Anda di halaman 1dari 11

Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

BAB 1
KONSEP BUDAYA ORGANISASI

Pengertian Budaya Organisasi.


Organisasi merupakan hal yang tidak mungkin terlepas dari kehidupan bermasyarakat. Dalam
organisasi tersebut tidak mungkin juga terlepas dari ikatan budaya yang ada dalam
organisasi. Ikatan budaya yang tercipta dalam organisasi tersebut dapat tercipta dan dibentuk
oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam organisasi bangsa, bisnis maupun bangsa.
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota
yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna
bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.

terdapat beberapa istilah lain dari istilah budaya seperti budaya organisasi (organization
culture) atau budaya kerja (work culture) ataupun biasa lebih dikenal lebih spesifik lagi
dengan istilah budaya perusahaan (corporate culture). Sedangkan dalam dunia pendidikan
dikenal dengan istilah kultur pembelajaran sekolah (school learning culture) atau Kultur
akademis (Academic culture)

Sebagian para ahli seperti Stephen P. Robbins, Gary Dessler (1992) dalam bukunya yang
berjudul “Organizational Theory” (1990), memasukan budaya organisasi kedalam teori
organisasi. Sementara Budaya perusahaan merupakan aplikasi dari budaya organisasi dan
apabila diterapkan dilingkungan manajemen akan melahirkan budaya manajemen. Budaya
organisasi dengan budaya perusahan sering disaling tukarkan sehingga terkadang dianggap
sama, padahal berbeda dalam penerapannya.

Pada hakikatnya, budaya organisasi memiliki nilai baik bagi kemajuan suatu organisasi
dimana budaya organisasi merupakan salah satu perangkat manajemen untuk mencapai
tujuan organisasi. Namun, budaya organisasi bukan merupakan cara yang mudah bagi suatu
organisasi untuk memperoleh keberhasilan, dibutuhkan strategi yang dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu andalan daya saing organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa budaya
organisasi merupakan sebuah konsep sebagai salah satu kunci keberhasilan suatu organisasi
dalam mencapai tujuannya.

Secara etimologis, budaya organisasi terdiri dari dua kata, yakni budaya dan organisasi,
sehingga untuk lebih memperjelas pengetian dari budaya organisasi, sebaiknya kita harus
memami pengertian dari budaya dan organisasi itu sendiri.

Dalam kehidupan kita sehari-hari kita begitu banyak mengenal yang namanya organisasi,
apakah itu organisasi milik negara atau organisasi milik masyarakat. Kalau dilihat dari sifat
dan aplikasi organisasi dalam kehidupan sehari-hari bisa kita terjemahkan pengertian
oragnisasi tersebut kedalam dua kelompok. Pertama, organisasi yang bersifat statis, yaitu
Organisasi sebagai wadah atau wahana untuk mencapai tujuan secara bersama-sama dan
juga dilakukan secara bersama-sama dengan konsep harus ada pembagian tugas yang jelas
kepada setiap anggota, ada pembagian wewenang dan tanggungjawab, ada hubungan dan
tata kerjanya. Kedua, organisasi yang bersifat dinamis, dalam hal ini pengertian organisasi
dilihat dari sudut dinamikanya, aktifitas atau tindakan dari pada tata hubungan yang terjadi
dalam organisasi itu, baik yang bersifat formal maupun informal. Misalnya hubungna antara

1
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

atasan dan bawahan, berhasil atau tidaknya suatu tujuan yang hendak dicapai dalam
organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor kemanusian (atasan bawahan).

Manusia sebagai makhluk sosial dalam kesehariannya selalu berada dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu. Kelompok-kelompok tersebut bisa berupa kelompok rumah tangga,
tempat kerja, kelompok sosial, kelompok usaha dan sebagainya, dan setiap kelompok
tersebut memiliki beberapa cirri, diantaranya ; 1). Bergerak dalam suatu bidang tertentu, 2).
Mempunyai tujuan-tujuan tertentu, 3). Mempunyai tata cara dan prosedur kegiatan tertentu,
4). Memilik satu atau lebih pemimpin, 5). Memiliki anggota yang jelas, 6). Memiliki uang atau
sumber dana. 7). Memiliki sarana tempat berkumpul.
Dari beberapa ciri-ciri yang dikemukan diatas diketahui bahwa manusia pada dasarnya selalu
berada dalam lingkungan dan lingkaran organisasi. Dan beberapa ahli mendefinisikan
organisasi tersebut sebagai berikut :
1. Sondang Siagian mendefenisikan organisasi itu sebagai suatu bentuk perserikatan
manusia yang mempunyai tujuan tertentu.
2. Abdul Gani, mendefinisikan organisai sebagai suatu mekanisme atau struktur yang
memungkinkan setiap yang memiliki hidup dan kehidupan bekerja secara efektif.
Organisasi adalah susunan manusia, peralatan dan fasilitas dalam suatu wadah
pengaturan tertentu unutk mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditentukan.
3. Menurut Mc. Farland, organisasi adalah “ an organization is an identitifiable group of
people contributing their efforts towards the attainment of goals ” sebuah organisasi
adalah suatu kelompok manusia yang dapat dikenal yang menyumbangkan usahanya
terhadap tercapainya suatu tujuan.
4. Menurut Dimoc, organisasi adalah : “ Organization is the systematic bringing together of
interpedently part to form a unified whole through which authority, coordination and control
may be exercised to archive a given purpose ” Organisasi adalah perpaduan secara
sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk
membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan
dalam usaha yang telah ditentukan.

Dari beberapa pengertian dan definisi organisasi yang dikemukan, bisa ditarik kesimpulan
bahwa organisasi merupakan wadah untuk manusia berkumpul dan berkelompok dalam
mewujudkan dan mencapai tujuan yang sama, dan dilakukan secara bersama-sama. Dalam
mencapai tujuan dari organisasi melalui suatu jenjang kepangkatan & pembagian. Adapun
unsur-unsur organisasi, adalah :
1. Kumpulan orang
2. Kerjasama
3. Tujuan Bersama
4. Sistem Koordinasi
5. Pembagian tugas dan tanggung jawab
6. Sumber daya organisasi.

Budaya yang membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan
bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat
menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau
bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan
dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara
keseluruhan.

2
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
1. Menurut Robbins (1999 : 282) semua organsasi mempuyai budaya yang tidak tertulis
yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima dengan baik maupun
tidak untuk para karyawan. Dan proses akan berjalan beberapa bulan, kemudian setelah
itu kebanyakan karyawan akan memahami budaya organiasi mereka seperti, bagaimana
berpakaian untuk kerja dan lain sebagainya
2. Gibson (1997 : 372) mendefinisikan budaya organisasi sebagai sistem yang menembus
nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada disetiap organisasi. Kultur organisasi dapat
mendorong atau menurunkan efektifitas tergantung dari sifat nilai-nilai, keyakinan dan
norma-norma yang dianut
3. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya
organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi
dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
4. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya
organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola
tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
5. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang
dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
6. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh
organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang
mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi.
Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu
cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
7. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan
berperilaku.

Dari beberapa pengertian dan definisi yang dikemukan diatas, maka budaya adalah suatu set
nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengertian & cara berpikir yang dipertemukan
oleh para anggota organisasi & diterima oleh anggota baru. Adapun Unsur-unsur Budaya,
yaitu :
1. Ilmu Pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Seni
4. Moral
5. Hukum
6. Adat-istiadat
7. Perilaku/kebiasaan (norma) masyarakat
8. Asumsi dasar
9. Sistem Nilai
10. Pembelajaran / Pewarisan
11. Masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal

3
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

Elemen Budaya Organisasi


Budaya organisasi terdiri dari dua elemen pokok yaitu elemen yang bersifat idealistik dan
elemen yang bersifat behavioral (Sobirin, 2007: 152).
1. Elemen Idealistik
Dikatakan idealistik karena elemen ini menjadi ideologi organisasi yang tidak mudah
berubah walaupun disisi lain organisasi secara natural harus selalu berubah dan
beradaptasi dengan lingkungannya. Elemen ini bersifat terselubung (elusive), tidak
tampak ke permukaan (hidden), dan hanya orang-orang tertentu saja yang tahu apa
sesungguhnya ideologi mereka dan mengapa organisasi tersebut didirikan (Sobirin,
2007: 153). Elemen idealistik melekat pada diri pemilik dalam bentuk doktrin,
falsafah hidup, atau nilai-nilai individual para pendiri atau pemilik organisasi biasanya
dinyatakan secara formal dalam bentuk pernyataan visi dan misi organisasi (Sobirin,
2007: 153).
2. Elemen Behavioral
Elemen yang kasat mata, muncul ke permukaan dalam bentuk perilaku sehari-hari
para anggotanya dan bentuk-bentuk lain seperti desain dan arsitektur organisasi, elemen
ini mudah diamati, dipahami, dan diinterpretasikan meskipun kadang tidak sama dengan
interpretasi dengan orang yang terlibat langsung dalam organisasi. Cara paling
mudah mengidentifikasi budaya organisasi adalah dengan mengamati bagaimana
para anggota organisasi berperilaku dan kebiasaan yang mereka lakukan (Sobirin,
2007: 156).

Kedua elemen antara elemen idealistik dan elemen behavioral bukan elemen yang terpisah.
Seperti dikatakan Jacono keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
sebab keterkaitan kedua elemen itulah yang membentuk budaya, hanya saja elemen
behavioral lebih rentan terhadap perubahan karena bersinggungan langsung
dengan lingkungan eksternal organisasi, sedangkan elemen idealistik jarang mengalami
perubahan karena letaknya terselubung. Dibawah ini adalah gambaran tentang tingkat
sensitif masing-masing elemen budaya organisasi terhadap kemungkinan terjadinya
perubahan oleh Rousseau (Sobirin, 2007: 156-157).

Tingkatan Budaya Organisasi


Dalam mempelajari budaya organisasi ada beberapa tingkatan budaya dalam sebuah
organisasi,, dari yang terlihat dalam perilaku (puncak) sampai pada yang tersembunyi. Schein
(dalam Mohyi 1996: 85) mengklasifikasikan budaya organisasi dalam tiga kelas, antara lain :
1. Artefak
Artefak merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, perilaku, dan fisik
dalam manifestasi nyata dari budaya organisasi
2. Nilai-nilai yang mendukung
Nilai adalah dasar titik berangka evaluasi yag dipergunakan anggota organisasi untuk
menilai organisasi, perbuatan, situasi dan hal-hal lain yag ada dalam organisasi
3. Asumsi dasar
Adalah keyakinan yang dimiliki anggota organisasi tentang diri mereka sendiri, tentang
orang lain dan hubungan mereka dengan orang lain serta hakekat organisasi mereka

4
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

Sementara Lundberg (dalam Mohyi, 1999:196) dalam studinya yang melanjutkan penelitian
(pendapat) Schein dan menjadikan tingkatan budaya organisasi sebagai topik utama
mengklasifikasikan budaya organisasi dalam empat kelas, yaitu :
1. Artefak
Artefak merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, perilaku, dan fisik
dalam manifestasi nyata dari budaya organisasi
2. Perspektif
Perspektif adalah aturan-aturan dan norma yang dapat diaplikasikan dalam konteks
tertentu, misalnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, cara anggota
organisasi mendefinisikan situasi-siatuasi yang muncul. Biasanya anggota menyadari
perspektif ini.
3. Nilai
Nilai ini lebih abstrak dibanding perspektif, walaupun sering diungkap dalam filsafat
organisasi dalam menjalankan misinya
4. Asumsi
Asumsi ini seringkali tidak disadari lebih dalam dari artefak, perspektif dan nilai

Sumber-Sumber Budaya Organisasi


Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya
organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat
dikendalikan oleh organisasi.
2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya
kesopansantunan dan kebersihan.
3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah
eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian
yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi
tumbuhnya budaya organisasi.

Fungsi Budaya Organisasi


Menurut Robbins (1996), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri individual seseorang.
4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan
memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.

5
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

Dimensi-Dimensi Budaya Organisasi


Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi ni mempengaruhi perilaku
yang mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidak sepakatan atau bahkan konflik (Erly,
1993, dalam Gibson, 1996). Gibson (1996) menyebutkan 7 dimensi budaya, yaitu hubungan
manusia dengan alam, individualisme versus kolektivisme, orientasi waktu, orientasi aktivitas,
informalitas, bahasa dan kepercayaan.

Sedangkan dimensi-dimensi yang digunakan untuk membedakan budaya organisasi, menurut


Robbins (1996) ada tujuh karakteristik primer yang secara bersama-sama menangkap hakikat
budaya organisasi, yaitu:
1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana para karyawan didorong untuk inovatif
dan berani mengambil resiko.
2. Perhatian ke hal yang rinci. Sejauh mana para karyawan diharapkan mau
memperlihatkan kecermatan, anaisis dan perhatian kepada rincian.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen fokus pada hasil, bukan pada teknik dan
proses yang digunakan untuk mendapatkan hasil itu.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil dari
orang-orang di dalam organisasi itu.
5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan dalam tim-tim kerja,
bukannya individu-individu.
6. Keagresifan. Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif, bukan bersantai.
7. Kemantapan. Sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankanya status
quo sebagai lawan dari pertumbuhan atau inovasi.

Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran
majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan
pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan
diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku.

Faktor Terbentuknya Budaya Organisasi


Budaya organisasi merupakan nilai-nilai dan keyakinan yang dipegang oleh sebuah
organisasi dari sejak organisasi tersebut terbentuk, tumbuh, dan berkembang. Apa yang
dirasakan, dialami oleh setiap organisasi dari mulai mereka membangun bisnisnya hingga
kesuksesannya bahkan juga tidak terkecuali kegagalan yang pernah dialaminya, membangun
sebuah budaya dalam organisasi. Sebuah organisasi akan menemukan bahwa dari sekian
tahun perjalanan bisnisnya, banyak hal yang kemudian dapat dijadikan nilai-nilai dan norma
yang dapat dipegang teguh oleh organisasi untuk meraih sukses dalam jangka panjang.

Berdasarkan pemahaman di atas, faktor yang menentukan terbentuknya budaya organisasi


adalah pengalaman yang dijalani oleh organisasi itu sendiri. Pengalaman bisa berupa
kesuksesan maupun kegagalan. Kesuksesan bisa disebabkan karena adanya konsep bisnis
yang tepat, pendekatan manajemen yang terbaik, dan lain-lain. Sebaliknya, kegagalan dapat
disebabkan oleh ketidaktepatan konsep bisnis yang dijalankan, Pendekatan manajemen
yang buruk, atau bahkan mungkin faktor lingkungan eksterr P tidak sangguP diantisipasi oleh
organisasi. Fase-fase kesuksesan dan kegagalan yang dari dasarnya menentukan bagaimana
budaya organisasi terbentuk dan diyakini kemudianoleh organisasi tersebut sebagai sebuah
konsep norma dan nilai yang telah dan mempengaruhi keseluruhan cara kerja organisasi.

6
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

Menurut Vijay Sathe terbentuknya budaya organisasi dapat dilihat dari asumsi dasar yang
diterapkan dalam suatu organisasi yang membagi “Sharing Assumption”. Sharing berarti
berbagi nilai yang sama atau nilai yang sama dianut oleh sebanyak mungkin warga
organisasi. Asumsi nilai yang berlaku sama ini dianggap sebagai faktor-faktor yang
membentuk budaya organisasi yang dapat dibagi menjadi :
1. Share thing, misalnya pakaian seragam seperti pakaian Korpri untuk PNS, batik PGRI
yang menjadi ciri khas organisasi tersebut.
2. Share saying, misalnya ungkapan-ungkapan bersayap, ungkapan slogan, pemeo seprti
didunia pendidikan terdapat istilah Tut wuri handayani, Baldatun thoyibatun wa robbun
ghoffur diperguruan muhammadiyah.
3. Share doing, misalnya pertemuan, kerja bakti, kegiatan sosial sebagai bentuk aktifitas
rutin yang menjadi ciri khas suatu organisasi seperti istilah mapalus di Sulawesi, nguopin
di Bali.
4. Share feeling, turut bela sungkawa, aniversary, ucapan selamat, acara wisuda
mahasiswa dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut pendapat dari Bennet bahwa budaya organisasi harus diarahkan pada
penciptaan nilai (Values) yang pada intinya faktor yang terkandung dalam budaya organisasi,
harus mencakup faktor-faktor antara lain : Keyakinan, Nilai, Norma, Gaya, Kredo dan
Keyakinan terhadap kemampuan pekerja, dan ntuk mewujudkan tertanamnya budaya
organisasi tersebut harus didahului oleh adanya integrasi atau kesatuan pandangan barulah
pendekatan manajerial yang bisa dilaksanakan antara lain berupa :
1. Menciptakan bahasa yang sama dan warna konsep yang muncul.
2. Menentukan batas-batas antar kelompok.
3. Distribusi wewenang dan status.
4. Mengembangkan syariat, tharekat dan ma’rifat yang mendukung norma kebersamaan.
5. Menentukan imbalan dan ganjaran
6. Menjelaskan perbedaan agama dan ideologi.

Selain share assumption dari Sathe, faktor value dan integrasi dari Bennet ada beberapa
faktor pembentuk budaya organisasi lainnya dari hasil penelitian David Drennan selama
sepuluh tahun telah ditemukan dua belas faktor pembentuk budaya organisasi
/perusahaan/budaya kerja/budaya akdemis ( Republika, 27 Juli 1994) yaitu :
1. Pengaruh dari pimpinan /pihak yayasan yang dominan
2. Sejarah dan tradisi organisasi yang cukup lama.
3. Teknologi, produksi dan jasa
4. Industri dan kompetisinya/ persaingan.
5. Pelanggan/stakehoulder
6. Harapan perusahaan/organisasi
7. Sistem informasi dan kontrol
8. Peraturan dan lingkungan perusahaan
9. Prosedur dan kebijakan
10. Sistem imbalan dan pengukuran
11. Organisasi dan sumber daya
12. Tujuan, nilai dan motto

7
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

Proses Terbentuknya Budaya Organisasi


Budaya suatu organisasi tidak muncul begitu saja dari suatu kehampaan. Pembentukan
budaya organisasi terjadi tatkala anggota organisasi belajar menghadapi masalah, baik
masalah-masalah yang menyangkut perubahan eksternal maupun masalah internal yang
menyangkut persatuan dan keutuhan organisasi.

Filsafat pendiri organisasi merupakan sumber utama sebuah budaya organisasi. Artinya para
pendiri organisasi secara tradisional mempunyai dampak yang penting dalam pembentukan
budaya awal organisasi. Mereka memiliki visi & misi mengenai bagaimana bentuk organisasi
tersebut seharusnya.
Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Seseorang mempunyai gagasan untuk mendirikan organisasi.
Ia menggali dan mengarahkan sumber-sumber baik orang yang sepaham dan setujuan
dengan dia (SDM), biaya dan teknologi.
2. Mereka meletakan dasar organisasi berupa susunan organisasi dan tata kerja.
Contoh: Ray Kroc dengan McDonald-nya. Sejak dirintis pada tahun 1955 sampai dengan
abad 21 ini, pegawai McDonald seolah masih “diawasi” Kroc dengan prinsip-prinsip dasar
organisasinya. Misalkan komitmen terhadap kualitas pelayanan, kebersihan & nilai. Juga
penggunaan bumbu & peralatan yang baik, kebersihan kamar mandi, dan jangan
kompromi. Inilah filosofi pendiri penjual hamburger, fries & shakes yang masih diikuti sbg
pedoman manajemen.
Budaya organisasi terbentuk melalui beberapa tahap-tahap sosialisasi secara sistematis
sebagai berikut :
1. Tahap kedatangan
Kurun waktu pembelajaran dalam proses sosialisasi yang terjadi sebelum seorang
anggota (civitas) baru bergabung dengan organisasi itu. Mereka datang dengan
serangkaian nilai, sikap dan perilaku yang telah dimiliki sebelumnya. Disinalah muncul
heteroginitas budaya.
2. Tahap orientasi
Tahap dalam proses sosialisasi dimana seorang anggota (civitas) baru menaksirkan
seperti apa sebenarnya organisasi itu dan menghadapi kemungkinan bahwa harapan
dan kenyataan dapat berbeda. Pada tahap ini, sering terjadi konflik antara persepsi
semula dengan realitas yang mereka temukan pada organisasi yang baru mereka masuki.
Mereka dituntut untuk menyelesaikan berbagai problem tersebut selama masa orientasi
berlangsung.
3. Tahap metamorfosis
Tahap dalam proses sosialisasi di mana seorang anggota (civitas) baru menyesuaikan diri
pada norma dan nilai kelompok kerjanya. Mereka sudah bisa menghayati dan menerima
norma-norma organisasi dan kelompok kerja mereka. Disinilah suatu organisasi akan
menerima hasil dari proses sosialisasi yang berupa produktivitas, komitmen dan
perputaran. Setelah suatu budaya terbentuk, para anggota dan segala praktik-praktik di
dalam organisasi tersebut bertindak untuk mempertahankannya dengan memberikan
kepada para anggotanya seperangkat pengalaman yang berisi penghargaan (reward) dan
hukuman (punishment).

8
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

Proses seleksi, criteria evaluasi kerja, praktek ganjaran keefektifan dan pengembang karier,
dan prosedur promosi memastikan bahwa mereka yang dipekerjakan cocok dalam bidang itu,
member imbalan bagi mereka yang mendukungnya, dan menghukum (dan bahkan memecat)
mereka yang menentangnya.

Ketiga tahap tersebut memiliki kekuatan untuk memainkan peranan sangat penting dalam
mempertahankan suatu budaya : praktek seleksi sebagai pintu masuk para anggota baru,
tindakan manajemen puncak sebagai pemegang kendali dalam mewujudkan budaya
organisasi, dan metode sosialisasi sebagai sarana perwujudan komitmen para anggota,
produktivitas kerja anggota dan perputaran kerja (komunitas).

Tipologi Budaya Organisasi


Menurut Sonnenfeld dari Universitas Emory (Robbins, 1996 :290-291), ada empat tipe
budaya organisasi :
1. Akademi, Perusahaan suka merekrut para lulusan muda universitas, memberi mereka
pelatihan istimewa, dan kemudian mengoperasikan mereka dalam suatu fungsi yang
khusus. Perusahaan lebih menyukai karyawan yang lebih cermat, teliti, dan mendetail
dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah.
2. Kelab, Perusahaan lebih condong ke arah orientasi orang dan orientasi tim dimana
perusahaan memberi nilai tinggi pada karyawan yang dapat menyesuaikan diri dalam
sistem organisasi. Perusahaan juga menyukai karyawan yang setia dan mempunyai
komitmen yang tinggi serta mengutamakan kerja sama tim.
3. Tim Bisbol, Perusahaan berorientasi bagi para pengambil resiko dan inovator,
perusahaan juga berorientasi pada hasil yang dicapai oleh karyawan, perusahaan juga
lebih menyukai karyawan yang agresif. Perusahaan cenderung untuk mencari orang-
orang berbakat dari segala usia dan pengalaman, perusahaan juga menawarkan insentif
finansial yang sangatbesar dan kebebasan besar bagi mereka yang sangat berprestasi.
4. Benteng. Perusahaan condong untuk mempertahankan budaya yang sudah baik.
Menurut Sonnenfield banyak perusahaan tidak dapat dengan rapi dikategorikan dalam
salah satu dari empat kategori karena merek memiliki suatu paduan budaya atau karena
perusahaan berada dalam masa peralihan.

Karakteristik Budaya Organisasi


Ada beberapa karakteristik budaya organisasi yang perlu mendapatkan perhatian dari
perusahaan, antara lain:
1. Kepemimpinan. Pengertian kepemimpinan yaitu sebagai proses mempengaruhi segala
aktivitas ke arah pencapaian suatu tujuan organisasi. Kepemimpinan seorang pemimpin
diharapkan dapat menjadikan perubahan ke arah yang lebih baik yaitu perubahan pada
budaya kerja sebuah organisasional. Perubahan budaya kerja yang slow down
diharapkan dapat diubah dengan budaya produktif karena pengaruh kepemimpinan
atasan yang lebih mengutamakan pada otonomi atau kemandirian para anggota.
Diharapkan pula adanya otonomi tersebut dapat menjadikan para anggotanya menjadi
lebih inovatif dan kreatif, dalam pengambilan keputusan dan kerja sama. Kepemimpinan
memegang peranan penting dalam budaya organisasi, terutama pada organisasi yang
budaya organisasinya lemah.

9
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

2. Inovasi.Dalam mengerjakan tugas-tugas, organisasi lebih berorientasi pada pola


pendekatan ”pakai tradisi yang ada” dan memakai metode-metode yang teruji atau
pemberian keleluasaan kepada anggotanya untuk menerapakan cara-cara baru melalui
eksperimen.
3. Inisiatif individu. Inisiatif individu meliputi tanggung jawab, kebebasan, dan
independensi dari masing-masing anggota organisasi, yaitu kewenangan dalam
menjalankan tugas dan seberapa besar kebebasan dalam mengambil keputusan.
4. Toleransi terhadap resiko. Dalam budaya organisasi manusia didorong untuk lebih
agresif, inovatif, dan mampu dalam menghadapi resiko di dalam pekerjaannya.
5. Pengarahan yaitu kejelasan organisasi dalam menentukan sasaran dan harapan
terhadap sumber daya manusia atas hasil kerjanya. Harapan dapat dituangkan dalam
bentuk kuantitas, kualitas, dan waktu penyelesaian.
6. Integrasi. Integrasi di sini adalah bagaimana unit-unit di dalam organisasi didorong untuk
menjalankan kegiatannya dalam satu koordinasi yang baik, yaitu seberapa jauh
keterkaitan dan kerja sama di tekankan dan seberapa dalam rasa saling ketergantungan
antar sumber daya manusia ditanamkan.
7. Dukungan manajemen. Seberapa baik manajer memberikan komunikasi yang jelas,
bantuan, dan dukungan terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugas.
8. Pengawasan. Meliputi peraturan-peraturan dan supervise langsung yang digunakan oleh
manajeman untuk melihat secara keseluruhan perilaku anggota organisasi.
9. Identitas adalah pemahaman anggota organisasi yang memihak kepada organisasinya
secara penuh. Misalnya, seseorang anggota organisasi yang dibangunkan dari tidurnya
dan ditanya siapa dirinya? Maka jika dia menjawab “saya adalah anggota organisasi X,”
berarti dia telah menjadikan organisasi tersebut sebagai bagian dari identitas dirinya.
10. Sistem penghargaan. Sistem penghargaan berbicara tentang alokasi “reward”(biasanya
dikaitkan dengan kenaikan gaji dan promosi) sesuai kinerja karyawan.
11. Toleransi terhadap konflik. Adanya usaha mendorong karyawan untuk kritis terhadap
konflik yang terjadi. Jika toleransinya tinggi, maka perdebatan dalam pertemuan adalah
wajar. Tetapi jika perusahaan toleransi konfliknya rendah, maka karyawan akan
menghindari perdebatan dan akan menggerutu di belakang.
12. Pola komunikasi. Maksud dari pola komunikasi di sini adalah komunkasi yang terbatas
pada hirarki formal dari setiap organisasi.

Kedua belas karakteristik di atas dapat menjadi ukuran bagi setiap perusahaan untuk
mencapai sasarannya dan menjadi ukuran bagi karyawan dalam manilai perusahaan tempat
mereka bekerja. Misalnya, dukungan manajeman merupakan ukuran penilaian terhadap
perilaku kepemimpinan dari setiap manajer.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Organisasi


Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai suatu organisasi. Menurut Tosi, Rizzo,
Carrol terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi organisasi, yaitu:
1. Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat atau hanya sedikit dapat dikendalikan organisasi.
2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan
dan kebersihan.

10
Budaya Organisasi dan Kepemimpinan 2020

3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi


Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah
eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian yang berhasil.
Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya
budaya organisasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Gibson, J.L., Ivanhovich J.M., Donnelly, J.L.,. 1997. Organisasi : Perilaku, Struktur,
Proses. Alih Bahasa Nunuk Ardiani, Edisi kedelapan, Jilid II Binarupa Insani.
2. Handoko, T Hani,. 2000. Manajemen. BPFE. Jogjakarta
3. Hardjosoedarmo, S. 2001. Total Quality Management. Andi Offset. Yogyakarta
4. Imai, Masaaki.2001. Kaizen : Kunci Sukses Jepang Dalam Persaingan. PPM. Jakarta
5. Irianto, Jusuf. 2001. Tema-tema Pokok Manajemen Sumber Daya Manusia. Insan
Cendekia. Surabaya
6. Kotter, John. & Hessket, James., L., 1997 Corporate Culture and Perfomance. PT
Prenhallindo. Jakarta
7. Koesmono, Teman H. 2006. Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Terhadap Kinerja
Karyawan.
8. Mohyi, Achmad. 1999. Teori dan perilaku Organisasi. UMM Press. Malang
9. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi. Refika Aditama
Bandung
10. Ndraha, Talidziduhu. 1997. Budaya Organisasi. Rineka Cipta. Jakarta
11. Nimran, Umar.2004. Perilaku Organisasi. Citra Media. Surabaya
12. Robbins, Stepphen P. 1994. Perilaku Organisasi (Terj) Hadyana Pujaatmaka Jilid 1&2. PT
Bhuana Ilmu Popular. Jakarta
13. Tika, Moh Pabundu. H . 2005. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan .
Bumi Aksara. Jakarta
14. Umar, Husain. 2001. Riset Sumber Daya Manausia Dalam Organisasi. PT Gramedia
Pustaka utama. Jakarta
15. Waluyo, Harry. 2006. Kaizen : Budaya Organisasi Perusahaan Jepang. The Jakarta
Consultinng Group
16. Yuli Cantika, Sri Budi. 2005. Manajemen Smber Daya Manusia. Cetakan Pertama. UMM
press. Malang
17. http://puturistik.blogspot.com/2010/06/problematika-kebudayaan.html.
18. ttp://www.puspek.averroes.or.id/2008/09/24/multikulturalisme-dan-problem-kebudayaan-
di-era-global
19. http://requestartikel.com/contoh-perubahan-sosial-budaya-di-indonesia-201011225.html.
20. http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme

11

Anda mungkin juga menyukai