Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL

“PERSEPSI SOSIAL”

Disusun Oleh :

1. Yustiya Rozaqo 200701053

2. Fathimah Pitaloka I. 200701059

Dosen Pengampu :

Dr. ASRI REJEKI, MM., Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

TAHUN AJARAN 2020 – 2021


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat karunia nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Persepsi Sosial” dengan lancar. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial yang diampu oleh Dr. ASRI
REJEKI, MM., Psikolog.

Dalam proses penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang banyak atas segala dukungannya
dalam pembuatan makalah ini.

Meski demikian, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan di dalam
pemyusunan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tatanan bahasa maupun isi. Sehingga
kami secara terbuka menerima segala kritik, saran dan masukan dari pembaca. Demikian
yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat untutk para pembaca.

Gresik, 23 April 2021

Pemyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
1.3. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
2.1. Persepsi.....................................................................................................................................6
2.2. Proses Pembentukan persepsi sosial..........................................................................................7
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sosial...............................................................................8
2.4. Fungsi Persepsi Sosial...............................................................................................................11
2.5. Persepsi Sosial Memahami Orang Lain.....................................................................................11
2.6. Metode Penelitian Persepsi Sosial............................................................................................16
BAB III..................................................................................................................................................21
KESIMPULAN.......................................................................................................................................21
REVIEW JURNAL...................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persepsi sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan
menafsirkan atau menginterpretasikan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna
bagi lingkungan mereka. Faktor yang mempengaruhi persepsi ini adalah faktor dari
karakteristik pribadi atau ekspetasi ; faktor situasional seperti (waktu, keadaan/tempat kerja,
keadaan sosial) dan faktor dalam target seperti (hal-hal yang baru, gerakann, bunyi, suara,
ukuran, latar belakang, kedekatan dan kesamaan).

Perilaku individu (Individual Behavior) dijelaskan oleh Nelson & Quick, dipengaruhi oleh
dua unsur, yaitu unsur yang datang dari lingkungannya maupun unsur yang datang dari
dirinya semdiri. Unsur lingkungan diantaranya berupa ; organisasi, kelompok kerja dan jenis
pekerjaan, serta latar belakang kehidupan pribadinya. Sedangkan unsur yang datang dari
dirinya sendiri, berupa; keahlian dan kemampuan (skill & abilities), kepribadian
(personality), persepsi (perception), pengatributan diri (attribution), sikap (attitude), nilai
(value) dan etika (ethics). Pembahasan dalam makalah ini difokuskan pada unsur-unsur yang
mempengaruhi perilaku seseorang yang datang dari diri sendiri khususnya tentang persepsi.

Seseorang individu mungkin saja pada saat memandang satu benda akan mempersepsikannya
secara berbeda dengan individu lainnya, karena sejumlah faktor akan membentuk dan
mempengaruhi persepsi seseorang. Cara pandang pada suatu objek dan menafsirkannya
obejek terbsebut, sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari perilaku individu tersebut.

Mengapa persepsi itu penting dalam studi perilaku organisasi? Hal ini karena semata-mata
perilaku orang-orang didasarkan pada persepsinya mengenai apa yang menjadi realitas dari
objek atau situasi yang di amati, bukan mengenai realitas itu sendiri. Dalam menafsirkan
suatu objek, akan dipengaruhi juga oleh pengaruh lingkungan berupa stimulus, sehingga
persepsi merupakan proses seleksi stimulus dari lingkungannya dan mengorganisasi serta
menafsirkannya sesuai konteks yang dihadapi. Pada kenyataannya setiap saat orang
dihadapkan pada sejumlah besar objek dan peristiwa banyaknya stimulus yang dihadapi
dalam waktu yang sama memaksa seseorang seseorang untuk melakukan seleksi, sebab tidak
mungkin baginya mengankap seluruh stimulus itu secara simultan. Perbedaan pilihan tersebut
dapat menimbulkan perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain dalam menghadapi
objek yang sama.

Kinchi and Kreitner (2003) mendefisikanny; personality is defined as the combination of


stable physical and mental characteristics that give the individual his or her identity.
Pengertian ini menjelaskan bahwa personality/kepribadian merupakan kombinasi antara
karakteristik mental dengan stabilitas fisik yang memberi identitas pada individu. Personality
merupakan sifat natural atau alami yang dimilki oleh masing-masing individu untuk
melakukan interaksi dengan orang lain.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Persepsi ?

2. Bagaimana proses terjadinya persepsi sosial?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi persepsi sosial?

4. Apa fungsi persepsi sosial?

5. Dapatkah persepsi sosial memahami orang lain?

6. Bagaimana Metode penelitian-penelitian tentang persepsi sosial?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu persepsi

2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya persepsi sosial

3. apa saja faktor yang mempengaruhi persepsi sosial

4. Untuk mengetahui apa fungsi dari persepsi sosial

5. Untuk mengetahui dapatkah persepsi sosial memahami orang lain

6. Untuk mengetahui Bagaimana metode penelitian tentang persepsi sosial


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Persepsi
Stephen P. Robbins (2005) mendefinisikan persepsi ; A process by shich individuals
organize and interpret their sensory impressions in order to give meaning to their
environment. Persepsi sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan
dan menafsirkan atau menginterpretasikan kesan-kesan inera mereka agar memberikan
makna bagi lingkungan mereka.

Kinichi dan Kreitner (2003 : 67) pengertian persepsi sebagai berikut : Perceprtion is a
cognitive process that enables us to interpret and understand our surroundings. Persepsi pada
hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami
informasi tentang lingkungannya. Baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan dan penciuman.

Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan, bahwa persepsi


merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang
benar terhadap situasi. Seperti pendapat David Krech dalam Thoha (1992), The Cognitive
map of the individual is not, then a photographic, representation of the physical world, it is
rather, a partial, personal construction in which certain obiects, selected out by the individual
manner. Every perceiver is, os it were, to some degrees a non representational artist, painting
a picture of the world that expresses his individual view of reality. Krech menekankan bahwa
persepsi berkaitan dengan peta kognitif individu bukanlah penyajian fotografik dari suatu
kenyataan fisik, melainkan agak bersifat konstruksi pribadi yang kurang sempurna mengenai
objek tertentu, diseleksi sesuai dengan kepentingan utamanya dan dipahami menurut
kebaisaan-kebiasaannya. Intinya persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan
yang mengahasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda
dari kenyataannya.

Persepsi sosial merupakan proses yang digunakan untuk mengetahui dan memahami
orang lain. Pengetahuan akurat tentangorang lain akan sangat berguna untuk mengatur
hubungan saling berinteraksi. Dalam hubungan sosial , persepsi sosial dapat dijadikan
sebagai kerangka berpikir untuk mempermudah dan mengatur hubungan seseorang dengan
orang lain. Persepsi sosial dalam arti mengenali dan mengerti orang lain, merupakan aktivitas
yang sangat kompleks karena orang lain juga merupakan sesuatu yang kompleks. Tidak
mudah mengenali orang lain karena selain karakteristik yang dimilki setiap orang sangat
banyak, orang juga tidak selalu menampilkan diri apa adanya dan bisa jadi menyembunyikan
apa yang ada dipikirannya dan yang dirasakannya. Namun persepsi sosial merupakan tugas
yang kompleks, kegiatan ini merupakan hal yang perlu dan harus kita lakukan karena peran
orang lain sangat penting dalam hidup kita.

2.2. Proses Pembentukan persepsi sosial

Schermerhom, dkk (1994; 153-155) proses persepsi secara umum terbagi dalam 4 tahap,
yaitu:
1. Perhatian dan Seleksi (Attention and Selection)
Pemilihan informasi secara selektif hanya memberikan kesempatan pada proporsi yang kecil
dari seluruh informasi yang ada. Proses seleksi ini berasal dari proses terkontrol, yaitu
individu secara sadar memutuskan informasi mana yang akan diperhatikan dan mana yang
akan diabaikan.

2. Organisasi
Pada tahap ini, seluruh informasi yang telah masuk seleksi pada tahap sebelumnya akan
diorganisasikan. Adapun cara untuk mengorganisasi informasi secara efisien adalah schema.
Schema adalah kerangka kognitif yang menggambarkan pengetahuan yang diorganisasi
dengan pemberian konsep atau stimulus yang dibangun melalui pengalaman.

3. Interpretasi (Interpretation)
Setelah perhatian digambarkan pada stimulus tertentu dan informasi ttelah diorganisasi, maka
individu akan mencoba untuk memperoleh jawaban tentang makna dari informasi tersebut.
Tahap ini sangata dipengaruhi oleh causal attribution, yaitu sebuah percobaan untuk
menjelaskan mengapa sesuatu terjadi dengan seperti itu.
4. Pencarian Kembali (Retrieval)
Informasi yang telah tersimpan dalam sebuah memori harus dicari kembali bila informasi
tersebut digunakan. Individu akakn lebih mudah mendapatkan kembali informasi yang telah
tersimpan bila telah terskema dan terorganisir dengan baik.

Proses persepsi bermula dari diterimanya stimulus yang berasal dari lingkaran luar. Stimulus
tersebut akan menghasilkan sensasi pada panca indera. Sensasi yang diterima oleh panca
indera tersebut kemudian diteruskan menuju ke detektor bentuk. Pada detektor bentuk,
sensasi dianalisis dengan tingkatan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Analisis ini dilakukan
dengan lebih mendalam dan mendetail. Hasil analisis kemudian dikirim ke otak dan
selanjutnya diintergrasikan untuk membentuk suatu persepsi yang utuh tentang stimulus
tersebut.
Jadi proses persepsi diawali dengan perhatian dan seleksi terhadap informasi yang ada yaitu
remaja hamil di luar nikah, kemudian informasi yang telah terseleksi tersebut diorganisir agar
tidak terjadi sebuah fitnah belaka atau informasi yang semu, kemudian mulailah tahap
interpretasi, yaitu individu mencoba memahami makna informasi tersebut. Ketika individu
membutuhkan informasi tersebut, maka dilakukan tahap pencarian kembali dari tokoh
masyarakat ketika terjadi kembali remaja yang hamil di luar di Desa Genukwatu.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sosial

Ronins (2005) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menafsirkan


kesan-kesan indera menjadi suatu persepsi. Ada tiga faktor, yaitu:
a. faktor dari karakteristik pribadi atau pemersepsi seperti : sikap, motif, kepentingan,
pengalaman, dan pengharapan (ekspetasi)
b. faktor situasional seperti ; waktu, keadaan/tempat kerja, keafdaan sosial
c. faktor dalam target seperti ; hal-hal yang baru, gerakan, bunyi, suara, ukuran, latar
belakang, kedekatan dan kesamaan.

Sedangkan menurut Gibson, dkk (dalam Jenny,2012), faktor-faktor yang


mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan
Faktor Eksternal.

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat


dalam diri individu tersebut, yang mencakup beberapa hal anatara lain :

a. fisiologis
informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan
mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan
sekitarnya.kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda
sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
b. Perhatian
individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau
memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek.
Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatiann seseorang terhadap objek juga
berbeda-beda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.
c. Minat
persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau
perceptuall vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe
tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
d. Kebutuhan yang Searah
faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari objek-
objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
e. Pengalaman dan Ingatan
pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana
seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu
rangsang dalam pengertian luas.
f. Suasana Hati
keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana
perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang
dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
1. Faktor internal intinya berupa fisiologis, perhatian, minat, kebutuhan searah,
pengalaman dan suasana hati yaitu tokoh masyarkat sangat mempengaruhi
dalam terjadinya persepsi sosial, karena hubungan akan hal ini sangat
berkaitan erat, walaupun pada kenyataannya semua juga tergantung objek
(remaja hamil diluar nikah) dan tergantung energi yang digunakan tokoh
masyarakat ketika melihat hal tersebut.

2. Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari


lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut
dapat mengubah sudut pandang masyarkat terhadap dunia sekitarnya dan
mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :
a. Ukuran dan Penempatan dari Objek atau Stimulus
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu objek, maka
semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi
sosial dan dengan melihat bentuk ukuran suatu objek sosial akan mudah untuk
perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
b. Warna dari Objek-objek
objek-objek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah
dipahami (to be preceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
c. Keunikan dan Kekontrasan Stimulus
Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekililingnya
yang sama sekali diluar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik
perhatian.
d. Intensitas dan Kekuatan dari Stimulus
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan
dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan
daya dari suatu objek yang bisa mempengaruhi persepsi.
e. Motion atau Gerakan
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap objek yang memberikan
gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan objek yang diam.
Faktor eksternal pada intinya dipengaruhi oleh objek (remaja hamil diluar nikah)
ketika gerakan dari objek (remaja yang hamil diluar nikah) tersebut kuat dan mempunyai
kedekatan hubungan maka akan semakin mudah untuk dipahami daripada objek (remaja
hamil diluar nikah) yang diam, karena objek-objek tersebut memiliki suatu cahaya yang lebih
untuk diperhatikan dengan melihat penampilan yang diluar sangkaan.

2.4. Fungsi Persepsi Sosial


Terdapat beberapa macam kegunaan persepsi sosial, antara lain :
1. mengarahkan perilaku individu, misalnya mengarahkan kita agar kita mengamati
apakah perilaku kita atau orang lain secara individu sesuai dengan “konsep diri”.
2. proses yang membantu kita untuk mendefinisikan dunia sekeliling, juga
memberikan petunjuk untuk membimbing perilaku kita.
3. mengetahui apa yang dipikrikan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki, dan
didambakan orang lain.
4. membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah,
tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata dan tingkah laku mereka.
5. meneysuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan
pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut.

2.5. Persepsi Sosial Memahami Orang Lain


Persepsi sosial adalah aktivitas memersepsikan orang lain dan apa yang membuat
mereka dikenali. Melalui persepsi sosial, kita berusaha mencari tahu dan mengerti
orang lain. Sebagai bidang kajian, persepsi sosial adalah studi terhadap bagaimana
orang membentuk kesan dan membuat kesimpulan tentang orang lain (Teiford,
2008). Persepsi sosial (Social Perspective) adalah suatu proses yang kita gunakan
untuk mencoba memahami orang lain.

Ketika kita ingin mengetahui perasaan orang lain, orang lain tak selalu bersedia
menceritakan perasaanya yang terdalam kepadda kita. Sebaliknya, mereka justru
berupaya keras menyembunyikannya atau bahkan berdusta pada kita tentang emosi
kita saat itu (DePaulo dkk., 1996 dalam Forrest & Feldman, 2000). Maka dari itu kita
sering berusaha memperoleh informasi secara tidak terlalu langsung: memperhatikan
petunjuk nonverbal (nonverbal cues) yang tampil melalui ekspresi wajah, kontak
mata, postur, gerak tubuh, dan berbagai tingkah laku ekspresif lainnya.

A. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi antar individu tanpa melibatkan isi bahasa
lisan, namun mengandalkan bahasa-bahasa nonlisan melalui ekspresi wajah, kontak
mata, dan bahasa tubuh. Perilaku nonverbal relative tak bisa dikekang dan sulit
dikontrol. Petunjuk nonverbal yang ditampilkan oleh seseorang dapat mempengaruhi
perasaan kita meskipun kita tidak secara sadar memperhatikan petunjuk ini, ataupun
sengaja membaca perasaannya. Penularan emosional (emotional contagion)
merupakan suatu mekanisme yang mentransfer perasaan secara otamatis dari satu
orang ke orang lain. Contohnya, saat mendengar berpidato, nada suara pembicara bisa
mempengaruhi perasaan kita. Saluran-saluran komunikasi nonverbal ada 4, yaitu:

1. Ekspresi wajah. “Wajah adalah gambaran jiwa” yang berarti perasaan dan emosi
manusia seringkali terbaca di wajahnya dan dapat dikenali melalui berbagai
ekspresinya. Terdapat 6 emosi dasar manusia yang terlihat jelas dan telah dipelajari
sejak kecil: marah, takut, bahagia, sedih, terkejut, dan jijik (Izard, 1991; Rozin,
Lowery & Elbert, 1994). Makna ekspresi wajah tidak berlaku secara penuh berlaku
universal di seluruh dunia (perbedaan budaya dan konstektual memang ada dalam
mengartikan ekspresi wajah yang tepat).
2. Kontak mata. “mata adalah jendela hati” yang berarti kita bisa mengetahui perasaan
orang lain melalui tatapan matanya. Kontak mata yang tinggi ontensitasnya bisa
diartikan sebagai bentuk rasa suka atau perasaan positif lainnya, ada satu
pengecualian. Bila seseorang memandangi kita terus menerus dan mempertahankan
kontak mata ini tanpa peduli apapun yang sedang kita kerjakan, pandangan ini disebut
staring (menatap).
3. Bahasa tubuh (gesture, postur dan gerakan). Bahasa tubuh acapkali mengungkapkan
keadaan emosional seseorang. Makin banyak pola gerakan tubuh juga menyimpan
makna tersendiri. Sementara gesture terbagi menjadi beberapa kategori, namun satu
yang terpenting adalah emblem (gerakan tubuh yang menyiratkan makna khusus
menurut budaya tertentu).
4. Sentuhan. Sentuhan yang dirasa tepat seringkali membangkitkan perasaan positif
dalam diri orang yang disentuh. Jabat tangan mengungkapkan banyak hal tentang
orang lain misalnya kepribafiannya—dan bahwa jabat tangan yang kuat adalah teknik
yang baik untuk menampilkan kesan pertama yang menyenangkan pada orang lain.

B. Atribusi

Atribusi adalah proses dimana kita mencoba mencari informasi mengenai bagaimana
seseorang berbuat dan mengapa mereka berbuat demikian. Banyak Teori-teori yang
membahas tentang atribusi, namun kita hanya akan membahas Teori Kelley, “Theory Of
Causal Attribution”. Dalam teori ini, perilaku seseorang bisa disebabkan oleh factor
internal (sifat, motif, intense), factor eksternal (aspek-aspek fisik dan social) maupun
kombinasi keduanya. Menurut teori ini, ada 3 sumber informasi penting untuk menjawab
mengapa dalam perilaku orang lain, yaitu:

1. Consensus, yaitu derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau peristiwa
tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Makin tiggi orang bereaksi serupa,
makin tinggi konsesinya.
2. Konsistensi, yaitu derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus atau
suatu peristiwa yang sama pada waktu yang berbeda.
3. Distingsi, yaitu derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai stimulus atau
peristiwa yang berbeda-beda. Kita mengatribusikan perilaku oranglain pada penyebab
internal bila tingkat consensus dan distingsi rendah namun konsistensi tinggi.
Sebaliknya, kita mengatribusi perilaku orang lain pada penyebab eksternal bila
konsensus, distingsi dan konsistensi tinggi. Kita bisa mengatribusi perilaku oranglain
pada penyebab kombinasi factor internal dan eksternal bila konsensusnya rendah
namun distingsi dan konsistensinya tinggi. Beberapa penyebab internal seperti
kepribadian dan temperamen, cenderung stabil dan bertahan lama, motif, kesehatan,
kelelahan, penyakit kronis, dll.

C. Elemen Social

Ada 3 elemen yang merupakan petunjuk tidak langsung ketika menilai seseorang:
1. Elemen pribadi. Proses pembentukan persepsi social berdadasarkan penilaian pribadi,
antara lain yang dilakukan dengan cepat, ketika melihat penampilan fisik seseorang.
Misalnya: ciri-ciri penampilan fisik, jenis kelamin, suku/ras, status social ekonomi,
fashion, pekerjaan, dll.
2. Elemen situasi. Semakin kaya pengalaman hidup seseorang, semakin bijak persepsi
social yang dibentuknya dari situasi. Contoh: seorang dosen yang berjalan dengan
seorang wanit. Bila mereka berjalan di kampus, orang akan menilai itu hanyalah
mahasiswanya. Namun, bila berjalannya di bioskop orang bisa menilai kalau wanita
itu selingkuhannya.
3. Elemen perilaku. Perilaku membutuhkan bukti-bukti yang dapat diamati untuk
mengidentifikasikan aktivitas seseorang.

D. Sumber Kesalahan (Bias) Dalam Atribusi

Bias korespondensi: kecenderungan untuk menjelaskan sumber perilaku orang lain


dari disposisi-disposisi yang ada, bahkan bila penyebab situasionalnya jelas-jelas
hadir. Contoh: Alex menumpahkan kopi ke bajunya. Kita mempersepsikan bahwa,
“Ah, si Alex memang canggung orangnya”. Padahal bisa saja cangkir yang
dipegangnya itu terlalu panas.

Efek actor-pengamat: kecenderungan untuk mengatribusikan perilaku kita lebih pada


factor situasional (eksternal) daripada disposisional (internal), sementara perilaku
orang lain disebabkan factor disposisi (internal). Contoh: bila saya dan Andi sama-
sama gagal dalam ujian. Saya akan menilai diri saya gagal karena soalnya terlalu
susah, tidak ada waktu untuk belajar, atau dosennya pelit nilai. Sementara kita menilai
Andi gagal karena memang dia tidak mampu/ tidak pintar.

Bias mengutamakan diri sendiri (self serving bias): kecenderungan untuk


mengatribusi kesuksesan pada factor internal, namun mengatribusikan kegagalan pada
factor eksternal. Contoh: ketika saya berhasil, saya menilai bahwa itu semua karena
kerja keras saya, karena saya memang hebat, dsb. namun ketika saya gagal, saya
cenderung menyalahkan factor eksternal seperti: karena dosennya pelit nilai, soalnya
tidak sesuai materi, dll.

Berpikir irrasional (magic): kecenderungan untuk mempercayai bahwa kekuatan


pikiran bisa mempengaruhi kejadian atau objek fisik di luar diri.
E. Pembentukan Kesan (Impression Formation)

Pembentukan pesan adalah proses di mana kita membentuk kesan tentang orang lain.
Bagaimana kesan pertama yang dibentuk dapat mempengaruhi penilaian atau
keputusan kita tentang orang lain. Pembentukan kesan pertama terhadap seseoerang
yang baru bertemu terjadi dalam waktu sangat pendek, relative singkat. Penyebabnya
adalah implicit personality theory, yairu kecenderungan menggabungkan beberapa
sifat sentral dan peripheral (contoh: orang cantik pasti baik). Kesan pertama seringkali
salah karena lebih percaya teori sendiri daripada kenyataan. Perspektif kognitif dalam
pembentukan pesan telah memberikan peran openting dalam usaha memahami
karakteristik dan proses pembentukan kesan.

F. Manajemen Kesan

Manajemen kesan adalah usaha seseorang untuk menampilkan kesan pertama yang
disukai pada orang lain. Manajemen kesan ada 2 bentuk:

1. Strategi self-enhancement: usaha untuk meningkatkan daya tarik diri pada orang diri
pada orang lain, meliputi meningkatkan penampilan fisik melalui gaya berbusana,
charisma diri, dan penggunaan berbagai atribut sehingga berusahga membuat
deskripsi diri yang positif.
2. Strategi other-enhancement: upaya untuk membuat orang yang dituju merasa nyaman
dalam berbagai cara. Misalkan dengan pujian (membuat pernyataan yang memuji
orang yang kita tuju, sifat-sifat atau kesuksesannya) atau menyatakan terang-terangan
persetujuan kita pada pandangan oranglain, menunjukan minat besar pada orang
tersebut, member bantuan-bantuan kecil, meminta nasihat dan umpan balik pada
mereka. Atau menunjukan kesukaan dengan cara nonverbal. Namun bisa saja gagal
dan terjadi slime effect, yaitu sebuah kecenderunagn untuk membentuk kesan sangat
negative terhadap seseorang yang “menjilat ke atas dan menendang ke bawah”.

G. Akurasi Persepsi Sosial

Tingkat akurasi penilaian diketahui dengan membandingkan penilaian dengan


penilaian orang yang terdekat dengan orang-orang yang dinilai, dengan perilaku yang
dapat diamati. Karakteristik tertentu dapat membuat orang yang memilikinya
mengembangkan sifat-sifat tertentu.

2.6. Metode Penelitian Persepsi Sosial


Sebagai contoh penelitian “kontribusi persepsi sosial terhadap interaksi sosial
mahasiswa” penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis deskriptif korelasional.
Populasi penelitian adalah mahasiswa program studi bimbingan dan konseling tahun 2001
yang berjumlah 818 orang, sampel berjumlah 272 orang, yang dipilih dengan teknik
proportional stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner.
Interaksi sosial yang dilihat disini adalah kerja sama (cooperation), persaingan (competition)
akomodasi (accomodation), dan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict).
Data analisis dengan statistik deskriptif dan regresi sederhana, analisis data dibantu dengan
menggunakan program SPSS.

1. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini meliputi variabel persepsi sosial (X), dan interaksi sosial
mahasiswa (Y). Berikut ini dikemukakan deskripsi data hasil penelitian.

a. persepsi sosial

Hasil pengumpulan dan pengolahan data dengan instumen persepsi sosial dari
keseluruhan sampel yang berjumlah 272 mahasiswa, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 memperlihatkan bahaw sebagian besar mahasiswa memiliki persepsi sosial


yang cukup positif tentang orang lain.

b. Interaksi Sosial Mahasiswa (Y)


Hasil pengumpulan dan pengolahan data melalui instrumen interaksi sosial dari
keseluruhan sampel berjumlah 272 mahasiswa, dapat dilihat pada Tabel 2.

Interval Kategori Frekuensi %


Skor
61-75 Baik 187 68.75
47-60 Cukup Baik 58 21,32
33-46 Tidak Baik 1 0,37
≤ 32 Sangat Tidak Baik 0 0
Total 272 100

Tabel 2. memperlihatkan bahwa mutu interaksi sosial mahasiswa program studi


bimbingan dan konseling STKIP PGRI Sumatera Barat sudah baik. Namun, masih
terdapat variasi pada mutu interaksi sosial ini. Variasi skor tersebut tentu perlu untuk
diperhatikan agar semua mahasiswa dapat membangun interaksi sosial dengan mutu
yang baik bahkan sangat baik.

2. Pengujian Persyaratan Analisis Data

Uji persyaratan analisis yang dilakukan pada data penelitian ini adalah uji normalitas, uji
linieritas, dan uji multikolinieritas.

a. Uji Normalitas Uji normalitas dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov


menunjukkan bahwa data variabel penelitian berdistribusi normal, dengan nilai
Asymp. Sig. variabel persepsi sosial sebesar 0,130, dan interaksi sosial sebesar 0,264.

b. Uji Linieritas Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa data variabel variabel
persepsi sosial dengan interaksi sosial linier dengan Fhitung (16,023) > Ftabel (3,89).

3. Kontribusi Persepsi Sosial terhadap InteraksiSosial

Hasil analisis kontribusi persepsi sosial terhadap interaksi sosial dapat dilihat pada
Tabel 3.

Model R R square Sig.


X2-Y 0,235 0.055 0,000
Tabel 3 menunjukkan bahwa persepsi sosial berkontribusi secara signifikan terhadap
interaksi sosial sebesar 5,5%.

PEMBAHASAN

1. Persepsi Sosial

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, secara rata-rata persepsi sosial mahasiswa
berada pada kategori cukup positif. Dilihat dari pencapaian pada masingmasing indikator
diketahui bahwa, pada indikator aspek fisik dan aspek sosial-kultural berada pada kategori
positif. Persepsi sosial mahasiswa pada indikator aspek psikologis dan aspek spiritual berada
pada kategori cukup positif.

Pesepsi sosial menurut Alizamar dan Couto adalah suatu proses untuk mengetahui,
menginterpretasi dan mengevaluasi orang lain.1.Irwanto, Elia, Hadisoepadmo, Priyani,
Wismanto, dan Fernandes, mendefinisikan persepsi sosial sebagai penilaian tentang aspek
fisik (physical appearance) dan ciri-ciri perilaku orang lain. 2. Kemampuan mahasiswa dalam
memandang dengan positif orang lain merupakan hal yang penting untuk dikembangkan.
Pandangan/penilaian yang tertanam pada kognitif seseorang akan tewujud pada cara
seseorang bersikap yang pada akhirnya terwujud dalam bentuk tindakan. Tindakan ini pada
akhirnya akan membentuk interaksi dengan orang lain. Ketepatan dalam mempersepsi akan
menghasilkan hubungan yang baik dan bahagia, namun sebaliknya, ketidaktepatan dalam
mempersepsi akan menimbulkan permasalahan yang pada akhirnya akan membuat hubungan
menjadi tidak bahagia. Sobur menyatakan bahwa tanggapan ataupun respon seorang individu
terhadap orang lain atau objek diluar dirinya dibentuk oleh cara orang tersebut “memandang”
seseorang atau objek tersebut. Dapat 1 . Alizamar dan Couto, N. 2016. Psikologi Persepsi dan
Desain Informasi. Yogyakarta: Media Akademi. 2 . Irwanto, Elia, H., Hadisoepadmo, A.,
Priyani, R., Wismanto, Y.B., dan Fernandes, C. 2002. Psikologi Umum (BukuPanduan
Mahasiswa). Jakarta: Prenhallindo, Hal.Monalisa: Kontribusi Persepsi Sosial Terhadap
Interaksi Sosial…│181 dimaknai bahwa, bagaimana penilaian seseorang tentang orang lain
akan menentukan bagaimana orang tersebut bersikap terhadap orang lain.
2. Interaksi Sosial

Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan rata-rata


kualitas interaksi sosial berada pada kategori baik. Namun, bila dilihat perindikator dalam
variabel interaksi sosial masih terdapat mahasiswa yang memiliki mutu interaksi sosial yang
cukup baik. Hal ini terlihat pada indikator kerja sama. Pada item no 2, yaitu “saya kurang
bisa bekerjasama dengan kelompok yang ditentukan dosen”. Hal ini menunjukkan bahwa
masih ada mahasiswa yang belum dapat membangun hubungan yang baik dengan siapa saja.
Dapat dikatakan bahwa, masih ada mahasiswa yang memilih-milih teman dalam hal tertentu.
Sehingga, pada saat pembentukan kelompok oleh dosen, masih ada yang kurang dapat
bekerjasama didalam kelompok tesebut. Pentingnya membangun interaksi yang baik dengan
siapa saja tentu akan menguntungkan kedua belah pihak. Melalui interaksi yang baik
seseorang dapat mengaktualisasikan dirinya dangan baik. Pada akhirnya apa yang diharapkan
dalam hubungan dengan orang lain dapat tercapai. Interaksi sosial yang dibangun dengan
kualitas yang baik, akan berdampak kepuasan terhadap hubungan itu sendiri dan
keberlangsungan hubungan itu sendiri. Namun sebaliknya, apabila kualitas interaksi sosial itu
buruk, tentu rasa kecewa akan muncul dan kecil kemungkinan hubungan tersebut dapat
belangsung lama.

Yunistiati, Djalali, dan Farid menyatakan bahwa apabila seseorang tidak memiliki
kemampuan untuk berinteraksi sosial atau bahkan tidak dapat berinteraksi, disadari atau
tidak, seseorang akan kehilangan relasinya. 3. Dapat dimaknai bahwa, mahasiswa yang tidak
memiliki kemampuan dalam berinteraksi akan kehilangan relasinya. Padahal, idealnya
mahasiswa haruslah memiliki kemampuan dalam berinteraksi sosial.Melihat hal tersebut,
diketahui bahwa pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi,
khususnya terkait dengan pengembangan kemampuan 3. Yusnistiati, Keharmonisan
Keluarga, Konsep Diri dan Interaksi Sosial Remaja (Personal, Jurnal Psikologi Indonesia.
Vol 3, No 01. 71-82Monalisa: Kontribusi Persepsi Sosial Terhadap Interaksi Sosial…│182
mahasiswa dalam berinteraksi sosial. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di
perguruan tinggi dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam
interaksi sosial.

3. Kontribusi Persepsi Sosial terhadap Interaksi Sosial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi sosial berkontribusi secara signifikan


terhadap interaksi sosial mahasiswa. Temuan ini diperoleh berdasarkan rangkaian analisis
data yang menunjukkan bahwa kontribusi persepsi sosial terhadap interaksi sosial sebesar
5,5%. Artinya, persepsi sosial merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap
interaksi sosial.

Merujuk pada data hasil penelitian ini dapat dipahami bahwa semakin positif persepsi
seseorang semakin baik pula kualiatas/mutu dari interaksi sosial yang dibangun. Interaksi
sosial adalah hubungan antara satu individu dengan individu lainnya, maupun satu kelompok
dengan kelompok lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Satrbuck dan Meziasbahwa
dengan persepsi sosial seseorang berupaya memahami orang lain ataupun suatu realitas
sosial.

Pandangan/penilaian yang baik tentang orang lain akan membuat seseorang bersikap
lebih terbuka dan lebih baik dalam berinteraksi. Karena, ketika seseorang berfikiran yang
kurang baik tentang orang lain, akan membuat seseorang lebih berhati-hati dalam
berinteraksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Baron dan Byrne yang menyatakan bahwa
“beberapa orang merasa tidak nyaman berada dalam situasi sosial karena mereka cenderung
khawatir tentang bagaimana penilaian orang lain”. 4Buytendijk menyatakan bahwa
“….perception always include to action”. Dapat dimaknai bahwa, persepsi yang dimiliki
seseorang akan menyertakan tindakan seseorang. Hal yang menjadi penilaian sendiri pada
orang lain, akan ikut mempengaruhi bagaimana tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
Tindakan ini pada akhirnya akan menjadi 4 Baron, Social Psychology. Understanding Human
Interaction Bostom: Allyn and Bacon, IncorporationMonalisa: Kontribusi Persepsi Sosial
Terhadap Interaksi Sosial…│183 interaksi satu sama lain. Lebih lanjut, Ferguson dan Bargh
melakukan kajian mengenai “How social perception can automatically influence behavior”. 5
Berdasarkan kajian tersebut, diketahui bahwa bagaimana seseorang menilai tentang orang
lain akan mempengaruhi bagaimana orang berperilaku terhadap orang lain. Pengetahuan atau
penilaian yang dimiliki seseorang tentang suatu hal akan mempengaruhi bagaimana orang
berperilaku terhadap hal tersebut.
BAB III

KESIMPULAN

Persepsi sosial adalah aktivitas memersepsikan orang lain dan apa yang membuat
mereka dikenali. Melalui persepsi sosial, kita berusaha mencari tahu dan mengerti orang
lain. Sebagai bidang kajian, persepsi sosial adalah studi terhadap bagaimana orang
membentuk kesan dan membuat kesimpulan tentang orang lain (Teiford, 2008). Persepsi
sosial (Social Perspective) adalah suatu proses yang kita gunakan untuk mencoba
memahami orang lain.

Fungsi dari persepsi sosial adalah kita dapat mengarahkan perilaku individu,
misalnya mengarahkan kita agar kita mengamati apakah perilaku kita atau orang lain secara
individu sesuai dengan “konsep diri”. Kemudian proses yang membantu kita untuk
mendefinisikan dunia sekeliling, juga memberikan petunjuk untuk membimbing perilaku
kita. Dapat mengetahui apa yang dipikrikan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki,
dan didambakan orang lain. Kita dapat membaca apa yang ada di dalam diri orang lain
berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata dan tingkah laku
mereka. Kita juga bisa menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain
berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut.
REVIEW JURNAL
Penulis dan Judul Peneli Teori hipotesis Metode Hasil Saran
Nama jurnal, artikel tian terda yang penelitian penelitian
Vol. No, tahun hulu digunak dan
terbit an kesimpulan
Buyung, Jurnal PENGARUH Persepsi Persepsi hipotesis Penelitian Hasil Sebaiknya
Ilmiah PERSEPSI menjadi ini ini penelitian dalam
DIKDAYA.20 SISWA tahapan berarti menggunak menunjukkan mensiasati
19. TENTANG awal bahwa an bahwa hal ini
MATEMA terdapat
dalam untuk pendekatan seharusnya
TIKA pengaruh
kognisi mendapat kuantitatif. sebagai
TERHADAP persespsi
yang hasil variabel siswa pengampu
HASIL memiliki belajar bebas yang atau
tentang
BELAJAR pengaruh matemati digunakan pengajar,me
matematika
MATEMA penting ka yang dalam terhadap nciptakan
TIKA DI SMP terhadap tinggi penelitian hasil belajar Presepsi
tahapan maka ini adalah matematika yang
yang dibutuhka persepsi siswa. menyenang
lainnya, n persepsi siswa Berdasarkan kan dan
misal tentang tentang hasil menumbuhk
penelitian
permbelaj matemati matematika. an
dapat
aran ka yang kenyamana
disimpulkan
terdahulu tinggi bahwa n akan hal
akan pula. terdapat pembelajara
mempenga Begitu pengaruh n dalam
ruhi pula persepsi bidang
bagaimana sebalikny siswa tentang Matematika
kita a hasil matematika ,agar para
memaham belajar terhadap siswa
i sesuatu matemati hasil belajar berpikir
(Fleming ka siswa matematika. positif akan
dan yang artianya hasil pelajaran
belajar
Levie, rendah Matematika
matematika
1981:3) apabila akan tinggi dan
memiliki apabila siswa mendapat
persepsi memiliki nilai tinggi
rendah persepsi
tentang yang tinggi
matemati tentang
ka. matematika
dan
sebaliknya
nilai hasil
belajar
matematika
rendah
apabila siswa
memiliki
persepsi
tentang
matematika
yang rendah.

Moch. Hafid, Persepsi Lingkunga Persepsi semakin Metode Hasil Dalam hal
Uswatun Ling n yang Lingkun baik statistik penelitian ini
Hasanah. kungan dipersepsi gan persepsi korelasi berupa hasil sebaiknya
Persepsi Kerja kan oleh Kerja lingkunga Product analisis tempat
Lingkungan. psikologis individu- n Kerja Moment korelasi bekerja atau
Vol. 1 No. 2 Terhadap individu psikologi product lapangan
Desember Kepuasan yang s maka moment kerja harus
2016 Kerja bekerja semakin antara bisa
dalam tinggi variabel mewujudka
lingkunga kepuasan Persepsi n
n kerja Lingkungan pandangan
organisasi Kerja persepsi
dan Psikologis yang baik
mempuny dengan agar para
ai peranan Kepuasan pekerja atau
yang besar Kerja, yang individu
dalam dilakukan pekerja juga
mempenga dengan memberikan
ruhi analisis persepsi
tingkahlak korelasi yang baik
u saat momen pula akan
bekerja tangkar hal
(product kepuasan
moment) kerja.
dari Karl
Pearson
dengan
jumlah
subyek N =
40
Berdasarka
n hasil
analisis dan
pembahasan
dalam
penelitian
ini maka
dapat
ditarik
kesimpulan
sebagai
berikut:
Ada
hubungan
positif yang
signifikan
antara
Persepsi
Lingkungan
Kerja
Psikologis
dengan
Kepuasan
Kerja
Anggota
Kepolisian
di Jombang.

YUEH-TING PERSEPSI Filsuf, berdasar Hipotesis Jika sesuai hasil Pertama-


LEE, SOSIAL ilmuwan, kan hasil null yang desain menunjuk tama, sangat
LINDA DAN dan empiris diuji penelitian kan bahwa penting
ALBRIGHT, STEREOTIP psikolog menggu adalah yang orang asing untuk
:
THOMAS E. melakukan nakan bahwa mengizin menggunak memeriksa
INTERPERS
MALLOY. ONAL DAN
yang SRM varians kan an sosial hubungan
International paling (Kenny, efek estimasi umum antara
INTERKUL
Journal of awal 1994) perceiver, komponen stereotip akurasi
TURAL
Group Tensions, pertimban (Malloy, target, tidak yang persepsi
Pendekatan
Vol. 30, No. 2, gan Yarlas, dan digunakan, menyebabk sosial /
2001
persepsi Montvil hubungan kemudian an mereka stereotip
sosial dan o, & sama studi tiba pada dan
stereotip. Sugarma dengan persepsi penilaian ketegangan/
Misalnya, n, 1996) nol; fenomena yang sama konflik
William teori ketika menggunak dari manusia.
James Egon ditolak an skor stimulus Misalnya,
(1890) Brunswi itu yang tidak Target. Lee, Jussim,
mengakui k (1956) menginde terurai Misalnya, dan
bahwa (Albrigh ks sangat daya tarik McCauley
persepsi t, 1995). keandalan mungkin yang (1995, p.
sosial SIT statistik bias. dirasakan 17)
tertanam (Social dari tiga Namun, dari menyajikan
dalam Identity fenomena dengan stimulus model
konteks Theory) tersebut. penciptaan digunakan stereotip
sosial, dan Perlu SRM, untuk dua
bahwa diingat metodologis menyimpul dimensi,
konteks bahwa dasar kan tingkat termasuk
spesifik ketika Kekhawati sosibilitas akurasi
mempenga penilaian ran yang mereka, dan (akurat dan
ruhi dibuat diajukan kerapian tidak
penilaian hanya oleh pakaian akurat) dan
orang lain pada satu Cronbach mereka valensi
dan diri kesempat memang digunakan (positif dan
sendiri. an (k) dikendali untuk negatif).
Charles maka kan. menyimpul Tapi tidak
Darwin hubungan kan ada data
(1872/196 dan tanggung empiris
5) kompone jawab. yang telah
dianggap n Tidak hanya dikumpul
fungsional kesalahan fenomena kan sejauh
peran yang bingung. ini yang kita
dilayani Untuk beroperasi tahu.
oleh memisah dalam Muncul
ekspresi kan budaya pertanyaan.
wajah hubungan Barat, di
dalam dan mana
pendekata kesalahan sebagian
n , besar studi
evolusione pengukur telah
rnya untuk an harus Dilakukan.
interaksi diambil tetapi juga
sosial dan setidakny telah
persepsi a pada direplikasi
manusia. dua di Beijing,
kesempat Cina
an atau (Albright,
menggun Dong,
akan dua Malloy,
indikator Kenny,
konstruks & Yu,
i. 1996).
Menariknya
, meskipun
prosesnya
terjadi di
seluruh
budaya,
isyarat
spesifik
yang dapat
diamati
yang
digunakan
untuk
menyimpul
kan
ciri-ciri
spesifik
bervariasi di
seluruh
budaya.
Cina
tampaknya
menyimpul
kan bahwa
tersenyum
menunjukka
n kurangnya
pengendalia
n diri,
sedangkan
orang
Amerika
tidak
setiap
kovarians
antara fitur
fisik ini dan
sifat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Monalisa. Jurnal Edukasi. Vol. 3 No. 2, July 2017. Kontribusi Persepsi Sosial terhadap
Interaksi Sosial Mahasiswa.

09410034_Bab_2.pdf (uin-malang.ac.id)

Sumber: Psikologi Sosial, Robert A. Baron dan Dann Byrne

YUEH-TING LEE, LINDA ALBRIGHT, THOMAS E. MALLOY. International Journal of


Group Tensions, Vol. 30, No. 2, 2001.

Buyung, Jurnal Ilmiah DIKDAYA 82082-ID-none.pdf (neliti.com)

https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/psikologi/article/download/294/445/

Moch. Hafid, Uswatun Hasanah. Persepsi Lingkungan.Vol. 1 No. 2 Desember 2016.


Persepsi Lingkungan Kerja psikologis Terhadap Kepuasan Kerja

Anda mungkin juga menyukai