Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP PERSEPSI DAN


PENGAMBILAN KEPUTUSAN INDIVIDU
DOSEN PENGAMPU :
Arifia Retna Yunita M.Pd.I

PENYUSUN :

A h ma d B a h ru S a l a m
K h o i ru l A h ma d S u b a h ri
Ani Nur Aini

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS KEISLAMAN ZAINUL HASAN GENGGONG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya-
lah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Konsep Persepsi dan Pengambilan
Keputusan Individu dalam mata kuliah perkembangan perilaku & Budaya organisasi. kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya bagi semua pihak yang terlibat untuk
bersedian membatu dan mengarahkan demi terselesainya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini ataupun kata – kata yang
kurang berkenan, kami mohon maaf. Untuk perbaikan dan peningkatan tulisan ini, kami
sangat mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Selanjutnya
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
khususnya pembaca.

Kraksaan, 27 Juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 3

BAB I_PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4


1. LATAR BELAKANG ................................................................................................................... 4
2. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................. 4
3. TUJUAN .................................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 6
1. PENGERTIAN PERSEPSI & PENGAMBILAN KEPUTUSAN ..................................................... 6
a) Persepsi visual ................................................................................................................ 7
b) Persepsi auditoria atau pendengaran ......................................................................... 7
c) Persepsi perabaan.......................................................................................................... 7
d) Persepsi penciuman ....................................................................................................... 7
e) Persepsi pengecapan ..................................................................................................... 7
2. BEBERAPA ISU MENGENAI PERSEPSI ORANG ..................................................................... 8
3. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN .................................. 9
4. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN RASIONAL .............................................................. 10
5. MENINGKATKAN KREATIVITAS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ............................ 10

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 14


KESIMPULAN ............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Banyak cara atau gaya dalam pengambilan keputusan. Ada orang yang
cenderung menghindari masalah, ada juga yang berusaha memecahkan / menyelesaikan
masalah, bahkan ada yang mencari-cari masalah. Pada prinsipnya, cara pengambilan
keputusan mengacu pada bagaimana seseorang mengolah informasi, apakah lebih
dominan menggunakan pikirannya, ataukah dengan perasaannya. Setelah semua
informasi diperoleh melalui fungsi persepsi, maka seseorang harus melakukan sesuatu
dengan informasi tersebut. Informasi tersebut harus diolah untuk memperoleh suatu
kesimpulan guna mengambil suatu keputusan ataupun membentuk suatu opini. Ada
gambaran preferensi mengenai dua cara yang berbeda tentang bagaimana seseorang
mengambil keputusan ataupun memberikan penilaian, yaitu dengan berfikir
menggunakan akal pikiran dan menggunakan perasaan atau dengan persepsi.

Salah satu cara untuk mengambil keputusan adalah dengan mempergunakan


perasaan dan persepsi. Perasaan disini bukan berarti emosi, melainkan dengan
mempertimbangkan dampak dari suatu putusan terhadap diri sendiri dan/atau orang
lain. Apakah manfaatnya bagi diri sendiri dan/atau orang lain (tanpa mempersyaratkan
terlebih dahulu bahwa hal tersebut haruslah logis). Pengambilan keputusan atas dasar
perasaan ini berlandaskan pada nilai-nilai pribadi atau norma-norma, dan bukan
mengacu pada tindakan yang dapat disebut emosionil. Apabila kita mengambil
keputusan berdasarkan perasaan, kita akan mempertanyakan seberapa jauh kita pribadi
akan melibatkan diri secara langsung, seberapa jauh kita merasa turut bertanggung
jawab terhadap dampak atas keputusan yang diambil, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap orang lain. Mereka yang mempunyai preferensi menggunakan perasaan dalam
mengambil keputusan, cenderung bersikap simpatik, bijaksana dan sangat menghargai
sesama. Banyak cara atau gaya dalam pengambilan keputusan.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian persepsi dan pengambilan keputusan ?
2. Beberapa isu mengenai persepsi orang?
3. Bagaimana Hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan?
4. Bagaimana proses pengambilan keputusan rasional?
5. Bagaimana meningkatkan kreativitas dalam pengambilan keputusan?

4
3. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan persepi.
2. Mengetahui isu mengenai persepsi orang.
3. Mengetahui hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan.
4. Mengetahui proses pngambilan keputusan rasional.
5. Mengetahui bagaimana meningkatkan kreativitas dalam pengambilan keputusan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PERSEPSI & PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Secara etimologi persepsi berasal dari bahasa latin perceptioyang berarti
menerima atau mengambil. Persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli
dipilih, diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna.

Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk


mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada
lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari
kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan
realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari
dalam perilaku organisasi.

Rakhmat Jalaludin (1998: 51) berpendapat bahwa persepsi adalah


pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk
petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan
untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu
situasi tertentu.

Menurut Asrori (2009:214) pengertian persepsi adalah “proses individu


dalam menginterprestasikan, mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus
yang berasal dari lingkungan di mana individu itu berada yang merupakan hasil dari
proses belajar dan pengalaman.” Dalam pengertian persepsi tersebut terdapat dua unsur
penting yakni interprestasi dan pengorganisasian. Interprestasi merupakan upaya
pemahaman dari individu terhadap informasi yang diperolehnya. Sedangkan
perorganisasian adalah proses mengelola informasi tertentu agar memiliki makna.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang


dimaksud persepsi adalah proses menerima, membedakan, dan memberi arti terhadap
stimulus yang diterima alat indra, sehingga dapat memberi kesimpulan dan menafsirkan
terhadap objek tertentu yang diamatinya.

JENIS – JENIS PERSEPSI

6
a) Persepsi visual
Persepsi visual dari indera penglihatan yaitu mata. Persepsi ini adalah
persepsi yang paling awal berkembang pada bayi dan memengaruhi bayi dan balita
untuk memahami dunianya. Persepsi visual adalah hasil dari apa yang kita lihat, baik
sebelum kita melihat atau masih membayangkan serta sesudah melakukan pada
objek yang dituju.

b) Persepsi auditoria atau pendengaran


Persepsi auditori merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
pendengaran yaitu telinga. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa yang
didengarnya.

c) Persepsi perabaan
Persepsi perabaan merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
perabaan yaitu kulit. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa yang
disentuhnya atau akibat persentuhan sesuatu dengan kulitnya.

d) Persepsi penciuman
Persepsi penciuman merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
penciuman yaitu hidung. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa yang
cium.

e) Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa merupakan jenis persepsi yang didapatkan
dari indera pengecapan yaitu lidah. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari
apa yang mereka ecap atau rasakan.

Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran


dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di
antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu
menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan atau tindakan.

Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi pengambilan keputusan sebagai


suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat
dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang
lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan.

7
Definisi yang lebih sederhana dikemukakan oleh Hani Handoko (1997),
pembuatan keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui mana
serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.

2. BEBERAPA ISU MENGENAI PERSEPSI ORANG

Teori Atribusi pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu


mengamati perilaku, mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor
internal atau eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh
penyebab-penyebab internal karena sebagai manusia mereka mempunyai keyakinan,
maksud, dan motof-motif didalam dirinya. Namun persepsi kita terhadap benda mati
seperti gedung, api, air, dll, akan berbeda karena mereka adalah benda mati yang
memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :


1. Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan
sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif,
kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau
motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh
yang kuat pada persepsi mereka.
2. Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk
cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan
dipersepsikan secara bersama-sama pula.
3. Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita
yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia
berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa
para lelaki akan memandangnya.

Penentuan apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau internal bergantung
pada tiga faktor :
a) Kekhususan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang berlainan
dalam situasi yang berlainan.
b) Konsensus : yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi dengan
cara yang sama.
c) Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke
waktu.Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan
atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik
atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor
dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan

8
penjualan seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya
daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat
persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih)
untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam
kesulitan karena tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat
membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
d) Persepsi selektif : orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan
berdasarkan pengalaman, latar belakang, kepentingan, dan sikap. Hal ini
dikarenakan kita tidak dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar kita.
Misalnya saja, seperti diatas tadi, orang yang menyenangi hasil seni akan cenderung
memperhatikan lukisan daripada orang yang menyenangi teknologi.
e) Efek halo : yaitu menarik kesan umum mengenai seorang individu berdasarkan suatu
karakteristik tunggal, misalnya pendiam, sangat bersemangat, pintar, dls. Orang yang
menilai dapat mengisolasi hanya karakteristik tunggal. Suau ciri tunggal dapat
mempengaruhi seluruh kesan oarng dari individu yang sedang dinilai.
f) Efek kontras : yaitu evaluasi atas karakteristik-karakteristik seseorang yang
dipengaruhi oleh pembandingan-pembandingan dengan orang lain yang baru saja
dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang
sama. Contohnya adalah orang yang diwawancara dapat memperoleh evaluasi yang
lebih menguntungkan jika sebelumnya ia telah didahului oleh banyak pelamar yang
kurang bermutu.
g) Proyeksi : Yaitu menghubungkan karakteristik kita sendiri ke orang lain. Misalnya saja
orang yang bekerja dengan cepat dan ulet akan menganggap orang lain sama
dengannya.
h) Berstereotipe : yaitu menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap
kelompok seseorang itu. Misalnya kita menilai bahwa orang yang gemuk malas,
maka kita akan mempersepsikan semua orang gemuk secara sama. Generalisasi
seperti ini dapat menyerdehanakan dunia yang rumit ini dan memungkinkan kita
mempertahankan konsistensi, namun sangat mungkin juga bahwa stereotipe itu
tidak mengandung kebenaran ataupun tidak relevan.

3. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas,


merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu
dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar
dipengaruhi oleh persepsi mereka. Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi
terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini
dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan
alternatif. Misalnya, seorang manager suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar

9
2% sangat tidak memuaskan, namun didivisi lain penurunan sebesar itu dianggap
memuaskan oleh managernya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan
evaluasi terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan
ditafsirkan. Misalnya, data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi
dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai
hubungan yang besar pada hasil akhirnya.

4. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN RASIONAL

Pengambil keputusan harus membuat pilihan memaksimalkan nilai yang


konsisten dalam batas-batas tertentu. Ada enam langkah dalam model pengambilan
keputusan yang rasional, yaitu : menetapkan masalah, mengidentifikasi kriteria
keputusan, mengalokasikan bobot pada kriteria, mengembangkan alternatif,
mengevaluasi alternatif, dan memilih alternatif terbaik.

Model pengambilan keputusan yang rasional diatas mengandung sejumlah


asumsi, yaitu :
1. Kejelasan masalah : pengambil keputusan memiliki informasi lengkap sehubungan
dengan situasi keputusan.
2. Pilihan-pilihan diketahui : pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua kriteria
yang relevan dan dapat mendaftarkan semua alternatif yang dilihat.
3. Pilihan yang jelas : kriteria dan alternatif dapat diperingkatkan sesuai pentingnya.
4. Pilihan yang konstan : kriteria keputusan konstan dan beban yang ditugaskan pada
mereka stabil sepanjang waktu.
5. Tidak ada batasan waktu dan biaya : sehingga informasi lengkap dapat diperoleh
tentang kriteria dan alternatif.
6. Pelunasan maksimum : alternatif yang dirasakan paling tinggi akan dipilih.

5. MENINGKATKAN KREATIVITAS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dengan adanya kreativitas pengambil keputusan dapat memproduksi


gagasan-gagasan baru yang bermanfaat. Selain itu, juga memungkinkan untuk lebih
menghargai dan memahami masalah, termasuk masalah yang tidak dapat dilihat orang
lain.
1. Potensial kreatif : yaitu potensi yang dimiliki kebanyakan orang, namun untuk
mengeluarkannya orang harus keluar dari kebiasaan psikologis yang kebanyakan dari
kita terlibat didalamnya dan belajar bagaimana berpikir tentang satu masalah
dengan cara yang berlainan.

10
2. Model kreativitas tiga komponen : suatu badan riset menunjukkan bahwa kreativitas
individual pada hakikatnya menuntut keahlian, ketrampilan berpikir kreatif, dan
motivasi tugas intrinsik. Semakin tinggi tingkat dari masing-masing komponen ini,
maka semakin tinggi pula kreativitas seseorang.

Kebanyakan keputusan dalam organisasi biasanya diambil seperti dibawah


ini:
1. Rasionalitas terbatas : para individu mengambil keputusan dengan merancang
bangun model-model yang disederhanakan yang menyuling ciri-ciri hakiki dari
masalah tanpa menangkap semua kerumitannya. Bila berhadapan pada masalah
yang kompleks, kebanyakan orang menanggapi dengan mengurangi masalah pada
level amna masalah itu dapat dipahami. Ini disebabkan karena kemampuan manusia
mengolah informasi terbatas, membuatnya tidak mungkin mengasimilasi dan
memahami semua informasi yang perlu untuk optimisasi.
2. Intuisi : penggunaan intuisi untuk mengambil keputusan tidak lagi diangap tak
rasional atau tak efektif. Ada pengakuan yang makin berkembang bahwa analisis
rasional terlalu ditekankan dan bahwa dalam kasus-kasus tertentu mengandalkan
pada intuisi dapat memperbaiki pengambilan keputusan. Namun perlu dilihat bahwa
definisi intuitif dari para ahli adalah suatu proses tak sadar yang diciptakan dari
dalam pengalaman yang tersaring. Intuisi ini juga saling melengkapi dengan analisi
rasional.
3. Identifikasi masalah : masalah yang tampak cenderung memiliki probabilitas terpilih
lebih tinggi dibanding masalah-masalah yang penting. Ada dua alasan atas hal
tersebut : mudah untuk mengenal masalah-masalah yang tampak, dan karena kita
prihatin dengan pengambilan keputusan dalam organisasi sehingga para pengambil
keputusan ingin tampil kompeten dan ‘berada pada puncak masalah’.
4. Pengembangan alternatif : bukti menunjukkan bahwa pengambilan keputusan
adalah inkremental, bukan komprehensif. Artinya pengambil keputusan mengindari
tugas-tugas sulit yang mempertimbangkan semua faktor penting, menimbang relatif
untung dan ruginya, serta mengkalkulasi nilai untuk masing-masing alternatif.
Sebagai gantinya, mereka membuat suatu perbandingan terbatas yang bersifat
suksesif. Akibatnya pilihan keputusanpun disederhanakan dengan hanya
membandingkan alternatif-alternatif yang berbeda dalam tingkat yang relatif kecil
dari pilihan terbaru.
5. Membuat pilihan : untuk menghindari keputusan yang terlalu sarat, para pengambil
keputusan mengandalkan heuristik atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan
keputusan. Ada dua kategori umum heuristik dan satu bias lainnya, yaitu :
1. Heuristik ketersediaan : kecenderungan pada orang untuk mendasarkan
penilaian pada informasi yang sudah ada ditangan mereka. Ini menjelaskan
mengapa para manager lebih mempertimbangkan kinerja terakhir karyawan

11
daripada kinerjanya setengah tahun yang lalu. Sama halnya dengan pikiran
orang bahwa naik pesawat lebih berbahaya daripada mobil.
2. Heuristik representatif : menilai kemungkinan dari suatu kejadian dengan
menarik analogi dan melihat situasi identik dimana sebenarnya tidak identik.
Contohnya adalah manager yang sering menghubungkan keberhasilan suatu
produk baru dengan keberhasilan produk sebelumnya, anak-anak yang
menonton film Superman dan merasa dirinya seperti Superman, dls.
3. Peningkatan komitmen : suatu peningkatan komitmen pada keputusan
sebelumnya meskipun ada informasi negatif. Individu meningkatkan komitmen
terhadap suatu arah tindakan yang gagal ketika mereka memandang diri mereka
sebagai orang yang bertanggung jawab atas kegagalan tersebut, dengan tujuan
untuk memperlihatkan bahwa keputusan awal mereka tidak keliru dan
menghindari keharusan untuk mengakui kekeliruan itu. Banyak organisasi
menderita kerugian karena seorang manager bertekad membuktikan bahwa
keputusan awalnya benar dengan terus mengorbankan sumber daya kepada apa
yang merupakan kerugian sejak awal.
4. Perbedaan individual-gaya pengambilan keputusan : riset mengidentikasikan
empat pendekatan individual yang berbeda dalam pengambilan keputusan,
yaitu :
a. Analitis : memiliki toleransi jauh lebih besar terhadap ambiguitas, cermat,
mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru.
b. Direktif : memiliki toleransi rendah atas ambiguitas, mencari rasionalitas,
efisien, logis, mengambil keputusan cepat, dan berorientasi jangka pendek.
c. Konseptual : berpandangan sangat luas, mempertimbangkan banyak
alternatif, orientasi jangka panjang, dan anagt baik untuk menemukan solusi
yang kreatif.
d. Perilaku : bisa bekerja baik dengan yang lain, memperhatikan kinerja rekan
kerja dan usulan-usulan mereka, mengandalkan pertemuan untuk
berkomunikasi, mencoba menghindari konflik, dan mengupayakan
penerimaan.
e. Kebanyakan dari manager memiliki karakteristik diatas lebih dari satu.
f. Hambatan dari organisasi : para manager akan membentuk keputusan sesuai
dibawah ini :
1. Evaluasi kinerja : manager dipengaruhi oleh kriteria yang mereka
gunakan untuk mengevaluasi. Mereka akan bertindak sesuai apa yang
dijadikan penilaian/tolok ukur.
2. Sistem imbalan : yaitu dengan mengemukakan kepada karyawan pilihan
apa yang lebih disukai terhadap upah. Umumnya organisasi membuat
peraturan formal untuk membakukan perilaku anggotanya.
3. Pembatasan waktu yang menentukan sistem : batas waktu yang eksplisit
dalam pengambilan keputusan menciptakan tekanan waktu pada

12
pengambil keputusan dan sering mempersulit untuk mengumpulkan
semua informasi yang ingin merka dapatkan.
4. Reseden historis : keputusan yang diambil dimasa lalu akan terus
membayangi keputusan saat ini.
5. Perbedaan budaya : latar belakang budaya dari pengambil keputusan
dapat mempengaruhi seleksi masalah, kedalaman analisis, arti penting
yang ditempatkan pada logika dan rasionalitas, atau apakah keputusan
organisasional hendaknya diambil secara otokratis atau secara kolektif.

Bagian terakhir adalah mengenai keetisan dalam pengambilan keputusan.


Ada tiga kriteria keputusan yang etis, yaitu :
1. Kriteria utilitarian (dimana keputusan diambil semata-mata atas dasar
hasil/konsekuensi mereka).
2. Menekankan pada hak dasar individu sesuai dengan Piagam Hak Asasi.
3. Menekankan pada keadilan.

13
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari ulasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Persepsi merupakan suatu proses
yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui
alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia
luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian
diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diinderakan.

Pengambilan keputusan adalah sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses
mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa
alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu
pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau
tindakan. Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah.

Hubungan keduanya adalah dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan


tujuan yang ingin dicapai yaitu dengan menegaskan persepsi yang timbul dari dalam diri dan
mengimplementasikannya untuk mengambil keputusan yang menjadi alternatif pada sebuah
permasalahan yang terjadi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aput Ivan Alindra. 2015. “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan
Depok Sports Center”. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Ardana, Komang. 2009. Perilaku Keorganisasian. Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Riduwan, Malik. 2002. “Teori motivasi dan Aplikasi”. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.
Robbins, Stephen P., 1994. “Teori Organisasi : Struktur, Desain dan Aplikas”i, Alih Bahasa Jusuf
Udaya. Jakarta : Arcan.
Robbins. P.S. 2002. “Prinsip-prinsip Perlaku Organisasi”. Edisi kelima. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Robbins, Stephen, P. 2006. “Perilaku Organisasi”. Jakarta: PT. Prehalindo.
Safari, T. 2004. “Kepemimpinan”. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

15

Anda mungkin juga menyukai