Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH WORK LIFE BALANCE

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keprilakuan

Dosen Pengampu :

Laras Pratiwi, SE., M.Ak.

Tim Penyusun :

1. Adinda Ayu Bestari 2002020033

2. Sela Marisa 2002020046

3. Ali Nurdin Abdul M. 2002020048

Akuntansi B 2020

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah semantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang lah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini kami
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Teori Akuntansi dengan judul "Work Life
Balance" dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat hagi
perkembangan dunia pendidikan

Tasikmalaya. 23 September 2022

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………....………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………….………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………….………….

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………..…

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………...……….

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Work Life Balance ...............………………..………….

2.2 Aspek Pengukuran Work Life Balance ......…………………..…….......

2.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Work Life Balance................……

2.4 Strategi Mewujudkan Work Life Balance .....................…………….....

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………..……….

3.2 Saran…………………………………………………………...……...

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Kadang dalam organisasi lebih memfokuskan tujuan organisasi saja terhadap para
karyawannya, seharusnya perusahaan lebih jeli dalam menyusun stragtegi yang tepat untuk
diterapkan dalam perusahaan sehingga dapat membawa karyawan lebik baik dan
produktivitasnya meningkat.

Pada umumnya jam kerja karyawan adalah 8 jam dalam sehari, namun deadline tugas
yang diberikan oleh perusahaan menyebabkan karyawan harus berkerja lebih dari 8 jam
dalam sehari, sehingga karyawan harus menggunakan jam lembur (overtime) untuk
menyelesaikannya. Pekerja dituntut untuk melaksanakan pekerjaannya dengan maksimal
akan tetapi terkadang perusahaan mengesampingkan keseimbangan kehidupan kerja
karyawan yang dilakukannya untuk perusahaan seperti misalnya target penyelesaian tugas
yang mendesak sehingga terkadang harus kerja lembur (overtime), rapat kerja hingga larut
malam, serta perjalanan bisnis ke luar kota yang akhirnya membuat kebutuhan dengan
keluarga, lingkungan, maupun pemenuhan untuk pribadi jadi terganggu.

Seringkali perusahaan memberikan jumlah tugas atau pekerjaan yang berlebihan yang
mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja pada karyawan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa seorang individu mengalami kesulitan untuk menyeimbangkan antara kehidupan
pribadinya dan pekerjaannya. Ini menunjukkan bahwa work life balance pada suatu
perusahaan sangatlah penting. Perusahaan harus memperhatikan keseimbangan antara
kehidupan pribadi dan kehidupan kerja karyawannya agar kepuasan kerja pada karyawan
tetap terjaga.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja adalah pengembangan karir.
Perencanaan dan pengembangan karir yang jelas dalam organisasi dapat meningkatkan
motivasi kerja karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga menciptakan rasa puas
dalam melaksanakan pekerjaannya (Nugroho & Kunartinah, 2012).

1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Work Life Balance ?
2. Apa saja Aspek Pengukuran Work Life Balance ?
3. Apa saja Faktor – faktor yang Mempengaruhi Work Life Balance ?
4. Bagaimana Strategi Mewujudkan Work Life Balance ?
1. 3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Work Life Balance
2. Untuk mengetahui Aspek Pengukuran Work Life Balance
3. Untuk mengetahui Faktor – faktor yang Mempengaruhi Work Life Balance
4. Untuk mengetahui Strategi Mewujudkan Work Life Balance
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Konsep Dasar Work Life Balance

Menurut Lockwood dalam jurnal (Asepta, 2017) work-life balance adalah Keadaan
keseimbangan antara dua tuntutan di mana pekerjaan dan kehidupan individu adalah sama.
Work-life balance dari perspektif karyawan adalah keputusan yang mengatur komitmen
pekerjaan dan pribadi atau tanggung jawab keluarga.

 Indikator untuk mengukur Keseimbangan Kehidupan Kerja menurut McDonald dan


Bradley (2005) yaitu:
1. Keseimbangan waktu

Keseimbangan waktu adalah jumlah waktu yang dialokasikan oleh karyawan pada
pekerjaan maupun kehidupan pribadi mereka dengan keluarga (Ramadhani, 2012). Jika dapat
menyeimbangkan waktu diharapkan hasilnya adalah konsentrasi kita akan meningkat,
organisasi waktu kita akan lebih baik, produktifitas akan meningkat dan yang terpenting
tingkat stress kita akan berkurang.

2. Keseimbangan keterlibatan

Tingkat keterlibatan psikologis dan komitmen dalam bekerja atau di luar pekerjaan.
Keseimbangan keterlibatan adalah karyawan dapat menikmati waktu dan terlibat secara
fisik dan emosional dalam kegiatan sosialnya.

Contohnya waktu karyawan dihabiskan selama 8 jam setiap harinya di kantor dan
tersisa 5 jam untuk keluarga, apabila selama 5 jam tersebut karyawan dapat menikmati waktu
dan terlibat secara fisik dan emosional dalam kegiatan sosialnya, maka keseimbangan
keterlibatan akan tercapai.

3. Keseimbangan kepuasan

Keseimbangan kepuasan adalah kepuasan dari diri sendiri yang timbul apabila
karyawan menganggap apa yang dilakukannya selama ini cukup baik dan dapat
mengakomodasi kebutuhan pekerjaan maupun keluarga. Hal ini dilihat dari kondisi yang ada
pada keluarga, hubungan dengan teman - teman maupun rekan kerja, serta kualitas dan
kuantitas yang diselesaikan.
 Indikator Pengembangan Karir menurut Wahyudi (2002), diantaranya :
1. Penilaian dan Evaluasi, yang dilakukan mengenai pelaksanaan pengembangan karir
telah berjalan efektif sesuai dengan aturan yang berlaku, sehingga dapat diketahui
hasilnya.
2. Prestasi Kerja, kegiatan paling penting untuk memajukan karir adalah prestasi kerja
yang tinggi, maka kemajuan karir karyawan.
3. Latar Belakang Pendidikan, diperhatikan oleh manajemen dalam proses kenaikan
pangkat atau jabatan sesuai persyaratan dan kemampuan karyawan.
4. Pelatihan yang telah diikuti, pelatihan yang terprogram dilaksanakan dalam rangka
pengembangan karir, berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
5. Pengalaman Kerja, menjadi dasar dalam menentukan pengembangan karir, sehingga
berpengaruh terhadap pengembangan karir karyawan.
6. Kesetian pada Perusahaan, menjadi dasar dalam menentukan kemajuan karir seseorang.

 Indikator yang digunakan untuk mengukur Kepuasan Kerja menurut Robbins (2007)
:
1. Kepuasan terhadap Gaji

Gaji merupakan upah yang diperoleh seseorang sebanding dengan usaha yang
dilakukan dansama dengan upah yang diterima oleh orang lain dalam posisi yang sama.

2. Kepuasan terhadap Pekerjaan Itu Sendiri

Sejauh mana pekerjaan menyediakan kesempatan seseorang untuk belajar


memperoleh tanggung jawab dalam suatu tugas tertentu dan tantangan untuk pekerjaan yang
menarik.

3. Kepuasan terhadap Sikap Atasan

Sejauh mana perhatian bantuan teknis dan dorongan ditunjukkan oleh supervisor
terdekat terhadap bawahan. Atasan yang memiliki hubungan personal yang baik dengan
bawahan serta mau memahami kepentingan bawahan memberikan kontribusi positif bagi
kepuasan pegawai, dan partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan memberikan
dampak positif terhadap kepuasan pegawai.
4. Kepuasan terhadap Rekan Kerja

Tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung secara sosial. Bagi
kebanyakan pegawai, kerja merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan interaksi
sosial. Oleh karena itu mempunyai rekan kerja yang menyenangkan dapat meningkatkan
kepuasan kerja.

5. Kepuasan terhadap Promosi.

Mengacu pada sejauh mana pergerakan atau kesempatan maju diantara jenjang
berbeda dalam organisasi. Keinginan untuk promosi mencakup keinginan untuk pendapatan
yang lebih tinggi, status sosial, pertumbuhan secara psikologis dan keinginan untuk rasa
keadilan.

2. 2 Aspek Pengukuran Work Life Balance

Menurut Greenhaus, Collins dan Shaw (2003) menyatakan bahwa work-life balance
terdiri dari aspek - aspek berikut:

a) Time balance (Keseimbangan waktu), menyangkut jumlah waktu yang diberikan


kepada seseorang untuk karirnya dengan waktu yang diberikan untuk keluarga atau
aspek kehidupan selain karir.
b) Involvement balance (Keseimbangan keterlibatan), mengacu pada keterlibatan
psikologis yang seimbang dalam karir seseorang dan keluarganya.
c) Statisfaction balance (Keseimbangan kepuasan), mengacu pada tingkat kepuasan yang
seimbang seseorang terhadap karir dan keluarganya.

Menurut Fisher, Bulger, dan Smith (2009) mengatakan jika work life balance
memiliki 4 dimensi pembentuk, yaitu :

a) WIPL (Work Interference With Personal Life), mengacu pada sejauh mana pekerjaan
dapat mengganggu kehidupan pribadi seseorang.
b) PLIW (Personal Life Interference With Work), mengacu pada sejauh mana kehidupan
pribadi seseorang mengganggu kehidupan pekerjaannya.
c) PLEW (Personal Life Enhancement Of Work), mengacu pada sejauh mana kehidupan
pribadi seseorang dapat meningkatkan performa individu dalam dunia kerja.
d) WEPL (Work Enhancement Of Personal Life), mengacu pada sejauh mana pekerjaan
dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi individu.
Berdasarkan penjelasan aspek-aspek di atas mengenai work life balance, maka
peneliti akan menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Greenhaus, Collins dan Shaw
(2003) yaitu keseimbangan waktu, keseimbangan keterlibatan dan keseimbangan kepuasan.

2. 3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Work Life Balance

Menurut Utami dan Yuniarti (2010) faktor pendorong work life balance, yaitu :

a) Nilai comfort, kenyamanan membuat seseorang lebih memahami dengan apa yang
dilakukannya setiap hari dan membuat seseorang dapat mengatasi konflik yang
terjadi atau yang dialami.
Contohnya yaitu pegawai dapat mengatur ruangan kerja atau meja kerja, sehingga
membuat nyaman pegawai dalam menyelesaikan pekerjaanya.
b) Nilai religious, dengan cara yakin kepada Tuhan, seseorang akan mampu untuk
melakukan refleksi diri dan menerima kondisinya sendiri. Contohnya sebelum
melakukan suatu pekerjaan, pegawai dapat melakukan ibadah seperti doa, shalat atau
lain sebagainya.
c) Nilai achievement, dimana seseorang dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk
dapat membantu dan menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari -
hari dengan fleksibel.
Contohnya pegawai dapat mengatur jadwal kerja dari pemahaman manajemen
waktunya, sehingga waktunya kerja dapat diselesaikan dengan fleksibel dan cepat.

Menurut Schabracq, Winnubst, dan Coope (2003) faktor yang mungkin saja
mempengaruhi work life balance seseorang, yaitu :

a) Karakteristik Kepribadian, dapat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang dalam


aktivitas kerja dan di luar kerja. Menurut Novelia, Sukhirman, dan Hartana (2013)
dalam penelitiannya mengatakan bahwa kepribadian merupakan suatu faktor dalam
mempengaruhi work life balance.
b) Karaktersitik Keluarga, menjadi salah satu aspek penting yang dapat menentukan ada
tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Faktor ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Zulaifah (2015) yang mengatakan bahwa keadaan
keluarga pada orang tua yang pisah kerja (long distance family) memiliki work
familiy interface yang lebih tinggi.
c) Karakteristik Pekerjaan, meliputi pola kerja, beban kerja, shift kerja dan jumlah
waktu yang digunakan untuk bekerja dapat memicu adanya konflik baik konflik
dalam pekerjaaan maupun konflik dalam kehidupan pribadi. semakin banyak jumlah
jam kerja yang digunakan karyawan, maka kompleksitas dan control terhadap
pekerjaan semakin tinggi. Hal ini akan berdampak pada munculnya ketidak puasan
dalam pencapaian work life balance. jam kerja yang ideal adalah waktu yang
diselesaikan dalam pekerjaan tidak melebihi waktu yang ditetapkan (Valcour,2007).
d) Sikap, merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia social, dimana
dalam dalam sikap terdapat komponen seperti pengetahuan, perasaan - perasaan dan
kecenderungan untuk bertindak.

2. 4 Strategi Mewujudkan Work Life Balance

Menurut para ahli, ada beberapa alasan mengapa WLB menjadi sebuah kebutuhan ,
diantaranya mampu mengurangi stress,meningkatkan kesehatan mental dan
fisik,meningkatkan hubungan dengan kehadiran di tengah keluarga dan lingkungan
sosial,meningkatkan produktivitas. meningkatkan kemampuan berpikir kreatif,merupakan
kesempatan untuk merenung (rethinking).

Untuk mewujudkan WLB, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, berikut beberapa di
antaranya :

1. Menyusun Jadwal
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah menyusun jadwal baik jadwal bekerja dan diluar
bekerja, dan coba untuk berkomitmen dalam mengikuti jadwal yang telah disusun agar tetap
fokus pada hal-hal yang sudah terjadwal.
2. Katakan Tidak
Untuk tetap fokus pada hal-hal yang sudah terjadwal maka belajarlah untuk berkata “tidak..”
terhadap pekerjaan di luar jadwal dan diluar jam kerja. Jelaskan secara perlahan dan sopan
kenapa harus ada penundaan pekerjaan hingga jam kerja selanjutnya.

3. Memisahkan antara profesional dan personal


Hal ini bisa dilakukan dengan memisahkan fisik dan tindakan ditempat bekerja dan waktu
bekerja (office hour)  dengan di luar tempat kerja dan di luar waktu bekerja (office empty
hour).
4. Mencegah Burn out
Menurut Dhania (2010) beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang membutuhkan
keahlian dan harus dikerjakan dalam jangka waktu tertentu dalam bentuk fisik ataupun psikis.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Manuaba (2000) yang mengatakan bahwa, beban kerja
terdiri atas dua macam yaitu fisik dan mental. Berdasarakan definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa beban kerja adalah sejumlah kegiatan pekerjaan yang harus diselesaikan
dalam jangka waktu tertentu dalam bentuk fisk ataupun psikis.
Setelah mengetahui pentingnya WLB dan cara untuk mewujudkan WLB,ada beberapa
tawaran aktivitas saat sedang di luar tempat kerja dan diluar watu bekerja (office empty hour),
diantaranya :
 Meningkatkan Kehadiran
Salah satu aktivitas yang paling umum dilakukan saat office empty hour khususnya akhir
pekan adalah berkumpul bersama keluarga dengan melakukan berbagai aktvitas dirumah
maupun diuar rumah atau pilihan lainnya adalah berkumpul bersama tetangga 
 Menjalankan Hobi
Menjalankan hobi merupakan salah satu pilihan saat office empty hour, seperti
berkebun,memasak dan sebagainya atau memulai hobby baru juga tidak salah 
 Membaca 
Membaca  saat office empty hour sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
menyenangkan terutama buku atau novel yang bertema ringan dan seringkali kita membeli
sebuah buku yang belum sempat dibaca,kesempatan terbaik untuk membacanya adalah saat
office empty hour.
 Berolahraga
Berolahraga saat office empty hour sangat bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental
karena dengan berolahraga tubuh dan pikiran yang sehari-hari digunakan untuk beraktivitas
ditempa kerja akan mendapat peregangan saat kita berolahraga serta membuat pikiran lebih
segar
 Istirahat Total
Aktifitas Istirahat total adalah aktivitas saat office empty hour yang paling mudah dilakukan,
tida ada salahnya sesekali menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan,tidur-tiduran atau 
menghabiskan satu hari penuh dengan berbaring santai di tempat tidur sembari menonton TV
atau bahasa sekarang leye - leyeh
 Merenung atau kontemplasi 
Merenung bagi kebanyakan orang seringkali dianggap sesuatu hal yang kurang baik, namun
merenung juga bisa memberikan manfaat. Dengan cara merenung kita dapat membebaskan
pikiran,memikirkan kembali bahkan mengevaluasi apa yang telah kita perbuat serta
mensyukuri sesuatu bahkan terkadang munculnya ide dan solusi di dapat saat kita merenungi
sesuatu

Anda mungkin juga menyukai