Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MINGGUAN (MINGGU KE-5)

Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individu

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Perilaku Organisasional

Dosen Pengampu:
Edi Prasetyo Nugroho, Drs., M.B.A.
Reni Rosari, Dr., M.B.A.

Disusun oleh:
Kelompok 12

Syifa Putri Imelda 20/454812/EK/22776


Aqidah Yulianingtyas 20/461111/EK/23067
Audhyta Arofatunnisa 20/461112/EK/23068

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
TUGAS KELOMPOK SESI 5
Alternatif 1

1. Lesson learned apa yang anda peroleh dari topik pembahasan tentang perception and
decision making?
2. Apa pentingnya memahami tentang persepsi? Apa implikasinya bagi anda sebagai
individu dan sebagai manajer atau pemimpin dengan memahami persepsi ini? Bagaimana
cara menghindari bias persepsi?
3. Jelaskan bagaimana mengambil keputusan yang efektif?
4. Berikan contoh tentang persepsi dalam kehidupan di masyarakat atau organisasi yang
menurut anda menarik untuk dijadikan contoh sebagai pembelajaran.

Jawab :

1. Persepsi merupakan proses menerjemahkan atau menafsirkan informasi atas individu


menjadi sebuah pemahaman mengenai diri mereka menurut orang lain atau
lingkungannya. Adanya persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana seseorang dalam
suatu lingkungan sehingga akan berdampak pada sikapnya dalam memahami ataupun
merespon setiap keadaan. Persepsi memiliki beberapa faktor yang terbagi menjadi tiga
yaitu factor in the situation, factor in the perceiver, dan factor in the target. Ketiganya itu
akan membentuk sebuah persepsi ketika komponen dalam faktor tersebut dipenuhi seperti
sikap, motivasi, kesenangan, pengalaman maupun ekspektasi yang muncul dari factor in
the perceiver atau waktu, social dan work setting yang muncul dari factor in the situation,
maupun hal-hal lainnya yang muncul pada factor in the target. Dalam munculnya sebuah
persepsi, dilalui adanya proses atribusi atau proses menduga adanya penyebab atas
perilaku seseorang yang terbagi menjadi dua yaitu internal maupun eksternal. Penyebab
internal adanya sebuah perilaku didasari pada tindakan dengan individu tersebut memiliki
tanggung jawab atas perilaku yang dapat ia kontrol, sedangkan penyebab eksternal
perilaku yaitu penyebab yang didasari pada situasi ketika individu tersebut tidak dapat
mengontrol sehingga berdampak pada perilakunya. Hal ini didasari oleh kekhasan
masing-masing individu, konsensus, maupun konsistensi. Artinya, munculnya sebuah
persepsi karena adanya observasi yang diinterpretasikan atas proses atribusi.
Persepsi memiliki hubungan dengan bagaimana setiap individu mengambil keputusan.
Hal ini sebagai dampak karena keputusan berawal dari adanya beberapa alternatif sebagai
suatu reaksi atas sebuah masalah karena ada ketidaksesuaian keadaan yang diinginkan
dan yang terjadi sehingga alternatif tersebut perlu dipertimbangkan. Dalam mengambil
keputusan hendaknya setiap individu mempertimbangkan setiap komponen keputusan
melalui urgensi, dampak, maupun kecenderungan adanya pertumbuhan maupun orientasi
akan masa depan setelah keputusan tersebut diambil. Dalam mengambil keputusan, setiap
individu melakukan kemampuan pikiran melalui analisis, penilaian maupun sintesis
hingga keputusan tersebut diambil maupun terjadi. Dalam mengambil keputusan terdapat
beberapa model yaitu dengan model rasional yang objektif dan kelengkapan informasi,
model non rasional yang berfokus pada pembuatan keputusan itu sendiri, model intuisi
yang terjadi di luar pikiran sadar dengan bergantung pada asosiasi holistik maupun
hubungan antara potongan informasi serta pelibatan emosi, dan model normatif simon
yang berdasar pada rasionalitas yang terbatas.

2. Persepsi merupakan komponen penting bagi manajer dalam mengetahui perilaku


karyawan karena perilaku seseorang dapat didasari atas persepsi orang lain terhadap diri
mereka tentang realitas yang ada. Oleh karena itu, ketika perilaku mengikuti persepsi
yang ada maka hal itu akan mempengaruhi perilaku seseorang pada tempat kerja karena
persepsi menjadi pandangan maupun penilaian dari orang lain tentang pekerjaan seorang
individu. Selain itu, melalui pemahaman akan persepsi, ketika melakukan pengambilan
keputusan dapat disesuaikan dengan lingkungan sekitar antara budaya tempat tinggal dan
budaya organisasi. Untuk menghindari adanya bias persepsi dalam mengambil sebuah
keputusan maupun kesimpulan, lebih baik dengan mengenali permasalahan yang ada,
sehingga kesalahan dalam bias persepsi dapat dicegah. Analisis pengambilan keputusan
juga perlu dipertimbangkan dengan menggabungkan rasionalitas serta intuisi karena
kedua hal tersebut akan membantu meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan. Hal
lainnya yaitu dengan meningkatkan kreativitas melalui pemecahan masalah dengan
solusi, menggunakan analogi, hingga merekrut adanya bakat kreatif. Organisasi juga
dapat menghilangkan adanya hambatan kerja yang kemungkinan dapat menghalangi
kreativitas karyawan.
Dalam memahami mengenai persepsi tentunya terdapat kesalahan yang kemungkinan
terjadi ketika mempersepsikan orang lain atau terjadinya bias persepsi. Untuk
menghindari hal tersebut, perlu adanya kesadaran pribadi untuk mengetahui batasan
dimana setiap orang dapat dipersepsikan. Hal ini berkaitan mengenai ketika muncul
sebuah persepsi maka akan ada kemungkinan munculnya juga stereotip antar setiap
individu. Oleh karena itu, penanaman pemikiran bahwa setiap orang itu berbeda perlu
dilakukan. Selain itu, setiap individu ketika mulai muncul adanya bias persepsi ini perlu
melakukan pematahan pemikiran atas persepsi tersebut melalui pencarian informasi
dengan mengenal seseorang lebih jauh guna menyangkal keyakinan akan pemikiran
tersebut. Hal lainnya yang dapat dilakukan yaitu, memperhatikan bahwa terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi persepsi sehingga setiap individu perlu mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut.
3. Keputusan diambil untuk mengatasi atau memberi reaksi pada suatu masalah. Cara untuk
mengidentifikasi dan memilih solusi yang mengarah pada hasil yang diinginkan:
1) Tentukan tanggapan atau tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah atau
meningkatkan proses.
2) Pilih alternatif terbaik.
Dalam memilih alternatif yang terbaik, pengambil keputusan harus menetapkan prioritas
untuk menentukan fokus masalah. Ini penting apalagi jika sumber daya yang dimiliki
terbatas. Dalam menentukan signifikansi masalah melibatkan 3 pertimbangan masalah:
a. Urgensi (berhubungan dengan waktu)
b. Dampak (menjelaskan keseriusan efek masalah)
c. Kecenderungan pertumbuhan (membahas pertimbangan masa depan)
Untuk membuat keputusan yang efektif, kita juga harus aware terhadap bias persepsi dan
kesalahan. Dalam pengambilan keputusan, kita harus menghindari adanya bias dan
kesalahan dengan cara:
- Fokus pada tujuan. Hal ini ditujukan untuk membantu kita menyingkirkan opsi-opsi
yang tidak sesuai dengan keinginan kita.
- Mencari informasi yang menyangkal keyakinan kita. Kita harus sering belajar dan
tidak merasa yang paling benar.
- Jangan mencoba membuat makna dari peristiwa acak. Selalu perhatikan rangkaian
sebab-akibat dan jangan mengira-ngira.
- Tingkatkan pilihan kita. Semakin banyak alternatif yang dapat dipilih, maka
semakin besar peluang untuk mencari alternatif yang terbaik.
Selain itu, untuk mengambil keputusan yang efektif bagi organisasi, hendaknya
kita menyesuaikan pendekatan untuk mencapai keputusan dengan budaya organisasi.
Sebaik apapun pendekatan yang diambil, baik pendekatan rasional, maupun pendekatan
nonrasional akan menjadi kurang efektif apabila pendekatan tersebut tidak cocok dengan
budaya organisasi. Pendekatan yang tidak tepat justru akan menciptakan doubt.
Pengambil keputusan harus mempertimbangkan alternatif keputusan yang terbaik.
4. Salah satu contoh persepsi masyarakat Indonesia yang perlu diperbaiki adalah persepsi
masyarakat terkait kesehatan mental. Meskipun sudah banyak masyarakat Indonesia yang
menyadari pentingnya kesehatan mental, masih ada banyak orang yang menganggap
kesehatan mental bukanlah sesuatu yang serius. Banyak orang yang menganggap
seseorang yang mengalami masalah mental hanya disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan agama atau jarang beribadah kepada Tuhan. Pandangan negatif terhadap
kesehatan mental, seperti anggapan orang yang terkena masalah kesehatan mental adalah
orang yang lemah, memperburuk keadaaan. Orang yang memiliki masalah kesehatan
mental dianggap sebagai “orang gila” oleh banyak orang sehingga mereka takut untuk
mengobati penyakitnya kepada ahlinya/psikolog. Ada banyak kasus bunuh diri di
Indonesia akibat kesehatan mental, seperti depresi, yang disebabkan oleh pandangan
negatif oleh orang-orang sekitar dan tidak ada yang mendukungnya untuk
menyembuhkan penyakitnya. Persepsi ini perlu diperbaiki oleh masyarakat Indonesia.
Banyak kampanye terkait kesehatan mental yang sudah dilakukan, tetapi itu masih tidak
cukup. Kita, sebagai masyarakat, juga harus saling mengingatkan pentingnya kesehatan
mental dan memberi dukungan kepada orang terdekat yang mengalami masalah mental.
Organisasi, instansi, atau perusahaan juga harus mengarahkan pandangan bahwa
kesehatan mental bukanlah sesuatu yang remeh, tetapi kesehatan mental merupakan
sesuatu hal penting yang dapat memengaruhi kinerja dan suasana lingkungan kerja.
References

Putrisari, D. (2021, August 3). 6 Persepsi Tentang Kesehatan Mental yang Perlu Diperbaiki.

Yoursay.

https://yoursay.suara.com/health/2021/08/03/124615/6-persepsi-tentang-kesehatan-menta

l-yang-perlu-diperbaiki

Tuasikal, R. (2019, October 16). Kesehatan Jiwa: Indonesia Makin Sadar tapi Terganjal Stigma.

VOA Indonesia.

https://www.voaindonesia.com/a/kesehatan-jiwa-indonesia-makin-sadar-tapi-terganjal-sti

gma/5125203.html

Anda mungkin juga menyukai