Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERILAKU INDIVIDU

DALAM INDUSTRI DAN ORGANISASI

Dosen Pengampu:

Susiati, M.Pd. Kons.

Disusun oleh:
Halimah Tusa’diah
201801500123
Gita Rona Meifina
201801500135
Putri Pandawi
201801500144
Shafira Dinda Tri Wardani
201801500160
Nurohman
201801500182
Yolantika
201801500188

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mengenai “Perilaku Individu dalam Industri dan Organisasi” guna memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Bimbingan Konseling Industri.

Makalah ini telah selesai disusun dengan maksimal dengan bantuan dari
berbagai pihak dan berbagai sumber bacaan sehingga bisa memperlancar
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca sehingga kami dapat melakukan perbaikan agar menjadi makalah
yang baik dan benar.

Jakarta, September 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi terdiri dari sejumlah anggota atau individu yang saling
bekerja sama memberikan sumbangan mereka masing-masing kepada upaya
mencapai tujuan organisasi melalui kedudukan dan peran mereka didalam
sebuah organisasi tersebut. Tetapi dalam organisasi, individu adalah sesuatu
yang unik yang akan memunculkan perilaku yang berbeda dengan individu-
individu lainnya. Hal inilah mempengaruhi perilaku dan perbedaan individu
dalam sebuah organisasi.
Berkembangnya organisasi dalam proses perkembangan dapat kita
saksikan berlangsungnya diferensiasinya atau “pecah”-nya satu pekerjaan
menjadi berbagai macam pekerjaan. Diferensiasi ini terjadi baik secara tegak
maupun secara mendatar. (Psikologi Industri dan Organisasi, 2001:33)
Menurut Yoder (1970) tentang organisasi kerja mengatakan, bahwa
secara teoritik istilah organisasi pada umumnya dipakai dengan dua arti, yaitu
: (a) Organisasi dipandang sebagai sebuah asosiasi, yang dibuat untuk jangka
panjang, dan dipelihara untuk mencapai tujuan dan melaksanakan misi-misi
khusus, (b) Organisasi menunjukkan suatu proses pemeliharaan dan
penciptaan struktur. Dalam hal ini proses pemeliharaan organisasi dipakai
untuk melembagakan, memperluas, dan mengusahakan hal-hal lain dari
organisasi kerja. (Psikologi Industri, 1995)
Perbedaan individu perlu dibahas dan dipahami oleh suatu organisasi
atau perusahaan, dengan tujuan agar bisa memahami perbedaan dari masing-
masing anggotanya. Setiap invidu mempunyai karakateristik yang berbeda-
beda, sehingga sering timbul permasalahan akibat dari perbedaan itu.
Perbedaan itu kita akan mengetahui berbagai macam perbedaan individu,
diantaranya perbedaan dalam segi fisik dan psikis seseorang.
Sebagai dasar perbedaan individu adalah keragaman demografi yang
terbentuk melalui karakteristik biografi. Anggota organisasi pada akhirnya
terbagi atas karakteristik gender, usiaetnis dan ras serta karakteristik lainnya.
(Psikologi Industri dan Organisasi, 2005:90)

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Perilaku Individu dan Perilaku Organisasi?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan individual?
3. Pendekatan apa saja yang dapat dilakukan dalam memahami individu?
4. Karakteristik apa saja yang melekat pada diri individu dalam organisasi?
5. Apa saja hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja individu dalam
industri dan organisasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari Perilaku Individu dan
Perilaku Organisasi.
2. Mengetahui dan dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perbedaan individual.
3. Mengetahui dan memahami pendekatan-pendekatan yang dapat
dilakukan dalam memahami individu.
4. Mengetahui dan memahami karakteristik yang melekat pada diri individu
dalam organisasi.
5. Mengetahui dan memahami hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja
individu dalam industri dan organisasi.
6.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Memahami Perilaku Individu dan Perilaku Organisasi


Perilaku Individu merupakan perilaku seseorang dalam melakukan
sesuatu atau cara ia bertindak terhadap suatu kegiatan dengan menggunakan
keterampilan atau otak mereka. Adanya keterampilan tidak terpisah dari latar
belakang atau pengetahuan.

Dalam suatu organisasi, perilaku individu mencerminkan setiap perilaku


manajer terhadap bawahannya. Jika ia memperlakukan bawahannya dengan
baik, hubungannya dengan bawahan terjalin dengan baik pula sehingga
jalinan kerjasama dalam organisasi berjalan dengan baik.

Perilaku individu merupakan sesuatu yang dikerjakan seseorang, seperti


berbicara dengan manajer, mendengarkan rekan sekerja, menyusun laporan,
mengetik memo, menempatkan unit barang dalam gudang, dan sebagainya.

Perilaku merupakan fungsi interaksi antara individu dan lingkungannya.


Perilaku ditentukan oleh dua faktor atau karakteristik, yaitu karakteristik
individu dan karakteristik lingkungan sebagai berikut.

1. Karakteristik individu yang berpengaru terhadap perilaku individu, yaitu


kemampuan, kebutuhan, kepercayaan, pengharapan dan pengalaman
masa lalunya.
2. Karakteristik lingkungan (organisasi) yang berpengaruh, yaitu hierarki,
tugas, wewenang, sistem reward, sistem control, dan sebagainya.
Adapun Perilaku Organisasi merupakan istilah yang umum untuk
menunjukkan sikap dan perilaku individu dan kelompok dalam organisasi,
yang berkenaan dengan studi yang sistematis tentang sikap dan perilaku, baik
yang menyangkut pribadi maupun antarpribadi dalam konteks organisasi.
Perilaku Organisasional adalah bidang studi yang menyelidiki pengaruh
yang ditimbulkan oleh individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku
manusia dalam organisasi dengan tujuan menerapkan pengetahuan yang
didapat untuk meningkatkan efektivitas organisasi.
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara
karakteristik individu dan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam
organisasi akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya tersebut
ditentukan oleh lingkungannya yang memang berbeda. Individu membawa
dirinya dalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi,
pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya.
Organisasi merupakan suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik,
seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hierarki, pekerjaan,
tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian
dan sebagainya.
Para psikolog yang termasuk dalam praktik perilaku organisasi dapat
melakukan penelitian dalam kepemimpinan, kepuasan kerja, motivasi kerja,
komunikasi organisasi, manajemen konflik dan proses kelompok. Perilaku
organisasi seringkali melakukan survei terhadap sikap-sikap para karyawan
untuk menentukan para karyawan yang mempercayai tentang kekuatan dan
kelemahan organisasi. Seorang psikolog industri atau organisasi, pada
umumnya melayani sebagai seorang konsultan, akan memberikan
rekomendasi mengenai cara-cara mengatasi masalah pada daerah tertentu.
Contohnya seperti dalam meningkatkan kepuasan kerja, mungkin karyawan
dapat ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan perusahaan dan
komunikasi yang jelek dapat diperbaiki melalui implementasi sistem sugesti
bagi karyawan.

B. Perbedaan Individual
Perbedaan individu dalam industri sangat penting dibahas agar kita bisa
memahami perbedaan tiap individu dan memanfaatkan perbedaan tersebut
supaya dapat memberi dampak positif. Setiap individu memiliki karakter
bawaan dan karakter yang terbentuk dari pengaruh lingkungan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan individu dalam suatu
industri, yaitu:
1. Faktor Fisik.
a. Bentuk Tubuh dan Komposisinya
Bentuk tubuh meliputi besar kecilnya tubuh dan bagian
bagiannya, warna kulit dan kelengkapan anggota badan. Dan
komposisinya meliputi bagaimana letak dan kesesuaiannya dengan
bagian-bagian tubuh lainnya. Penting dan tidaknya pengaruh kedua
hal ini di dalam pekerjaan tergantung jenis pekerjaannya.
b. Kesehatan Fisik
Pada umumnya kesehatan antarindividu berbeda. Ini sangat
menentukan produktivitas individu dalam bekerja panca indera
diperlukan di dalam bekerja, usaha untuk mengukur kemampuan
alat-alat indera ini banyak sekali dilakukan di dalam penerimaan
calon-calon angkatan bersenjata. Disamping itu banyak sekali riset-
riset yang diadakan menunjukkan pengaruh gangguan sensoris
terhadap kuantitas dan kualitas produksi.
2. Faktor Psikis (Mental)
a. Inteligensi
Intelegensi adalah sejauh mana kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah. Inteligensi diberi batasan sebagai kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan sebaik-baiknya terhadap
lingkungan.
b. Bakat
Bakat merupakan Kemampuan dasar yang menentukan sejauh
mana kesuksesan individu untuk memperoleh keahlian atau
pengetahuan tertentu, apabila individu itu diberi latihan-latihan
tertentu. Hal ini diperlukan karena untuk masing-masing pekerjaan
seringkali menuntut bakat yang berbeda-beda pula. Dengan adanya
kesesuaian antara bakat dan pekerjaan maka hasil kerjanya menjadi
sukses.
c. Minat
Minat merupakan suatu sikap yang membuat orang senang akan
obyek situasi atau ide-ide tertentu, hal ini diikuti dengan perasaan
senang dan kecenderungan untuk mencari obyek yang disenangi itu.
Tingkat prestasi kerja seseorang ditentukan oleh perpaduan antara
bakat dan minat.
d. Motivasi
Produktifitas individu juga sangat ditentukan oleh motivasi dari
dalam individu tersebut maupun dari luar individu tersebut.
e. Edukasi
Edukasi ialah pendidikan formal disekolah-sekolah atau kursus-
kursus, di dalam bekerja seringkali factor edukasi merupakan
syarat paling pokok untuk memegang fungsi-fungsi tertentu. Selain
itu untuk tercapainya kesuksesan di dalam bekerja dituntut
pendidikan yang sesuai dengan jabatan yang akan dipegangnya.

C. Pendekatan-Pendekatan dalam Memahami Individu


1. Pendekatan Sifat
Teori pendekatan sifat atau trait approach theory, kadang disebut
sebagai greath man theory merupakan pendekatan teori kepemimpinan
awal.
Teori ini didefinisikan sebagai pola terpadu dari karakteristik pribadi
yang mencerminkan berbagai perbedaan individual dan efektivitas
kepemimpin yang konsisten di berbagai kelompok dan situasi organisasi
(Zaccaro, Kemp, & Bader, 2004).
Teori ini menganggap pemimpin itu dilahirkan (given), bukan karena
faktor pendidikan dan pelatihan. Konsep kepemimpinan dalam teori
orang besar adalah atribut tertentu yang melekat pada diri pemimpin, atau
sifat personal, yang membedakan pemimpin dari pengikutnya. Teori ini
secara garis besar merupakan penjelasan tentang orang besar atau
pahlawan dengan pengaruh individualnya berupa karisma, intelegensi,
kebijaksanaan, atau dalam bidang politik tentang pengaruh kekuasaannya
yang berdampak terhadap sejarah.
2. Pendekatan Psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat
dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam
teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori
ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi
konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada
umumnya terjadi pada anak-anak dini.
Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi
dasar. Pertama, manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua,
manusia adalah bagian dari sistem energi. Kunci utama untuk memahami
manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua
sumber terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari
maupun yang tidak disadari.
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939).
Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai
psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudian ikut memakai paradigma
psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya, seperti: Carl
Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud,
Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan.
3. Pendekatan Humanistik
Teori Psikologi humanistik merupakan pendekatan dari ilmu
psikologi yang mempelajari bagaimana cara menghargai dari sisi
kesejahteraan manusia dan bagaimana cara memajukan upaya di dalam
manusia, biasanya untuk para pendidik humanistik memiliki ketertarikan
dalam pengembangan kemampuan dari manusia, baik bagi yang sakit
maupun yang normal. Dalam hal ini melakukan kegiatan hal-hal positif
bukan hanya dalam pemecahan sebuah masalah saja, untuk pendidik
humanistik memiliki fokus terutama pada hal keterampilan manusia
dalam berelasi.
Selain dalam penekanan hubungan manusia, pendidik juga biasanya
mengajarkan beberapa keterampilan penerapan psikologi kognitif dalam
tingkah laku dan juga hubungan sosial, dalam psikologi sosial sendiri
merupakan sebuah ilmu yang mempelajari mengenai hubungan antara
manusia dan juga kelompok yang memiliki pengaruh dalam lingkungan
manusia.
Hadirnya psikologi humanistik sebagai suatu reaksi terhadap suatu
aliran psikoamalisis dan juga behaviorisme yang dianggap sebagai
kekuatan pertama di dalam psikologi yang awalnya datang dari
psikoanalisis ala Freud yang berusaha untuk memahami tentang
psikologi sosial, sehingga akan menghasilkan kepribadian yang sehat.

D. Karakteristik Perilaku Individu dalam Organisasi


Perilaku individu juga dapat dipahami dengan mempelajari karakteristik
individu. Nimran menjelaskan karakteristik yang melekat pada individu
terdiri atas ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi dan sikap. Berikut adalah
penjelasan dari tiap-tiap karakteristik tersebut, yaitu sebagai berikut.

1. Ciri-ciri Biografis
Ciri-ciri biografis yaitu ciri-ciri yang melekat pada individu, antara
lain sebagai berikut.
a. Umur
Secara empiris, umur berpengaruh terhadap perilaku seseorang
individu, termasuk kemampuannya untuk bekerja, merespons
stimulus yang dilancarkan oleh individu lainnya.
Ada tiga alasan yang menjadikan umur penting untuk dikaji,
yaitu:
1) Persepsi bahwa semakin tua seseorang, prestasi kerjanya akan
semakin menurun karena faktor biologis alamiah;
2) Realitas bahwa semua pekerja akan bertambah tua. Pekerja usia
50 tahun keatas berkembang jauh lebih cepat dari generasi-
generasi penggantinya;
3) Ketentuan peraturan, pensiunan yang sifatnya perintah
merupakan melanggar hukum karena batasan pensiun bukanlah
umur, melainkan ketika yang bersangkutan menyatakan tidak
mampu lagi bekerja. Jika ditetapkan demikian, banyak pekerja
usia 70 tahun belum pensiun.
Peneliti menunjukkan bahwa absensi pegawai usia tua ternyata
lebih baik karena persoalan yang dihadapi orang tua yang
menyebabkan absen relatif lebih sedikit daripada orang muda yang
selalu ingin tahu, mencoba dan membutuhkan pengalaman. Akan
tetapi, dari segi produktivitas, orang tua lebih produktif karena lebih
berpengalaman sehingga terampil dan menguasiai pekerjaan lebih
baik dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
Motivasi dan dedikasi kerja juga teryata lebih tinggi. Akan
tetapi, tidak dapat dihindari. Pada usia 60 tahun, kekuatan fisik tidak
akan menunjang semangat dan pengalaman yang tinggi tersebut
sehingga produktivitas akan menurun pada usia tersebut.
b. Jenis Kelamin
Penelitian membuktikan bahwa sebenarnya kinerja pria dan
wanita dalam menangani pekerjaan relatif sama. Keduanya hampir
sama konsistensi dalam memecahkan masalah, keterampilan analitis
dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas dan kemampuan belajar.
Pendekatan psikologi menyatakan bahwa wanita lebih patuh
pada aturan dan otoritas, sedangkan pria lebih agresif sehingga lebih
besar kemungkinan mencapai sukses walaupun perbedaan ini
terbukti sangat kecil. Dengan demikian, dalam pemberian
kesempatan kerja tidak perlu ada perbedaan antara wanita dan pria
karena tidak cukup bukti yang membedakan pria dan wanita dalam
hal kepuasan kerja.
c. Status Perkawinan
Pemaknaan tentang pekerjaan akan berbeda antara karyawan
yang lajang dan karyawan yang sudah menikah. Penelitian
membuktikan bahwa orang yang telah berumah tangga relatif lebih
baik dibandingkan dengan orang yang lajang, baik ditinjau dari segi
absensi yang sering keluar beralih kerja maupun kepuasan kerja. Hal
ini disebabkan orang yang telah berkeluarga mempunyai rasa
tanggung jawab dan membuat pekerjaan lebih ajeg, lebih tertib dan
menganggap pekerjaan lebih berharga dan lebih penting. Penelitian
selama ini belum menjangkau pada orang-orang yang bercerai,
janda, duda dan orang-orang yang hanya kumpul kebo.
d. Jumlah atau Banyaknya Tanggungan
Banyak penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah
tanggungan dalam keluarga berpengaruh terhadap produktivitas
kerja karyawan.
e. Masa Kerja
Relevansi masa kerja berkaitan langsung dengan senioritas
dalam pekerjaan. Artinya, tidak relevan membandingkan pria-
wanita-tua-muda karena penelitian menunjukkan bahwa belum tentu
orang yang lebih lama pada pekerjaan memiliki produktivitas yang
lebih tinggi. Dapat saja, orang baru bekerja memiliki pengalaman
yang lebih baik dari pekerjaan masa lalu. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pengalaman masa lalu merupakan penentu masa
depan seseorang dalam pekerjaan.
Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan positif
antara lama masa kerja dan kepuasan kerja. Artinya, semakin lama
seorang karyawan bekerja, semakin rendah keinginan untuk
meninggalkan pekerjaannya.
2. Kepribadian
Kepribadian sebagai pengorganisasian yang dinamis dari sistem
psikofisik dalam diri individu menentukan penyesuaian diri dengan
lingkungannya. Selain itu, kepribadian mencerminkan keseluruhan cara
individu beraksi dan berinteraksi dengan orang lain.
Robbins mengartikan kepribadian sebagai cara seseorang bereaksi
dan berinteraksi dengan orang lain.
Beberapa atribut kepribadian yang perlu dicermati adalah sebagai
berikut.
a. Daerah pengendalian (locus of control). Ada dua daerah
pengendalian kepribadian, yaitu eksternal dan internal. Kepribadian
yang bersifat pengendalian internal adalah kepribadian yang
menunjukkan bahwa seseorang mampu mengendalikan hal-hal yang
terjadi pada dirinya. Adapun sifat kepribadian pengendalian
eksternal adalah keyakinan seseorang bahwa hal-hal yang terjadi
pada dirinya ditentukan oleh lingkungan (di luar dirinya), seperti
nasib dan keberuntungan.
b. Paham otoritarian. Paham ini berkeyakinan bahwa terdapay
perbedaan status dan keyakinan pada orang-orang yang ada dalam
organisasi. Sifat kepribadian otoritarian yang tinggi memiliki
intelektual yang kaku, membedakan orang atau kedudukan dalam
organisasi, mengeksploitasi orang yang memiliki status di bawahnya,
suka curiga dan menolak perubahan.
c. Orientasi prestasi. Orientasi juga merupakan karakteristik
kepribadian yang dapat digunakan untuk meramal perilaku orang.
Mc. Clelland, berkenaan dengan kebutuhan untuk berprestasi,
menyebutkan dua karakteristik sifat kepribadian seseorang memiliki
kebutuhan untuk berprestasi tinggi, yaitu:
1) Secara pribadi ingin bertanggung jawab atas keberhasilan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya;
2) Lebih senang dengan suatu rrisiko. Risiko merupakan tantangan
yang mengasyikkan. Jika berhasil melaluinya, ia akan merasa
puas.
Penelitian Edgar H. Schein menunjukkan bahwa bentuk
kepribadian yang menentukan perilaku organisasi sehingga orang
mencari dan berusaha menemukan ciri-ciri kepribadian, yang terdiri
atas berikut:
“....(1) pendian vs ramah, (2) kurang cerdas vs lebih cerdas, (3)
dipengaruhi perasaan vs emosional mantap, (4) mengalah vs
dominan, (5) serius vs suka senang-senang, (6) selalu siap vs selalu
berhati-hati, (7) malu-malu vs petualang, (8) keras hati vs peka, (9)
memercayai vs mencurigai, (10) praktis vs imajinatif, (11) terus
terang vs banyak muslihat, (12) percaya diri vs takut-takut, (13)
konservatif vs suka eksperimen, (14) bergantung pada kelompok vs
mandiri, (15) tidak terkendali vs terkendali, (16) santai vs tegang.”
Selain itu ada introvert, yaitu sifat kepribadian seseorang yang
cenderung menghabiskan waktu dengan dunianya dan menghasilkan
kepuasan atas pikiran dan perasaannya. Ekstrovert merupakan sifat
kepribadian yang cenderung mengarahkan perhatian kepada orang
lain, kejadian di lingkungan dan menghasilkan keputusan dari
stimulus lingkungan.
3. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan satu faktor yang harus dipahami dan dapat
memahami perilaku orang lain. Dengan saling memahami individu,
organisasi dapat dikelola dengan baik. Definisi sikap dapat dijelaskan
dalam tiga komponen sikap yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik.
Afektif berkenaan dengan komponen emosional atau perasaan
seseorang. Kognitif berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan
pada rasionalitas dan logika. Komponen psikomotorik merupakan
kecenderungan seseorang dalam bertindak terhadap lingkungannya.
4. Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seseorang untuk melaksanakan
beberapa kegiatan dalam satu pekerjaan. Pencapaian tujuan organissi atau
manajemen yang berhasil merupakan kemampuan seorang pemimpin
untuk mengeksploitasikan kelebihannya semaksimal mungkin dan
menekankan kekurangannya dari berbagai orang untuk bersama-sama
meningkatkan produktivitas. Kategori kemampuan dikelompokkan
menjadi dua, yaitu sebgai berikut.
a. Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan yang diperlukan untuk
menjalankan kegiatan mental. Untuk mengungkap kemampuan ini
digunakan tes IQ yang berusaha mengeksplorasi dimensi kecerdasan
numeris, yaitu:
1) Kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat, pemahaman
verbal, yaitu kemampuan memahami yang dibaca dan didengar
serta relasinya satu sama lain.
2) Kecepatan perseptual, yaitu kemampuan mengenali kemiripan
dan beda visual dengan cepat dan tepat.
3) Penalaran induktif, yaitu kemampuan mengenali urutansecara
logis dalam suatu masalah, kemudian memecahkan masalah
tersebut.
4) Penalaran deduktif, yaitu kemampuan menggunakan logika dan
menilai implikasi dari suatu argument.
5) Visualisasi ruang, yaitu kemampuan membayangkan suatu objek
akan tampak seandainya posisinya dalam ruang diubah.
6) Ingatan (memory), yaitu kemampuan menahan dan mengenang
kembali pengalaman masa lalu. Untuk pekerjaan yang
memerlukan rutinitas tinggi, IQ tinggi tidak ada relevansinya
dengan kinerja. Akan tetapi, pemahaman verbal kecepatan
persepsi, visualisasi ruang dan ingatan banyak diperlukan di
berbagai bidang pekerjaan sehingga tes IQ tetap diperlukan.
b. Kemampuan fisik, yaitu kemampuan yang diperlukan untuk
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan
dan keterampilan. Karyawan yang kemampuan intelektual dan
fisiknya tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan akan menjadi
penghambat pencapaian tujuan kinerja atau produktivitas. Seseorang
pilot misalnya, harus berkualitas tinggi kemampuan visualisasi
ruangnya, penjaga pantai harus kuat kemampuan visualisasi dan
koordinasi tubuhnya.
5. Persepsi
I Gitosudarmo (1997) mendefinisikan persepsi sebagia proses
memperhatikan, menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan
stimulus lingkungan. Menurutnya, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persepsi, antara lain sebagai berikut.
a. Ukuran. Semakin besar ukuran stimulus, semakin diperhatikan.
b. Intensitas. Semakin tinggi tingkat intensitas stimulus, semakin besar
kemungkinannya untuk dipersepsikan.
c. Frekuensi. Semakin sering frekuensi suatu stimulus, semakin
dipersepsikan orang. Misalnya, perusahaan yang gencar
mengiklankan produknya diberbagai media.
d. Kontras. Stimulus yang kontras/mencolok dengan lingkungannya
semakin dipersepsikan orang. Seseorang yang tampil “beda” secara
fisik, semakin dipersepsikan banyak orang.

E. Kinerja Individu dalam Industri dan Organisasi


Kinerja individu dapat dipengaruhi oleh effort (usaha), ability
(kemampuan) dan situasi lingkungan.

1. Effort (Usaha)
Effort adalaj usaha individu yang diwujudkan dalam bentuk
motivasi. Motivasi adalah kekuatan yang dimiliki seseorang yang
menimbulkan intensitas dan ketekunan yang dilakukan secara sukarela.
Motivasi ada dua macam, yaitu:
a. Motivasi dari Dalam, yaitu keinginan yang besar yang muncul dari
dalam diri individu tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan dalam
hidupnya.
b. Motivasi dari Luar, yaitu motivasi yang bersumber dari luar diri
yang menjadi kekuatan bagi individu tersebut untuk meraih cita-cita
tujuan hidupnya, seperti pengaruh atasan, teman, keluarga, dan
sebagainya.
2. Ability (Kemampuan)
Ability adalah kemampuan seorang individu yang diwujudkan dalam
bentuk kompetensi. Individu yang kompeten memiliki pengetahuan dan
keahlian. Sejak dilahirkan, setiap individu dianugerahi Tuhan Yang
Maha Esa dengan bakat dan kemampuan. Bakat adalah kecerdasan alami
yang bersifat bawaan, sedangkan kemampuan adalah kecerdasan individu
yang diperoleh melalui belajar.
3. Situasi Lingkungan
Lingkungan dapat memberikan dampak positif ataupun negatif.
Situasi yang kondusif, misalnya dukungan dari atasan, teman kerja,
sarana dan prasarana yang memadai, dan lain-lain. Situasi lingkungan
yang negatif, misalnya suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana
dan prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan dari atasan,
teman kerja, dan sebagainya.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perilaku Individu merupakan perilaku seseorang dalam melakukan
sesuatu atau cara ia bertindak terhadap suatu kegiatan dengan
menggunakan keterampilan atau otak mereka. Sedangkan Perilaku
Organisasi merupakan istilah yang umum untuk menunjukkan sikap dan
perilaku individu dan kelompok dalam organisasi, yang berkenaan
dengan studi yang sistematis tentang sikap dan perilaku, baik yang
menyangkut pribadi maupun antarpribadi dalam konteks organisasi.
2. Faktor yang menyebabkan perbedaan individu dalam suatu industri, yaitu faktor
fisik dan faktor psikis (mental). Faktor fisik meliputi bentuk tubuh dan
komposisinya, dan kesehatan fisik. Sedangkan faktor psikis meliputi
intelegensi, bakat, minat, motivasi dan edukasi.
3. Pendekatan-pendekatan dalam memahami individu antara lain
pendekatan sifat, pendekatan psikodinamika dan pendekatan humanistik.
4. Karakteristik yang melekat pada individu terdiri atas ciri-ciri biografis,
kepribadian, persepsi dan sikap.
5. Kinerja individu dapat dipengaruhi oleh effort (usaha), ability
(kemampuan) dan situasi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Marliani, Rosleny. 2015. Psikologi Industri & Organisasi. Bandung: Pustaka


Setia.
2. Rochman, Mif. Psikologi Industri dan Organisasi: Perbedaan Individu.
https://www.academia.edu/5603510/Psikologi_Industri_dan_Organisasi_Perb
edaan_Individu?auto=download, diakses pada September 2020.
3. Wijono, Sutarto. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi: Dalam Suatu
Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenadamedia
Group.
4. Kurniawan, Ari Sandi. 2015. Perbedaan Individu dalam Industri.
https://www.kompasiana.com/arisandi07/552bf2e86ea8343a778b457f/perbed
aan-individu-dalam-industri?page=2, diakses pada September 2020.
5. Yogya, Karis. 2015. Perilaku Individual dalam Organisasi.
https://www.slideshare.net/karismu/perilaku-individudalamorganisasi-
48344769, diakses pada September 2020.
6. Roen, Ferry. 2013. Teori Pendekatan Sifat.
http://perilakuorganisasi.com/teori-orang-besar.html#:~:text=Teori
%20pendekatan%20sifat%20atau%20trait,merupakan%20pendekatan
%20teori%20kepemimpinan%20awal.&text=Konsep%20kepemimpinan
%20dalam%20teori%20orang,yang%20membedakan%20pemimpin%20dari
%20pengikutnya., diakses pada September 2020.
7. Aqillanissah, Phoebe. 2018. Psychoanalytics by Sigmund Freud.
https://student-activity.binus.ac.id/himpsiko/2018/01/psychoanalytics-by-
sigmund-freud/#:~:text=Teori%20psikodinamika%20adalah%20teori
%20yang,dan%20aspek%2Daspek%20internal%20lainnya.&text=Teori
%20psikodinamika%20ditemukan%20oleh%20Sigmund%20Freud
%20(1856%2D1939)., diakses pada September 2020.
8. Asta, Derina. 10 Pendekatan Humanistik Dalam Psikologi Sosial.
https://dosenpsikologi.com/pendekatan-humanistik-dalam-psikologi-sosial,
diakses pada September 2020.

Anda mungkin juga menyukai