PENDAHULUAN
a. Rasional
Rasional (rational) dikarakterisasikan dengan mengambil pilihan
yang konsisten, memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan spesifik.
Dalam perilaku organisasi ada dua konsep dalam pengambilan keputusan
yang umumnya diterima oleh masing- masing individu untuk membuat
determinasi pengambilan keputusan rasional, rasional terbatas dan
instuisi.
b. Rasionalitas Terbatas
Rasionalitas terbatas (bounded rationality) sebuah proses
pengambilan keputusan dengan membangun model yang disederhanakan
yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari masalah tanpa menangkap
semua kompleksitasnya.
Kemampuan terbatas kita dalam memproses informasi membuat
tidak mungkin untuk mengasimilasikan semua informasi yang diperlukan
untuk optimalisasi.
Kebanyakan orang merespons masalah yang kompleks dengan
menguranginya sampai level yang mereka siap mengerti. Banyak
masalah tidak memiliki solusi yang optimal sehingga kebanyakan orang
memutuskan untuk mengejar tindakan yang memenuhi persyaratan
minimum.
Ketika anda mempertimbangkan untuk memilih kampus mana yang
anda masuki, apakah anda melihat semua alternatif yang mungkin?
c. Intuisi
Intuisi mungkin cara yang paling tidak rasional dalam mengambil
keputusan adalah pengambilan keputusan intuitif, sebuah proses tanpa
sadar yang diciptakan dari pengalaman yang diperoleh. Pengambilan
keputusan intuitif diluar pikiran sadar, berpegang pada asosiasi holistis
atau kaitan antara potongan – potongan informasi yang tidak sama cepat,
dan secara efektif dibebankan, berarti melibatkan emosi.
Saat intuisi tidak rasional, ia tidak selalu salah. Tidak juga ia selalu
melawan analisis rasional keduanya dapat melengkapi satu sama lain.
Apakah intuisi membantu pengambilan keputusan yang efektif ? para
peneliti berpendapat, tetapi sebagian besar dari mereka meragukannya,
dikarenakan intuisi sulit diukur dan dianalis.
a. Perbedaan Individu
Pengambilan keputusan dalam praktiknya dikarakterisasikan oleh
batasan-batasan rasionalitas, bias dan kesalahan umum serta
penggunaan instuisi. Perbedaan-perbedaan individu juga menciptakan
deviasi dari model rasional, yang terdiri dari:
1. Kepribadian
Riset tentang kepribadian dan pengambilan keputusan
menyatakan kepribadian mempengaruhi keputusan kita.
Aspek-aspek spesifik dari kehati-hatian dari pada sifat-sifat
luasnya, bisa mempengaruhi eskalasi komitmen. Khususnya aspek
kehati-hatian usaha keras untuk pencapaian dan kepatuhan.
Pertama riset menyatakan bahwa orang-orang yang berjuang
dalam pencapaiannya lebih mungkin mengeskalasi
komitmennya, sedangkan orang-orang yang patuh lebih tidak
mungkin.
Kedua, individu yang mengejar pencapaian tampaknya lebih
rentan pada bias retrospeksi, mungkin karena mereka perlu
menjustifikasi tindakannya. Kita belum memiliki bukti
mengenai apakah orang-orang yang patuh kebal pada bias ini.
Orang-orang dengan harga diri tinggi sangat termotivasi untuk
mempertahankannya, sehingga mereka menggunakan bias
pemenuhan diri untuk mempertahankannya. Mereka menyalahkan
orang lain atas kegagalanya, tetapi mengambil kredit atas
kesuksesan.
3. Kemampuan Mental
Kita tahu orang-orang dengan level kemampuan mental yang
lebih tinggi mampu memproses informasi lebih cepat, memecahkan
masalah lebih akurat, dan belajar lebih cepat, sehingga anda
mungkin mengekspektasikan mereka juga lebih sedikit berisiko
salah mengambil keputusan umum.
4. Perbedaan Budaya
Model rasional tidak membuat pengakuan atas perbedaan
budaya, oleh karena itu, kita perlu mengakui bahwa latar belakang
b. Batasan Organisasi
Organisasi dapat membatasi pengambilan keputusan, menciptakan
deviasi dari model rasional. Misalnya, manajer membentuk keputusan
untuk merefleksikan eveluasi kinerja dan sistim imbalan organisasi,
untuk memenuhi peraturan baku dan untuk memenuhi batasan – batasan
waktu organisasi.
2. Sistem Imbalan
Sistim imbalan organisasi mempengaruhi pengambilan
keputusan dengan menyarankan pilihan apa yang memiliki
pembayaran pribadi lebih baik. Jika organisasi menghargai
penghindaran resiko, manajer lebih mungkin untuk mengambil
keputusan konservatif. Dari tahun 1930-an sampai pertengahan
tahun 1980-an. General Motors secara konsisten memberikan
promosi dan bonus pada manajer yang tetap low profile dan
menghindari kontrovesi. Ekseutif ini menjadi ahli dalam
menghindari isu-isu dan menyerahkan keputusan-keputusan
kontroversial pada komite.
3. Peraturan Baku
David seorang manajer sif di restoran Taco Bell di San
Antonio, Texas, menjelaskan batasan-batasan yang dihadapinya
dalam pekerjaannya, “ Saya menerima peraturan-peraturan yang
mencakup hampir setiap keputusan yang saya buat, dari bagaimana
membuat burrito sampai seberapa sering saya perlu membersihkan
toilet. Pekerjaan saya tidak muncul dengan banyak kebebasan
memilih” Situasi David tidaklah unik. Semua kecuali sangat
sedikit, organisasi membuat peraturan dan kebijakan untuk
memprogram keputusan dan mengarahkan individu bertindak
sesuai yang diharapkan. Dalam melakukan hal demikian, mereka
membatasi pilihan-pilihan keputusan.
5. Contoh historis
Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki
sebuah konteks. Keputusan-keputusan individu merupakan poin-
poin dalam arus pilihan yang dibuat di masa lampau seperti hantu
yang membuntuti dan membatasi pilihan-pilihan sekarang.
Merupakan rahasia umum bahwa penentu terbesar dari ukuran dari
anggaran tahun ini adalah anggaran tahun lalu. Pilihan-pilihan yang
dibuat hari ini sebagian besar merupakan hasil dari pilihan-pilihan
yang dibuat bertahun-tahun.
a. Perilaku Kreatif
Perilaku Kreatif terjadi dalam empat langkah yaitu,
1. Formulasi Masalah
Setiap tindakan kreativitas dimulai dengan masalah yang
memunculkan perilaku dirancang untuk memecahkannya.
Formulasi Masalah (problem formulation) tahapan perilaku kreatif
dimana kita mengindentifikasi sebuah masalah atau peluang yang
membutuhkan sebuah solusi yang belum diketahui.
2. Pengumpulan Informasi.
Dengan adanya masalah, solusinya jarang sekali ada ditangan. Kita
membutuhkan waktu untuk belajar. Oleh karena itu, pengumpulan
informasi adalah tahapan perilaku kreatif ketika solusi-solusi yang
mungkin atas masalah diinkubasikan dalam pikiran individu.
4. Evaluasi Ide
Terakhir saatnya memilih ide-ide yang dimunculkan. Oleh karena
itu Evaluasi Ide adalah proses perilaku kreatif dimana kita
mengevaluasi solusi-solusi potensial untuk mengidentifikasi yang
terbaik. Kadang-kadang metode memilih bisa jadi inovatif.
Umumnya untuk mengeliminasi bias nyata Anda ingin agar orang-
orang yang melakukan evaluasi ide adalah orang yang berbeda
dengan orang memunculkan ide.
2. Lingkungan Kreatif
Kebanyakan dari kita memiliki potensi kreatif yang dapat kita
pelajari untuk diterapkan, tetapi sepenting apa pun potensi kreatif,
tidaklah cukup jika hanya sendirian saja. Apa faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi potensi kreatif agar ditranslasikan
dalam perilaku kreatif?
Pertama yang paling penting adalah motivasi. Jika anda tidak
termotivasi untuk menjadi kreatif, tidak mungkin anda akan
menjadi kreatif. Sebuah tinjauan atas 26 studi mengungkapkan
bahwa motivasi instrinsik atau keinginan untuk mengerjakan
sesuatu karena lebih menarik, menyenangkan, memuaskan dan
menantang, berkorelasi cukup kuat dengan hasil kreatif.
Juga bernilai untuk bekerja di sebuah lingkungan yang
menghargai dan mengakui pekerjaan kreatif. Organisasi harus
mendorong arus bebas ide, termasuk memberikan penilaian yang
adil dan konstruktif.
Kepemimpinan yang baik juga berpengaruh pada kreativitas.
Sebuah studi terbaru pada lebih dari 100 tim yang bekerja di
sebuah bank besar mengungkapkan bahwa ketika pemimpin
berprilaku menghukum dan tidak mendukung, tim itu kurang
kreatif. Disisi lain ketika pemimpin mendorong, menjalankan
unitnya secara transparan dan memacu pengembangan pekerjaanya,
individu yang diawasinya akan lebih kreatif.
3.1 Kesimpulan
Individu mendasarkan perilakunya tidak pada cara lingkungan
eksternal sebenarnya, melainkan pada cara pandang atau apa yang mereka
percayai. Sebuah pemahaman tentang cara orang membuat keputusan dapat
membantu kita menjelaskan dan memprediksi perilaku, tetapi sedikit
keputusan penting yang sederhana atau cukup tidak ambigu bagi penerapan
asumsi-asumsi model rasional.
Kita mendapati individu-individu yang mencari solusi yang
memuaskan dari pada yang optimal, menyuntikkan bias dan praduga dalam
proses keputusan, dan mengandalkan intuisi.
Para manajer seharusnya mendorong kreativitas dalam pekerja dan tim
untuk menciptakan sebuah rute untuk menginovasi pengambilan keputusan.
3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, maka kami dapat menyarankan hal-hal
sebagai berikut:
Untuk mempengaruhi produktivitas, kajilah bagaimana para pekerja
anda menilai pekerjaan mereka. Petunjuk pada absensi, perputaran pekerja
(turnover), dan tingkat kepuasan pekerja sebagai indikator persepsi mereka.
Sesuaikan pendekatan pengambilan keputusan anda pada budaya negara
operasi anda dan pada kriteria yang dihargai organisasi anda. Berhati-hatilah
dengan bias. Kemudian cobalah meminimalisasi dampaknya. Kombinasikan
analisis rasional dengan intuisi. Cobalah meningkatkan kreativitas anda.