PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Misalnya, seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga kelas menengah akan di
pada keluarga dalam kelas tersebut. Kebudayaan merupakan cermin cara berpikir dan
Demikian juga yang terjadi dalam sejarah pertumbuhan suatu organisasi. Ide yang
terdapat sebuah sistem yang dapat diartikan sama oleh setiap anggota organisasi, adalah
suatu feneomena yang masih relatif baru. Budaya organisasi dapat membedakan antara
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
2
Arifin tohir,”buku ajar perilaku organisasi”, (Yogyakarta: deepublish,2014), hlm 107
3. Orientasi terhadap hasil Tingkat tuntutan terhadap manajemen untuk memilih
memusatkan perhatian pada hasil, dibandingkan perhatian pada teknik dan proses
yang digunakan untuk meraih hasil tersebut.
4. Orientasi terhadap individu Tingkat kepuasan manajemen dalam
mempertimbangkan efek-efek hasil terhadap individu yang ada didalam
organisasi.
5. Orientasi terhadap tim Tingkat aktivitas pekerjaan yang diatur secara tim bukan
secara perorangan.
6. Agresivitas Tingkat tuntutan terhadap orang-orang agar berlaku agresif dan
bersaing, dan tidak bersikap santai.
7. Stabilitas Tingkat penekanan aktivitas organisasi dalam mempertahankan status
qou berbanding pertumbuhan.
Masing-masing karakter tersebut berada dalam suatu kesatuan, dari tingkat yang
rendah menuju tingkat yang lebih tinggi. Menilai suatu organisasi dengan menggunakan
tujuh karakter ini akan menghasilkan gambaran mengenai budaya organisasi tersebut.
Gambaran tersebut kemudian menjadi dasar untuk perasaan saling memahami yang
dimiliki anggota organisasi mengenai organisasi mereka, bagaimana segala sesuatu
dikerjakan berdasarkan pengertian bersama tersebut, dan cara-cara anggota organisasi
seharusnya bersikap. (Robins, 2002). Budaya organisasi berhubungan dengan cara-cara
bagaimana karyawan memahami tujuh karakter tersebut, bukan perasaan suka atau tidak
suka mereka terhadap tujuh karakter tersebut. Dengan begitu, budaya organisasi
merupakan ketentuan yang deskriptif. Hal ini sangat penting karena budaya organisasi
tersebut berfungsi membedakan antara konsep budaya organisasi dengan konsep
kepuasan bekerja. Penelitian terhadap budaya organisasi telah menempatkan cara untuk
mengukur pandangan karyawan terhadap organisasi mereka. Apakah ada tuntutan sasaran
dan kinerja yang jelas? Apakah suatu organisasi menghargai inovasi? Apakah suatu
organisasi mendorong terciptanya persaingan. Sebaliknya, penelitian terhadap kepuasan
kerja mencari cara untuk mengukur respons terhadap lingkungan kerja. Penelitian ini
berkaitan dengan perasaan karyawan terhadap harapan perusahaan, praktik pemberian
penghargaan, cara-cara penanganan konflik di dalam perusahaan dan lain sebagainya.
Budaya organisasi mewakili persepsi umum yang dimiliki oleh anggota organisasi.
Keadaan ini terbentuk secara jelas bila kita mendefinisikan budaya sebagai suatu sistem
pengertian bersama. Dengan demikian, kita berharap bahwa masing-masing individu
dengan latar belakang atau tingkat jabatan yang berbeda di dalam organisasi akan
mendeskripsikan budaya organisasi tersebut dengan cara yang sama. Kebanyakan
organisasi-organisasi besar memiliki suatu budaya dominan dan sejumlah subbudaya.
Suatu budaya dominan mengekspresikan nilai-nilai inti yang diberlakukan secara
bersama oleh mayoritas anggota organisasi. Jika suatu organiasi tidak memiliki budaya
yang dominan dan hanya terdiri dari sejumlah subbudaya, maka nilai budaya organisasi
sebagi suatu variabel yang berdiri sendiri akan terlihat sangat kecil. Karena tidak akan
ada interpretasi seragam terhadap apa yang menjadi sikap yang layak ataupun yang tidak
layak, (Robins, 2002). 3
3
Wayan gede, “pengantar perilaku organisasi”, (Denpasar timur:CV. Setia Bakti,2017), hlm 114
dan meningkatkan konsistensi sikap karyawan. Keadaan ini jelas sekali akan
menguntungkan sebuah organisasi. Dari sudut pandang karyawan, budaya
menjadi bermanfaat karena budaya tersebut mengurangi keambiguan. Budaya
menyampaikan kepada karyawan bagaimana pekerjaan dilakukan dan apa-apa
saja yang bernilai penting. Tetapi kita jangan mengabaikan aspek-aspek potensial
yang akan merusak fungsi budaya, terutama suatu budaya yang kuat. Budaya
merupakan suatu kecendrungan pada saat nilai-nilai bersama tidak selaras dengan
efektivitas organisasi untuk waktu-waktu selanjutnya. Situasi ini kebanyakan
terjadi jika lingkungan organisasi bersifat dinamis. Bila lingkungan tersebut
berubah dengan cepat, kemungkinan besar budaya organisasi yang ada sekarang
tidak lagi sesuai. Konsistensi terhadap perilaku merupakan aset bagi organisasi
yang berada di dalam lingkungan yang stabil. Tetapi konsistensi itu mungkin saja
akan memberatkan organisasi dan menghalangi kemampuan organisasi tersebut
dalam merespon perubahan-perubahan di dalam lingkungan.4
4
Wayan gede, “pengantar perilaku organisasi”, (Denpasar timur:CV. Setia Bakti,2017), hlm 117
5
Sopiah, :Perilaku Organisasional”, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2008),hlm. 131
6
Siswanto dan Agus Sucipto, “Teori dan perilaku Organisasi”, (Malang: UIN-Malang Press, 2008)hlm 143.
E. Elemen Budaya Organisasi
Secara umum, elemen organisasi dapat dibagi menjadi dua, yakni yang bersifat
idealistic merupakan elemen yang menjadi idiologi organisasi yang tidak mudah berubah.
Elemen ini biasanya tidak tampak dipermukaan, hanya orangorang tertentu yang
menyadarinya. Biasanya dipengaruhi oleh pendiri orgnisasi. Idiologi pendiri orgnisasi
akan sangat mempengaruhi arah organisasi. Idiologi organisasi biasanya tercermn dalam
visi dan misi.
Elemen yang lain adalah elemen behavioral, yang mana elemen ini merupakann
elemen yang kasat mata, yakni berupa perilaku sehari-hari anggota organisasi dan bentuk
lain seperti desain dan arsitektur organisasi. Sebagaimana yang disebutkan oleh Hofstede,
ia menyebut sebagai praktik-praktik manajemen. Dengan berbagai pertanyaan seperti
bagaimana perilaku manaajemen? Apakah berorientasi pada proses atau hasil? Apakah
peduli pada karyawan?
Menurut Rousseau elemen orgnisasi seperti bawang Bombay yang berlapis-lapis.
Sebagaimana yang digambarkan beikut:7
8
Sopiah, :Perilaku Organisasional”, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2008),hlm. 135
9
Hikmat, “Manajemaen Pendidikan”, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 228
Budaya organisasi memiliki karakteristik tersendiri. Karakterisik budaya
organisasi adalah terdapat pada inisiatif individu, toleransi, mempunyai arah, terintegrasi,
dukungan dari manajemen dan lain-lain.
Robbins (2007), menyatakan untuk menilai kualitas budaya organisasi suatu
organisasi dapat dilihat dari sepuluh faktor utama, yaitu sebagai berikut:
1. Inisiatif individu, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi yang
dipunyai individu.
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko, yaitu sejauhmana para pegawai dianjurkan
untuk bertindak agresif, inovatif, dan berani mengambil resiko.
3. Arah, yaitu sejauhmana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan
harapan mengenai prestasi.
4. Integrasi, yaitu tingkat sejauhmana unit-unit dalam organisasi didorong untuk
bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
5. Dukungan Manajemen, yaitu tingkat sejauhmana para manajer memberi
komunikasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap bawahan mereka.
6. Kontrol, yaitu jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk
mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai.
7. Identitas, yaitu tingkat sejauhmana para anggota mengidentifikasi dirinya secara
keseluruhan dengan organisasinya daripada dengan kelompok kerja tertentu atau
dengan bidang keahlian profesional.
8. Sistem imbalan, yaitu tingkat sejauhmana alokasi imbalan (kenaikan gaji,
promosi) didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari
senioritas, pilih kasih, dan sebagainya.
9. Toleransi terhadap konflik, yaitu tingkat sejauhmana para pegawai didorong
untuk mengemukakan konflik kritik secara terbuka.
10. Pola-pola komunikasi, yaitu tingkat sejauhmana komunikasi organisasi dibatasi
oleh hirarki kewenangan yang formal.
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang budaya organisasi di tas, maka dapat kita simpulkan
beberapa hal tekait budaya organisasi, yakni budaya organisasi dapat diartikan
sebagai nilai, norma, aturan, falsafah, dan kepercayaan yang diyakini oleh sebuah
organisasi yang tercermin dala pola pikir dan perilaku para anggota organisasi.
Dengan demikian tentu organisasi memiliki karakteristik, karakteristik penting dari
budaya organisasi di antaranya adalah aturan-aturan perilaku, norma, nilai-nilai
dominan, filosofi, peraturan-peraturan yang tegas dari organisasi., dan iklim
organisasi.
Mengingat budaya organisasi merupakan nilai, kepercayaan bersama para anggota
organisasi, tentu budaya ini hendaknya senantiasa terus dibangun dan dibina dalam
organisasi. Hal ini terkait dengan berbagai macam latar belakang anggota organisasi.
Budaya organisasi yang dikelola akan memberikan dampak positif pada kinerja
institusi secara umum, karena budaya organisasi tersebut akan mengarahkan perilaku
para anggota organisasi.
DAFTAR PUSTAKA