Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FRUSTASI DAN STRES DALAM ORGANISASI

Dosen Pengampu:

Pancagaluh Ratnasih S. Pd, M. Pd

KELOMPOK 8

Disusun Oleh:

1. Dewi Mulyana (
2. Nikita Pina Rahmadani (201010550654
3. Shegita Banafsyah Safa (

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS PAMULANG

2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan
ridho dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah kelompok kami
untuk mata kuliah MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA II ini dalam memenuhi
tugas yang diberikan oleh Ibu Pancagaluh . Dalam proses pengumpulan data-data dan juga
proses pembuatan makalah ini tidak lepas dari kerja keras team dan kekompakan kami.
Makalah yang kami buat ini adalah mengenai FRUSTASI DAN STRES DALAM
ORGANISASI.

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman kita tentang Frustasi dan Stres dalam Organisasi. Kami menyadari dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat beberapa kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Karena manusia jauh dari sempurna yang tidak luput dari sifat salah dan khilaf,karena
sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, serta diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kepentingan
dunia pendidikan. 

2
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..…2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….....3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….……………...…4

1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………………….…4

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...5

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………….6

BAB II ISI…………………………………………………………………………………..7

2.1 Pengertian frustasi dalam organisasi…………………………………………………7

2.2  Pengertian stres dalam organisasi…………………………………………….………..8

2.3 ……………………………………………9

2.4 ……..………………..………………………………………..10

2.5 …………………………..……………...10

2.6 ………………………...…………………….……....11  

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….……….12

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………12

3.2 Kritik & Saran ………………………………………………………………………12

3.3 Kata Penutup………………………………………………………………………...13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya manusia memiliki peranan penting bagi tercapainya tujuan suatu
organisasi. Dari keseluruhan sumber daya yang tersedia dalam suatu organisasi, satu-satunya
sumber daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan, pengetahuan, dorongan,
daya dan karya, adalah sumber daya manausia. Sumber daya tersebut sangat berpengaruh
dalam
mencapai tujuan, betapapun majunya teknologi dan perkembangan informasi, namun jika
sumber daya manusianya tidak bagus maka akan sulit bagi organisasi tersebut untuk
mencapai tujuan. Dalam keadaan tersebut, karyawan sebagai salah satu sumber daya
mengahadapi konsekuensi seperti stres dan frustasi.

Sepanjang masa perkembangan dari lahir hingga dewasa, kebutuhan kebutuhan


seseorang tidak selalu dapat terpenuhi dengan lancar. Seringkali terjadi hambatan dalam
pemuasan suatu kebutuhan, motif dan keinginan. Keadaan terlambat dalam mencapai tujuan
dinamakan frustasi. Keadaan frustasi yang berlangsung terlalu lama dan tidak dapat diatasi
oleh seseorang akan menimbulkan stress.

Di Indonesia, fenomena stress kerja kerap terjadi. Beberapa study menyimpulkan bahwa
pada tahun 1990an terdapat sekitar 30% karyawan kantor mengalami stress di tempat kerja
dengan berbagai macam keluhan . Hal tersebut berpotensi menimbulkan dampak sosial,
emosional, psikologis dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Masalah
stress yang berhubungan dengan organisasi juga perlu diangkat kepermukaan pada saat ini.
Selain dipengaruhi oleh faktor – faktor (stressor) yang bersumber dari luar organisasi, stres
juga banyak dipengaruhi oleh faktor – faktor yang berasal dari dalam organisasi. Oleh karena
itu perlu didasari dan dipahami keberadaannya. Pemahaman akan sumber – sumber stres
yang disertai dengan cara mengatasinya adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja
yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif. Banyak
diantara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi, baik
atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stres kerja meskipun dalam taraf
yang amat rendah.

4
Soesmalijah Soewondo (Devi S,2003:19) menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu
kondisi dimana terdapat satu atau beberapa faktor di tempat kerja yang berinteraksi dengan
pekerja sehingga mengganggu kondisi fisiologis dan perilaku. Stres kerja akan muncul bila
terdapat kesenjangan antara kemampuan individu dengan tuntutan-tuntutan dari
pekerjaannya. Stres merupakan kesenjangan antara kebutuhan individu dengan
pemenuhannya dari lingkungan. Stres kerja merupakan aspek yang penting bagi perusahaan
terutama keterkaitannya dengan kinerja karyawan.

1.2 Rumusan Masalah

Berikut Identifikasi Masalah mengenai “Frustasi dan Stres dalam Organisasi ”, yaitu sebagai
berikut:

1. Bagaimana pengertian frustasi dan stress dalam organisasi?


2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya frustasi dan stress?
3. Bagaimana dampak frustasi dan stress dalam organisasi?
4. Perbedaan frustasi dan stres kerja?
5. Bagaimana cara mengatasi permasalahan frustasi dan stres kerja?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin kami capai dari penulisan karya tulis ini adalah:

1. Dapat memahami definisi/pengertian dari frustasi dan stres dalam organisasi


2. Dapat mengetahui apa saja yang menjadi faktor penyebab frustasi dan stres dalam
organisasi
3. Dapat memahami perbedaan mengenai frustasi dan stres dalam organisasi
4. Dapat mengetahui dampak dampak yang ditimbulkan dari frustasi dan stres dalam
organisasi
5. Dapat memahami cara untuk mengatasi dan meminimalisir terjadinya frustasi dan
stres dalam suatu organisasi

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
1. Pengertian Frustasi
Frustrasi, berasal dari bahasa Latin frustratio, adalah perasaan kecewa akibat
terhalang dalam pencapaian tujuan. Makin penting tujuannya, makin besar frustrasi
dirasakan. Frustrasi merupakan emosi yang kompleks dan bisa menimbulkan dampak yang
besar pada orang yang mengalaminya. Kompleksitas frustrasi ditunjukkan dengan munculnya
respon emosi seperti kemarahan, kesedihan, dan bisa menjurus ke stres, depresi, hingga
kehilangan minat dalam hidup. Namun, frustrasi juga bisa menjadi indikator yang berguna
bagi masalah hidup seseorang, yaitu menjadi motivasi untuk berubah dan bangkit dari
masalah. Frustasi dapat diartikan juga sebagai keadaan terhambat dalam mencapai suatu
tujuan (Markam,2003). Frustasi merupakan suatu keadaan ketegangan yang tak
menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas simpatetis yang semakin meninggi yang
disebabkan oleh rintangan dan hambatan. Frustrasi dapat berasal dari dalam (internal) atau
dari luar diri (eksternal) seseorang yang mengalaminya. Sumber yang berasal dari dalam
termasuk kekurangan diri sendiri seperti kurangnya rasa percaya diri atau ketakutan pada
situasi sosial yang menghalangi pencapaian tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber
internal dari frustrasi saat seseorang mempunyai beberapa tujuan yang saling berinterferensi
satu sama lain. Penyebab eksternal dari frustrasi mencakup kondisi-kondisi di luar diri seperti
jalan yang macet, tidak punya uang, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh.

2. Pengertian Stres Kerja


Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya tekanan.
Tekanan ini muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya.
Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri, atau dari luar. Biasanya orang stres berat cenderung
Memiliki tekanan emosi yang tinggi yang tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, seperti
mencari masalah ke orang lain walaupun tak ada masalah atau melakukan tuduhan-tuduhan
yang tidak masuk akal atau logis. Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat
bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi
sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.
Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti

6
awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit
negatifnya dibanding stres hambatan.Stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh
terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang akibat individu yang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Stres juga dapat berakibat buruk bagi kesehatan tubuh
seperti timbulnya penyakit. Menurut pendapat lain, stres kerja adalah tanggapan atau proses
internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada
batas atau melebihi batas kemampuan pegawai. Stres kerja juga didefinisikan sebagai
perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi
pekerjaan.

Selain itu, stres kerja dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh
kemampuannya. Stres kerja timbul sebagai bentuk ketidakharmonisan individu dengan
lingkungan kerja. Dapat ditarik kesimpulan bahwa stres akibat kerja merupakan suatu kondisi
tertekan yang dialami pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga berpengaruh
terhadap respon emosional, proses berpikir serta kondisi fisik pekerja yang berakibat pada
penurunan performa, efisiensi dan produktivitas bekerja. Setiap manusia pasti pernah
mengalami stres karena suatu masalah yang sedang dihadapi di lingkungannya, baik di
lingkungan sosial maupun di lingkungan kerja. Stres kerja juga menyebabkan kinerja
seseorang menjadi rendah.

Menurut Triatna (2015:139), menyatakan bahwa stres adalah suatu keadaan


seseorang, di mana kondisi fisik dan/atau psikisnya terkena gangguan dari dalam atau luar
dirinya sehingga mengakibatkan ketegangan dan menyebabkan munculnya perilaku tidak
biasa (yang dikategorikan menyimpang) baik fisik, sosial, maupun psikis. Handoko
(2008:167) mengemukakan stres sebagai suatu kondisi ketegangan yang dapat mempengaruhi
emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang. Nursyamsi (2012) mengungkapkan bahwa stres
kerja adalah reaksi kerja terhadap karakteristik lingkungan yang akan dihadapi oleh
karyawan, termasuk di dalamnya ancaman dan rasa tidak nyaman bekerja pada suatu
organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahawa stres kerja adalah kondisi individu yang merasa
gelisah atau tidak nyaman dalam melaksanakan pekerjaan.

7
2.2 Faktor-Faktor Penyebab
1. Frustasi kerja
 Tingkat Kebutuhan Individu
Dalam setiap individu tentu mempunyai berbagai kebutuhan yang berbeda satu sama lain
yang urutan tingkat prioritasnya pun akan berbeda juga. Namun demikian, tidak setiap
kebutuhan akan dapat terpenuhi dan terpuaskan olehnya. Oleh karena itu, Maslow (dalam
Wijono, 2007) yang terkenal dengan “Hierarki Kebutuhannya”, mengungkapkan tingkatan
kebutuhan dalam kaitannya dengan ketidakbermaknaan hidup sehingga mengalami frustrasi
sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis (physiologycal needs).Kebutuhan fisiologis ini merupakan kebutuhan
tingkat pertama yang paling rendah dan paling dasar bagi individu yang harus dipenuhi,
sebelum dirinya mencapai kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi.
b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs).Rasa aman adalah kebutuhan dasar tingkat kedua
yang harus dipenuhi oleh individu setelah kebutuhan tingkat pertama telah dipenuhi.
Kebutuhan yang termasuk dalam kebutuhan rasa aman ini adalah kestabilan, ketergantungan,
perlindungan, bebas dari rasa takut, dan ancaman. Termasuk juga kebutuhan dalam mematuhi
aturan yang tidak tertulis atau tata tertib secara normatif, struktural, dan undang undang.
c. Kebutuhan sosial (social and belongingness needs).Setelah kedua tingkat kebutuhan
sebelumnya, yaitu fisiologis dan rasa aman telah dicapai dan dipuaskan oleh individu, maka
individu mempunyai kebutuhan untuk memenuhi dan memuas kan kebutuhan ke tingkat
berikutnya, yaitu kebutuhan akan sosial dan kasih sayang (social and belongingness).
d. Kebutuhan harga diri (self esteem needs). Harga diri adalah salah satu kebutuhan tingkat
tinggi individu adalah kebutuhan harga diri. Kebutuhan harga diri ini dapat dibagi menjadi
dua kategori. Pertama, kebutuhan terhadap kekuasaan, berprestasi, pemenuhan diri, kekuatan
dan kemampuan untuk memberi keyakinan dan kehidupan serta kebebasan. Kedua, ada lah
kebutuhan terhadap nama baik (reputation) atau prestise.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Akhirnya, kebutuhan aktualisasi diri
atau perwujudan diri merupakan kebutuhan tingkat kelima yang paling tinggi bagi individu
yang juga ingin dipenuhi dan dipuaskannya. Pada peringkat ini setiap individu dalam
memenuhi kebutuhan ini sangat berbeda satu sama lain.

8
 Derajat tambahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
pada dasarnya, derajat tambahan yang dibutuhkan setiap individu dalam mencapai tujuan
yang diinginkannya berbeda-beda. Ketika, seorang ingin mendapat peluang menjadi seorang
pemimpin, maka Ia akan berusaha keras untuk meningkatkan dirinya melalui belajar keras
dengan meningkatkan pengetahuan, dan keahliannya agar dapat memenuhi kualifikasi
sebagai seorang kepala bagian. Sehingga tujuan yang dinginkannya dapat tercapai.

 Kekuatan Motivasi
Motivasi setiap individu dalam melakukan pekerjaan akan berbeda satu sama lain. Namun
demikian, kekuatan motivasi yang ada di dalam perilakunya dapat dibagi menjadi dua
komponen, yaitu dorongan dan penghapusan. Ketika seseorang mendapat tugas yang lebih
menantang dari atasannya, maka Ia akan terdorong untuk dapat mengerjakan dengan baik
tugas tersebut.

 Sifat yang dirasakan sebagai suatu hambatan atau pembatas


Sifat yang mendasar dalam diri individu dapat dirasakannya sebagai suatu hambatan atau
pembatas untuk melakukan tugas. Ketika individu merasa bahwa dirinya mempunyai sifat
yang mudah putus asa dan tidak percaya diri, maka Ia akan mengalami hambatan yang cukup
serius untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh atasannya.

 Karakteristik Kepribadian Individu


Karakteristik kepribadian individu yang positif seperti mempunyai kepercayaan diri, motivasi
berprestasi yang tinggi, berambisi untuk maju, memiliki keberanian dan tanggung jawab, dan
asertif, maka ia akan terdorong untuk mencapai keberhasilan ketika ia mendapat tugas yang
sulit dan menantang.

2. Stres Kerja
Menurut Luthans (2006:442) ada beberapa faktor penyebab stres kerja diantaranya:
 Stressor Ekstraorganisasi
Merupakan faktor stres kerja yang disebabkan dari luar perusahaan, terbagi menjadi tiga
yaitu:
a. Perubahan Sosial. Perubahan sosial dapat dilihat dari adanya perubahan tatanan kehidupan
sosial dalam masyarakat yang diantaranya meliputi pola pikir yang semakin inovatif,

9
kenyamanan dalam lingkungan, sikap,serta kehidupan sosial untuk mendapatkan
penghidupan yang lebih bermanfaat.
b. Kesulitan Menguasai Globalisasi. Suatu proses yang terjadi karena adanya perubahan
pandangan dalam dunia dan adanya pertukaran pandangan oleh individu satu dengan individu
lainnya mengenai pemikiran, produk serta aspek kebudayaan lainnya.
c. Dukungan Keluarga. Dukungan keluarga berdampak besar dalam kehidupan pekerjaan
seorang individu, biasanya terjadi pertengkaran antar anggota keluarga seperti ada hubungan
buruk antara orang tua, pasangan, anak-anak yang dapat menyebabkan tertumpuknya
pemikiran dalam seseorang sehingga menyebabkan stres kerja.

 Stressor Organisasi
Merupakan faktor penyebab stres kerja dari dalam organisasi itu sendiri. Terkadang ada
perubahan dalam perusahaan sehingga ada perubahan dalam menentukan strategi untuk
bersaing dengan perusahaan lainnya. Maka terdapat beberapa akibat yang timbul karena
adanya intervensi dari perusahaan yakni diantaranya :
a) Kebijakan dari pimpinan yang terlalu otoriter tehadap karyawan, menyebabkan karyawan
merasa tidak nyaman di tempat kerja.
b) Ketidakjelasan tugas, perusahaan mungkin bisa saja memberikan beban kerja pada
karyawan karena adanya tuntutan perusahaan yang tinggi, hal ini tentu dapat membingungkan
karyawan dengan tugas yang diberikan perusahaan yang akhirnya mengakibatkan stres kerja.

 Stressor Kelompok
Stressor kelompok terjadi dalam organisasi yang dapat dikategorikan menjadi 2 hal, yakni
diantaranya :
a.Tidak menyenangkannya rekan kerja.Jika terjadi hubungan kurang baik antar rekan kerja
maka kondisi ini akan menyebabkan stres kerja karena seorang karyawan memerlukan
dukungan dari anggota kelompok yang kohesif sehingga dengan berbagi masalah dan
kebahagiaan maka dapat menjadikan mereka merasa lebih baik.
b. Kurang adanya Kebersamaan dengan rekan kerja.Jika hubungan kebersamaan dengan
rekan kerja memiliki intensitas tinggi maka stres kerja bisa dikurangi. Kurangnya
kebersamaan akan menyebabkan stres bisa jadi disebabkan oleh desain kerja, karena dibatasi,
atau ada anggota kelompok yang menyingkirkan karyawan lainnya. Studi Hawthorne
membahas bawah kebersamaan atau kohesivitas salah satu hal yang penting bagi karyawan.

10
 Stressor Individu
Merupakan faktor penyebab stres dari dalam individu. Faktor stres yang dapat berpengaruh
dalam diri individu bisa jadi karena adanya beban kerja, peran ganda, serta terbatasnya waktu
kerja. Pola kepribadian karyawan juga merupakan salah satu faktor terpenting adanya stres
kerja oleh diri individu itu sendiri. Ketika seorang karyawan mengalami stres terdapat
berbagai macam emosi tergantung kepribadian dirinya. Misal ada yang stres namun masih
terlihat biasa saja dan ada juga yang berlebihan. Karyawan di tuntut bekerja dengan
intensitas tinggi, tentu saja akan mengalami stres. Untuk itu para individu harus bisa
mengontrol emosi

2.3 Dampak Stress dan Frustasi dalam organisasi

Berbagai tekanan dan gangguan dalam sebuah organisasi tentunya  pasti sangat sering terjadi.
Hal inilah yang perlu dihindari agar kinerja kerja tidak terganggu. Semua bisa diatasi asalkan
dapat mengindikasikan masalah yang kita hadapi itu sendiri. Semakin seseorang
mendapatkan tekanan di luar batas dari kemampuan dirinya sendiri tentunya akan mengalami
stress pula yang cukup berat dan sangat mengganggu kerja otak termasuk dengan daya ingat.

Dampak dan akibat dari stress itu sendiri dalam buku Organizational  Behavior (Robbin),
dikelompokkan menjadi tiga gejala, yaitu gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku.

a. Gejala Fisiologis, meliputi sakit kepala, tekanan darah tinggi, dan sakit jantung

b. Gejala Psikologis, meliputi kecemasan, depresi, dan menurunnya tingkat kepuasan kerja

c. Gejala Perilaku, meliputi perubahan produktivitas, kemangkiran dan perputaran karyawan.

Ada lima jenis konsekuensi dampak stress yang potensial menurut T. Cox sebagai berikut :
a. Dampak subjektif ,Kecemasan,agresi, kebosanan, depresi, keletihan, frustasi, kehilangan
kesabaran, rendah diri, gugup, dan merasa kesepian.
b.Dampak perilaku ,Kecenderungan mendapatkan kecelakaan, alkoholik,  penyalahgunaan
obat-obatan, emosi yang tiba-tiba meledak, makan berlebihan, merokok berlebihan, perilaku
yang mengikuti kata hati, ketawa, dan gugup.
c. Dampak kognitif ,Kemampuan mengambil keputusan yang jelas, konsentrasi yang  buruk,
rentang perhatian yang pendek, sangat peka terhadap kritik, dan rintangan mental.
d. Dampak fisiologis, Meningkatnya kadar gula, meningkatnya denyut jantung dan tekanan
darah, kekeringan di mulut, berkeringat, membesarnya  pupil mata, dan tubuh panas dingin.

11
e.Dampak organisasi ,Keabsenan, pergantian karyawan, rendah produktivitasnya,
keterasingan dari rekan sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya keikatan dan kesetiaan
terhadap organisasi.
Tidak selamanya stress berdampak negatif, ada beberapa dampak  positif dari stress, yaitu :
a.Mendorong orang berpikir kreatif
 b.Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
c. Membuat tubuh menjadi lebih fit
d. Membantu memecahkan masalah
e.Pemulihan Semua gejala-gejala yang disebutkan di atas tentu sangat membuat
ketidaknyamanan setiap orang. Ingin rasanya untuk terhindar dari segala tekanan stress yang
dialaminya. Bahkan sampai pada tingkatan stress yang tinggi dalam gejala psikologis,
seseorang bisa berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Tekanan yang dirasa sudah cukup
beratlah yang membuat dampak seperti itu

2.4 Ll
2.5

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Stress merupakan suatu yang tidak diharapkan yang muncul karena tingginya suatu
tuntutan lingkungan pada seseorang. Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan
terganggu. Penyebab stress ini dapat berasal dari faktor lingkungan, faktor organisasional dan
faktor personal. Stress ini dapat mengakibatkan kepala pusing, kecemasan, depresi bahkan
dapat menurunkan tingkat produktivitas seseorang. Namun tidak selamanya stress berdampak
negatif, keadaan stress pada seseorang dapat memaksa dia untuk berpikir yang jauh lebih
kreatif dari sebelumnya. Stress dapat diatasi dengan berbagai cara seperti meditasi,
pengenduran, berolahraga, memperluas jaringan sosial, dan bisa berkonsultasi kepada
psikolog. Dalam organisasi hal terpenting adalah bagaimana menciptakan kenyamanan
lingkungan kerja yang lebih baik diantara para pekerja. Seorang pemimpin dalam organisasi
adalah konselor penting, karena mereka merupakan satu-satunya figur yang setiap hari
berhubungan dengan para pekerja. Pendekatan preventif agaknya akan lebih baik dalam
menanggulangi  penyebab stres, meskipun metode-metode penanggulangan dapat membantu
para pekerja beradaptasi dengan beban stresor yang berada dibawah pengendalian langsung.
Hal terpenting adalah bagaimana menciptakan kenyamanan lingkungan kerja yang lebih baik
diantara  para pekerja, maka secara situasional suatu pendekatan  penanggulangan alternatif
yang spesifik akan bermanfaat bagi para  pekerja dalam menghadapi persoalan stres dan
emosional dengan sumber dan bobot yang berbeda pula. Dengan demikian pemahaman
mengenai stres dan gangguan emosional lain yang sejenis merupakan salah satu bagian
penting dari sejumlah kompetensi yang wajib dimiliki dan tidak dapat ditawar lagi bagi
seorang manajer yang  berurusan dengan sumber daya manusia dalam suatu organisasi.

3.2 SARAN DAN HARAPAN

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menyarankan bahwa sebaiknya dampak stress


tidak harus dilihat dari segi negatifnya tetapi kita juga harus telaah untuk segi positifnya.
Stress sebaiknya diatasi dengan cara-cara yang positif saja, jangan sampai keliru dalam
mengatasi stress. Untuk menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi seyogyanya sang
pemimpin dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman mengenai psikologis dan
spiritualisasi agar seorang  pemimpin tersebut mampu mengidentifikasi kondisi-kondisi para
perja yang terkait dengan stress kerja. Dari berbagai pembahasan mengenai stress dalam
mekalah ini, penulis berharap pembaca maupun penulis dapat menambah pengetahuan serta
memahami beberapa hal yang terkait dengan stress kerja dalam organisasi, dengan
pemahaman yang didapat dari makalah ini penulis juga berharap agar kita semua dapat
mengatasinya secara efektif ketika kita dihadapkan dengan kondisi stress, baik stress dalam
lingkungan kerja maupun stress dalam kehidupan sehari-hari. Penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, karena itu kami berharap agar pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan  penulisan makalah di masa
depan.

13
https://id.wikipedia.org/wiki/Frustrasi
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-frustasi/117751/2
https://id.wikipedia.org/wiki/Stres
https://www.academia.edu/38250044/Stress_dalam_organisasi

14

Anda mungkin juga menyukai