Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

“BUDAYA ORGANISASI”

Oleh Kelompok 12 :

Larasati Andriana (A1C019128)

Leli Saputri (A1C019129)

Lilis Rahman Puteri (A1C019130)

Fakultas Ekonomi & Bisnis

Universitas Mataram

2020
BUDAYA ORGANISASI

1. Pengertian Budaya Organisasi


Keberadaan budaya di dalam organisasi atau disebut dengan budaya organisasi
tidak bisa dilihat oleh mata, tetapi bisa dirasakan. Budaya organisasi itu bisa dirasakan
keberadaannya melalui perilaku anggota di dalam organisasi itu sendiri. Kebudayaan
tersebut memberikan pola, cara-cara berfikir, merasa menanggapi dan menuntun para
anggota dalam organisasi. Oleh karena itu, budaya organisasi akan berpengaruh juga
terhadap efektif atau tidaknya suatu organisasi. Terdapat beberapa pendapat dari para ahli
di bidang ilmu sosiologi yang menjelaskan definisi dari budaya organisasi tersebut,
diantaranya adalah:
 Susanto : Menurut Susanto, pengertian budaya organisasi adalah nilai-nilai yang
menjadi pedoman bagi sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan
eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam organisasi, dengan begitu
masing-masing anggota organisasi wajib memahami nilai-nilai yang ada dan
sebagaimana mereka harus bertingkah laku atau berperilaku.
 Robbins : Menurut Robbins pengertian budaya organisasi adalah sebuah sistem
makna bersama yang dianut oleh masing-masing anggota yang membedakan
sebuah organisasi dengan organisasi yang lain.
 Walter R. Freytag : Menurut Walter R. Freytag pengertian budaya organisasi
adalah berbagai asumsi dan nilai yang disadari atau tidak disadari yang mampu
mengikat kepaduan sebuah organisasi. Asumsi dan nilai tersebut menjadi penentu
pola perilaku para anggota di dalam organisasi.

Jadi definisi dari budaya organisasi adalah suatu karakteristik yang ada pada
sebuah organisasi dan menjadi pedoman organisasi tersebut sehingga
membedakannya dengan organisasi lainnya. Dengan kata lain, budaya organisasi
adalah norma perilaku dan nilai-nilai yang dipahami dan diterima oleh semua anggota
organisasi dan digunakan sebagai dasar aturan perilaku dalam organisasi tersebut.
1.2 Fungsi Budaya Organisasi
Robbins (2008) menggemukan bahwa budaya organisasi tersebut mempunyai
beberapa fungsi pada suatu organisasi yakni memberi batasan untuk dapat
mendefinisikan peran sehingga dapat memperlihatkan perbedaan yang jelas antar
organisasi, memberikan suatu pengertian identitas terhadap sesuatu yang lebih besar
dibandingkan dengan minat anggota organisasi secara perorangan, menunjukkan
stabilitas pada sistem sosial, memberikan pengertian dan juga mekanisme pengendalian
yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk dapat membentuk sikap serta perilaku
anggota organisasi dan juga pada akhirnya budaya organisasi dapat membentuk pola pikir
serta perilaku anggota organisasi. Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya
organisasi sebagai berikut
 Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
 Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
 Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas
daripada kepentingan diri individual seseorang.
 Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
 Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.

1.3 Dimensi-Dimensi Budaya Organisasi


Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi ini memengaruhi
perilaku di dalam organisasi tersebut. Terdapat banyak para ahli yang mengungkapkan
tentang dimensi budaya organisasi ini, salah satunya yaitu Hofsede (dalam Gibson 1996).
Dimana ia mengemukakan empat dimensi budaya organisasi, yaitu :
 Penghindaran atas ketidakpastian
Tingkat dimana anggota masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian
dan ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan mereka untuk mempercayai kepastian yang
menjanjikan dan untuk memelihara lembaga- lembaga yang melindungi penyesuaian.
 Maskulin vs feminim
Tingkat maskulinitas adalah kecenderungan dalam masyarakat akan prestasi,
kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan materiil. Feminitas berarti kecenderungan
akan kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan kualitas hidup.
 Individu vs kebersamaan
Individualisme adalah kecenderungan dalam kerangka sosial dimana individu
dianjurkan untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya. Kolektivisme berarti
kecenderungan dimana individu dapat mengharapkan kerabat, suku, atau kelompok
lainnya melindungi mereka sebagai ganti atas loyalitas mutlak yang mereka berikan.
 Jarak kekuasaan
Ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa kekuasaan dalam
lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata. Selanjutnya budaya
organisasi dapat ditemukan dalam tiga tingkatan, yaitu:
1) Artefak : Pada tingkat ini budaya bersifat kasat mata tetapi seringkali tidak
dapat diartikan, misalnya lingkungan fisik organisasi, teknologi, dan cara
berpakaian. Analisis pada tingkat ini cukup rumit karena mudah diperoleh tetapi
sulit ditafsirkan.
2) Nilai : Nilai memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada artefak. Nilai ini
sulit diamati secara langsung sehingga untuk menyimpulkannya seringkali
diperlukan wawancara dengan anggota organisasi yang mempunyai posisi kunci
atau dengan menganalisis kandungan artefak seperti dokumen.
3) Asumsi dasar : Merupakan bagian penting dari budaya organisasi. Pada tingkat ini
budaya diterima begitu saja, tidak kasat mata dan tidak disadari. Asumsi ini
merupakan reaksi yang bermula dqari nilai-nilai yang didukung. Bila asumsi telah
diterima maka kesadaran akan menjadi tersisih. Dengan kata lain perbedaan antara
asumsi dengan nilai artefak terletak pada apakah nilai-nilai tersebut masih
diperdebatkan dan diterima apa adanya atau tidak.

1.4 Peran Budaya Organisasi


Budaya organisasi mempunyai peran yang sangat besar dalam upaya mencapai
tujuan organisasi. Akan tetapi budaya organisasi juga dapat menghambat perkembangan
organisasi. Berikut ini dikemukakan peran budaya organisasi terhadap organisasi,
anggota organisasi, dan mereka yang berhubungan dengan organisasi (Wirawan, 2007).
1. Identitas organisasi
Budaya organisasi berisi satu set karakteristik yang melukiskan organisasi dan
membedakannya dengan organisasi yang lain. Budaya organisasi menunjukan identitas
organisasi kepada orang diluar organisasi.
2. Menyatukan organisasi.
Budaya organisasi merupakan lem normative yang merekatkan unsur-unsur
organisasi menjadi satu. Norma, nilai-nilai, dan kode etik budaya organisasi menyatukan
dan mengkoordinasi anggota organisasi. Ketika akan masuk menjadi anggota organisasi,
para calon anggota organisasi mempunyai latar belakang budaya dan karakteristik yang
berbeda. Agar dapat diterima sebagai anggota organisasi, mereka wajib menerima dan
menerapkan budaya organisasi.
3. Reduksi konflik.
Budaya organisasi sering dilukiskan sebagai semen atau lem yang menyatukan
organisasi. Isi budaya mengembangkan kohesi sosial anggota organisasi yang
mempunyai latar belakang berbeda, pola pikir, asumsi, dan filsafat organisasi yang sama
memperkecil perbedaan dan terjadinya konflik diantara anggota organisasi.
4. Komitmen kepada anggota organisasi dan kelompok.
Budaya organisasi bukan saja menyatukan, tetapi juga memfasilitasi komitmen
anggota organisasi kepada organisasi dan kelompok kerjanya. Budaya organisasi yang
kondusif mengembangkan rasa memiliki dan komitmen tinggi terhadap organisasi dan
kelompok kerjanya.
5. Reduksi ketidakpastian.
Budaya organisasi mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kepastian.
Dalam mencapai tujuannya, organisasi menghadapi ketidakpastian dan kompleksitas
lingkungan, demikian juga aktivitas anggota organisasi dalam mencapai tujuan tersebut.
6. Menciptakan konsistensi.
Budaya organisasi menciptakan knsistensi berpikir, berperilaku, dan merespon
lingkungan organisasi. Budaya organisasi memberikan perauran, panduan, prosedur, serta
pola memproduksi dan melaytani konsumen, nasabah, pelanggan, atau klien organisasi.
Singkatnya, budaya organisasi sangat penting peranannya di dalam mendukung
terciptanya suatu organisasi/perusahaan yang afektif. Dari pengertian budaya organisasi
di atas, tampak bahwa budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis untuk
mendorong dan meningkatkan efektifitas kinerja organisasi, khususnya kinerja
manajemen dan kinerja ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Peran budaya organisasi adalah sebagai alat untuk menentukan arah organisasi,
mengarahkan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, bagaimana
mengalokasikan sumber daya dan mengelola sumber daya organisasional, dan juga
sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari lingkungan internal dan
eksternal.

Anda mungkin juga menyukai