Anda di halaman 1dari 14

FRUSTASI KERJA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Industri

Disusun Oleh:

1. Evi Febrika W. J410140005


2. Chyntia Nur K. J410140026
3. Ahmad Nabil H. J410140041

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam hubungan kerja seyogyanya terjadi interaksi mutualisme dan
kemitraan yang baik antara perusahaan dan pekerja yang tentunya hal ini akan
menguntungkan kedua belah pihak serta menjadi sarana untuk mencapai tujuan
para pihak, yaitu profit dan perkembangan usaha bagi perusahaan, kesejahteraan
pekerja beserta keluarganya bagi pekerja.
Kondisi tersebut dapat tercapai melalui komunikasi yang baik dan intensif
dari perusahaan terhadap pekerja, maupun sebaliknya dari pekerja terhadap
perusahaan. Serta adanya sikap saling memahami antara perusahaan dan pekerja.
Hal yang manusiawi jika seorang pekerja mengharapkan upah yang layak bagi
kesejahteraan hidupnya beserta keluarganya dan mendapatkan perlakuan yang
sesuai dengan nilai-nilai moral, kesusilaan dan kemanusiaan dari perusahaan.
Juga merupakan hal yang wajar jika perusahaan mengharapkan timbal balik
berupa hasil dan peforma kerja yang optimal, produktivitas yang tinggi atas
upah, benefit dan kompensasi yang diberikan perusahaan kepada para
pekerjanya.
Untuk tujuan itu perusahaan membuat dan menerapkan berbagai kebijakan-
kebijakan yang idelanya kebijakan-kebijakan itu dibuat secara seimbang dalam
mengatur dan sebagai acuan baik bagi perusahaan maupun pekerja dalam
menjalankan wewenang, tugas serta tanggung jawab masing-masing pihak.
Namun pada kenyataannya sering kali kita temukan perusahaan-perusahaan
yang bersikap tidak mencerminkan menjunjung nilai-nilai moral, kesusilaan dan
kemanusiaan terhadap pekerjanya, melainkan memperlakukan pekerjanya
dengan perlakuan yang buruk. Perlakuan ini dapat berupa pengupahan atau jam
kerja yang tidak sesuai dengan kertentuan; sikap pengusaha atau atasan yang
semena-mena seperti membentak, menghina dengan kasar, mengancam, dsb;
atau perusahaan memberikan pekerjaan diluar dari yang diperjanjikan atau
membahayakan jiwa, keselamatan dan kesehatan pekerja. Dengan kondisi
tersebut tentunya membuat para pekerja menjadi frustrasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan frustrasi kerja?
2. Apa penyebab dari frustrasi kerja?
3. Bagaimana gejala dari frustrasi kerja?
4. Bagaimana reaksi-reaksi dari frustrasi kerja?
5. Bagaimana dampak dari frustrasi kerja?
6. Bagaimana cara penanggulangan frustrasi kerja?
C. Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat memahami segala apapun yang berkaitan dengan frustrasi
di tempat kerja baik pengertian, penyebab, gejala, reaksi-reaksinya, dampak serta
cara penanggulangan frustrasi di tempat kerja
BAB II

ISI

A. Pengertian Frustrasi Kerja


Frustrasi berasal dari bahasa latin Frustratio, adalah perasaan kecewa atau
jengkel akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Semakin penting tujuannya,
semakin besar frustrasi yang dirasakan. Frustasi merupakan kondisi stress yang
lebih kompleks. Sebab salah satu reaksi psikologis dari stress yang ada di tempat
kerja yaitu frustrasi.
Jika seseorang ingin sekali memecahkan satu kesulitan hidup dan mencapai
suatu tujuan namun pelaksanaannya terhalang-halang maka dikatakan frustrasi.
Menurut C.P.Chaplin:
- Rintangan atau penggalan tingkah laku untuk mencapai sasaran
- Satu keadaan ketegangan yang tidak mengenakkan atau menyenangkan
dipenuhi kecemasan dan aktifitas simpatetis yang semakin meninggi
disebabkan oleh perintangan dan penghambatan
Jadi frustrasi ialah keadaan di mana satu masalah hidup atau kesulitan tidak
bisa terpecahkan dan satu kebutuhan tidak terpenuhi atau tepuaskan dan orang
gagal mencapai tujuan yang ingin dicapai.
B. Penyebab Frustrasi Kerja
1. Kekurangan
Jika seseorang mengalami kekurangan sesuatu dalam kaitannya dengan
tujuan yang diinginkannya, ia dapat merasa frustrasi.
2. Kehilangan
Frustrasi dapat terjadi jika kegiatan yang diarahkan kepada suatu tujuan
dihalangi atau diganggu. Misalnya, seorang karyawan yang mengadakan
persiapan untuk suatu ujian kemajuan kariernya, tiba-tiba jatuh sakit dan
harus istirahat, ia bisa merasa frustasi.
3. Pertentangan
Frustrasi dapat disebabkan oleh pertentangan antara dua tujuan:
a. Tujuan yang sama-sama menarik (pertentangan mendekat - mendekat)
Seorang pegawai harus memilih penugasan diluar negeri dengan gaji
tinggi tetapi tidak boleh membawa keluarga, atau tetap tinggal dengan
keluarga di negara sendiri dengan bergaji kecil.
b. Tujuan yang sama-sama tidak menarik (pertentangan menjauh-menjauh)
Seorang karyawan diminta memilih antara suatu penugasan lebih tinggi
di tempat terpencil, atau melepaskan kesempatan untuk maju jika terus
bekerja di kota kelahirannya.
c. Tujuan-tujuan yang menarik dan tidak menarik (pertentangan
pendekatan- penghindaran)
Seseorang yang menerima tawaran pekerjaan menarik dari negara yang
kurang menarik.
C. Gejala dari Frustrasi Kerja
Iklim frustrasi di perusahaan mudah diketahui dengan adanya gejala-gejala
sebagai berikut:
1. Kritisisme yang berlebih-lebihan terhadap majikan dan para manajer.
Karyawan akan nampak sering mengkritisi segala apapun yang ada di
dalam instansi dimana dia bekerja, baik dalam hal prosedur kerja maupun
bagaimana seorang atasan memperlakukan mereka. Mereka sering merasa
tidak diperlakukan dengan adil di tempat dimana ia bekerja. Lambat laun
nantinya mereka akan mengalami frustrasi, namun bentuk reksinya berupa
verbal.
2. Produktivitas rendah.
Sebuah tempat keja mengalami produktivitas yang rendah dikarenakan
karyawannya mengalami frustrasi. Karyawan yang frustrasi ini nantinya akan
mengalami penurunan konsentrasi, sering melamun dan merasa bosan akan
pekerjaan yang ia lakukan, oleh karena itu pekerjaannya pasti akan
mengalami hambatan dan tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap
instansi dimana ia bekerja seperti mengalami produktivitas yang rendah.
3. Fitnahan terhadap atasan dan banyak pergunjingan.
Karyawan yang frustrasi dapat mengungkapkan ketidaksukaannya
terhadap atasannya dengan menyebarkan isu-isu bahkan melakukan fitnah.
Mereka melakukan itu dikarenakan mereka sering merasa bahwa atasannya
dalam instansi dimana ia bekerja tidak memperlakukan ia sebagai mana
mestinya.
4. Pelontaran kata-kata tidak puas dan banyak ekspresi kedongkolan hati.
Karyawan yang frustrasi sering malontarkan kata-kata tidak puas,
walaupun dalam sebuah instansi dimana mereka bekerja telah berusaha
melakukan sebaik mungkin untuk mensejaterahkan para karyawannya, tetapi
mereka tidak akan pernah merasa puas karena di dalam hati mereka dari awal
tidak suka terhadap segala sesuatu yang ada di dalam tempat merke bekerja
baik ketidaksukaan terhadap prosedur kerjanya maupun atasan mereka.
5. Pengerusakan alat-alat dan mesin-mesin perusahaan.
Karyawan yang frustrasi dapat melakukan pengrusakan terhadap mesin-
mesin perusahaan, mereka melakukan hal itu karena mereka frusrtasi akan
beban kerja yang berlebihan dan bahkan pada akhirnya mereka gagal untuk
mencapai target dari pekerjaan tersebut.
6. Sikap-sikap politis yang agresif di pihak karyawan.
Karyawan yang mengalami frustrasi di tempat kerja akan menjukkan
emosi yang meledak-ledak atau biasanya mudah terisunggung.
7. Absensisme yang tinggi.
Karyawan yang mengalami frustrasi pasti akan menunjukkan tingkat
absensinya yang tinggi. Mereka sering merasa sudah bosan akan pekerjaan
yang mereka lakukan dan bahkan mereka berencana akan melakukan resign.
8. Banyaknya kasus neurotis dan psikosomatis di kalangan buruh dan pegawai,
juga para manajer.
Karyawan yang mengalami frustrasi seiring berjalannya waktu mulai
menunjukkan gangguan psikis dan emosional.
9. Banyak terjadi kecelakaan kerja dan terjangkit penyakit industri.
Ada karyawan yang sering menunjukkan sikap frustrasi, karena sering
terjadinya kecelakaan kerja bahkan penyakit akibat kerja. Lambat laun
nantinya mereka akan merasa takut atau sungkan untuk melakukan pekerjaan
yang banyak menanggung resiko bahaya.
10. Sering terjadi pemogokan.
Dalam sebuah perusahaan dimana karyawannya sering melakukan aksi
mogok kerja, dapat diketahui bahwa karyawan tersebut mangalami frustrasi
kerja. Mereka melekukan hal tersebut sebagai aksi protes terhadap
perusahaan yang menurut mereka bahwa hal tersebut tidak benar.
Gejala frustrasi kerja dapat dikategorikan dalam 3 aspek, yaitu:
1. Perilaku
a. Perasaan terkucil dan terasing
b. Menurunnya kekuatan kerja dan loyalitas terhadap instansi
c. Kesulitan berhubungan dengan pekerja lain
d. Menunda, menghindari pekerjaan, absen dari pekerjaan
e. Menurunnya prestasi (performance) dan produktifitas
f. Perilaku sabotase dalam pekerjaan
g. Meningkatnya agresifitas, vitalisme, dan kriminalisme
h. Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri
2. Psikologis
a. Kecemasan, ketegangan, kebingungan, dan mudah tersinggung
b. Gugup
c. Rasa marah dan dendam (kebencian)
d. Sensitif dan hyperreactivity
e. Memendam perasaan, penarikan diri dan depresi
f. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan
konsentrasi Komunikasi yang tidak efektif
Menurunnya rasa percaya diri
3. Fisik
a. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan
mengalami penyakit kardiovaskular
b. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
c. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan
yang kronis (chronic fatique syndrome)
d. Gangguan tidur
e. Sakit kepala
f. Tidak dapat duduk diam atau berdiri tetap di tempat
g. Banyak berkeringat
h. Tangan berkeringat
D. Reaksi-Reaksi dari Frustrasi Kerja
Adanya hambatan terhadap dorongan atau motivasi dapat memicu frustrasi
yang mengarah pada tegangan, atau akan mengarah kembali kepada pola
penyesuaian diri baru yang lebih baik ataupun sebaliknya. Dengan kata lain, pola
reaksi dan sikap para pekerja dalam menghadapi suatu frustrasi akan berbeda
satu dengan lainnya, namun pada prinsipnya pola-pola tersebut hanyalah
merupakan bentuk-bentuk kompromi atau pelarian diri dari apa yang diinginkan
dengan apa yang dapat dicapai. Reaksi frustasi dapat dinyatakan dalam bentuk :
1. Agresi
Merupakan reaksi yang paling biasa dan paling sering dilakukan terhadap
frustrasi. Bentuk – bentuk agresi:
a. Agresi umum
Kejengkelan umum, kegelisahan dan ungkapan agresi misalnya
menendang, memukul, menghancurkan barang.
b. Agresi yang diarahkan pada sasaran
Kemarahan atau menyalahkan sebagai penyebab kekecewaan. Misalnya:
kemarahan terhadap atasan atau bawahan, dinyatakan kepada orangnya
atau hanya in absentia.
c. Agresi yang diarahkan pada diri sendiri
Biasanya seseorang yang frustrasi suka menyalahkan diri sendiri.
d. Agresi yang salah arah
Jika agresi diarahkan kepada orang lain bukan orang yang dianggap
sebagai penyebab kekecewaan. Misalnya : pada orang yang mirip atau
tidak mirip sasaran atau sasaran baru yang lemah.
e. Agresi yang diproyeksikan
Jika seseorang merasa bersalah bila menyatakan agresinya terhadap
orang atau kelompok. Ia dapat mengurangi kecemasannya dengan
mengalihkan kecenderungan agresif itu.
2. Regresi (kemunduran)
Regresi bercirikan cara perilaku yang primitif atau yang digunakan
sebelumnya. Dibawah tekanan emosi, seseorang dapat kembali pada cara
perilaku dahulu yang membuatnya merasa lebih aman. Bentuk regresi:
a. Retrogresi
Seseorang kembali ke perilaku yang ditunjukkan pada masa lampau
b. Primitivisasi
Kadang-kadang seseorang berbuat sesuatu yang tidak ia lakukan pada
masa lampau, tetapi menunjukkan cara-cara perilaku yang primitif dan
kurang dewasa.
c. Stereotipe
Frustrasi dapat membuat orang kehilangan fleksibilitas dan ia kembali ke
perilaku tertentu dan sering diulangi.
3. Melarikan diri
Suatu reaksi terhadap frutrasi adalah melarikan diri dari keadaan yang
membuat frustasi. Bentuk-bentuk melarikan diri:
a. Apati
Seorang manajer bisa sama sekali tidak memperhatikan keadaan yang
membuat frustrasi dan mengabaikannya.
b. Penarikan diri
Seorang karyawan yang mengalami frustrasi dalam suatu organisasi
dapat keluar dari organisasi atau tidak menghadiri banyak rapat.
c. Penolakan
Seseorang dapat menolak kenyataan bahwa ia mengalami frustrasi.
d. Fantasi
Melamun tentang hal-hal yang menyenangkan, dan menciptakan fantasi,
berbuat sesuatu yang tidak dapat dilakukan dalam kehidupan yang
sebenarnya.
e. Rasionalisasi
Walaupun orang mengakui bahwa ia mengalami frustrasi, orang dapat
menghilangkannya dengan memberi alasan-alasan.
4. Eksplorasi
Adalah suatu cara yang memecahkan persoalan. Seseorang mengekplorasi
masalahnya dengan orang lain dan menyiapkan berbagai strategi tindakan.
Bentuk bentuk eksplorasi sebagai berikut :
a. Pembangkitan alternatif
Seseorang yang mengalami frustasi dapat mencari jalan lain. Seorang
karyawan yang menonjol dalam bidang lain dan tidak mengejar suatu
bidang dimana ia gagal beberapa kali, menunjukkan suatu cara khusus
yang disebut kompensasi
b. Tindakan sendiri
Semua eksplorasi berorientasikan tindakan. Seseorang yang mengalami
frustasi bekerja sendiri dan mencari suatu penyelesaian.
c. Tindakan oleh orang lain
Karyawan dapat mengharapkan orang lain untuk memecahkan
masalahnya, atau minta pertolongan dari orang lain.
d. Tindakan bersama
Seringkali suatu cara penanggulangan yang lebih baik ialah suatu
eksplorasi bersama, bekerjasama dengan orang lain untuk menganalisis
masalahnya,dan menyusun rencana tindakan alternatif.
E. Dampak dari Frustrasi Kerja
Frustrasi dapat menimbulkan situasi yang sifatnya menguntungkan (positif),
seperti adanya kompromi dari dalam diri pekerja, dimana mereka akan berusaha
untuk mningkatkan kinerjanya untuk mencpai tujuan yang lebih baik lagi. Akan
tetapi ada pula yang mengakibatkan situasi yang merusak (negatif) bagi individu
yang mengalaminya, diantaranya yaitu munculnya masalah-masalah yang
berhubungan dengan:
1. Dampak Kognitif
Ketidakmampuan mengambil keputusan yang sehat, daya konsentrasi
menurun, kurang perhatian/rentang perhatian pendek, sangat peka terhadap
kritik/kecaman dan hambatan mental.
2. Dampak Perilaku
Akibat stres yang berdampak pada perilaku pekerja dalam bekerja di
antaranya peledakan emosi dan perilaku implusif.
3. Dampak Kesehatan
Sakit kepala dan migrant, mimpi buruk, sulit tidur, gangguan psikosomatis.
4. Dampak Instansi
Produktivitas menurun/rendah, terasing dari mitra kerja,, ketidakpuasan
kerja, menurunnya kekuatan kerja dan loyalitas terhadap instansi.
F. Cara Penanggulangan Frustrasi Kerja
Dapat ditinjau dari dua pihak, yaitu :
1. Pihak Pekerja
a. Pertahankan kesehatan tubuh
b. Terima diri apa adanya
c. Tetap memelihara hubungan sosial yang baik dengan rekan kerja dan
atasan
d. Melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas yang bermanfaat
e. Mengikuti pelayanan konseling
f. Carilah psikiater jika frustasi Anda semakin parah
2. Pihak Perusahaan
a. Biarkan para pekerja berbicara bebas dan terbuka satu sama lain
b. Mengurangi konflik-konflik pribadi pada pekerjaan
c. Beri pekerja kendali yang cukup besar dalam melaksanakan pekerjaannya
d. Pastikan pengadaan staf dan anggaran yang cukup
e. Dukung upaya para pekerja
f. Berbicara secara terbuka dengan para pekerja
g. Menyediakan tunjangan-tunjangan cuti dan liburan
h. Kurangi jalur birokrasi yang ada
i. Akui dan beri imbalan kepada para pekerja karena prestasi dan kontribusi
mereka
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Frustrasi ialah keadaan di mana satu masalah hidup atau kesulitan tidak bisa
terpecahkan dan satu kebutuhan tidak terpenuhi atau tepuaskan dan orang gagal
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Penyebab frustrasi kerja sendiri diantaranya
yaitu kekurangan, kehilangan, dan pertentangan. Sedangkan, untuk gejala-gejala
dari frustrasi kerja dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: perilaku, psikologis,
fisik. Seorang karyawan yang mengalami frustrasi di tempat kerja akan
mengeluarkan reaksi-reaksi seperti agresi, regresi (kemunduran), melarikan diri,
eksplorasi. Frustrasi kerja dapat bedampak pada kognitif, kesehatan, perilaku
pekerja dan bahkan dapat berdampak pada instansi dimana dia bekerja. Untuk
penaggulang frustrasi kerja dapat dilakukan dari pihak pekerja maupun
perusahaan.
B. Saran
Diharapkan bagi perusahaan dapat melakukan upaya konseling kepada
karyawannya atau bahkan melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan yang
mana dalam hal ini dapat mencegah karyawan untuk mengalami frustrasi kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Affif, Faisal. 2012. “Stress dalam Organisasi” (Online),


(http://fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2187-stress-dalam-
organisasi, diakses tanggal 11 Maret 2017)

Himawan, Galuh. 2013. “Job Stress dan Frustrasi” (Online),


(https://www.academia.edu/22327368/Job_Stress_dan_Frustasi, diakses tanggal
14 Maret 2017)

Munandar, Ashar Sunyoto. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UIP

Waluyo, Minto. 2015. Manajemen Psikologi Industri. Jakarta: Indeks

Winarsunu, Tulus. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM PRESS

Anda mungkin juga menyukai