Anda di halaman 1dari 4

BAB V

PENGARUH BUDAYA TERHADAP PERILAKU ORGANISASI

1. Masyarakat terdiri dari manusia dan budayanya. Para ahli antropologi sering kali
menggunakan istilah sociocultural. Mereka berpendapat bahwa budaya suatu bangsa
dipelajari, diyakini bersama, dan bahwa budaya tersebut mendefinisikan batasan untuk
berbagai kelompok yang berbeda dan berbagai aspek budaya nasional, oleh karena itu
budaya nasional merupakan suatu gabungan dari keyakinan, ritual, peraturan, adat,
artifak, dan institusi yang menentukan ciri populasi tersebut.

2. Nilai, norma, adat, dan ritual budaya tidak muncul begitu saja, tetapi berkembang
melalui evolusi dan dipengaruhi oleh politik, agama, bahasa, dan aspek budaya yang lain.
Individu dan kelompok dalam masyarakat memainkan suatu peran dalam perjalanan
yang ditempuh oleh budaya selama beberapa waktu.

3. Budaya dan sub – budaya suatu bangsa mempengaruhi bagaimana transaksi organisasi
dilakukan. Pengetahuan, rasa hormat, rasa fleksibilitas dalam mengikuti perbedaan
budaya nasional telah menjadi faktor penting untuk dipertimbangkan oleh manajer dalam
rencana yang mereka buat. Belajar bekerjasama dalam sebuah dunia yang dipengaruhi
oleh perbedaan budaya nasional menjadi persyaratan utama manajemen yang efektif.
Manajemen perlu memahami budaya nasional dan berbagai karakteristik budaya
organisasi.

4. Pengertian Budaya Organisasi


Budaya organisasi memiliki makna yang luas, antara lain:
1) Menurut Luthans ( 1998 ), budaya organisasi merupakan norma-norma dan nilai-
nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi.
2) Menurut Sarplin ( 1995 ) mendefinisikan budaya organisasi merupakan suatu
sistem nilai, kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling
berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma
perilaku organisasi.
3) Menurut Schein ( 1992 ) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu pola
dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh
suatu kelompok tertentu, dengan maksud agar organisasi belajar mengatasi atau
menanggulangi masalah-masalahnya yang timbul akibat adaptasi eksternal dan
integrasi internal yang sudah berjalan dengan cukup baik, sehingga perlu
diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk
memahami, memikirkan dan merasakan berkenaan dengan masalah-masalah
tersebut.
4) Menurut Mondy dan Noe ( 1996 ), budaya organisasi adalah sistem dari shared
values, keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling
berinteraksi dengan struktur formalnya untuk menciptakan norma-norma
perilaku.
5) Hodge, Anthony dan Gales ( 1996 ) mendefinisikan budaya organisasi sebagai
konstruksi dari dua tingkat karakteristik, yaitu karakteristik organisasi yang
kelihatan (observable ) dan yang tidak kelihatan (unobservable)
 Pada level observable, budaya organisasi mencakup beberapa aspek
organisasi seperti arsitektur, seragam pola perilaku, peraturan, legenda,
mitos, bahasa, dan seremoni yang dilakukan perusahaan.
 Sedangkan pada level unobservable, budaya organisasi mencakup shared
values, norma-norma, kepercayaan, asumsi-asumsi para anggota organisasi
untuk mengelola masalah dan keadaan-keadaan disekitarnya.

5. Peran Budaya Organisasi


Dari pengertian budaya organisasi di atas, tampak bahwa budaya organisasi memiliki
peran yang sangat strategis untuk mendorong dan meningkatkan efektifitas kinerja
organisasi, khususnya kinerja manajemen dan kinerja ekonomi, baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Peran budaya organisasi adalah sebagai alat untuk
menentukan arah organisasi, mengarahkan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan, bagaimana mengalokasikan sumber daya dan mengelola sumber daya
organisasional, dan juga sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari
lingkungan internal dan eksternal.

6. Tingkat Budaya
Schein membagi ke dalam tiga tingkatan budaya, yaitu:
1) Artifacts, yaitu struktur dan proses organisasional purba yang dapat diamati tapi sulit
ditafsirkan.
2) Espaused Values, yaitu tujuan, strategi dan filsafat
3) Basic Underlaying Assumptions, yaitu kepercayaan, persepsi, perasaan yang
menjadi sumber nilai dan tindakan.
Jika dihubungkan dengan nilai, tingkatan budaya dapat dibagi menurut kuantitas dan
kualitas sharing (keberbagian) suatu nilai dalam masyarakat:
 Semakin banyak anggota masyarakat (aspek kuantitatif) yang menganut,
memiliki dan menaati suatu nilai, maka semakin tinggi tingkat budayanya.
 Semakin mendasar penataan nilai (aspek kualitatif), semakin kuat budayanya

7. Fungsi Budaya
Budaya memiliki beberapa fungsi di dalam suatu organisasi, antara lain:
1) Budaya memiliki suatu peran batas-batas penentu, yaitu budaya menciptakan
perbedaan antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
2) Budaya berfungsi untuk menyampaikan rasa identitas kepada anggota-anggota
organisasi
3) Budaya mempermudah penerusan komitmen hingga mencapai batasan yang lebih
luas, melebihi batasan ketertarikan individu
4) Budaya mendorong stabilitas sistem sosial. Budaya merupakan suatu ikatan sosial
yang membantu mengikat kebersamaan organisasi dengan menyediakan standar-
standar yang sesuai mengenai apa yang harus dikatakan dan dilakukan karyawan.
5) Budaya bertugas sebagai pembentuk rasa dan mekanisme pengendalian yang
memberikan panduan dan bentuk perilaku serta sikap karyawan
8. Hal-hal yang Mempengaruhi Budaya Organisasi
Menurut Piti Sithi-Amnuai bahwa pembentukan budaya organisasi terjadi tatkala
anggota organisasi belajar menghadapi masalah, baik masalah-masalah yang
menyangkut perubahan eksternal maupun masalah internal yang menyangkut persatuan
dan keutuhan organisasi.
Pembentukan budaya akademisi dalam organisasi diawali oleh para pendiri (founder)
institusi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
 Seseorang mempunyai gagasan untuk mendirikan organisasi.
 Ia menggali dan mengarahkan sumber-sumber baik orang yang sepaham dan
setujuan dengan dia (SDM), biaya dan teknologi.
 Mereka meletakan dasar organisasi berupa susunan organisasi dan tata kerja.

9. Menurut Vijay Sathe dengan melihat asumsi dasar yang diterapkan dalam suatu
organisasi yang membagi “Sharing Assumption” Sharing berarti berbagi nilai yang sama
atau nilai yang sama dianut oleh sebanyak mungkin warga organisasi. Asumsi nilai yang
berlaku sama ini dianggap sebagai faktor-faktor yang membentuk budaya organisasi
yang dapat dibagi menjadi :
 Share things, misalnya pakaian seragam seperti pakaian Korpri untuk PNS, batik
PGRI yang menjadi ciri khas organisasi tersebut.
 Share sayings, misalnya ungkapan-ungkapan bersayap, ungkapan slogan, pemeo
seprti didunia pendidikan terdapat istilah Tut wuri handayani, Baldatun thoyibatun
wa robbun ghoffur diperguruan muhammadiyah.
 Share doing, misalnya pertemuan, kerja bakti, kegiatan sosial sebagai bentuk
aktifitas rutin yang menjadi ciri khas suatu organisasi seperti istilah mapalus di
Sulawesi, nguopin di Bali.
 Share feeling, turut bela sungkawa, aniversary, ucapan selamat, acara wisuda
mahasiswa dan lain sebagainya.

10. Sedangkan menurut pendapat dari Dr. Bennet Silalahi bahwa budaya organisasi harus
diarahkan pada penciptaan nilai (Values) yang pada intinya faktor yang terkandung
dalam budaya organisasi harus mencakup faktor-faktor antara lain: : keyakinan, nilai,
norma, gaya, kredo dan keyakinan terhadap kemampuan pekerja
Untuk mewujudkan tertanamnya budaya organisasi tersebut harus didahului oleh adanya
integrasi atau kesatuan pandangan barulah pendekatan manajerial yang bisa dilaksanakan
antara lain berupa :
 Menciptakan bahasa yang sama dan warna konsep yang muncul
 Menentukan batas-batas antar kelompok
 Distribusi wewenang dan status
 Mengembangkan syariat, tharekat dan ma’rifat yang mendukung norma
kebersamaan
 Menentukan imbalan dan ganjaran
 Menjelaskan perbedaan agama dan ideologi
**&&**

Anda mungkin juga menyukai