A. Pendahuluan
yang artinya adalah hal – hal yang memiliki arti budi dan akal manusia. Secara
garis besar, maksudnya adalah dengan budi dan akal, manusia dapat
Kebudayaan merupakan hasil dari karya cipta, rasa, dan karsa manusia.
adat atau kebiasaan, susila, moral, dan juga keahlian. Kehadirannya mampu
berwujud abstrak.
Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima
termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji,
1
Menurut pandangan Davis (1984):“Pengertian budaya organisasi merupakan
organisasi adalah suatu pola/sistem yang berupa sikap, nilai, norma perilaku,
berfikir, dan bereaksi terhadap lingkungan yang beragam serta berfungsi untuk
2
4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan
mekanisme pengendali yang dapat membantu serta membentuk sikap dan perilaku
3
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa budaya organisasi
dapat dibagi menjadi dua tingkatan, antara lain budaya tidak nyata (abstrak), dan
budaya yang dapat diketahui secara nyata. Budaya tidak nyata adalah suatu
budaya yang tidak dapat dilihat wujudnya atau dirasakan, tetapi mempunyai arti
yang besar dan dapat mengubah perilaku manusia. Tetapi, budaya nyata
manusia, seperti dilihat, didengar, dan dirasakan. Dengan demikian, baik budaya
tidak nyata maupun nyata sama-sama mempunyai nilai dan dapat mempengaruhi
Menurut Schein (2004), budaya organisasi terdiri dari tiga tingkat antara
lain:
a. Artifacts
Artifacts adalah sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh
manusia tentang suatu subjek, benda atau peristiwa. Artifacts dapat berupa
produk, jasa, bahkan perilaku manusia. Misalnya, bila Anda memasuki sebuah
perusahaan besar mungkin Anda dapat melihat peralatan kantornya yang biasa-
biasa saja, akan tetapi pada perusahaan lainnya menggunakan peralatan kantor
yang sangat rapi dan menggunakan peralatan yang sangat bagus dan mahal
harganya. Sebuah produk tampil beda dengan produk lainnya dalam bentuk
kemasan dan kualitasnya. Contoh lain bisa kita lihat, sebuah bank melayani
nasabahnya dengan biasa-biasa saja, tetapi pada bank lain pelayanannya sangat
luar biasa, setiap nasabah yang datang diberi minuman atau kembang gula.
4
b. Espoused beliefs dan values
dalam pekerjaan. Pada tingkat ini, sesuatu yang tidak dapat dilihat karena ada
dalam pikiran dan dapa disadari oleh manusia. Schein (2004) mengatakan
yang didukung kembali ke penemu budaya. Nilai-nilai yang didukung ini dapat
menciptakan artifacts
c. Underlying assumption
anggota organisasi. tingkat ini menunjukkan bahwa ada suatu anggapan yang
dimiliki oleh sebuah organisasi pada tempat dan waktu tertentu dalam
unsur budaya dimana fenomena budaya dapat diamati. Meskipun ada kesamaan
pandangan dari para ahli bahwa budaya organisasi terdiri dari elemen yang bisa
diamati secara kasat mata dan ada yang tidak kelihatan namun terdapat perbedaan
bahwa budaya organisasi terdiri dari dua elemen utama yaitu elemen yang bersifat
5
Dikatakan idealistik karena elemen ini menjadi ideologi organisasi yang tidak
mudah berubah walau disisi lain organisasi secara natural harus selalu
orang tertentu saja (biasanya elit organisasi) yang tahu apa sesungguhnya apa
misi organisasi.
Dikatakan idealistik karena elemen ini menjadi ideologi organisasi yang tidak
mudah berubah walau disisi lain organisasi secara natural harus selalu
orang tertentu saja(biasanya elit organisasi) yang tahu apa sesungguhnya apa
misi organisasi.
Elemen yang bersifat behavioral adalah elemen yang kasat mata, muncul
bentuk lain seperti desain dan arsitektur organisasi. Elemen ini mudah
6
kadang tidak sama dengan interpretasi orang-orang yang terlibat langsung
organisasi.
berpakaian atau cara bertindak yang bisa dipahami oleh orang luar organisasi.
Secara umum bisa dikatakan bahwa kedua elemen budaya organisasi tersebut,
bukan elemen yang terpisah satu sama lain. Seperti yang telah dikemukakan
sebab keterkaitan kedua elemen itulah yang membentuk budaya. Hanya saja
karena desakan lingkungan, maka yang biasanya yang pertama kali berubah
7
Gambar 1. Lapisan Budaya Organisasi
dasar merupakan bagian yang lebih spesifik dari elemen Idealistik. Elemen ini
merupakan inti budaya organisasi yang merupakan sumber dari segala inspirasi.
Elemen ini meliputi keyakinan, persepsi, pemikiran, dan perasaan yang sifatnya
taken for granted atau diterima apa adanya (terkadang tanpa disadari) dan
tidak menjadi bahan diskusi bagi anggotanya. Asumsi dasar diterima apa adanya
sesuatu yang penting untuk dipahami agar kedua elemen lainnya (nilai dan
8
Values atau nilai-nilai juga merupakan elemen yang disepakati oleh para
ahli dalam model organisasinya. Dilihat dari sifatnya yang abstrak, elemen ini
juga merupakan bagian yang lebih spesifik dari elemen idealistik selain asumsi
dasar. Para ahli lain menempatkan elemen ini sebagai kelanjutan dan hasil dari
asumsi dasar sebuah budaya organisasi. Elemen ini memiliki kesamaan dengan
sosial yang dipertahankan oleh seseorang atau sekelompok orang karena secara
intrinsik mengandung makna. Ia juga menjelaskan bahwa nilai atau value bersifat
melalui nilai-nilai dalam tindakan, perbuatan dan segala aktivitas pada organisasi
tersebut yang pada akhirnya nilai-nilai tersebut tertanam pada setiap karyawannya
Artefak adalah elemen budaya yang kasat mata dan mudah diobservasi
oleh seseorang atau sekelompok orang, baik orang dalam maupun luar organisasi.
Kusdi (2011) dalam Bukhori (2014) menjelaskan bahwa artefak merupakan pintu
masuk bagi orang luar untuk memahami budaya organisasi. Elemen artefak ini
sama dengan elemen behavioral, dimana elemen ini memiliki sifat visible dan
observable.
Diantara elemen asumsi dasar dan elemen nilai, elemen artefak merupakan
9
elemen ini mudah berubah. Pada budaya sebuah perusahaan, artefak adalah
realisasi dari nilai-nilai dalam berbagai bentuk yang dibagi menjadi beberapa
kategori. Kategori artefak dapat dilihat secara fisik (logo perusahaan, bentuk
(upacara, kebiasaan, tradisi, kode etik, dan peraturan) dan juga verbal (humor,
=====
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell, Duncan, Sosiologi Suatu Analisa Sistem Sosial (Jakarta : Bina Aksara,
1984)
2006)
Siswanto dan Sucipto, Agus, Teori & Perilaku Organisasi Suatu Tinjauan
Pelajar, 2009)
10