Dosen Pengampu :
Tim Penyusun :
Akuntansi B 2020
JURUSAN AKUNTANSI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah semantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang lah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini kami
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Teori Akuntansi dengan judul "Work Life
Balance" dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat hagi
perkembangan dunia pendidikan
Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………....………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………….………………………
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………..……….
3.2 Saran…………………………………………………………...……...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kadang dalam organisasi lebih memfokuskan tujuan organisasi saja terhadap para
karyawannya, seharusnya perusahaan lebih jeli dalam menyusun stragtegi yang tepat untuk
diterapkan dalam perusahaan sehingga dapat membawa karyawan lebik baik dan
produktivitasnya meningkat.
Pada umumnya jam kerja karyawan adalah 8 jam dalam sehari, namun deadline tugas
yang diberikan oleh perusahaan menyebabkan karyawan harus berkerja lebih dari 8 jam
dalam sehari, sehingga karyawan harus menggunakan jam lembur (overtime) untuk
menyelesaikannya. Pekerja dituntut untuk melaksanakan pekerjaannya dengan maksimal
akan tetapi terkadang perusahaan mengesampingkan keseimbangan kehidupan kerja
karyawan yang dilakukannya untuk perusahaan seperti misalnya target penyelesaian tugas
yang mendesak sehingga terkadang harus kerja lembur (overtime), rapat kerja hingga larut
malam, serta perjalanan bisnis ke luar kota yang akhirnya membuat kebutuhan dengan
keluarga, lingkungan, maupun pemenuhan untuk pribadi jadi terganggu.
Seringkali perusahaan memberikan jumlah tugas atau pekerjaan yang berlebihan yang
mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja pada karyawan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa seorang individu mengalami kesulitan untuk menyeimbangkan antara kehidupan
pribadinya dan pekerjaannya. Ini menunjukkan bahwa work life balance pada suatu
perusahaan sangatlah penting. Perusahaan harus memperhatikan keseimbangan antara
kehidupan pribadi dan kehidupan kerja karyawannya agar kepuasan kerja pada karyawan
tetap terjaga.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja adalah pengembangan karir.
Perencanaan dan pengembangan karir yang jelas dalam organisasi dapat meningkatkan
motivasi kerja karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga menciptakan rasa puas
dalam melaksanakan pekerjaannya (Nugroho & Kunartinah, 2012).
1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Work Life Balance ?
2. Apa saja Aspek Pengukuran Work Life Balance ?
3. Apa saja Faktor – faktor yang Mempengaruhi Work Life Balance ?
4. Bagaimana Strategi Mewujudkan Work Life Balance ?
1. 3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Work Life Balance
2. Untuk mengetahui Aspek Pengukuran Work Life Balance
3. Untuk mengetahui Faktor – faktor yang Mempengaruhi Work Life Balance
4. Untuk mengetahui Strategi Mewujudkan Work Life Balance
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Lockwood dalam jurnal (Asepta, 2017) work-life balance adalah Keadaan
keseimbangan antara dua tuntutan di mana pekerjaan dan kehidupan individu adalah sama.
Work-life balance dari perspektif karyawan adalah keputusan yang mengatur komitmen
pekerjaan dan pribadi atau tanggung jawab keluarga.
Keseimbangan waktu adalah jumlah waktu yang dialokasikan oleh karyawan pada
pekerjaan maupun kehidupan pribadi mereka dengan keluarga (Ramadhani, 2012). Jika dapat
menyeimbangkan waktu diharapkan hasilnya adalah konsentrasi kita akan meningkat,
organisasi waktu kita akan lebih baik, produktifitas akan meningkat dan yang terpenting
tingkat stress kita akan berkurang.
2. Keseimbangan keterlibatan
Tingkat keterlibatan psikologis dan komitmen dalam bekerja atau di luar pekerjaan.
Keseimbangan keterlibatan adalah karyawan dapat menikmati waktu dan terlibat secara
fisik dan emosional dalam kegiatan sosialnya.
Contohnya waktu karyawan dihabiskan selama 8 jam setiap harinya di kantor dan
tersisa 5 jam untuk keluarga, apabila selama 5 jam tersebut karyawan dapat menikmati waktu
dan terlibat secara fisik dan emosional dalam kegiatan sosialnya, maka keseimbangan
keterlibatan akan tercapai.
3. Keseimbangan kepuasan
Keseimbangan kepuasan adalah kepuasan dari diri sendiri yang timbul apabila
karyawan menganggap apa yang dilakukannya selama ini cukup baik dan dapat
mengakomodasi kebutuhan pekerjaan maupun keluarga. Hal ini dilihat dari kondisi yang ada
pada keluarga, hubungan dengan teman - teman maupun rekan kerja, serta kualitas dan
kuantitas yang diselesaikan.
Indikator Pengembangan Karir menurut Wahyudi (2002), diantaranya :
1. Penilaian dan Evaluasi, yang dilakukan mengenai pelaksanaan pengembangan karir
telah berjalan efektif sesuai dengan aturan yang berlaku, sehingga dapat diketahui
hasilnya.
2. Prestasi Kerja, kegiatan paling penting untuk memajukan karir adalah prestasi kerja
yang tinggi, maka kemajuan karir karyawan.
3. Latar Belakang Pendidikan, diperhatikan oleh manajemen dalam proses kenaikan
pangkat atau jabatan sesuai persyaratan dan kemampuan karyawan.
4. Pelatihan yang telah diikuti, pelatihan yang terprogram dilaksanakan dalam rangka
pengembangan karir, berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
5. Pengalaman Kerja, menjadi dasar dalam menentukan pengembangan karir, sehingga
berpengaruh terhadap pengembangan karir karyawan.
6. Kesetian pada Perusahaan, menjadi dasar dalam menentukan kemajuan karir seseorang.
Indikator yang digunakan untuk mengukur Kepuasan Kerja menurut Robbins (2007)
:
1. Kepuasan terhadap Gaji
Gaji merupakan upah yang diperoleh seseorang sebanding dengan usaha yang
dilakukan dansama dengan upah yang diterima oleh orang lain dalam posisi yang sama.
Sejauh mana perhatian bantuan teknis dan dorongan ditunjukkan oleh supervisor
terdekat terhadap bawahan. Atasan yang memiliki hubungan personal yang baik dengan
bawahan serta mau memahami kepentingan bawahan memberikan kontribusi positif bagi
kepuasan pegawai, dan partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan memberikan
dampak positif terhadap kepuasan pegawai.
4. Kepuasan terhadap Rekan Kerja
Tingkat dimana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung secara sosial. Bagi
kebanyakan pegawai, kerja merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan interaksi
sosial. Oleh karena itu mempunyai rekan kerja yang menyenangkan dapat meningkatkan
kepuasan kerja.
Mengacu pada sejauh mana pergerakan atau kesempatan maju diantara jenjang
berbeda dalam organisasi. Keinginan untuk promosi mencakup keinginan untuk pendapatan
yang lebih tinggi, status sosial, pertumbuhan secara psikologis dan keinginan untuk rasa
keadilan.
Menurut Greenhaus, Collins dan Shaw (2003) menyatakan bahwa work-life balance
terdiri dari aspek - aspek berikut:
Menurut Fisher, Bulger, dan Smith (2009) mengatakan jika work life balance
memiliki 4 dimensi pembentuk, yaitu :
a) WIPL (Work Interference With Personal Life), mengacu pada sejauh mana pekerjaan
dapat mengganggu kehidupan pribadi seseorang.
b) PLIW (Personal Life Interference With Work), mengacu pada sejauh mana kehidupan
pribadi seseorang mengganggu kehidupan pekerjaannya.
c) PLEW (Personal Life Enhancement Of Work), mengacu pada sejauh mana kehidupan
pribadi seseorang dapat meningkatkan performa individu dalam dunia kerja.
d) WEPL (Work Enhancement Of Personal Life), mengacu pada sejauh mana pekerjaan
dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi individu.
Berdasarkan penjelasan aspek-aspek di atas mengenai work life balance, maka
peneliti akan menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Greenhaus, Collins dan Shaw
(2003) yaitu keseimbangan waktu, keseimbangan keterlibatan dan keseimbangan kepuasan.
Menurut Utami dan Yuniarti (2010) faktor pendorong work life balance, yaitu :
a) Nilai comfort, kenyamanan membuat seseorang lebih memahami dengan apa yang
dilakukannya setiap hari dan membuat seseorang dapat mengatasi konflik yang
terjadi atau yang dialami.
Contohnya yaitu pegawai dapat mengatur ruangan kerja atau meja kerja, sehingga
membuat nyaman pegawai dalam menyelesaikan pekerjaanya.
b) Nilai religious, dengan cara yakin kepada Tuhan, seseorang akan mampu untuk
melakukan refleksi diri dan menerima kondisinya sendiri. Contohnya sebelum
melakukan suatu pekerjaan, pegawai dapat melakukan ibadah seperti doa, shalat atau
lain sebagainya.
c) Nilai achievement, dimana seseorang dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk
dapat membantu dan menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari -
hari dengan fleksibel.
Contohnya pegawai dapat mengatur jadwal kerja dari pemahaman manajemen
waktunya, sehingga waktunya kerja dapat diselesaikan dengan fleksibel dan cepat.
Menurut Schabracq, Winnubst, dan Coope (2003) faktor yang mungkin saja
mempengaruhi work life balance seseorang, yaitu :
Menurut para ahli, ada beberapa alasan mengapa WLB menjadi sebuah kebutuhan ,
diantaranya mampu mengurangi stress,meningkatkan kesehatan mental dan
fisik,meningkatkan hubungan dengan kehadiran di tengah keluarga dan lingkungan
sosial,meningkatkan produktivitas. meningkatkan kemampuan berpikir kreatif,merupakan
kesempatan untuk merenung (rethinking).
Untuk mewujudkan WLB, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, berikut beberapa di
antaranya :
1. Menyusun Jadwal
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah menyusun jadwal baik jadwal bekerja dan diluar
bekerja, dan coba untuk berkomitmen dalam mengikuti jadwal yang telah disusun agar tetap
fokus pada hal-hal yang sudah terjadwal.
2. Katakan Tidak
Untuk tetap fokus pada hal-hal yang sudah terjadwal maka belajarlah untuk berkata “tidak..”
terhadap pekerjaan di luar jadwal dan diluar jam kerja. Jelaskan secara perlahan dan sopan
kenapa harus ada penundaan pekerjaan hingga jam kerja selanjutnya.