Anda di halaman 1dari 17

Tugas Makalah Individu

Mata Kuliah : Perilaku Organisasi Kesehatan


Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Indar, SH., M.PH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ORGANISASI


(BUDAYA ORGANISASI)

DISUSUN OLEH
RIMA EKA JULIARTI
K012211019

DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi merupakan salah satu wadah untuk manusia dapat
berkomunikasi dan berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan
bersama. Tujuan organisasi akan dapat tercapai jika organisasi
tersebut berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja disebuah
organisasi akan meningkat jika sumber daya manusia yang berada
dalam organisasi tersebut memiliki beberapa komponen kompetensi
seperti pengetahuan, keterampilan, sikap, perilaku, dan pengalaman
(Tewal et al., 2017).
Perilaku positif yang dimiliki oleh sumber daya manusia dalam
sebuah organisasi akan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman,
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja masing-masing
individu dan organisasi. Sebaliknya, jika perilaku negatif yang dimiliki
oleh sumber daya manusia dalam sebuah organisasi akan menciptakan
suasana kerja yang tidak kondusif, sehingga kinerja masing-masing
individu dan kelompok tidak akan meningkat (Carvalho et al., 2018).
Perilaku organisasi berkaitan dengan bagaimana masing-masing
individu dalam sebuah organisasi itu bertindak dan bereaksi. Perilaku
individu di dalam organisasi merupakan bentuk interaksi antara
karakteristik individu dengan organisasi. Masing-masing individu di
dalam sebuah organisasi memiliki perilaku yang tidak sama, karena
manusia pada dasarnya memiliki karakteristik, kemampuan,
kepribadian, dan nilai budaya yang berbeda-beda. Banyak hal yang
dapat mempengaruhi seseorang dapat melakukan perilaku organisasi,
salah satunya adalah budaya (Tewal et al., 2017).
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan
budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang
bersangkutan baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa.
Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara
berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya
mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku dan bertindak.
Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam
organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi
kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan (Marwan,
2019).
Budaya organisasi sangat berpengaruh terhadap perilaku para
anggota organisasi karena sistem nilai dalam budaya organisasi dapat
dijadikan acuan perilaku manusia dalam organisasi yang berorientasi
pada pencapaian tujuan atau hasil kinerja yang ditetapkan, sehingga
jika budaya organisasi baik, maka tidak mengherankan jika anggota
organisasi adalah orang-orang yang baik dan berkualitas pula. Dengan
demikian budaya organisasi baik secara langsung maupun tidak
langsung akan berpengaruh terhadap kinerja seorang karyawan
(Carvalho et al., 2018).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Perilaku Organisasi?
2. Apa yang dimaksud dengan Budaya Organisasi?
3. Bagaimana pentingnya Budaya Organisasi?
4. Apa saja karakteristik Budaya Organisasi?
5. Bagaimana cara menciptakan dan mempertahankan Budaya
Organisasi?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Budaya Organisasi terhadap Perilaku
Organisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menambah wawasan terkait pengertian perilaku organisasi;
b. Untuk menambah wawasan terkait pengertian budaya organisasi;
c. Untuk mengetahui seberapa pentingnya budaya organisasi dalam
suatu organisasi;
d. Untuk mengetahui karakteristik budaya organisasi;
e. Untuk mengetahui bagaimana menciptakan serta
mempertahankan budaya organisasi.

D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan pembaca terkait pengertian perilaku
organisasi;
2. Menambah wawasan pembaca terkait pengertian budaya organisasi;
3. Pembaca dapat mengetahui seberapa pentingnya budaya organisasi
dalam suatu organisasi;
4. Pembaca dapat mengenali karakteristik budaya organisasi;
5. Pembaca dapat mengetahui bagaimana menciptakan serta
mempertahankan budaya organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku Organisasi
Perilaku merupakan suatu rangkaian tindakan yang dilakukan
oleh individu atau organisme dalam berinteraksi dengan dirinya sendiri
(intrapersonal) maupun lingkungannya (interpersonal). Dalam kaitan
intrapersonal berarti bagaimana seseorang dapat mengetahui dirinya
sendiri dengan cara mengolah informasi, sensasi, persepsi, memori,
dan berpikir. Adapun interpersonal merupakan keterampilan berperilaku
yang menunjukkan kemampuan beradaptasi, bekerja sama dengan
orang lain baik itu pada atasan, rekan kerja, atau klien serta
kemampuan lain dalam menjalin hubungan yang baik dengan orang
lain (Tewal et al., 2017).
Perilaku organisasi telah didefinisikan oleh para pakar secara
berbeda berdasarkan lingkup pengetahuan dan/atau pengalaman
masing-masingnya. Perbedaan definisi ini pada dasarnya dapat
digunakan untuk saling melengkapi dalam memahami perilaku
organisasi tersebut. Beberapa definisi perilaku organisasi akan
dikemukakan berikut ini:
“Organizational behavior can be defıned as the understanding,
prediction, and management of human behavior in organizations”
(Luthans, 2011: 20).
(Perilaku organisasi dapat didefinisikan sebagai pemahaman,
prediksi, dan pengelolaan perilaku manusia dalam organisasi).

“Organizational behavior is a field of study that investigates the


impact that individuals, groups, and structure have on behavior
within organizations, for the purpose of applying such knowledge
toward improving an organization’s effectiveness” (Robbins &
Judge, 2013: 10).
(Perilaku organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki
dampak yang dimiliki individu, kelompok, dan struktur terhadap
perilaku di dalam organisasi, dengan tujuan menerapkan
pengetahuan tersebut untuk meningkatkan efektivitas
organisasi).

“Organizational behavior: the field that seek increased


knowledge of all aspects of behavior in organizational settings
through the use of the scientific method” (Greenberg & Baron,
2008: 5). (Perilaku organisasi: bidang yang mencari peningkatan
pengetahuan tentang semua aspek perilaku dalam pengaturan
organisasi melalui penggunaan metode ilmiah).

“Organizational behavior: the field of study that draws on theory,


methods, and principles from various disciplines to learn about
individuals’ perceptions, values, learning capacities, and actions
while working in groups and within the organization and to
analyze the external environment’s effect on the organization and
its human resources, missions, objectives, and strategies”
(Gibson et al, 2012:5).
(Perilaku organisasi: bidang studi yang mengacu pada teori,
metode, dan prinsip dari berbagai disiplin ilmu untuk mempelajari
tentang persepsi, nilai, kapasitas belajar, dan tindakan individu
saat bekerja dalam kelompok dan di dalam organisasi dan untuk
menganalisis dampak lingkungan eksternal pada organisasi dan
sumber daya manusia, misi, tujuan, dan strateginya).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa


perilaku organisasi adalah suatu disiplin limu yang berhubungan
dengan aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi.
Implikasi dari perilaku organisasi dapat dirasakan baik di tingkat
individu dan tingkat kelompok, serta memberikan dampak terhadap
kinerja karyawan maupun organisasi (Tewal et al., 2017).

B. Pengertian Budaya Organisasi


Setiap organisasi memiliki ciri khas yang membendakan dengan
organisasi lain, ciri khas ini menjadi identitas bagi orgnisasi. Ciri khas
inilah yang dinamakan budaya organisasi. Budaya organisasi mengacu
pada hubungan yang unik dari norma-norma, nilai-nilai kepercayaan
dan cara berprilaku yang menjadi ciri bagaimana kelompok atau
individu dalam menyelesaikan sesuatu. Budaya organisasi
mengandung nilai-nilai yang harus dipahami, dijawai,dipraktikan
bersama oleh semua individu atau kelompok yang terlibat didalamnya.
Budaya berhubungan dengan bagaimana organisasi membangun
komitmen mewujudkan visi mememangkan hati pelanggan atau
stakeholder (Marwan, 2019).
Budaya organisasi telah didefinisikan para pakar dalam cara
yang berbeda. Beberapa definisi budaya organisasi dari hasil tinjauan
literatur akan dikemukakan dibawah ini (Paais & Pattiruhu, 2020):
“Organizational culture as a pattern of basic assumptions—
invented, discovered, or developed by a given group as it learns
to cope with its problems of external adaptation and internal
integration—that has worked well enough to be considered
valuable and, therefore, to be taught to new members as the
correct way to perceive, think, and feel in relation to those
problems” (Edgar Shein dalam Luthan, 2011: 72)
Budaya organisasi sebagai pola asumsi dasar - diciptakan,
ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu karena ia
belajar mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi
internal - yang telah bekerja cukup baik untuk dianggap bernilai
dan oleh karena itu diajarkan kepada anggota baru sebagai cara
yang benar untuk memahami, memikirkan, dan merasakan
sehubungan dengan masalah tersebut.

“Organizational culture is what the employees perceive and how


this perception creates apattern of beliefs, values, and
expectations” (Gibson et al., 2012: 31)
Budaya organisasi adalah apa yang para karyawan rasakan dan
bagaimana persepsi ini menciptakan suatu pola keyakinan, nilai
dan ekspektasi.

“Organizational culture refers to a system of shared meaning


held by members that distinguishes the organization from other
organizations” (Robbins & Judge, 2013: 512)
Budaya organisasi menunjukkan suatu sistem makna bersama
yang dimiliki oleh anggota yang membedakan organisasi dari
organisasi lain.
Budaya organisasi sebaiknya dimiliki oleh instansi, termaksud
instansi pemerintah agar pegawai memiliki nilai-nilai, norma, acuan -
acuan dan pedoman yang harus dilakukan. Budaya organisasi juga
sebagai pemersatu pegawai, peredam konflik, dan motivator pegawai
dalam menjalankan tugas dengan baik, sehingga berpengaruh positif
terhadap perilaku dan kinerja.suatu instansi atau organisasi yang
memiliki budaya yang kuat akan menghasilkan kinerja yang baik dalam
jangka panjang. Budaya yang kuat artinya seluruh pegawai memiliki
satu persepsi yang sama dalam mencapai tujuan organisasi. Kesatuan
persepsi didasarkan pada kesamaan nilai yang diyakini, norma yang
dijujung tinggi, dan pola perilaku yang di taati (Marwan, 2019).
C. Pentingnya Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di
dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan
dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung
tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati
sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat
dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja (Meutia & Husada, 2019).
Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, juga akan
menjadi penentu sukses perusahaan. Sehingga budaya organisasi
memiliki dampak yang berarti terhadap kinerja karyawan yang
menentukan keberhasilan dan kegagalan perusahaan. Sedangkan
kinerja merupakan peranan yang sangat penting, karena tanpanya
organisasi hanya merupakan sekumpulan aktivitas tanpa tujuan.
Budaya organisasi dipahami sebagai seperangkat nilai, kepercayaan,
dan pemahaman yang penting sama-sama dimiliki oleh para anggota
yang berpengaruh terhadap pola kerja serta pola manajemen
organisasi (Nisa et al., 2018).
Secara teoritis budaya organisasi berpengaruh terhadap
kinerja, kinerja dalam hal ini diartikan sebagai suatu tingkat proses yang
dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dan tujuan individu
sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan
organisasi dapat bertemu. Sedangkan kepuasan kerja dianggap
sebagai variabel yang sangat penting dalam hubungan dengan budaya
organisasi, oleh karena itu kepuasan kerja diartikan sebagai cermin
perasaan seseorang terhadap pekerjaannya mengenai selisih antara
banyaknya ganjaran yang diterima dan banyaknya yang diyakini
seharusnya diterima, serta segala sesuatu yang dihadapi dalam
lingkungan kerja. Budaya sangat berpengaruh terhadap perilaku
organisasi, karena budaya dapat menimbulkan kebiasaan yang bisa
berlangsung terus-menerus dalam sebuah organisasi (Kondalkar,
2007).
Beach (1993:12) menyatakan: In short, the culture is the essence
of what is important to the organization. As such, it prescribes and
proscribes activities and it defines the do’s and don’ts that govern te
behavior of its members”. Jelas bahwa budaya mengandung inti yang
penting dalam mengatur perilaku anggota organisasi tentang apa yang
boleh atau tidak boleh dilakukannya. Dengan demikian dapat dikatakan
budaya sebagai suatu pedoman yang dipakai dalam menjalankan
aktivitas organisasi.
Pada hakekatnya setiap perusahaan mengembangkan budaya
organisasi, yang selain untuk mengatasi permasalahan integrasi
internal, juga untuk adaptasi eksternal. Budaya menjalankan sejumlah
fungsi dalam organisasi. Robbins dan Judge (2013:516)
mengemukakan lima fungsi budaya dalam organisasi, yaitu:
1. Budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas, budaya
menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan lain;
2. Budaya memberikan rasa identitas ke anggota-anggota organisasi;
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih
luas daripada kepentingan diri pribadi seseorang;
4. Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem sosial. Budaya
merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan
organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat
mengenai apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para
karyawan;
5. Budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan
mekanisme pengendali yang memandu dan membentuk sikap serta
perilaku karyawan.
Setiap organisasi memiliki nilai-nilai budayanya sendiri yang
spesifik. Budaya memainkan peran penting dalam organisasi
(Greenberg & Baron, 2008: 548-549), yaitu:
1. Culture provides a sense of identity. Semakin jelas nilai-nilai dan
persepsi-persepsi yang dimiliki suatu organisasi didefinisikan,
semakin kuat orang dapat mengasosiasikan dengan misi
organisasinya dan merasa suatu bagian vital darinya.
2. Culture generates commitment to the organization’s mission.
Orang tidak lagi berpikir untuk kepentingan-kepentingan dirinya
sendiri, tetapi merasa bahwa mereka adalah bagian dari organisasi
dan melibatkan dirinya dalam keseluruhan kerja organisasi.
3. Culture clarifies and reinforces standard of behavior. Budaya
menuntun perkataan dan perbuatan karyawannya, membuat jelas
apa yang mereka harus lakukan dan katakan dalam situasi tertentu,
yang secara khusus berguna bagi pendatang baru dalam organisasi.

D. Karakteristik Budaya Organisasi


Budaya organisasi sebagai sistem nilai yang dianut dan dimiliki
secara bersama anggotanya memiliki tujuh karaktirstik (Robbins &
Judge, 2013: 512-513; Robbins & Coulter, 2002: 59), antara lain:
1. Inovasi dan pengambilan risiko, yaitu sejauh mana para karyawan
didorong agar inovatif dan mengambil risiko;
2. Perhatian terhadap detail, sejauh mana para karyawan diharapkan
memperlihatkan presisi (kecermatan), analisis dan perhatian
terhadap detail;
3. Orientasi hasil, sejauh mana manajemen memusatkan perhatian
pada hasil, bukan pada teknik dan proses yang digunakan untuk
mencapai hasil tersebut;
4. Orientasi orang, sejauh mana keputusan manajemen
memperhitungkan dampak hasil-hasil pada orang-orang di dalam
organisasi itu;
5. Orientasi tim, sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan berdasar
tim, bukannya berdasar individu;
6. Keagresifan, sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan
bukannya santai-santai dan
7. Kemantapan, sejauh mana kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo bukannya pertumbuhan.
Luthans (2013: 72) mengatakan budaya organisasi memiliki
beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Keteraturan perilaku yang teramati. Ketika peserta organisasi
berinteraksi dengan orang lain, mereka menggunakan bahasa,
terminologi, dan ritual umum yang berkaitan dengan rasa hormat
dan sopan.
2. Norma. Standar perilaku yang ada, termasuk panduan tentang
berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
3. Nilai dominan. Ada beberapa nilai utama yang dianjurkan oleh
organisasi dan diharapkan para peserta untuk berbagi. Contoh
tipikal adalah kualitas produk yang tinggi, low absenteeism, dan
efisiensi tinggi.
4. Filsafat. Ada kebijakan yang mengemukakan keyakinan
organisasi tentang bagaimana caranya karyawan atau
pelanggan harus diperlakukan.
5. Aturan. Ada pedoman ketat terkait untuk bergaul dalam
organisasi. Pendatang baru harus mempelajari “tali” tersebut
agar bisa diterima sebagai anggota kelompok yang lengkap.
6. Iklim organisasi. Ini adalah keseluruhan “perasaan” yang
disampaikan secara fisik, tata letak, cara peserta berinteraksi,
dan cara anggota organisasi memperlakukan diri mereka dengan
pelanggan atau orang luar lainnya.

E. Menciptakan dan Mempertahankan Budaya Organisasi


Penciptaan budaya terjadi dalam tiga cara sebagaimana
dikemukakan oleh Robbins dan Judge (2013: 519) yaitu : Pertama,
pendiri menyewa dan hanya mempertahankan karyawan yang berpikir
dan merasakan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Kedua,
mereka mengindoktrinasi dan mensosialisasikan karyawan ini pada
cara berpikir dan perasaan mereka. Ketiga, perilaku pendirinya sendiri
mendorong karyawan untuk mengidentifikasi mereka dan mereka
menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi mereka. Ketika
organisasi berhasil, kepribadian para pendiri menjadi tertanam dalam
budaya.
Robbins dan Judge (2013: 519), mengatakan terdapat tiga hal
yang berperan penting dalam mempertahankan budaya organisasi:
1. Proses Seleksi Karyawan
Dalam proses ini organisasi berupaya untuk mengidentifikasi
para calon-calon karyawan yang akan direkrut oleh organisasi,
biasanya akan terdapat lebih dari satu calon yang dapat
teridentifikasi. Individu-individu yang akan direkrut diidentifikasi
dalam hal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan agar berhasil
dalam menjalankan pekerjaan dalam perusahaan. Dalam hal lebih
dari satu calon yang teridentikasi untuk menjadi karyawan dalam
perusahaan tersebut, maka keputusan akhir adalah mengenai sejauh
mana kecocokan dari calon tersebut dengan nilai-nilai yang pada
intinya selaras dengan nilai-nilai budaya organisasi perusahaan.
Demikan juga dengan calon karyawan, dalam proses seleksi
memberikan gambaran mengenai nilai-nilai budaya organisasi
perusahaan yang akan dimasuki. Apabila calon tersebut merasa
kurang cocok, maka yang bersangkutan akan mundur teratur dari
persaingan.
2. Manajemen Puncak
Peran yang tak kalah pentingnya dalam memelihara dan
mempertahankan budaya organisasi adalah manajemen puncak.
Tindakan dan perilaku manajemen puncak sangat berpengaruh
terhadap budaya organisasi. Para bawahan dan eksekutif senior
menjadikan manajemen puncak sebagai standard dan acuan dalam
mereka berperilaku dalam organisasi serta memantapkan norma-
norma yang terkait dalam organisasi terkair sejauh mana
pengambilan resiko diharapkan, seberapa banyak kebebasan yang
harus diberikan oleh para manajer senior kepada para karyawan,
pakaian apa yang pantas, promosi dan lain sebagainya.
3. Sosialisasi
Setiap karyawan baru tidak serta merta mengerti, memahami
dan mampu beradaptasi dengan budaya organisasi secara
keseluruhan. Oleh sebab itu perusahaan wajib memberikan
sosialisasi dan doktrinisasi kepada karyawan tersebut untuk dapat
memahami secara detail tentang budaya organisasi dari perusahaan
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di
dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan
dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung
tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati
sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat
dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.
Budaya sangat berpengaruh terhadap perilaku organisasi,
karena budaya dapat menimbulkan kebiasaan yang bisa berlangsung
terus-menerus dalam sebuah organisasi.

B. Saran
Selain menciptakan dan mempertahankan budaya organisasi,
pembaca juga harus mengetahui terkait bagaimana meningkatkan
kualitas budaya organisasi. Beberapa rekomendasi upaya yang dapat
dilakukan antara lain menetapkan visi dan misi bersama, menciptakan
komunikasi yang efektif, menanamkan toleransi dalam organisasi,
evaluasi penilaian kinerja secara berkala, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Beach, Lee Roy (1993), Making The Right Decision Organizational
Culture, Vision and Planning. United States of America: Prentice-Hall
Inc.
Carvalho, C. R. S. ., Rivera, M., Da Silva, L., & Carvalho, L. O. . (2018).
The relationship between organizational culture, organizational
commitment and job satisfaction. Revista Brasileira de Estratégia,
11(2), 201–215. https://doi.org/10.7213/rebrae.11.002.AO02
Greenberg, J. & Baron, R. A. 2008. Behavior in Organizations. Ninth
Edition. Pearson Prentice Hall. New Jersey.
James L. Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., Donnelly, Jr., Konopaske, R.
2012. Organizations: Behavior, Structure, Processes. Fourteenth
Edition. McGraw-Hill. New York.
Kondalkar, V. . (2007). Organizational Behaviour. In New Age International
Publishers. New Age International Publishers.
Luthans, F. 2013. Organizational Behavior: An Evidence-Based Approach.
Twelfth Edition. McGraw-Hill/Irwin: New York.
Marwan. (2019). Pengaruh Budaya Dan Perilaku Organisasi Marwan
Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar Bima Pengaruh
Budaya Dan Perilaku Organisasi Terhadap Kinerja Aparatur Sipil
Negara ( Asn ) Di. Universitas Negeri Makassar, 5–10.
Meutia, K. I., & Husada, C. (2019). Pengaruh Budaya Organisasi dan
Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Riset
Manajemen dan Bisnis (JRMB), 4(1), 119–126.
Nisa, D. K., Santoso, B., & Azhad, M. N. (2018). Pengaruh Budaya
Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) terhadap
Kinerja Pegawai Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husada Jember.
International Journal of Social Science and Business, 2(3), 108.
https://doi.org/10.23887/ijssb.v2i3.16219
Paais, M., & Pattiruhu, J. R. (2020). Effect of Motivation, Leadership, and
Organizational Culture on Satisfaction and Employee Performance.
Journal of Asian Finance, Economics and Business, 7(8), 577–588.
https://doi.org/10.13106/JAFEB.2020.VOL7.NO8.577
Robbins, S. P. and Coulter, M. 2002. Management. Seventh Edition.
Prentice Hall, Pearson Education, Inc. New Jersey.
Robbins, S. P. & Judge, T. A. 2013. Organizational Behavior. Fifteenth
Edition, Pearson. Boston.
Tewal, B., Adolfina, Pandowo, M. C. ., & Tawas, H. N. (2017). Perilaku
Organisasi. In CV. Patra Media Grafindo Bandung (1 ed.). CV. Patra
Media Grafindo Bandung.

Anda mungkin juga menyukai