Anda di halaman 1dari 11

NAMA : 2948 DELLIVIA ISWANDA

KELAS : REG. PAGI ADMINISTRASI PAGI SEMESTER V

Tanggal tugas : 4 Nov 2020

SOAL

1. Apakah persepsi, dan apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi persepsi kita?

2. Apakah teori atribusi? Apakah ketiga penentu atribusi? Apakah implikasinya dalam
menjelaskan perilaku organisasi?

3. Apakah jalan pintas yang orang-orang sering gunakan dalam membuat penilaian mengenai
orang lain?

4. Apakah kaitan antara persepsi dan pengambilan keputusan? Bagaimana yang satu
memengaruhi yang lainnya?

5. Apakah model rasional pengambilan keputusan? Bagaimana ia berbeda dari rasionalitas


terbatas dan intuisi?

6. Apakah beberapa bias atau kesalahan keputusan umum yang dibuat orang?

7. Bagaimana perbedaan-perbedaan individu dan batasan-batasan organisasi memengaruhi


pengambilan keputusan?

8. Apakah kreativitas, dan apakah ketiga komponen model kreativitas?

JAWABAN

1. Persepsi: merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus
yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera.

Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.

Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian


diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera.

1) Fisiologis

Banyak informasi yang masuk melalui panca indera, kemudian informasi yang
diperoleh tersebut akan mempengaruhi dan melengkapi kegiatan Anda untuk
memberikan makna terhadap lingkungan sekitarnya atau feedback. Kapasitas indera
untuk mempersepsikan apa yang ada pada tiap orang berbeda – beda sehingga
interpretasi terhadap lingkungan juga bisa menghasilkan suatu yang berbeda.
2) Perhatian

Selanjutnya faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebuah perhatian. Setiap


orang membutuhkan energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau
memfokuskan pada suatu bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek.
Energi tiap orang juga berbeda sehingga perhatian fokus terhadap obyek juga berbeda
dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek tersebut nantinya.

3) Minat

Selain itu persepsi terhadap suatu obyek sangat bervariasi tergantung pada seberapa
banyak energi atau perceptual vigilance yang dapat digerakkan untuk
mempersepsikan suatu objek. Perceptual vigilance adalah kecenderungan seseorang
untuk memperhatikan tipe tertentu dari rangsangan atau dapat dikatakan sebagai
minat. Minat orang juga berbeda dan tergantung pada bagaimana ia mampu
melakukan dalam kehidupan sehari – harinya.

4) Kebutuhan yang Searah

Berikutnya faktor yang mempengaruhi persepsi adalah kebutuhan yang searah. Faktor
ini dapat ditinjau dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek – obyek
atau pesan yang dapat memberikan sebuah jawaban sesuai dengan harapan pada
dirinya. Sehingga ia mampu mempersepsikan segala sesuatu dengan hal yang positif.

5) Pengalaman dan Ingatan

Pengalaman indvidu juga dapat dikatakan bagaimana pada ingatannya dapat


memberikan arti sejauh mana seseorang dapat mengingat pada peristiwa di masa
lampau. Hal ini untuk mengetahui bahwa satu rangsang dalam pengertian luas dan
majemuk. Sehingga tercipta persepsi yang memberikan dampak baik pada dirinya.

6) Mood

Faktor yang mempengaruhi persepsi lainnya adalah mood atau suasana hati. Keadaan
emosi dan amarah pada seseorang dapat dipengaruhi dari perilakunya sendiri. Mood
dapat menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi sikap seseorang dalam menerima, bereaksi dan juga mengingat suatu
kejadian. Sehingga mood seseorang bisa baik atau tidak.
7) Gerakan

Setiap orang juga mampu memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan
gerakan dalam jangkauan pandangan mata, dibandingkan dengan obyek yang diam.
Objek yang bergerak lebih mudah menghasilkan persepsi melalui rangsangan, objek
yang diam hanya terkesan biasa saja. Hal inilah yang memberikan dampak bagaimana
persepsi dapat dibentuk.

2. Atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk
memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain. Definisi formalnya, atribusi
berarti upaya untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam beberapa
kasus juga penyebab di balik perilaku kita sendiri.

Tiga Penentu Teori Atribusi

1) Konsensus

Konsensus merupakan derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau
peristiwa tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Apakah suatu perilaku
cenderung dilakukan oleh semua orang pada situasi yang sama. Makin banyak yang
melakukannya, makin tinggi konsensus, dan sebaliknya.

2) Konsistensi

Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau


peristiwa yang sama pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan
cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama. Kalau
“ya”, konsistensinya tinggi, kalau “tidak”, konsistensinya rendah.

3) Distingsi atau kekhususan


Distingsi merupakan derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai
stimulus atau peristiwa yang berbeda-beda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung
melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang berbeda-beda. Bila
seseorang memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus yang berbeda-beda, maka
dapat dikatakan orang yang bersangkutan memiliki distingsi yang rendah.

IMPLIKASI PERSEPSI TERHADAP SIKAP KERJA

 Disiplin Kerja (Rules x Punishment) + (Norms x Knowledge) = Konsistensi

 Kepuasan Kerja (Job x Reward) + (Knowledge x Bas.Needs x Expectation) = Ekuitas


 Komitmen pada perusahaan Promotion Mechanisms + Ach.Need = Keadilan

3. Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara Umum

1) Persepsi Selektif (Selective Perpection)


Kecenderungan untuk secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang liat
dalam basis minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang. Oleh karena
itu, tidak mungkin bagi kita untuk menasimilasikan semua hal yang kita lihat, kita
dapat mengambil hanya rangsangan tertentu saja. Persepsi selektif membuat kita
membaca orang lain dengan cepat, tetapi bersiko menggambarkan gambaran yang
tidak akurat. Kita dapat menggambarkan kesimpulan yang tidak dapat dijamin
dari sebuah keadaan yang ambigu.

2) Efek Halo (Halo Effect)


Kecenderungan untuk menggambarkan impresi umum mengenai seseorang
indivdu berdasarkan karakteristik tunggal.
Efek halo dikonfirmasi dalam sebuah studi klasik dimana objek diberikan sebuah
daftar-daftar sifat cerdas, terampil, giat, rajin, berkemauan kuat, serta hangat.

Subjek diminta untuk mengevaluasi orang yang memiliki sifat-sifat tersebut.


Subjek menilai orang itu bijaksana, humoris, populer, dan imajinatif. Ketikaa
daftar yang sama menggantukan “dingin” dengan “hangat”, satu gambaran yang
benar-benar berbeda muncul. Subjek membuat sebuah sifat tunggal yang
mempengaruhi kesan keseluruhan mereka atas orang lain yang mereka nilai.

3) Efek Kontras (Contrast Effect)

Evaluasi atas karakteristik seseorang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang


lain yang baru muncul yang berperingat lebih tinggi atau lebih rendah dalam
karakteristik yang sama.

4) Stereotip (Stereotype)
Menilai seseorang berdasarkan persepsi mengenai kelompok asalnya. Kalimat-
kalimat seperti : “Pria tidak tertarik dengan perawatan anak”, “Pekerja yang lebih
tua tidak dapat mempelajari keahlian-keahlian baru”, Imigran Asia adalah pekerja
keras dan hati-hati”, merupakan contoh dari menilai orang lain secara stereotip.
Riset menyatakan stereotip beroperasi secara emosional dan sering kali di bawah
alam sadar, membuat sulit untuk dilawan dan diubah. Satu masalah dari stereotip
adalah adanya generalisasi yang menyebar luas, meskipun mungkin tidak
mengandung kebenaran ketika diaplikasikan pada orang atau situasi tertentu.

4. Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual


Individu akan mengambil keputusan ketika ia dihadapkan pada dua atau lebih
alternatif. Oleh karena itu, pengambilan keputusan individu merupakan bagian
penting dari perilaku organisasi. Tetapi cara individu mengambil keputusan dan
kualitas pilihanya sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas suatu masalah yang sedang
dihadapi. Yaitu perbedaan antara situasi sekarang dengan situasi yang diinginkan,
yang mengharuskan kita untuk mempertimbangkan alternative-alternatif tindakan
yang harus dilakukan untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah tersebut.
Terkadang masalah yang kita alami dapat menjadi kondisi yang menyenangkan bagi
orang lain.
Setiap keputusan membutuhan kita untuk menginterpretasikan dan mebgevaluasi
informasi yang kita terima. Pada umumnya, kita menerima data dari berbagai sumber
yang perlu kita saring, proses dan interpretasi. Data mana yang relevan bagi
keputusan dan mana yang tidak ? Persepsi kita akan menjawab pertanyaan itu. Kita
juga perlu mengembangkan alternatif-alternatif dan mengevaluasi kekeuatan dan
kelemahannya. Sekali lagi, proses perceptual kita akan mempengaruhi hasil akhir.
Selama pengambilan keputuasan, kesalahan perseptual sering kali muncul sehingga
dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.

5. Membandingkan Model Rasional, Rasional terbatas dan Instuisi


a. Pengambilan keputusan rasional

Pembuat keputusan tersebut membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan


memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan tertentu.

Enam langkah model pengambilan keputusan rasional :


1) Mendefinisikan masalahnya
Menetapkan masalah-masalah apa saja yang akan dihadapi
2) Mengidentifikasikan kriteria keputusan
Pembuat keputusan menentukan apa yang relevan dalam membuat
keputusan. Langkah ini memproses berbagai minat, nilai, dan pilihan
pribadi yang serupa dari si pembuat keputusan
3) Menimbang kriteria yang telah di identifikasikan sebelumnya
Dalam langkah ini pengambil keputusan memberikan prioritas yang benar
dalam mengambil keputusan dengan mengalokasikan bobot pada kriteria
4) Membuat alternatif
Pengambil keputusan harus dapat menghasilkan alternatif yang mungkin
bisa berhasil menyelesaikan masalah
5) Menilai setiap alternatif dalam setiap kriteria
Pembuat keputusan harus menganalisis dan mengevaluasi setia alternatif
dengan seksama. Kelebihan dan kekurangaan setiap alternatif menjadi
jelas ketika alternafif tersebut dibandingkan dengan kriteria dan bobot
yang diperoleh dari langkah kedua dan ketiga
6) Memperhitungkan keputusan yang optimal
Dibuat dengan mengevaluasi masing-masing alternatif terhadap kriteria
berbobor dan memilih alternatif dengan skror total tertinggi

b. Rasionalitas terbatas ( bounded rationality )

Sebuah proses pengambilan keputusan dengan mengembangkan model yang


disederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari masalah tanpa
menangkap semua kompleksitasnya.

c. Intuisi ( Intiutive decision making )

Sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang di peroleh
pengambilan keputusan intuitif terjadi diluar pikiran sadar berpegang pada
asosiasi holistis atau kaitan antara potongan-potongan informasi yang tidak
sama, cepat,dan secara efektif di bebankan berarti melibatkan emosi.

6. Berikut bias-bias paling umum dalam pengambilan keputusan

1) Bias Terlalu Percaya Diri

Riset terkini terus menyimpukan bahwa kita cenderung teralu percaya diri dengan
kemampuan kita dan kemampuan orang lain. Individu yang mempunyai kecerdasan
intelektual dan interpersonal paling lemah, paling mungkin berlabih dalam
mengestimasi kinerja dan kemampuannya. Adapaun hubungan negative antara
optimalisasi wirausaha dana kinerja bisnis barungya, semakin optimis semakin tidak
sukses. Kecenderunga untuk teralu percaya diri akan ide-ide mereka mingkin
menyebabkan tidak direncanakannya berbagai menghindari masalah yang muncul.

2) Bias Jangkar (anchoris bias)

Merupaka kecenderunga untuk bertahan pada idnormasi awal dan gagal


menyesuaikan dengan informasi selanjutnya secara adekuat. Pikiran kita tampaknya
memberikan jumlah penekanan yang tidak seimbang pada informasi pertama yang
dirterima. Jangkar secara luas digunakan oleh orang-orang dalam profesi di mana
kealihan persuasive penting. Beberapa riset menyatakan orang berpikir membuat
penyesuaian sesudah jangkar ditetapkan sebagai penggenapan angka. Jika Anda
menyatakan gaji 55.000, atasan Anda akan mempertimbangkan 50.000 samapi 60.000
kisaran yang wajar untuk negosiasi, tetapi jika Anda menyebutkan 55.5660, atasan
Anda ebih mengkin untuk memprtimbangkan 55.000-56.000 sebagai kisaran yang
mungkin.

3) Bias Konfirmasi (confirmation bias)

Kecenderungan untuk mencari informasi yang membenarkan pilihan-pilihan masal


lampau dan untuk mengurangi informasi yang menentang penilaian masa lampau.
Kita paling renta pada bias konfirmasi ketika kit apercaua bahwa kit memiliki
informasi yang baik dan dengan kuat berpegang pada opini kita. Untungnya, mereka
yang merasa ada kebutuha yang kuat untuk akurat dalam pengambilan keputusan
kuerna rentan pada nias kondirmasi.

4) Bias Ketersediaan (availability bias)

Merupakan kecenderungan orang untuk mendasrakan penilaiana pada informasi yang


siap tersedia bagi mereka. Riset terbaru mengidikasikan bahwa sebuah kombinasi atas
informasi yang siap sedia dan pengalama langsung kita dengan informasi yang sama
khususnya sangat berdapaka pada pengambilan keputsan kita.

5) Eskalasi Komitmen

Eskalasi Komitmen merujuk pada bertahannya kita dengan keputusan sekalipun ada
bukti yang jelas bahwa itu salah. Komitmen yang meningkat untuk sebuah keputusan
meskipun terdapat informasi negatif. Contoh :Seorang pria telah berpacaran dengan
seorang wanitanya kurang lebih 4 tahun.Meskipun pria ini mengatakan bahwa banyak
masalah dalam hubungan mereka, namun pria ini mengatakan bahwa tetap akan
menikahi wanita tersebut.

6) Kesalahan Acak (Randomness Error)

Kecenderungan individu untuk percaya bahwa mereka dapat memprediksi hasil dari
peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja. Contoh : Ketika sekelompok individu diberi
informasi harga saham,individu-individu ini kurang lebih 65 persen yakin bahwa
mereka bisa memprediksi arah perubahan saham. Pada keadaan yang sebenarnya,
individu-individu ini hanya benar 49 persen pada saat itu.

7) Aversi Resiko (Risk Aversion)

Kecenderungan individu untuk lebih menyukai keuntungan rata-rata jika ada faktor
resiko, meskipun jika resiko diambil dapat menghasilkan keuntungan yang lebih
besar.

Contoh : Para investor menghindari pembelian instrumen beresiko tinggi dan beralih
ke instrumen yang beresiko rendah, (Emas guna menyelamatkan asset mereka
ditengah ketidakpastian pasar).

8) Bias Retrospeksi

Kecenderungan kita untuk pura-pura yakin bahwa kita telah memprediksi hasil dari
sebuah peristiwa secara akurat, setelah hasil tersebut benar-benar diketahui. Contoh :
semakin banyak individu yang sepertinya telah yakin akan siapa yang memenagkan
Super Bowl pada hari setelah pertandingan bila dibandingkan dengan individu yang
yakin pada hal itu sebelum pertandingan.

7. PENGARUH DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN : PERBEDAAN INDIVIDU DAN


BATASAN ORGANISASI

a. Perbedaan Individu, meliputi :

 Kepribadian

Riset tentang kepribadian dan pengambilan keputusan menunjukkan bahwa


kepribadian seseorang mempengaruhi keputusan seseorang.

 Jenis Kelamin
Sebuah studi selama dua puluh tahun menemukan bahwa wanita menghabiskan lebih
banyak waktu daripada pria dalam menganalisis masa lalu, masa kini, dan masa
depan. Mereka lebih cenderung menganalisis masalah secara berlebihan sebelum
membuat sebuah keputusan dan mengolah keputusan yang telah dibuat. Hal ini dapat
menimbulkan pertimbangan masalah dan alternatif penyelesaian yang lebih hati-hati.
Namun, hal ini dapat membuat masalah lebih sulit diselesaikan, meningkatkan
penyesalan atas keputusan-keputusan masa lalu, dan meningkatkan depresi.

 Kemampuan Mental

Orang-orang dengan tingkat kemampuan mental yang lebih tinggi dari mampu
memproses informasi lebih cepat, memecahkan masalah lebih akurat, dan belajar
lebih cepat, sehingga mereka juga lebih sedikit berisiko salah dalam mengambil
keputusan umum. Namun, kemampuan mental tersebut hanya membantu orang-orang
untuk menghindari mereka dari beberapa masalah tersebut.

 Perbedaan Budaya

Latar belakang budaya dalam pengambilan keputusan secara signifikan dapat


mempengaruhi pemilihan masalah, kedalaman analisis, pentingnya logika dan
rasionalitas, dan apakah keputusan organisasi harus dibuat autokrat oleh seorang
manajer atau secara kolektif dalam kelompok.

b. Batasan Organisasi, meliputi :

 Evaluasi Kinerja

Jika manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik di bawah tanggung jawabnya
beroperasi dengan baik ketika dia tidak mendengar hal negatif, maka manajer yang
menangani pabrik tersebut akan berusaha agar hal negatif tersebut tidak sampai
kepada atasannya yaitu manajer divisi.

 Sistem Imbalan

Sistem imbalan organisasi mempengaruhi pengambil keputusan dalam menentukan


pilihan pembayaran pribadi mana yang lebih baik. Jika organisasi menghindari risiko
pemberian imbalan, maka manajer itu kemungkinan besar menggunakan keputusan
konservatif.

 Peraturan Baku
Semua organisasi kecuali organisasi yang kecil membuat peraturan dan kebijakan
untuk memprogram keputusan dan mengarahkan individu bertindak sesuai dengan
yang diharapkan. Dengan demikian, mereka membatasi pilihan-pilihan keputusan.

 Batasan Waktu Akibat Sistem

Hampir semua keputusan penting ada deadline nya. Kondisi ini sering membuat sulit,
jika tidak mungkin, bagi para manajer untuk mengumpulkan semua informasi
sebelum membuat keputusan.

 Contoh Historis

Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus pilihan yang dibuat


pada masa lampau. Jadi, pilihan yang dibuat hari ini sebagian besar merupakan hasil
dari pilihan yang dibuat selama bertahun-tahun.

8. KREATIVITAS, PENGAMBILAN KEPUTUSAN KREATIF, DAN INOVASI DALAM


ORGANISASI
Dalam pengambilan sebuah keputusan,seorang pengambil keputusan tidak hanya
memerlukan pengambilan keputusan rasional saja,melainkan mereka juga membutuhkan
kreativitas. Kreativitas mendorong pengambil keputusan untuk menilai dan memahami
masalah.

MODEL TIGA TAHAP DARI KREATIVITAS

1) Perilaku Kreatif
 Formulasi Masalah

Formulasi masalah adalah tahap pertama dalam perilaku kreatif, yaitu tahapan
pengidentifikasian masalah atau peluang yang belum ada solusinya.

 Pengumpulan Informasi

Adalah tahapan ketika kita mulai mengumpulkan informasi dalam upaya mencari
solusi dari suatu masalah,contohnya ketika bertemu seseorang di luar bidang keahlian
kita untuk membahas solusi.

 Pemunculan Ide

Adalah tahapan ketika kita berusaha untuk mengembangkan solusi yang


memungkinkan,berdasar informasi-informasi relevan yang telah terkumpul.
 Evaluasi Ide

Evaluasi ide merupakan tahapan terkahir dalam perilaku kreatif,yaitu


mengidentifikasi ide-ide atau solusi yang paling tepat.

2) Penyebab Perilaku Kreatif


a. Potensi Kreatif

Potensi kreatif berasal dari banyak hal,yaitu kepribadian kreatif yang dimilki
seseorang, kecerdasan, sifat keterbukaan terhadap pengalaman, dan keahlian.

 Kepribadian Kreatif
 Kecerdasan
 Sifat Keterbukaan Terhadap Pengalaman

 Keahlian

b. Lingkungan Kreatif

Potensi kreatif tentunya harus di dukung juga oleh lingkungan yang dapat
merealisasikan potensi kreatif tersebut, faktor-faktor lingkungan kreatif
mencakup :

 Motivasi Internal
 Lingkungan Organisasi
 Budaya
 Kepemimpinan

 Keberagaman Anggota Tim

c. Keluaran dari Kreatif (Inovasi)

Perilaku kreatif tidak selalu menghasilkan hasil kreatif atau inovatif.


Keluaran atau outcome dari perilaku kreatif adalah ide atau solusi-solusi yang
baru dan berguna bagi mereka yang berkepentingan. Sebuah ide atau solusi
mampu dikatakan kreatif apabila mampu memecahkan suatu masalah. Ide-ide
kreatif akan percuma jika tidak diimplementasikan, para individu dapat
mengimplementasikan ide-ide tersebut ketika mereka termotivasi untuk
mengimplementasikan dalam praktik nyata. Selain itu iklim organisasi harus
mendukung adanya pengembangan kreativitas sehingga mampu menciptakan
inovasi.

Anda mungkin juga menyukai