Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dipengaruhi oleh kebudayaan setempat, tempatnya bertempat tinggal.

Misalnya, seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga kelas menengah akan di

didik nilai-nilai,kepercayaan,dan perilaku-perilaku yang diharapkan, yang umum terjadi

pada keluarga dalam kelas tersebut. Kebudayaan merupakan cermin cara berpikir dan

cara bekerja manusia.

Demikian juga yang terjadi dalam sejarah pertumbuhan suatu organisasi. Ide yang

menganggap organisasi-organisasi itu sebagai satuan-satuan budaya, yang di dalamnya

terdapat sebuah sistem yang dapat diartikan sama oleh setiap anggota organisasi, adalah

suatu feneomena yang masih relatif baru. Budaya organisasi dapat membedakan antara

organisasi yang satu dengan organisasi yang lainnya

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Budaya Organisasi?

2. Apa Saja Fungsi dan Peran Budaya Organisasi?

3. Apa Elemen dan Karakteristik Budaya Organisasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Budaya Organisasi

2. Memahami Funsi Dan Peran Budaya Organisasi

3. Dapat Menjelaskan Elemen Dan Karakteristik Budaya Organisasi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya Organisasi


Pemahaman tentang budaya organisasi tentu tidak lepas dari konsep dasar tentang
budaya, yang merupakan salah satu terminologi dalam sosiologi. Menurut Edward yang
dikutip oleh Akdon, mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat. 1
Sebagai bahan perbandingan, berikut dikutip beberapa defenisi para pakar awal-
awal dekade 1990-an yang dikutip oleh Sigit dalam bukunya Perilaku Organisasional
(2003:256}, sebagai berikut :
Ouchi (1981) : Budaya organisasi adalah : “ a set of symbols, ceremoniies, and
myths that communicate the underlying values and beliefs of that organization to its
employees” (seperangkat nilai-nilai, dan mitos yang mengkomunikatisikan landasan
nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan kepada para karyawannya.
Miller (1984) : Budaya organisasi adalah : “a set of primary values systems
consisting of eight principles, namely of purpose, of consesnsus, of exellence, of
performance, of empirism, of unity, of intimacy, and of integrity, as norms or giudance
for the corpotate members in their behavior and solve corporate problems” (seperangkat
sistem nilai-nilai primer yang terdiri atas delapan asas, yaitu asas tujuan, konsesnsus,
keunggulan, perestasi, empirisme, kesatuan, keakraban, dan integritas, sebagai norma
atau pedoman bagi para anggota korporat dalam perilaku mereka dan memecahkan
masaalah-masaalah korporat)”.
Jaclyn Sherriton dan James L.Stern, 1997, p.26, mendefinisikan budaya
organisasi, berkenaan dengan lingkungan atau kepribadian suatu organisasi, dengan
berbagai multi faset dimensinnya. Merupakan cara organisasi bekerja dilingkungannya
dengan aura nya sendiri, seperti halya kepribadian individu.
1
Hikmat, “Manajemaen Pendidikan”, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 203
Gareth R.Jones (1994), mendefinisikan budaya organisasi sebagai seperangkat
(kumpulan) nilai-nilai bersama yang mengendalikan interaksi anggota-anggota
organisasi, diantara mereka, dan dengan mitra pendukungnya, pelanggan, serta orang-
orang lain diluar organisasi.
Keith Davis dan Jhon W Newstrom (1989:60) mengemukakan
bahwa :”organizational culture is the set assumptions, beliefs, values, adn normsthat is
shared among its members”.
Selanjutnya R.Schermerhorn dan james G.Hunt (1991:340) mengatakan bahwa:
“organizational culture is the system of shared beliefs and values that develops within an
organization and guides the behavior of its members”
Mangkunegara, (2005:113), mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat
asumsi atau sistem keyakinan, nilainilai dan norma-norma yang dikembangkan dalam
organiasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk
mengatasi adaptasi eksternal dan integrasi internal
Disimpulkan dari berbagai pengertian budaya organisiasi di atas adalah
seperangkat asumsi, nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi dan telah
menjadi perilaku para anggota organisasi didalam mengatasi berbagai permasalahan yang
terjadi di dalam maupun di luar organisasi. 2
B. Konsep Budaya
Konsep Budaya Organisasi Budaya merujuk kepada suatu sistem pengertian
bersama yang dipengang oleh anggota-anggota suatu organisasi, yang membedakan
organisasi tersebut dari organisasi lainnya. Sistem pengamatan bersama ini, dalam
pengamatan yang lebih seksama, merupakan serangkaian karakter penting yang menjadi
nilai bagi suatu organisasi. Penelitian terakhir menyatakan bahwa terdapat tujuh karakter
utama, yang kesemuanya menjadi eleman-elemen penting suatu budaya organisasi yakni.
1. Inovasi dan pengambilan resiko Tingkat daya pendorong karyawan untuk
bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.
2. Perhatian terhadap detail Tingkat tuntutan terhadap karyawan untuk mampu
memperlihatkan ketepatan, analisis dan perhatian terhadap detail.

2
Arifin tohir,”buku ajar perilaku organisasi”, (Yogyakarta: deepublish,2014), hlm 107
3. Orientasi terhadap hasil Tingkat tuntutan terhadap manajemen untuk memilih
memusatkan perhatian pada hasil, dibandingkan perhatian pada teknik dan proses
yang digunakan untuk meraih hasil tersebut.
4. Orientasi terhadap individu Tingkat kepuasan manajemen dalam
mempertimbangkan efek-efek hasil terhadap individu yang ada didalam
organisasi.
5. Orientasi terhadap tim Tingkat aktivitas pekerjaan yang diatur secara tim bukan
secara perorangan.
6. Agresivitas Tingkat tuntutan terhadap orang-orang agar berlaku agresif dan
bersaing, dan tidak bersikap santai.
7. Stabilitas Tingkat penekanan aktivitas organisasi dalam mempertahankan status
qou berbanding pertumbuhan.

Masing-masing karakter tersebut berada dalam suatu kesatuan, dari tingkat yang
rendah menuju tingkat yang lebih tinggi. Menilai suatu organisasi dengan menggunakan
tujuh karakter ini akan menghasilkan gambaran mengenai budaya organisasi tersebut.
Gambaran tersebut kemudian menjadi dasar untuk perasaan saling memahami yang
dimiliki anggota organisasi mengenai organisasi mereka, bagaimana segala sesuatu
dikerjakan berdasarkan pengertian bersama tersebut, dan cara-cara anggota organisasi
seharusnya bersikap. (Robins, 2002). Budaya organisasi berhubungan dengan cara-cara
bagaimana karyawan memahami tujuh karakter tersebut, bukan perasaan suka atau tidak
suka mereka terhadap tujuh karakter tersebut. Dengan begitu, budaya organisasi
merupakan ketentuan yang deskriptif. Hal ini sangat penting karena budaya organisasi
tersebut berfungsi membedakan antara konsep budaya organisasi dengan konsep
kepuasan bekerja. Penelitian terhadap budaya organisasi telah menempatkan cara untuk
mengukur pandangan karyawan terhadap organisasi mereka. Apakah ada tuntutan sasaran
dan kinerja yang jelas? Apakah suatu organisasi menghargai inovasi? Apakah suatu
organisasi mendorong terciptanya persaingan. Sebaliknya, penelitian terhadap kepuasan
kerja mencari cara untuk mengukur respons terhadap lingkungan kerja. Penelitian ini
berkaitan dengan perasaan karyawan terhadap harapan perusahaan, praktik pemberian
penghargaan, cara-cara penanganan konflik di dalam perusahaan dan lain sebagainya.
Budaya organisasi mewakili persepsi umum yang dimiliki oleh anggota organisasi.
Keadaan ini terbentuk secara jelas bila kita mendefinisikan budaya sebagai suatu sistem
pengertian bersama. Dengan demikian, kita berharap bahwa masing-masing individu
dengan latar belakang atau tingkat jabatan yang berbeda di dalam organisasi akan
mendeskripsikan budaya organisasi tersebut dengan cara yang sama. Kebanyakan
organisasi-organisasi besar memiliki suatu budaya dominan dan sejumlah subbudaya.
Suatu budaya dominan mengekspresikan nilai-nilai inti yang diberlakukan secara
bersama oleh mayoritas anggota organisasi. Jika suatu organiasi tidak memiliki budaya
yang dominan dan hanya terdiri dari sejumlah subbudaya, maka nilai budaya organisasi
sebagi suatu variabel yang berdiri sendiri akan terlihat sangat kecil. Karena tidak akan
ada interpretasi seragam terhadap apa yang menjadi sikap yang layak ataupun yang tidak
layak, (Robins, 2002). 3

C. Fungsi Dan Peran Budaya Organisasi


Dalam bagian ini akan dibahas dengan mengenai fungsi-fungsi kinerja budaya
dan menilai apakah budaya tersebut dapat diandalkan bagi suatu organisasi.
1. Fungsi-Fungsi Budaya Budaya memiliki beberapa fungsi di dalam suatu
organisasi, yaitu:
a. Budaya memiliki suatu peran batas-batas penentu, yaitu budaya
menciptakan perbedaan antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
b. Budaya menyampaikan rasa identitas kepada anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah penerusan komitmen hingga mencapai batas yang
lebih luas, melebihi batas ketertarikan individu.
d. Budaya mendorong stabilitas sistem ekonomi.
e. Budaya bertugas sebagai pembentuk rasa dan mekanisme pengendalian
yang memberikan panduan dan bentuk perilaku serta sikap karyawan.
2. Budaya Sebagai Suatu Kewajiban Kita memperlakukan budaya dalam cara-cara
yang tidak menghakimi. Kita tidak mengatakan baik atau buruk, tetapi budaya itu
memang ada. Banyak fungsi-fungsi sebagaimana telah disebutkan, berguna bagi
organisasi dan karyawan. Budaya mendorong terciptanya komitmen organisasi

3
Wayan gede, “pengantar perilaku organisasi”, (Denpasar timur:CV. Setia Bakti,2017), hlm 114
dan meningkatkan konsistensi sikap karyawan. Keadaan ini jelas sekali akan
menguntungkan sebuah organisasi. Dari sudut pandang karyawan, budaya
menjadi bermanfaat karena budaya tersebut mengurangi keambiguan. Budaya
menyampaikan kepada karyawan bagaimana pekerjaan dilakukan dan apa-apa
saja yang bernilai penting. Tetapi kita jangan mengabaikan aspek-aspek potensial
yang akan merusak fungsi budaya, terutama suatu budaya yang kuat. Budaya
merupakan suatu kecendrungan pada saat nilai-nilai bersama tidak selaras dengan
efektivitas organisasi untuk waktu-waktu selanjutnya. Situasi ini kebanyakan
terjadi jika lingkungan organisasi bersifat dinamis. Bila lingkungan tersebut
berubah dengan cepat, kemungkinan besar budaya organisasi yang ada sekarang
tidak lagi sesuai. Konsistensi terhadap perilaku merupakan aset bagi organisasi
yang berada di dalam lingkungan yang stabil. Tetapi konsistensi itu mungkin saja
akan memberatkan organisasi dan menghalangi kemampuan organisasi tersebut
dalam merespon perubahan-perubahan di dalam lingkungan.4

D. Tingkatan Budaya Organisasi


Dalam mempelajari budaya organisasi ada beberapa tingkatan organisasi.
Menurut Schein, apabila disusun dalam suatu skema bertingkat, maka topik suatu
tingkatan budaya tersebut tersusun dari puncak sebagai berikut:
1. Artefak, pada tingkat ini budaya bersifat kasat mata, seringkali tidak dapat
diartikan,misalnya lingkungan fisik organisasi, teknologi dan cara berpakaian.
2. Nilai, hal ini sulit diamati secara langsung sehingga menyimpulkannya sering
diperlukan wawancara dengan anggota organisasi yang mempunyai posisi kunci
atau menganalisis dokumen. Selin itu, nilai meupakan titik kerangka evaluasi
yang dipergnakan anggota untuk menilai organisasi.5
3. Asumsi dasar, merupakan keyakinan yang dimiliki anggota organisasi tentang diri
mereka sendiri, tentang orang lain dan tentang hubungan mereka dengan orang
lain, serta tentang hakikat organisasi mereka.6

4
Wayan gede, “pengantar perilaku organisasi”, (Denpasar timur:CV. Setia Bakti,2017), hlm 117
5
Sopiah, :Perilaku Organisasional”, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2008),hlm. 131
6
Siswanto dan Agus Sucipto, “Teori dan perilaku Organisasi”, (Malang: UIN-Malang Press, 2008)hlm 143.
E. Elemen Budaya Organisasi
Secara umum, elemen organisasi dapat dibagi menjadi dua, yakni yang bersifat
idealistic merupakan elemen yang menjadi idiologi organisasi yang tidak mudah berubah.
Elemen ini biasanya tidak tampak dipermukaan, hanya orangorang tertentu yang
menyadarinya. Biasanya dipengaruhi oleh pendiri orgnisasi. Idiologi pendiri orgnisasi
akan sangat mempengaruhi arah organisasi. Idiologi organisasi biasanya tercermn dalam
visi dan misi.
Elemen yang lain adalah elemen behavioral, yang mana elemen ini merupakann
elemen yang kasat mata, yakni berupa perilaku sehari-hari anggota organisasi dan bentuk
lain seperti desain dan arsitektur organisasi. Sebagaimana yang disebutkan oleh Hofstede,
ia menyebut sebagai praktik-praktik manajemen. Dengan berbagai pertanyaan seperti
bagaimana perilaku manaajemen? Apakah berorientasi pada proses atau hasil? Apakah
peduli pada karyawan?
Menurut Rousseau elemen orgnisasi seperti bawang Bombay yang berlapis-lapis.
Sebagaimana yang digambarkan beikut:7

Dalam lingkungan kehidupan, manusia dipengaruhi oleh budaya di mana dia


berada, seperti nilai-nilai, keyakinan, perilaku social. Hal yang sama juga terjadi pada
anggota sebuah organisasi, dengan segala nilai, keyakinan dan perilakunya di dalam
7
Siswanto dan Agus Sucipto, “Teori dan perilaku Organisasi”, (Malang: UIN-Malang Press, 2008)hlm. 143
organisasi yang kemudian menciptakan budaya dalam organisasi. Dengan demikian,
bahwa budaya sebuah perusahaan atau organisasi pada dasarnya mewakili norma-norma
perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi yang masih didomonasi oleh pendiri.
Budaya dapat berperan sebagai sarana komunikasi pendiri kepada para anggota.8
Budaya organisasi memiliki kegunaan sebagai:
1. Pembeda dengan organisasi lainnya.
2. Identitas anggota sebuah organisasi.
3. Komitmen anggota di atas kepentingan bersama.
4. Perekat sosial dengan menyediakan standar yang anggota harus lakukan dan
katakan.
5. Mekanisme kontrol yang membentuk perilaku anggota.9
Budaya organisasi berpengruh pada perilaku anggota atau individu serta
kelompok di dalam suatu organisasi. Selain itu, terkait dengan perilaku akan
mempengaruhi prestasi sekaligus akan berpengaruh pada efektif-tidaknya pencapaian
tujuan organisasi. Dengan demikian budaya organisasi mempengaruhi efektifitas
organisasi.
Budaya dalam organisasi bisa kuat dan juga bisa lemah. Budaya organisasi
dikatakan kuat apabila nilai- nilai organisasi dipegang teguh dan dijunjung
bersama.kultur yang kuat akan memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku anggota,
karena kadar kebersamaan dan intensitas yang tinggi menciptakan suasana internal
berupa perilau yang tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa budaya organisasi
yang kuat apabila nilai, sikap dan kepercayaan bersama diphami, dipegang teguh,
sehingga terjalin kebersamaan. Namun sebaliknya, budaya yang lemah tercermin pada
kuangnya komitmen para anggota terhjadap nilai-nilai, kepecayaan dan skap bersama
yang dilakukan atau disepakati.

F. Karakterisitik Budaya Organisasi

8
Sopiah, :Perilaku Organisasional”, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2008),hlm. 135
9
Hikmat, “Manajemaen Pendidikan”, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 228
Budaya organisasi memiliki karakteristik tersendiri. Karakterisik budaya
organisasi adalah terdapat pada inisiatif individu, toleransi, mempunyai arah, terintegrasi,
dukungan dari manajemen dan lain-lain.
Robbins (2007), menyatakan untuk menilai kualitas budaya organisasi suatu
organisasi dapat dilihat dari sepuluh faktor utama, yaitu sebagai berikut:
1. Inisiatif individu, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi yang
dipunyai individu.
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko, yaitu sejauhmana para pegawai dianjurkan
untuk bertindak agresif, inovatif, dan berani mengambil resiko.
3. Arah, yaitu sejauhmana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan
harapan mengenai prestasi.
4. Integrasi, yaitu tingkat sejauhmana unit-unit dalam organisasi didorong untuk
bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
5. Dukungan Manajemen, yaitu tingkat sejauhmana para manajer memberi
komunikasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap bawahan mereka.
6. Kontrol, yaitu jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk
mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai.
7. Identitas, yaitu tingkat sejauhmana para anggota mengidentifikasi dirinya secara
keseluruhan dengan organisasinya daripada dengan kelompok kerja tertentu atau
dengan bidang keahlian profesional.
8. Sistem imbalan, yaitu tingkat sejauhmana alokasi imbalan (kenaikan gaji,
promosi) didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari
senioritas, pilih kasih, dan sebagainya.
9. Toleransi terhadap konflik, yaitu tingkat sejauhmana para pegawai didorong
untuk mengemukakan konflik kritik secara terbuka.
10. Pola-pola komunikasi, yaitu tingkat sejauhmana komunikasi organisasi dibatasi
oleh hirarki kewenangan yang formal.

Apabila 10 faktor utama di atas terintergrasi dalam kerja-kerja organisasi maka


tidak bisa dipungkri organisasi tersebut memiliki kualitas budaya yang cukup handal dan
kemungkinan saja bisa menaikkan pamor organisasi itu sendiri.10
10
Arifin tohir,”buku ajar perilaku organisasi”, (Yogyakarta: deepublish,2014), hlm 112
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang budaya organisasi di tas, maka dapat kita simpulkan
beberapa hal tekait budaya organisasi, yakni budaya organisasi dapat diartikan
sebagai nilai, norma, aturan, falsafah, dan kepercayaan yang diyakini oleh sebuah
organisasi yang tercermin dala pola pikir dan perilaku para anggota organisasi.
Dengan demikian tentu organisasi memiliki karakteristik, karakteristik penting dari
budaya organisasi di antaranya adalah aturan-aturan perilaku, norma, nilai-nilai
dominan, filosofi, peraturan-peraturan yang tegas dari organisasi., dan iklim
organisasi.
Mengingat budaya organisasi merupakan nilai, kepercayaan bersama para anggota
organisasi, tentu budaya ini hendaknya senantiasa terus dibangun dan dibina dalam
organisasi. Hal ini terkait dengan berbagai macam latar belakang anggota organisasi.
Budaya organisasi yang dikelola akan memberikan dampak positif pada kinerja
institusi secara umum, karena budaya organisasi tersebut akan mengarahkan perilaku
para anggota organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hikmat.“Manajemaen Pendidikan”. Bandung: Pustaka Setia, 2011.


Siswanto dan Agus Sucipto. “Teori dan perilaku Organisasi”. Malang: UINMalang
Press, 2008.
Sopiah. ”Perilaku Organisasional”. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2008.
Arifin tohir. ”buku ajar perilaku organisasi”. Yogyakarta: deepublish,2014.
Wayan gede, “pengantar perilaku organisasi”, Denpasar timur: CV. Setia Bakti,2017.

Anda mungkin juga menyukai