PERBEDAAN INDIVIDUAL
Dosen Pengampu:
Dr.Djudiyah, M.Si
Psikologi F
Disusun Oleh:
Widad Syavirayana Shari 201610230311168
Santhia Roya Fauziah 201610230311236
Afra Ulfatihah Nur Erwanto 201610230311292
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ‘Perbedaan Individual” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan Kepenulisan...............................................................................1
1.3 Manfaat Kepenulisan.............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Manusia terlahir dengan berbagai keunikan yang tentunya berbeda dari satu
dengan yang lainnya. Keunikan yang dimaksud bisa dalam artian mengenai sifat, sikap,
karakteristik, kemampuan, keterampilan, dan sebagainya. Menurut Hasibuan (2013:10)
Sumber daya manusia (SDM) adalah sumber daya manusia adalah ilmu dan seni
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien, membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dalam sebuah organisasi
maupun industri, pastinya faktor perbedaan individual ini akan menjadi pertimbangan
untuk menempatkan mereka pada posisi yang sesuai dengan struktur organisasi. Melalui
berbagai proses yang panjang dari mulai penyusunan job specification dan job
description hingga placement, psikolog mengambil peran yang penting agar sebuah
organisasi maupun industri dapat berlangsung dengan baik.
PEMBAHASAN
B. Perbedaan Individual
1. Kemampuan dan Keterampilan
Kemampuan adalah sifat biologikal dan yang bisa dipelajari yang
memungkinkan seseorang melakukan sesuatu baik bersifat mental ataupun fisik.
Keterampilan adalah kompetensi yang berhubungan dengan tugas atau pekerjaan,
seperti keterampilan mengoperasikan komputer atau keterampilan berkomunikasi
dengan jelas untuk tujuan dan misi kelompok. Mencocokkan setiap kemampuan
dan keterampilan seseorang dengan persyaratan kerja adalah hal yang penting.
Proses mencocokkan penting sebab sejumlah kepemimpinan, motivasi, atau
sumber daya organisasi dapat membentuk perbedaan pada kemampuan atau
keterampilan. Proses ini disebut analisis pekerjaan, yaitu proses mendefenisikan
dan mempelajari pekerjaan dari sisi perilaku dan pendidikan serta pelatihan
spesifik yang dibutuhkan guna menjalankan pekerjaan. Tujuan mencocokkan ini
untuk menemukan pekerjaan ideal, yaitu pekerjaan dimana kemampuan dan
keterampilan seseorang dapat diterapkan untuk menghasilkan kerja yang
memuaskan, terpenuhi, dan menantang.
2. Usia
Saat ini banyak orang berspekulasi bahwa hubungan antara usia dengan
kinerja seseorang merupakan isu yang kemungkinan penting saat masa
mendatang. Hal tersebut didasari oleh tiga alasan yaitu terdapat keyakinan bahwa
semakin meningkat usia pekerja maka semakin menurun kinerja seseorang, realita
tentang angkatan kerja yang menua, dan perundang-undangan Indonesia
menyatakan bahwa pensiunan yang bersifat perintah sebagai melanggar hukum.
Para atasan melihat sejumlah kualitas positif yang melekat pada golongan pekerja
yang tua. Mereka memiliki pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat, dan
komitmen terhadap mutu namun mereka dianggap kurang luwes dan tidak
menguasai teknologi terbaru. Berdasarkan studi mengenai hubungan antara usia
dan keluar masuknya karyawan, semakin seseorang berumur maka akan semakin
kecil kemungkinan orang tersebut berhenti bekerja karena semakin sedikit
alternatif kesempatan pekerjaan yang dapat mereka raih. Usia diasumsikan
berhubungan terbalik dengan kemangkiran. Masalah kesehatan akibat penuaan
dan lebih membutuhkan waktu yang banyak untuk masa pemulihan apabila
pekerja tua mengalami cidera merupakan alasan kemangkiran yang kemungkinan
tidak dapat dihindari. Terdapat juga suatu persepsi bahwa produktivitas merosot
dengan semakin besar umur pekerja. Hal ini dikarenakan kebanyakan dari kita
mengira bahwa keterampilan, kebosanan, dan tingkat intelejensi seseorang
individu menurun seiring berjalannya waktu. namun riset terkini menemukan
bahwa usia dan kinerja tidak ada hubungannya.
3. Status perkawinan
Pekerja yang memiliki ikatan perkawinan cenderung rajin dalam
menyelesaikan tugas sesuai dengan job description dan job specification
dibandingkan pekerja lain yang belum menikah. Hal tersebut dikarenakan seorang
pekerja mulai serius merintis karir dan menginginkan upah yang semakin
meningkat untuk menanggung kebutuhan diri dan keluarganya. Tingkat
kemangkiran pekerja juga lebih rendah pada seseorang yang telah memiliki ikatan
perkawinan dibandingkan seseorang yang masih lajang.
C. Ilmu Demografi
1. Perbedaan Gender
Meskipun diperlakukan berbeda sejak lahir, penelitian menunjukaan
bahwa pria dan wanita adalah sama dalam hal kemampuan belajar, daya ingat,
kemampuan penalaran, kreativitas, dan kecerdasan. Tidak ada data pendukung
yang menyatakan bahwa pria atau wanita adalah pekerja yang lebih baik. Hanya
pada bidang absesnsi perbedaan sering ditemukan, disebabkan peran mengasuh
mereka. Dalam masyarakat yang berubah atau akan menghasilkan lebih banyak
kesamaan antara pria dan wanita yang sulit diukur. Masyarakat yang bisa
menekankan bahwa pria dan wanita bisa menjadi sama di tempat kerja. Studi-
studi psikologis telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi
wewenang sedangkan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinan memiliki
pengharapan untuk sukses. Bukti secara konsisten menyatakan bahwa wanita
mempunyai tingkat kemangkiran lebih tinggi daripada pria apabila wanita sedang
mempunyai anak prasekolah. Secara historis wanita memiliki tanggungjawab
mengenai urusan rumah tangga dan keluarga.
2) Atribusi
Teori atribusi memberikan pengertian ke dalam proses sehingga kita
mengetahui sebab dan motif perilaku seseorang. Mengamati perilaku dan
menggambarkan kesimpulan dinamakan membuat atribusi. Atribut disposisi
menekankan beberapa aspek individu seperti kemampuan, keterampilan, atau
motivasi internal. Atribusi situasional menekankan akibat dari lingkungan
terhadap perilaku.
1. Kesalahan Atribusi
Selain menjaga terhadap kesalahan atribusi, banyak individu mempunyai
penyimpangan tertentu yang dapat menghasilkan kesalahan tidak akurat.
Sebuah penyimpangan atribusional adalah kecenderungan untuk lebih
menyukai satu jenis perilaku dibandingkan yang lain. Kesalahan atribusi
fundamental adalah membuat penilaian hanya dengan informasi terbatas
mengenai seseorang atau keadaan. Tidak membuat penilaian dengan
informasi yang tidak lengkap merupakan tindakan terbaik. Ada sebuah
kecenderungan untuk melebihkan atribut kepada seseorang atau kriteria
disposisional. Pada saat yang sama, orang cenderung untuk meminimalkan
atau mengabaikan faktor keadaan.
2. Penyimpangan Atribusional Lain
Banyak orang cenderung membuat penilaian positif terhadap irang
lain. Hal ini disebut sebagai kondisi umum yang positif atau prinsip
Pollyanna. Orang juga mempunyai kecenderungan mempercayai untuk
keberhasilan kerja dan menolak tanggung jawab atas pekerjaan yang
buruk, hal ini dikenal sebagai penyimpangan pelayanan-diri karena
individu cenderung mempunyai daya ingat egosentris.
3) Sikap
Sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu
disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman, yang memberikan pengaruh
khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek-obyek, dan keadaan. Teori
menyatakan bahwa afeksi, kognisi, dan perilaku menentukan sikap dan bahwa
sikap, sebaliknya, menentukan afeksi, kognisi, dan perilaku.
a. Afeksi
Emosi atau perasaan, komponen dari sikap dipelajari dari orang tua, guru,
anggota kelompok sebayanya.
b. Kognisi
Komponen kognisi dari sebuah sikap terdiri dari persepsi, pendapat, dan
kepercayaan seseorang
c. Perilaku
Komponen perilaku dari sebuah sikap mengacu kepada kecenderungan
seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau sesuatu dengan cara
tertentu misalnya ramah, hangat, agresif, tidak ramah, atau apatis.
Sikap mempunyai banyak sumber: keluarga, kelompok teman sebaya, masyarakat,
dan pengalaman kerja yang lalu. Kebudayaan, moral, dan bahasa juga
mempengaruhi sikap. Individu berusaha untuk memelihara konsistensi di antara
komponen sikap. Tetapi kontradiksi dan ketidakkonsistenan sering terjadi, yang
melahirkan keadaan ketidakseimbangan.
Disonansi kognitif adalah suatu kondisi mental yang menunjukkan
kegelisahan yang terjadi karena adanya konflik di antara berbagai komponen
kesadaran individu sesudah suatu keputusan dibuat. Setiap bentuk
ketidakkonsistenan yang tidak menyenangkan maka individu berusaha untuk
mengurangi disonansi. Disonansi adalah seperti yang dipandang sebagai keadaan
dalam diri seseorang yang ketika muncul tindakan yang dirancang untuk
mengembalikan seseorang ke keadaan keseimbangan. Disonansi kognitif
mempunyai implikasi organisasi yang penting, yaitu:
a. membantu menerangkan pilihan yang sibuat oleh individu akan sikap yang
tidak konsisten, dan
b. membantu meramalkan kemungkinan seseorang untuk mengubah sikap.
2. Sikap dan Nilai. Nilai didefinisikan sebagai konstelasi dari suka, tidak
suka, titik pandang, keharusan, inklinasi dalam penilaian rasional dan
irasional, prasangka, dan pola asosiasi yang menentukan pandangan dunia
seseorang. Bisa juga dijabarkan sebagai tuntunan dan kepercayaan ketika
seseorang berada pada situasi dimana putusan harus diambil. Nilai
membantu sebagai jalan untuk mengatur sikap.
2. disebabkan oleh
Kepuasaan kerja Prestasi kerja
Lebih banyak pekerja produktif yang puas
3.
Kepuasaan kerja Prestasi kerja
Tidak ada arahan khusus atau hubungan
Kedua pandangan yang pertama didukung oleh penelitian yang lemah. Bukti agak
meyakinkan menyatakan bahwa kepuasan kerja tidak perlu seorang pekerja yang
berkinerja tinggi; usaha manajerial untuk memuaskan setiap orang tidak akan
menghasilkan produksi yang tinggi. Pandangan ketiga, bahwa faktor seperti
penghargaan di antara hubungan kinerja dan kepuasan, didukung oleh temuan
penelitian. Ini berarti bahwa kinerja bukanlah akibat dari kepuasan, atau
sebaliknya.
5). Kepribadian
4. Letak kendali.
5. Kreativitas.
6. Machiavellianisme.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran