Anda di halaman 1dari 10

ELEMEN BUDAYA ORGANISASI

A. Pendahuluan

Kata kebudayaan diambil dari Bahasa Sansekerta, yakni “buddhayah”

yang artinya adalah hal – hal yang memiliki arti budi dan akal manusia. Secara

garis besar, maksudnya adalah dengan budi dan akal, manusia dapat

melangsungkan kehidupan. Budaya bersifat turun temurun, dari generasi ke

generasi terus diwariskan.

Kebudayaan merupakan hasil dari karya cipta, rasa, dan karsa manusia.

Lingkupnya mencakup banyak aspek kehidupan seperti hukum, keyakinan, seni,

adat atau kebiasaan, susila, moral, dan juga keahlian. Kehadirannya mampu

mempengaruhi pengetahuan seseorang, gagasan, dan ide meskipun budaya

berwujud abstrak.

Berikut pengertian budaya organisasi dari beberapa ahli :

 Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi

bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.

 Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima

oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk

karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan

anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota

termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji,

berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.

1
 Menurut pandangan Davis (1984):“Pengertian budaya organisasi merupakan

pola keyakinan dan nilai-nilai organisasional yang dipahami, dijiwai dan

dipraktikkan oleh organisasional sehingga pola tersebut memberikan arti

tersendiri dan menjadi dasar berperilaku dalam organisasional”.

 Susanto (2006) memberikan definisi budaya organisasi sebagai nilai-nilai

yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi

permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi kedalam perusahaan

sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang

ada dan bagaimana mereka harus bertindak atau berperilaku.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa budaya

organisasi adalah suatu pola/sistem yang berupa sikap, nilai, norma perilaku,

bahasa, keyakinan, ritual yang dibentuk, dikembangkan dan diwariskan kepada

anggota organisasi sebagai kepribadian organisasi tersebut yang membedakan

dengan organisasi lain serta menentukan bagaimana kelompok dalam merasakan,

berfikir, dan bereaksi terhadap lingkungan yang beragam serta berfungsi untuk

mengatasi masalah adaptasi internal dan eksternal.

Dalam organisasi, budaya mempunyai berbagai fungsi seperti berikut ini :

 Menurut Robbins (1999:294)

1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan

yang lain.Menjadi identitas bagi suatu anggota organisasi

2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.

3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih

luas daripada kepentingan diri individual seseorang.

2
4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan

organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk

dilakukan oleh karyawan.

5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu

dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

 Menurut Kreitner dan Kinicki (2005)

1. Memberi indentitas kepada karyawan sebagai organisasi yang inovatif

dan selalu berusaha mengembangkan produk baru.

2. Mempermudah komitmen bersama sebagai sebuah perusahaan dimana

setiap karyawan akan merasa bangga menjadi bagian organisasi serta

mereka memiliki kecenderungan bekerja dalam waktu yang lama.

3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial, menggambarkan taraf dimana

lingkungan kerja menjadi positif, saling mendukung serta perubahan

dapat diatur secara efektif.

4. Membentuk perilaku dengan membantuk menajer merasakan

keberadaannya dan membantu karyawan memahami mengapa organisasi

melakukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara mencapai

tujuan jangka panjang.

Dari fungsi-fungsi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa budaya

organisasi memegang peran penting sebagai mekanisme pembuat makna dan

mekanisme pengendali yang dapat membantu serta membentuk sikap dan perilaku

setiap karyawan untuk mencapai tujuan organisasi.

3
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa budaya organisasi

dapat dibagi menjadi dua tingkatan, antara lain budaya tidak nyata (abstrak), dan

budaya yang dapat diketahui secara nyata. Budaya tidak nyata adalah suatu

budaya yang tidak dapat dilihat wujudnya atau dirasakan, tetapi mempunyai arti

yang besar dan dapat mengubah perilaku manusia. Tetapi, budaya nyata

merupakan budaya yang dapat diketahui dengan menggunakan pancaindera

manusia, seperti dilihat, didengar, dan dirasakan. Dengan demikian, baik budaya

tidak nyata maupun nyata sama-sama mempunyai nilai dan dapat mempengaruhi

sikap dan perilaku manusia dalam perusahaan.

Menurut Schein (2004), budaya organisasi terdiri dari tiga tingkat antara

lain:

a. Artifacts

Artifacts adalah sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh

manusia tentang suatu subjek, benda atau peristiwa. Artifacts dapat berupa

produk, jasa, bahkan perilaku manusia. Misalnya, bila Anda memasuki sebuah

perusahaan besar mungkin Anda dapat melihat peralatan kantornya yang biasa-

biasa saja, akan tetapi pada perusahaan lainnya menggunakan peralatan kantor

yang sangat rapi dan menggunakan peralatan yang sangat bagus dan mahal

harganya. Sebuah produk tampil beda dengan produk lainnya dalam bentuk

kemasan dan kualitasnya. Contoh lain bisa kita lihat, sebuah bank melayani

nasabahnya dengan biasa-biasa saja, tetapi pada bank lain pelayanannya sangat

luar biasa, setiap nasabah yang datang diberi minuman atau kembang gula.

4
b. Espoused beliefs dan values

Espoused beliefs dan values merupakan suatu pengorbanan untuk perbaikan

dalam pekerjaan. Pada tingkat ini, sesuatu yang tidak dapat dilihat karena ada

dalam pikiran dan dapa disadari oleh manusia. Schein (2004) mengatakan

bahwa sebagian organisasi mempunyai budaya yang dapat melacak nilai-nilai

yang didukung kembali ke penemu budaya. Nilai-nilai yang didukung ini dapat

menciptakan artifacts

c. Underlying assumption

Underlying assumption adalah suatu keyakinan yang dianggap sudah oleh

anggota organisasi. tingkat ini menunjukkan bahwa ada suatu anggapan yang

dimiliki oleh sebuah organisasi pada tempat dan waktu tertentu dalam

melaksanakan aktivitasnya. Sebuah bank mempunyai anggapan dasar bahwa

startegi pelayanan yang dilakukan akan disenangi oleh nasabahnya.

B. Elemen Budaya Organisasi

Elemen-elemen budaya organisasi menunjukkan tingkatan dari unsur-

unsur budaya dimana fenomena budaya dapat diamati. Meskipun ada kesamaan

pandangan dari para ahli bahwa budaya organisasi terdiri dari elemen yang bisa

diamati secara kasat mata dan ada yang tidak kelihatan namun terdapat perbedaan

mengenai elemen terdalam dari budaya orgganisasi. F. Landa Jocano menyatakan

bahwa budaya organisasi terdiri dari dua elemen utama yaitu elemen yang bersifat

idealistik dan elemen yang bersifat behavioral.

 Elemen yang bersifat idealistik

5
Dikatakan idealistik karena elemen ini menjadi ideologi organisasi yang tidak

mudah berubah walau disisi lain organisasi secara natural harus selalu

berubah dan beradaptasi dengan lingkungannya. Elemen ini juga bersifat

terselubung (elusive), tidak tampak kepermukaan (hidden) dan hanya orang-

orang tertentu saja (biasanya elit organisasi) yang tahu apa sesungguhnya apa

ideologi mereka dan mengapa organisasi tersebut didirikan. Namun seiring

perkembangan organisasi, semakin berkembang organisasi akan semakin

menampakkan ideologinya dan ideology tersebut akan tercermin dalam visi

misi organisasi.

Dikatakan idealistik karena elemen ini menjadi ideologi organisasi yang tidak

mudah berubah walau disisi lain organisasi secara natural harus selalu

berubah dan beradaptasi dengan lingkungannya. Elemen ini juga bersifat

terselubung (elusive), tidak tampak kepermukaan (hidden) dan hanya orang-

orang tertentu saja(biasanya elit organisasi) yang tahu apa sesungguhnya apa

ideologi mereka dan mengapa organisasi tersebut didirikan. Namun seiring

perkembangan organisasi, semakin berkembang organisasi akan semakin

menampakkan ideologinya dan ideology tersebut akan tercermin dalam visi

misi organisasi.

 Elemen yang bersifat behavioral

Elemen yang bersifat behavioral adalah elemen yang kasat mata, muncul

kepermukaan dalam bentuk perilaku sehari-hari pada anggotanya dan bentuk-

bentuk lain seperti desain dan arsitektur organisasi. Elemen ini mudah

diamati, dipahami dan di interpretasikan meski interpretasinya kadang-

6
kadang tidak sama dengan interpretasi orang-orang yang terlibat langsung

organisasi.

Schein mengatakan bahw kebiasaan sehari-hari muncul dalam bentuk artefak

termasuk perilaku par anggota organisasi. Artefak bisa berupa

bentuk/arsitektyur bangunan, logo atau jarggon, cara berkomunikasi, cara

berpakaian atau cara bertindak yang bisa dipahami oleh orang luar organisasi.

 Keterkaitan antara elemen idealistik dan elemen behavioral

Secara umum bisa dikatakan bahwa kedua elemen budaya organisasi tersebut,

bukan elemen yang terpisah satu sama lain. Seperti yang telah dikemukakan

Jacano keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan

sebab keterkaitan kedua elemen itulah yang membentuk budaya. Hanya saja

elemen kedua (yang bersifat behavioral) lebih rentan terhadap perubahan

dibandingkan dengan elemen pertama, penyebabnya tidak lain karena elemen

kedua bersinggungan langsung dengan lingkungan eksternal organisasi

sehingga ketika budaya sebuah organisasi terpaksa harus berubah, misalnya

karena desakan lingkungan, maka yang biasanya yang pertama kali berubah

adalah elemen kedua, sedangkan elemen pertama jarang mengalami

perubahan, disamping karena menjadi falsafah hidup organisasi juga karena

letaknya yang terselubung.

Dibawah ini adalah gambar tentang tingkat sensitif masing-masing elemen

budaya organisasi terhadap kemungkinan terjadinya perubahan oleh Rousseau

7
Gambar 1. Lapisan Budaya Organisasi

Apabila dilihat dari pemahaman mengenai definisi elemen ini, asumsi

dasar merupakan bagian yang lebih spesifik dari elemen Idealistik. Elemen ini

merupakan inti budaya organisasi yang merupakan sumber dari segala inspirasi.

Elemen ini meliputi keyakinan, persepsi, pemikiran, dan perasaan yang sifatnya

taken for granted atau diterima apa adanya (terkadang tanpa disadari) dan

dianggap sebagai sesuatu yang benar.

Menurut Sobirin (2007), keberadaan asumsi dasar dalam sebuah organisasi

tidak menjadi bahan diskusi bagi anggotanya. Asumsi dasar diterima apa adanya

sebagai bagian dari kehidupan anggota organisasi dan mempengaruhi perilaku

anggota dan perilaku organisasai secara keseluruhan. Asumsi dasar merupakan

sesuatu yang penting untuk dipahami agar kedua elemen lainnya (nilai dan

artefak) mudah untuk dipahami.

8
Values atau nilai-nilai juga merupakan elemen yang disepakati oleh para

ahli dalam model organisasinya. Dilihat dari sifatnya yang abstrak, elemen ini

juga merupakan bagian yang lebih spesifik dari elemen idealistik selain asumsi

dasar. Para ahli lain menempatkan elemen ini sebagai kelanjutan dan hasil dari

asumsi dasar sebuah budaya organisasi. Elemen ini memiliki kesamaan dengan

elemen idealistik, namun dijabarkan dengan lebih spesifik.

Sobirin (2007), mendefinisikan nilai adalah prinsip, tujuan, atau standar

sosial yang dipertahankan oleh seseorang atau sekelompok orang karena secara

intrinsik mengandung makna. Ia juga menjelaskan bahwa nilai atau value bersifat

normatif. Dalam budaya organisasi, elemen nilai adalah bentuk dari

pengembangan ideologi organisasi yang merupakan elemen asumsi dasar.

Para pendiri organisasi biasanya tidak secara langsung 26 menyampaikan

ideologinya pada karyawan. Ideologi disampaikan dengan memberi contoh

melalui nilai-nilai dalam tindakan, perbuatan dan segala aktivitas pada organisasi

tersebut yang pada akhirnya nilai-nilai tersebut tertanam pada setiap karyawannya

tanpa mengetahui secara jelas mengenai ideologi perusahaan tersebut.

Artefak adalah elemen budaya yang kasat mata dan mudah diobservasi

oleh seseorang atau sekelompok orang, baik orang dalam maupun luar organisasi.

Kusdi (2011) dalam Bukhori (2014) menjelaskan bahwa artefak merupakan pintu

masuk bagi orang luar untuk memahami budaya organisasi. Elemen artefak ini

sama dengan elemen behavioral, dimana elemen ini memiliki sifat visible dan

observable.

Diantara elemen asumsi dasar dan elemen nilai, elemen artefak merupakan

elemen yang bersinggungan langsung dengan lingkungan eksternal sehingga pada

9
elemen ini mudah berubah. Pada budaya sebuah perusahaan, artefak adalah

realisasi dari nilai-nilai dalam berbagai bentuk yang dibagi menjadi beberapa

kategori. Kategori artefak dapat dilihat secara fisik (logo perusahaan, bentuk

bangunan, dekorasi, cara berpakaian, seragam, dan desain organisasi), perilaku

(upacara, kebiasaan, tradisi, kode etik, dan peraturan) dan juga verbal (humor,

jargon, slogan, cerita sukses, cerita sejarah).

=====

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2009)

Razak, Yusron, Sosiologi sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi

Persepektif Islam, (Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008)

Mitchell, Duncan, Sosiologi Suatu Analisa Sistem Sosial (Jakarta : Bina Aksara,

1984)

Zulkifli, Antropologi Sosial Budaya (Yogyakarta : Shiddiq Press Bangka)

Ivancevich, John, dkk, Perilaku dan manajemen organisasi (Jakarta : Erlangga,

2006)

Siswanto dan Sucipto, Agus, Teori & Perilaku Organisasi Suatu Tinjauan

Integratif (Malang : UIN Malang Press, 2008)

Weber, Max yang diterjemahkan oleh Noorkholis, Sosiologi (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2009)

10

Anda mungkin juga menyukai