Ke
Surakarta Yogyakarta Magelang
Dari
Semarang Rp 10 Rp 15 Rp 11
Cilacap 8 12 14
10 15 11
Semarang X11 X12 X13 13
8 12 14
Cilacap X21 X22 X23 12
Kebutuhan 5 10 10 25
10 15 11
Semarang 5 8 13
8 12 14
Cilacap 2 10 12
Kebutuhan 5 10 10 25
Prosedur evaluasi – sel. Sekali lagi “alokasi pertama” di atas belum tentu
optimal (atau dengan biaya total minimum). Oleh sebab itu, langkah selanjutnya
adalah menentukan apakah alokasi sudah optimal atau belum. Untuk menentukan
optimalitas ini suatu prosedur evaluasi-sel diperlukan. Evaluasi sel menyangkut
pengujian sel-sel yang masih kosong (yaitu, sel-sel tanpa nilai yang dilingkari) untuk
memastikan apakah realokasi diperlukan atau tidak.
Prosedur evaluasi-sel dapat diringkas sebagai berikut :
1. Memilih sel (kotak) kosong untuk dievaluasi. Menentukan jalur tertutup (jalur
“minus-plus”) melalui pemindahan secara horizontal dan vertial sampai suatu
nilai yang dilingkari dicapai oleh nilai berlingkaran lainnya dalam kolom atau baris
yang sama.
2. Pemindahan sepanjang jalur tersebut mulai dari sel kosong yang dipilih secara
horizontal atau vertikal sampai mencapai sel kosong yang sama.
3. Memberi tanda plus ( + ) dan minus ( - ) untuk setiap sel dalam jalur, selalu di
mulai dengan tanda plus untuk sel kosong yang dievaluasi.
4. Hitung jumlah biaya transportasi per unit untuk semua sel dalam jalur dengan
memperhatikan nilai-nilai plus dan minus.
5. Ulangi prosedur-prosedur ini sampai semua sel kosong dievaluasi dan masukkan
hasil-hasil tanpa lingkaran.
6. Suatu nilai positif setelah evaluasi sel menunjukkan kenaikan biaya dengan
adanya realokasi; suatu nilai negatif mencerminkan penurunan biaya.
Dalam tabel 3 – 3 dari contoh kita ada dua sel kosong (yaitu, X 13 dan X21).
Mari kita pertama kali mengevaluasi sel Semarang Magelang. Bila kita melakukan
realokasi 1 unit dari sel X 12 ke sel X13, Yogyakarta hanya akan menerima 9 unit. Ada
penurunan biaya transportasi per unit sebesar Rp. 4.000,- dengan adanya
pemindahan ini. Karena Yogyakarta memerlukan 10 unit, dibutuhkan 1 unit
tambahan untuk memenuhi kebutuhan. Dan karena Magelang sekarang mempunyai
11 unit, 1 unit ekstra harus dialokasikan dari sel X 23 ke sel X22. hasilnya adalah
penurunan biaya sebesar Rp. 2.000,-. Jadi, penyelesaian baru menghasilkan
penurunan biaya total Rp. 6.000,-, seperti ditunjukkan bilangan -6, (yaitu, -4 – 2 = -
6 ) dalam tabel 3-4. Ini menandakan adnaya perbaikan, dan realokasi dapat
dilakukan.
Tabel 3-4. Evaluasi Sel
Ke
Surakarta Yogyakarta Magelang Persediaan
Dari
10 - 15 + 11
Semarang 5 8 -6 13
8 + 12 - 14
Cilacap 1 2 10 12
Kebutuhan 5 10 10 25
Dengan cara yang sama kita mengevaluasi sel Cilacap – Surakarta, di mana
realokasi akan menghasilkan kenaikan biaya sebesar Rp. 1.000,- (-2 + 3 = 1),
sehingga tidak perlu dilakukan. Jadi, nilai positif menunjukkan kenaikan biaya,
sedangkan nilai negatif mencerminkan penurunan. Alokasi pertama dapat dapat
diperbaiki dengan realokasi.
Realokasi dilakukan melalui suatu jalur tertutup (closed path), seperti terlihat
dalam tabel 3-4. Jalur tertutup selalu mulai dari sel kosong dan diberi tanda plus
( + ), kemudian bergerak kebawah pada kolom yang sama, dan sampai pada sel
yang berisi serta ditandai minus ( - ); dan seterusnya sampai mencapai sel terisi
yang terletak pada baris yang sama.
Perbaikan alokasi. Penyelesaian alokasi pertama seperti ditunjukkan dalam
tabel 3-3 belum merupakan penyelesaian optimal. Hasil evaluasi sel dalam tabel 3-4
menunjukkan bahwa alokasi pertama dapat diperbaiki (untuk mengurangi biaya
transportasi total). Biaya sel X23 bersisi -6 kita tahu bahwa realokasi akan
mengurangi biaya transportasi.
Pertama, bagaimanapun juga, kita menelusuri setiap sel pada jalur tertutup
yang mempunyai bilangan negatif. Dalam jalur tertutup, dan sel yang terisi ditandai
minus pada evaluasi sel. Sel-sel tersebut adalah X 12 dan X23. di antara dua sel yang
ditandai minus kita memilih sel X 12 (atau Semarang – Yogyakarta), yang berisi
jumlah alokasi lebih kecil. Pilihan ini menjamin keseimbangan antara persediaan dari
kebutuhan. Kita mengalokasisebanyak unit yang mungkin dari sel ini ke sel yang
kosong. Karena itu, kita mengirimkan 8 unit dari sel X 12 ke sel X13. sekarang,
Yogyakarta mempunyai persediaan 2 unit dan Magelang mempunyai 18 unit. Ini
melebihi persyaratan “Kebutuhan” untuk menjaga keseimbangan antara persediaan
dan kebutuhan, kita mengirimkan 8 unit dari sel X 23, sel minus, ke sel X22, sel plus.
Realokasi ini menghasilkan pengurangan biaya transportasi per unit sebesar Rp.
6.000,- (- Rp. 4.000,- - Rp. 2.000,- = Rp. 6.000,-). Bila terdapat tiga atau lebih sel
bertanda minus dalam jalur, kita selalu memilih sel yang terisi terkecil untuk
realokasi. Penyelesaian alokasi kedua disajikan dalam tabel 3-5, dengan evaluasi
sel berikutnya.
Tabel 3-5. Alokasi Kedua
Ke
Surakarta Yogyakarta Magelang Persediaan
Dari
10 15 11
Semarang 5 6 8 13
8 12 14
Cilacap -5 10 2 12
Kebutuhan 5 10 10 25
Alokasi kedua menghasilkan biaya transportasi total Rp. 286.000,-, yang lebih
murah Rp. 48.000,- (Rp 6.000,- x 8) daripada alokasi pertama. Walaupun telah ada
perbaikan, tetapi hal ini belum merupakan alokasi optimal. Sel kosong Cilacap –
Surakarta masih berisi bilangan negatif bila sel-sel kosong dievaluasi. Kita
mengulang prosedur realokasi ini untuk memperbaiki penyelesaian. Alokasi baru
dapat dilihat dalam tabel 3-6
Tabel 3-6. Alokasi Optimal
Ke
Surakarta Yogyakarta Magelang Persediaan
Dari
10 15 11
Semarang 3 1 10 13
8 12 14
Cilacap 2 10 5 12
Kebutuhan 5 10 10 25
Alokasi baru yang disajikan dalam tabel 3-6 merupakan alokasi optimal,
karena evaluasi sel menghasilkan bilangan-bilangan positif dalam sel-sel kosong.
Biaya transportasi total alokasi optimal ini sebesar Rp 276.000,-, yang Rp 10.000,-
(5.000 x 2) lebih kecil daripada alokasi kedua. Program pengiriman optimal sebagai
berikut :
Tabel 3.7. Biaya Pengiriman Optimal
Alokasi Jumlah Biaya Biaya total
Unit per unit (dalam ribuan)
(dalam ribuan)
8 13 12 11
A 20
10 10 14 7
B 35
9 14
15 12
C 45
Kebutuhan 20 35 15 30 100
3. Pilih selisih yang terbesar diantara selisih-selisih yang telah dihitung dalam
langkah (1). Dari contoh kita, kolom N terpilih. Dan kolom ini adalah “calon” untuk
alokasi.
4. Alokasikan sejumlah maksimum tanpa melanggar syarat-syarat kebutuhan dan
kapasitas pada kolom atau baris terpilih yang mempunyai biaya terendah. Dalam
contoh kita, baris B mempunyai biaya terendah (Rp 7,-), sehingga kita alokasikan
30 unit pada sel BN (kolom N baris B). Alokasi sebanyak 30 unit adalah
maksimal untuk sel tersebut karena kebutuhan gudang N adalah 30 unit,
meskipun kapasitas pabrik B adalah 35 unit. Karena “kebutuhan” gudang N telah
terpenuhi, maka kolom N dapat dihilangkan pada langkah berikutnya (atau berarti
tidak diberikan alokasi).
Lihat tabel 3-9.
Gudang Perbedaan
K L M N Kapasitas baris
A 8 13 12 11 20 3
Pabrik B 10 10 14 7 35 3
C 15 9 14 12 45 3
Kebutuhan 20 35 15 30 Pilihan XBN = 30
Perbedaan kolom 2 1 2 4 Hilangkan Kolom N
K M Kapasitas baris
A 8 12 20 4
Pabrik B 10 14 5 4
C 15 14 45 1
Kebutuhan 20 15 Pilihan XAK = 5
Perbedaan kolom 2 2 Hilangkan baris A dan kolom
K