi dalam kelompok sosial. Perilaku
sosial juga mencakup kemampuan untuk berempati, merasakan empati, dan membentuk
hubungan interpersonal.
Meliputi respons emosional terhadap situasi, mengekspresikan emosi melalui bahasa tubuh,
ekspresi wajah, dan perilaku verbal. Melibatkan proses berpikir, memproses informasi,
belajar, mengingat, dan memecahkan masalah. Ini termasuk kemampuan berpikir logis,
kreatif, dan abstrak. Melibatkan aktivitas fisik, seperti berjalan, berlari, makan, tidur, dan
aktivitas sehari-hari lainnya. Termasuk keputusan mengenai konsumsi makanan, minuman,
barang, dan jasa. Perilaku konsumsi juga mencakup preferensi merek, gaya hidup konsumsi,
dan keputusan pembelian. Melibatkan kegiatan belajar dan proses akuisisi pengetahuan,
keterampilan, dan kompetensi baru. Melibatkan kinerja di tempat kerja, produktivitas,
kualitas pekerjaan, kerjasama tim, dan tanggung jawab pekerjaan. Melibatkan perilaku yang
didasarkan pada nilai-nilai etika dan moral, seperti integritas, kejujuran, dan pertimbangan
terhadap kesejahteraan orang lain. Termasuk keputusan mengenai hubungan seksual,
preferensi seksual, dan norma-norma sosial terkait dengan seksualitas. Melibatkan
keyakinan dan praktik beragama, partisipasi dalam upacara keagamaan, dan keterlibatan
dalam komunitas keagamaan. Melibatkan tindakan ilegal dan kriminal, seperti pencurian,
perampokan, penipuan, dan kejahatan lainnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan perilaku manusia?
b. Apa saja pandangan tntang perilaku manusia?
c. Bagaimana pandangan utama tentang perilaku manusia?
d. Apa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia?
e. Bagaimana perilaku orang sakit dan perilaku orang sehat?
f. Apa saja jenis-jenis perilaku individu?
g. Bagaimana mekanisme perilaku?
h. Apa faktor resiko perilaku yang berperan dalam timbulnya penyakit?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui maksud dengan perilaku manusia.
b. Untuk mengetahui pandangan tentang perilaku manusia.
c. Untuk mengetahui pandangan utama tentang perilaku manusia.
d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
e. Untuk mengetahui perilaku orang sakit dan perilaku orang sehat.
f. Untuk mengetahui jenis-jenis perilaku individu.
g. Untuk mengetahui mekanisme perilaku.
h. Untuk mengetahui faktor resiko perilaku yang berperan dalam timbulnya penyakit.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perilaku Manusia


Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia baik yang
diamati maupun tidak dapat diamati oleh interaksi manusia dengan lingungannya yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku secara lebih rasional dapat
diartikan sebagai respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek
tersebut.
Respon ini terbentuk dua macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif dimana bentuk pasif
adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat
dilihat dari orang lain sedangkan bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi
secara langsung (Adventus, dkk, 2019). Menurut Notoatmodjo (2017) perilaku dari segi
biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Menurut Blum
dalam Adventus, dkk (2019) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku kedalam
tiga kawasan yaitu kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.
Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikannya itu
mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku, yang terdiri dari : ranah kognitif
(cognitive domain) ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor
domain)

2.2 Pandangan Tentang Perilaku Manusia


Tingkah laku manusia merupakan sekumpulan perilaku yang ada ada diri individu dan
memiliki pengaruh dari adat, nilai sikap, kondisi emosi, nilai, norma, kekuasaan, serta
genetika. Perilaku individu berada dalam kategori perilaku wajar, tingkah laku yang dapat di
terima, perilaku yang tidak bias, serta perilaku yang menyimpang.
a. Perspektif Perilaku Sosiologi Terhadap Perilaku
Berdasarkan sudut pandang ilmu sosiologi, tingkah laku di pandang sebagai sesuatu
yang bukan di peruntukkan pada orang lain, sehingga berupa tindakan sosial individual
yang sangat mendasar. Sesuatu yang dilarang apabila perilaku di anggap sama sebagai
perilaku sosial yang itu sendiri adalah perbuatan dengan derajat yang lebih tinggi, karena

3
perilaku sosial merupakan tingkah laku yang secara khusus di peruntukkan untuk orang
lain.
Dalam konteks ini, sosiologi adalah satu bidang keilmuan sosial yang bertujuan
memahami masyarakat. Hal yang mendasari adalah sosiologi yang merupakan ilmu telah
memenuhi segala hal dalam ilmu pengetahuan. Sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri
sebagai berikut. Pertama adalah empiris. Diartikan sebagai suatu hal yang bersifat bukan
spekulasi atau menduga-duga. Kedua yakni teoritis, yaitu suatu usaha menyusun
abstraksi dari hasil survei yang kompleks di lapangan. Ketiga yaitu kumulatif yang
berarti segala sesuatu disusun berdasarkan teori-teori yang sudah ada lalu dilakukan
perbaikan, sehingga memperkuat teori yang lama. Ciri yang terakhir adalah nonetis,
yakni pengkajian suatu masalah yang tidak. memfokuskan pada baik dan buruknya,
melainkan untuk menjabarkan masalah dengan pendekatan filosofi.

b. Perspektif Antropologi Terhadap Perilaku


Dalam perspektif ini, antropologi akan meninjau perkembangan manusia sejak manusia
hadir di bumi sampai dengan sekarang ini. Seyogyanya antropologi memiliki lima
lapangan penelitian tentang tingkah laku manusia, yakni:
 sejarah tentang proses terjadinya manusia sebagai makhluk biologis
 sejarah adanya keberagaman bahasa yang di lafalkan manusia yang ada diseluruh
dunia
 perkembangan ragam budaya manusia yang ada di dunia, dan
 dasar kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat suku bangsa yang
tersebar di dunia, hingga sekarang.
Pada manusia, perilaku ini akan tergantung bagaimana tahapan dalam suatu
pembelajaran. Segala sesuatu yang dilakukan tidak lain adalah output dari proses belajar
yang dilakukan selama hidupnya. Mereka mempelajari bagaimana metode berperilaku ini
dengan cara mencontoh dari kehidupan sebelumnya serta dari lingkungan alam sosial
yang ada disekitarnya.

4
2.3 Pendekatan Utama Tentang Perilaku Manusia
a. Pendekatan Kognitif
Pada dasarnya pendekatan kognitif menekankan pada peranan individu dalam
hubungannya dengan lingkungan. Pendekatan ini meliputi kegiatan-kegiatan mental yang
sadar seperti: berpikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental misalnya
sikap, kepercayaan, dan pengharapan, yang kesemuanya itu merupakan faktor yang
menentukan di dalam perilaku.
Teori kognitif menekankan bahwa perilaku seseorang itu disebabkan adanya suatu
stimulus, yaitu suatu obyek fisik yang mempengaruhi seseorang dalam banyak cara.
Teori ini mencoba melihat apa yang terjadi di antara stimulus dan jawaban seseorang
terhadap tersebut. Atau bagaimana rangsangan tersebut diproses dalam diri seseorang.
Menurut teori kognitif semua perilaku manusia tersusun secara teratur. Individu mengatur
pengalamannya ke dalam aktivitas untuk mengetahui (cognition) yang kemudian
membawa ke dalam susunan kognitifnya (cognitive structure). Susunan ini menentukan
jawaban (response) seseorang. Menurut Neisser, cognition merupakan aktivitas untuk
mengetahui, misalnya kegiatan untuk mencapai tujuan yang dinginkan, pengaturannya,
dan penggunaan pengetahuan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan baik oleh organisme
maupun orang perorangan. Sehingga pengetahuan tentang cognition ini merupakan
bagian dari psikologi, dan teori-teori mengenai cognition ini merupakan teori psikologi.
Sistem kognitif mempunyai beberapa fungsi, diantaranya:
 Memberikan pengertian pada kognitif baru
 Menghasilkan emosi atau konsekuensi yang menunjukan perasaan
 Membentuk sikap
 Memberikan motivasi terhadap konsekuensi perilaku.

Relevansi teori kognitif untuk menganalisis dan memahami perilaku manusia yang
mudah diamati adalah terletak pada motivasi dari perilaku seseorang. Hal tersebut
disebabkan karena:
 Perilaku tidak hanya terdiri dari tindakan yang terbuka saja, melainkan juga
faktor-faktor internal misalnya berpikir, emosi, persepsi, dan kebutuhan

5
 Perilaku itu disebabkan oleh ketidakselarasan (Inconsistency) yang timbul dalam
struktur kognitif, yang dapat menyebabkan perasaan dan ketegangan (tension)
yang dapat dikurangi oleh perilaku seperti tindakan terbuka atau reorganisasi dari
sistem kognitif.

b. Pendekatan Penguatan
Berawal dari analisa eksperimen perilaku yang dikemukakan oleh Ivan Pavlov dan
Edward Thorndike. Pavlov melakukan penyelidikan reflek berkondisi (conditioned
reflex) atau kondisi klasik (classical conditioning) pada anjing percobaan. Sedangkan
Edward Lee Thorndike juga melakukan penyelidikan atas beberapa binatang untuk
mengetahui proses belajar trial and error. Penyelidikannya terkenal dengan law of effect
dan law of exercise atau law of use and diuse.
Law of effect menyatakan bahwa hubungan antara stimulus (S) dan respon (R) akan
meningkat apabila hubungan itu diikuti oleh keadaan yang menyenangkan. Sebaliknya
hubungan itu akan berkurang jika didiikuti oleh keadaan yang tidak menyenangkan..
Sedangkan law of exercise atau law of use and diuse menyatakan bahwa hubungan antara
S dan R dapat juga ditimbulkan atau didorong melalui latihan yang berulang kali, atau
hubungan antara S dan R dapat melemah jika tidak dilatih atau dilakukan berulangkali.
Jika hal tersebut terjadi maka kegunaan R terhadap S tidak dapat dirasakan kegunaannya.

c. Pendekatan Psikoanalitis
Dalam pendekatan ini, dikemukakan bahwa perilaku manusia dikuasai oleh
kepribadiannya. Pelopor pendekatan psikoanalitis adalah Sigmund Freud. Sumbangan
Freud dalam bidang psikologi sangat besar, termasuk konsep tentang tingkat
ketidaksadaran dari kegiatan mental. Menurutnya hampir semua kegiatan mental tidak
dapat diketahui dan didekati dengan mudah, namun kegiatan tertentu dapat
mempengaruhi perilaku manusia. Susunan kepribadian seseorang dapat dijelaskan
dengan kerangka ketidaksadaran. Kepribadian merupakan sistem yang dinamis yang
memberikan dasar bagi semua perilaku, didalamnya terdapat tiga subsistem yang saling
berhubungan dan seringkali berlawanan (konflik) yaitu:

6
 Konsep Id
Id dilukiskan sebagai harapan atau keinginan yang kuat yang berasal dari Insting
psikologi manusia sejak lahir yang memerlukan pemuasan dengan segera tanpa
dibatasi alasan etika, moral ataupun logika. Id merupakan suatu upaya untuk
mendapatkan kesenangan, pemuasan, dan penghargaan yang diwujudkan lewat
libido dan agresi. Libido mengarah pada keinginan seksual, makanan dan
kenyamanan, sedangkan agresi mendorong ke arah kerusakan, misalnya keinginan
untuk berkuasa, perang, berkelahi, dan lain-lain termasuk tindakan yang bersifat
merusak.
 Konsep Ego
Jika Id digambarkan sebagai sumber ketidaksadaran manusia, maka ego
merupakan sumber rasa sadar, yang mewakili logika dan dihubungkan dengan
prinsip-prinsip realitas. Ego merupakan subsistem yang berfungsi ganda yaitu
melayani dan sekaligus mengendalikan dua subsistem yang lain (Id dan Superego)
dengan cara berinteraksi dengan lingkungan luar. Namun seringkali terjadi
konflik antara ego dengan id, sehingga diperlukan bantuan superego.
 Konsep Superego
Superego merupakan kekuatan moral kepribadian yang merupakan sumber norma
atau standar tidak sadar yang menilai semua aktivitas ego dan mampu
menetapkan suatu norma yang memungkinkan ego memutuskan apakah sesuatu
itu benar atau salah. Superego dapat berkembang dari saling interaksi antara ego
dan masyarakat. Kesadaran dalam superego dapat dikembangkan lewat
penyerapan nilai-nilai cultural dan moral dalam masyarakat. Orang tua merupakan
faktor penting dalam pengembangan superego bagi anak-anak, setelah mereka
mampu melewati Oedipus complex sehingga mereka dapat mengidentifikasi
sesuatu dengan moral dan nilai dari orang tuanya. Superego dapat membantu
seseorang melawan impuls id, walaupun kadang-kadang superego berlawanan dan
menimbulkan konflik dengan ego.

7
d. Pendekatan Neurobiologis
Menurut Sukadji, otak manusia dengan 12 miliar sel syaraf dan jaringan jaringan serta
jalur-jalur syaraf yang tak terhingga banyaknya mungkin merupakan suatu struktur yang
paling kompleks di jagat raya. Pada dasarnya, semua kejadian psikologis dikemudikan
dengan cara-cara tertentu oleh kegiatan otak dan sistem jaringan syaraf yang berkaitan
dengan sistem tubuh yang lain. Salah satu pendekatan studi mengenai manusia adalah
usaha menghubungkan tindakan dengan kejadian yang berlangsung di dalam tubuh,
terutama dalam otak dan susunan syaraf.
Penemuan-penemuan penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat
antara aktivitas otak dengan perilaku dan dengan pengalaman. Rangsangan listrik pada
daerah tertentu yang lain di dalam otak manusia dapat menimbulkan rasa senang atau
sakit, bahkan dapat menimbulkan ingatan jelas pada kejadian masa lalu.
Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls
listrik dan kimia yang terjadi di dalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang
mendasari perilaku dan proses mental. Pendekatan neurobiologis juga merupakan
pendekatan yang menjelaskan hubungan perilaku dengan psikologi manusia.

e. Pendekatan Humanistik
Dalam pendekatan ini, manusia dipandang sebagai Homo Ludens (manusia bermain).
Setiap manusia hidup dalam pengalaman pribadinya yang unik. Tidak akan ada satu
manusia pun yang memiliki pengalaman yang sama.
Pendekatan ini berpendapat bahwa manusia bukan sekadar wayang, yang sibuk mencari
identitas, namun ia juga berupaya mencari makna, baik makna kehidupannya, makna
kehadirannya di lingkungan, serta apa yang dapat diberikannya kepada lingkungan. Carl
Rogers pun mengatakan, "Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan
keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta
memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri". Aktualisasi diri adalah
mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Psikologi humanistis menekankan kreativitas, vitalitas emosi, eutentisitas, dan pencarian
makna di atas kepuasan materi. Menurut pendekatan ini, motivasi utama seseorang ialah
kecenderungan untuk tumbuh dan mengaktualisasi diri. Setiap orang mempunyai

8
kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri sepenuhnya, untuk maju melebihi keadaan
yang telah dicapai sekarang. Ia mungkin tidak tahu jalur yang harus dilalui aga dapat
tumbuh dan mangin pala ia terhalang oleh berbagai macam hambatan lingkungan dan
budaya, tetapi kocenderungan wajarnya mengan pada aktualisasi potensi-potensiya

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia


Menurut Lawrence Green dalam Damayanti (2017) kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu: faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar
perilaku (non-behavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor,
yakni:
a. Faktor predisposisi (predisposing factors).
Faktor ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,
sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan
sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factors).


Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan tinja ketersediaan makanan yang
bergizi, dan sebagainya, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas,
rumah sakit (RS), poliklinik, pos pelayanan terpadu (Posyandu), pos poliklinik desa
(Polindes), pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya. Masyarakat
perlu sarana dan prasarana pendukung untuk berperilaku sehat. Misalnya perilaku
pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau periksa kehamilan tidak hanya karena ia
tahu dan sadar manfaat pemeriksaan kehamilan melainkan ibu tersebut dengan mudah
harus dapat memperoeh fasilitas atau tempat periksa kehamilan, misalnya Puskesmas,
Polides, bidan praktik, ataupun RS. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor faktor ini disebut faktor
pendukung atau faktor pemungkin. Kemampuan ekonomi juga merupakan faktor
pendukung untuk berperilaku kesehatan.

9
c. Faktor penguat (reinforcing factors).
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama (toga), sikap
dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga di sini Undang-
undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait
dengan kesehatan. Masyarakat kadang- kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap
positif serta dukungan fasilitas saja dalam berperilaku sehat, melainkan diperlukan juga
perilaku contoh atau acuan dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas,
lebih-lebih para petugas kesehatan. Undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat
perilaku masyarakat tersebut, seperti perilaku memeriksakan kehamilan dan kemudahan
memperoleh fasilitas pemeriksaan kehamilan. Diperlukan juga peraturan atau perundang
undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan.

Menurut Sunaryo (2004) faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu ;


a. Faktor genetik atau faktor endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan
perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri
individu (endogen), antara lain:
 Jenis ras, setiap ras didunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu
dengan yang lainnya.
 Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian
dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas dasar pertimbangan
rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau
perasaan. Perilaku pada pria disebut maskulin sedangkan pada wanita disebut
feminin.
 Sifat fisik, kalau kita amati perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat
fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan
individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
 Sifat kepribadian. Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh
Maramis (1999) adalah “keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering
digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap

10
hidupnya”. Kepribadian menurut masyarakat awam adalah bagaimana individu
tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lainnya.
 Bakat pembawaan. Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan
serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.
 Intelegensi. Intelegensi adalah kemampuan untuk membuat kombinasi, sedangkan
individu yang intelegen yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat
bertindak tepat, cepat, dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang memiliki
intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat.

b. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu


 Faktor lingkungan. Lingkungan di sini menyangkut segala sesuatu yang ada di
sekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial.
 Pendidikan. Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu
sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan
lingkungannya, baik secara formal maupun informal. Proses dan kegiatan pendidikan
pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok.
 Agama. merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau penghabisan.
Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadian
seseorang sangat berpengaruh dalam cara berfikir, bersikap, bereaksi, dan
berperilaku individu.
 Sosial ekonomi. telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu lingkungan yang
berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah lingkungan sosial. Lingkungan
sosial dapat menyangkut sosial budaya dan sosial ekonomi.
 Kebudayaan. merupakan ekspresi jiwa terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir,
pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi dan hiburan.

c. Faktor-faktor Lain
 Susunan Saraf Pusat. Memegang peranan penting karena merupakan sarana untuk
memindahkan energi yang berasal dari stimulus melalui neuron ke system saraf tepi
yang setrusnya akan berubah menjadi perilaku.

11
 Persepsi. Merupakan proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada
didalam maupun diluar dirinya.
 Emosi. Emosi adalah manifestasi perasaan atau efek karena disertai banyak
komponen fisiologik, biasanya berlangsung tidak lama.

2.5 Perilaku Orang Sakit Dan Orang Sehat


a. Perilaku Orang Sakit
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu
yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Perilaku sakit merupakan perilaku
orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya, mendefinisikan dan
menginterpretasikan gejala yang dialami, melakukan upaya penyembuhan, dan
penggunaan sistem pelayanan kesehatan. Seorang individu yang merasa dirinya sedang
sakit, perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping.
Perilaku sakit (illness behavior), yaitu semua aktivitas yang dilakukan oleh individu yang
merasa sakit untuk mengenal keadaan kesehatan atau rasa sakitnya, pengetahuan dan
kemampuan individu untuk mengenal penyakit, pengetahuan dan kemampuan individu
tentang penyebab penyakit, dan usaha-usaha untuk mencegah penyakit.
Menurut Parsons, perilaku spesifik yang tampak bila seseorang memilih peran sebagai
orang sakit, yaitu orang sakit tidak dapat disalahkan sejak mulai sakit, dikecualikan dari
tanggung jawab pekerjaan, sosial dan pribadi, kemudian orang sakit dan keluarganya
diharapkan mencari pertolongan agar cepat sembuh. Menurut Solita Sarwono (1993),
yang dimaksud dengan perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh
individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Menurut Suchan, Perilaku
sakit adalah tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat
dari timbulnya gejala.
Ada dua faktor utama yang menentukan perilaku sakit:
 Persepsi atau definisi individu tentang suatu situasi atau penyakit.
 Kemampuan individu untuk melawan serangan penyakit tersebut.

12
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkatan-tingkatan
pemberian pelayanan kesehatan yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkatan
pencegahan penyakit, yaitu:
 Perilaku peningkatan dan pemeliharan kesehatan (health promotion behavior)
 Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)
 Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
 Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior)

b. Perilaku Orang Sehat


Perilaku sehat adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesehatan (Taylor, 2012). Perilaku sehat adalah semua aktivitas atau
kegiatan seseorang baik yang diamuti (observable) maupun yang tidak diamati
(unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
(Notoutmodjo, 2014). Selanjutnya Sarafino dan Smith (2011) mendefinisikan perilaku
sehat adalah perilaku yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesehatannya, tanpa memandang status kesehatan yang mereka rasakan,
demi mencapai tujuan kesehatan yang akan dicapai.
Perilaku kesehatan juga diartikan sebagai pola perilaku, tindakan dan kebiasaan yang
berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan dan peningkatan
kesehatan (Gochman, 1998). Kast dan Cobb (dalam Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008)
mendefinisikan tiga kategori perilaku sehat, antara lain:
 Perilaku pencegahan (Preventive health behaviour) yaitu setiap aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang yang yakin akan dirinya sendiri menjadi sehat, untuk
tujuan mencegah atau mendeteksi suatu penyakit sebelum gejala penyakit itu
muncul
 Perilaku sakit (illness behaviour) yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang yang merasakan dirinya sakit, untuk menentukan keadaan kesehatannya
dan menemukan obat yang cocok untuk dirinya.
 Perilaku peran sakit (sick-role behaviour) yaitu individu yang menganggap
dirinya sakit dan melakukan sebuah aktivitas yang bertujuan untuk kesembuhan.

13
2.6 Jenis Perilaku Individu
a. Perilaku Sadar
Perilaku sadar merupakan perilaku yang melalui kerja otak dan pusat.
Contoh: Ketika sedang mengikuti perkuliahan Psikologi di ruangan kelas yang terasa
agak gelap karena waktu sudah sore hari ditambah cuaca mendung, ada seorang
mahasiswa yang sadar kemudian dia berjalan ke depan dan meminta ijin kepada dosen
untuk menyalakan lampu neon yang ada di ruangan kelas, sehingga di kelas terasa terang
dan mahasiswa lebih nyaman dalam mengikuti perkuliahan.

b. Perilaku Tidak Sadar


Perilaku tidak sadar merupakan perilaku yang spontan atau instingtif, perilaku tak sadar,
Contoh: Seorang mahasiswa sedang mengikuti perkuliahan Psikologi di ruangan kelas
yang terasa panas, secara spontan mahasiswa tersebut mengipas-ngipaskan buku untuk
meredam kegerahannya.

c. Berlaku Tampak dan Tidak Tampak


Perilaku tampak (overt behavior) adalah perilaku yang dapat diobservasi, perilaku yang
dapat dilihat dan diamati secara kasat mata. Sebagai contoh, berjalan, makan, berlari,
menulis, dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku yang tidak tampak (covert behavior)
adalah perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung oleh orang lain namun
sebenarnya individu tersebut melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, misalnya berpikir,
melamun, dan berimajinasi.

d. Perilaku Kognitif, Afektif, Konatif, dan Psikomotor


Kognitif adalah bentuk psikoterapi yang telah terbukti efektif untuk berbagai masalah,
termasuk depresi, gangguan kecemasan, masalah penyalahgunaan alkohol dan zat,
masalah keluarga, gangguan makan, dan penyakit mental yang parahMisalnya populasi
rusa berinteraksi dengan populasi harimau di Pulau Sumatra atau populasi ikan mas
berinteraksi dengan populasi ikan mujair
Afektif merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap, watak, perilaku, emosi,
minat, serta nilai yang terdapat pada diri individu. Aspek afektif digunakan untuk

14
mengetahui perilaku dan sikap siswa dalam segala interaksi selama masa menuntut ilmu
di sekolah. Contoh: Mendengarkan perkataan atau pendapat dari orang lain.
Konatif adalah sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang
berhubungan dengan objek sikap. Contoh: orang tahu bahwa uang itu bernilai, karena
mereka melihat harganya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap kita tentang uang itu
mengandung pengertian bahwa kita tahu tentang nilai uang.
Psikomotor adalah perilaku yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor
adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya.

2.7 Mekanisme Perilaku Manusia


Perilaku terjadi karena individu merasakan adanya timulasi atau kebutuhan baik yang dari
diri sendiri (internal) maupun dari luar diri (eksternal). Kebutuhan yang dirasakan merupakan
motif atau energi psikologis yang menggerakan perilaku melakukan perilaku (motivasi).
Kebutuhan yang dirasakan individu pada suatu saat mungkin lebih dari satu hingga
menimbulkan konflik dalam diri diri individu. Perilaku bermakna dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan. Individu menghadapi peluang dan hambatan pada saat berperilaku nampak
apakah tujuan tercapai atau gagal.
Upaya pemenuhan kebutuhan, perilaku yang dilakukan dan kepuasaan yang dirasakan
bilamana dilakukan secara berulang oleh individu menjadi gaya hidup individu. Bilamana
tujuan tidak tercapai atau gagal individu harus melakukan penyesuaian diri agar tetap berada
pada kondisi homoestatis (seimbang secara fisik dan psikologis/psikhis). Individu yang dapat
menyesuaikan diri dengan merubah tujuan, memperbaiki perilaku dan mentoleransi
kegagalan adalah individu yang sehat secara psikologis. Individu yang tidak mampu
mengatasi hambatan untuk mencapai tujuan, tidak dapat menerima kegagalan pencapaian
tujuan, atau tidak dapat menyesuaikan diri akan mengalami frustrasi

15
2.8 Faktor Resiko Perilaku Yang Berperan Dalam Timbulnya Penyakit
a. Faktor Resiko Sakit
Penilaian individu terhadap status kesehatan merupakan salah satu faktor yang
menentukan perilakunya yaitu perilaku sakit jika mereka merasa sakit dan perilaku sehat
jika mereka menganggap sehat. Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang
dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan.

b. Faktor Resiko Lingkungan


Lingkungan menjadi faktor penting yang menentukan apakah seseorang berperilaku baik
atau buruk. Seorang manusia terdiri dari kumpulan sifat baik dan buruk. Kita adalah
makhluk yang bergantung pada situasi. Jika lingkungan di sekeliling kita baik, maka kita
cenderung berbuat baik.

c. Faktor Genetik
Gen dapat mempengaruhi perilaku individu dikarenakan gen merupakan materi hereditas
yang mengendalikan sifat genetik suatu makhluk hidup, oleh karena itu gen berperan
sebagai penentu sifat dan perilaku suatu individu. Sifat ini diturunkan dari induk kepada
anaknya.

d. Faktor Perilaku
Faktor Perilaku adalah faktor dari perilaku individu itu sendiri. Contohnya pola makan
yang tidak sehat, istirahat yang tidak cukup, jarang berolahraga, dan sering merokok .
Contoh penyakit yang mungkin timbul akibat tidak menjaga perilaku kesehatan adalah
tekanan darah tinggi dan kolesterol, akibat terlalu banyak makan makanan yang
berlemak, obesitas, stres, insomnia, dan depresi.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia baik yang
diamati maupun tidak dapat diamati oleh interaksi manusia dengan lingungannya yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Berdasarkan sudut pandang
ilmu sosiologi, tingkah laku di pandang sebagai sesuatu yang bukan di peruntukkan pada
orang lain, sehingga berupa tindakan sosial individual yang sangat mendasar. Sedangkan
dalam perspektif antropologi meninjau perkembangan manusia sejak manusia hadir di
bumi sampai dengan sekarang ini. Pendekatan utama tentang perilaku manusia melalui
pendekatan kognitif, penguatan, psikoanalitis, nerobiologis, dan humanistik. Perilaku
ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yakni Faktor predisposisi (predisposing
factors), Faktor pendukung (enabling factors), dan Faktor penguat (reinforcing factors).
Perilaku terjadi karena individu merasakan adanya timulasi atau kebutuhan baik yang
dari diri sendiri (internal) maupun dari luar diri (eksternal).

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan mengenai “Identifikasi Perilaku
Manusia”. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan untuk perbaikan makalah kami
selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Warganegara, E., & Nur, N. N. (2016). Faktor risiko perilaku penyakit tidak menular. Jurnal
Majority, 5(2), 88-94.
Yusi, R. (2019). Modul Penelitian Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan.
Universitas Terbuka. (2021). Psikologi Komunikasi: Berbagai Pendekatan Psikologi Tentang
Perilaku Manusia.
Gibson, James L., Ivancevich, John M. & Donnely, Jr., James H. (1982, 1989). Organisasi dan
Manajemen: Perilaku, Struktur dan Proses, Ed. ke-4, Terj., Jakarta: Erlangga.
Littlejohn, Stephen W. (1992). Theories of Human Communication, 4th Ed. Belmont/Calif.:
Wadsworth Publishing Company.

18

Anda mungkin juga menyukai