Anda di halaman 1dari 11

[Type the company name]

MAKALAH
BUDAYA ORGANISASI
Tugas Mata Kuliah Organizational Behavior

Disusun oleh:

Adji Estu Pambudi (1602009)


Dhimas Kusumo Winahyu (1602022)
Ikbal Maulana (1602031)
M. Husni Kabar (1602042)
Satria Nur Soleh Aditya (1602056)

Tingkat 1 Elektronika B

PROGResAM STUDI ELEKTRONIKA


POLITEKNIK GAJAH TUNGGAL
2017
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi merupakan hal yang tidak mungkin terlepas dari kehidupan
bermasyarakat. Karena dari semenjak lahir secara langsung kita sudah dikenalkan
dengan organisasi yaitu keluarga. Dalam organisasi tersebut tidak mungkin juga
terlepas dari ikatan budaya yang ada dalam organisasi. Ikatan budaya yang tercipta
dalam organisasi tersebut dapat tercipta dan dibentuk oleh masyarakat yang
bersangkutan, baik dalam organisasi bangsa, bisnis maupun bangsa. Budaya
membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak
menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat
menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau
bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi
dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas
organisasi secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan karakteristik budaya organisasi?
2. Apakah yang dimaksud keseragaman budaya?
3. Bagaimana sudut pandang tentang budaya organisasi?
4. Apa saja fungsi budaya organisasi?
5. Bagaimana cara mempelajari budaya organisasi ?
6. Bagaimana menciptakan dan mempertahankan budaya?

C. Tujuan Penyusunan
1. Mahasiswa memahami definisi dan karakteristik budaya organisasi.
2. Mahasiswa memahami apa itu keseragaman budaya
3. Mahasiswa mampu memahami sudut pandang tentang budaya organisasi
4. Mahasiswa memahami fungsi dari budaya organisasi
5. Mahasiswa memahami cara mempelajari budaya organisasi
6. Mahasiswa memahami cara menciptakan dan mempertahankan budaya dalam
organisasi
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi dan Karakteristik Budaya Organisasi

Secara etimologis (asal-usul kata), budaya organisasi terdiri dari dua kata,
yaknibudaya dan organisasi. Kata budaya pertama kali dikemukakan oleh
seorang antropologi bernama Edward B.Tylor pada tahun 1871 yang menyatakan
bahwa : “Budaya adalah sekumpulan pengetahuan, keyakinan, seni, moral,
hukum, adat, kapabilitas, dan kebiasaan yang diperoleh oleh seseorang
sebagai anggota sebuah perkumpulan atau komunitas tertentu. Dalam
sosiologi budaya diterjemahkan sebagai kumpulan symbol, mitos, dan
ritual yang penting dalam memahami sebuah realitas sosial”.
Sedangkan “Organisasi merupakan suatu sistem yang mapan dari
sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui
suatu jenjang kepangkatan & pembagian.”
Definisi lain menurut para ahli :

1) Menurut Siagian, (1995:126) : “Budaya organisasi merupakan kesepa-katan


(komitmen) bersama tentang nilai-nilai bersama dalam kehidupan organisasi dan
mengikat semua orang dalam organisasi yang bersangkutan”
2) Menurut pandangan Davis (1984): “Budaya organisasi merupakan
polakeyakinan dan nilai-nilai organisasional yang dipahami, dijiwai
dan dipraktikkan oleh organisasional sehingga pola tersebut
memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar berperilaku dalam organisasional”.
3) Menurut pandangan Schein (1992): “Budaya organisasi sebagai suatu pola
dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan
oleh suatu kelompok tertentu dengan maksud agar organisasi belajar mengatasi
atau menanggulangi masalah-masalahyang timbul sebagai akibat adaptasi
eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan cukup baik.
Sehingga perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara
yang benar untuk memahami, memikirkan dan merasakan berkenaan
dengan masalah-masalah tersebut.

Adapun karakteristik budaya organisasi menurut Robbins dan Judge


(2008:256) ada tujuh karakteristik utama yang secara keseluruhan merupakan
hakekat kultur sebuah organisasi yaitu:

1) Inovasi dan keberanian mengambil risiko, yaitu sejauh mana seorang anggota
didorong untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
2) Perhatian pada hal hal yang rinci, yaitu sejauh mana anggota diharapkan
menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
3) Orientasi hasil, yaitu sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil
ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil
tersebut.
4) Orientasi orang, yaitu sejauh mana keputusan-keputusan manajemen
mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam
organisasi.
5) Orientasi tim, yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada
tim ketimbang pada indvidu-individu.
6) Keagresifan, merupakan sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif
ketimbang santai.

7) Kemantapan, menunjukkan sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi


menekankan dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan
pertumbuhan.

B. Keseragaman Budaya
Harapan yang dibangun dari sebuah budaya organisasi bahwa individu
yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda atau berada pada tingkatan yang
tidak sama dalam organisasi akan memahami budaya organisasi dengan
pengertian yang serupa. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi
satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau
bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam
organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi
efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Sebagian besar organisasi memiliki budaya dominan dan banyak
subbudaya. Sebuah budaya dominan mengungkapkan nilai-nilai inti yang dimiliki
bersama oleh mayoritas anggota organisasi. Ketika berbicara tentang budaya
sebuah organisasi, hal tersebut merujuk pada budaya dominannya, jadi inilah
pandangan makro terhadap budaya yang memberikan kepribadian tersendiri
dalam organisasi. Subbudaya cenderung berkembang di dalam organisasi besar
untuk merefleksikan masalah, situasi, atau pengalaman yang sama yang dihadapi
para anggota. Subbudaya mencakup nilai-nilai inti dari budaya dominan ditambah
nilai-nilai tambahan yang unik.
C. Sudut pandang tentang Budaya organisasi
Setiap orang memiliki kepribadian yang unik. Kepribadian yang dimiliki
seseorang akan mempengaruhi cara kita berperilaku dan berinteraksi dengan yang
lain. Ketika kita menggambarkan seseorang itu merupakan orang yang hangat,
bersahabat, terbuka, menyenangkan, atau bahkan mungkin konserfatif, maka
sebenarnya kita telah menggambarkan perilaku seseorang. Organisasi juga
memiliki kepribadian, yang selanjutnya akan kita sebut sebagai budaya.

Graves 1986, mengadopsi tiga (3) sudut pandang berkaitan dengan


budaya, sebagai berikut : (1). Budaya merupakan produk konteks pasar di tempat
organisasi beroperasi, peraturan yang menekan, dsb. (2). Budaya merupakan
produk struktur dan fungsi yang ada dalam organisasi, misalnya organisasi yang
tersentralisasi berbeda dengan organisasi yang terdesentralisasi. (3). Budaya
merupakan produk sikap orang orang dalam pekerjaan mereka, hal ini berarti
produk perjanjian psikologis antara individu dengan organisasi.

Banyak definisi tentang budaya, namun dalam makalah ini hanya


mengadopsi 3 (tiga) dari berbagai ragam sudut pandang yang ada, diantaranya
definisi budaya yang dikemukakan oleh Taliziduhu Ndraha dalam bukunya
Budaya Organisasi mengemukakan pendapat Edward Burnett dan Vijay Sathe,
sebagai berikut :

1) Edward Burnett; mendefinisikan “Culture or civilization, take in its wide


technografhic sense, is that complex whole which includes knowledge,
bilief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits
acquired by men as a member of society”. Bahwa budaya memiliki
makna teknografis yang luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan, seni,
moral, hukum, adapt istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan
lainnya yang diperoleh sebagai anggota masyarakat.

2) Vijay Sathe; mendefinisikan ’Culture is the set of important assumption


(opten unstated) that members of a community share in common”. Bahwa
Budaya adalah seperangkat asumsi penting yang dimiliki bersama anggota
masyarakat.

3) Edgar H. Schein mendefinisikan budaya sebagai pola asumsi dasar yang


diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai
pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi ekstrenal dan integrasi
internal yang resmi dan terlaksana dengan baik.

Oleh karena itu budaya perlu diajarkan dan diwariskan kepada angota-
anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan
terkait degan masalah-masalah tersebut. Oleh karena itu budaya perlu diajarkan
dan diwariskan kepada angota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami,
memikirkan dan merasakan terkait degan masalah-masalah tersebut. Definisi
tentang budaya tersebut kemudian berdampak terhadap berbagai hal. Pertama,
budaya adalah suatu persepsi. Orang-orang mempersepsikan budaya organisasi
mendasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan ketika orang-orang tersebut
berada dalam organisasi. Kedua, orang-orang dari budaya yang berbeda dan dari
level pekerjaan yang berbeda, akan mendefinisikan budaya organisasi sesuai
dengan terminologi mereka, yang kemudian akan saling dipertukarkan untuk
menjadi budaya dalam organisasi. Ketiga, budaya organisasi adalah suatu
gambaran tentang bagaimana para anggota mempersepsikan organisasi menurut
mereka, bukan hanya berkaitan dengan hasil evaluasi.

D. Fungsi Budaya Organisasi


Budaya organisasi memiliki fungsi yang sangat penting. Menurut
Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :

1) Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang
lain.
2) Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3) Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas
daripada kepentingan diri individual eseorang.
4) Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi
itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh
karyawan.
5) Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.

E. Cara Mempelajari Budaya Organisasi


1) Cerita
“Cerita-cerita” organisasi lazimnya mengandung penggambaran
peristiwa yang signifikan, atau manusia, yang mencakup hal-hal seperti para
pendiri organisasi itu, pelanggaran peraturan, tanggapan terhadap kesalahan-
kesalahan masa lalu, dan sebagainya.

2) Upacara
Ritual-ritual perusahaan adalah serangkaian kegiatan berulang yang
mengungkapkan dan meneguhkan nilai-nilai organisasi, sasaran-sasaran apa
yang paling penting dan orang-orang mana yang penting.
3) Simbol
Ketika anda memasuki bisnis yang berbeda, apakah Anda memperoleh
“perasaan” tentang tempat tersebut-formal, kasual, gembira, serius, dan
sebagainya? Perasaan yang Anda peroleh itu menunjukkan kekuatan simbol-
simbol materi dalam menciptakan kepribadian organisasi. Tata letak fasilitas
organisasi, cara karyawan berpakaian, jenis mobil yang disediakan bagi
eksekutif puncak, dan ketersediaan pesawat milik perusahaan merupakan
contoh simbol-simbol materi. Simbol-simbol materi itu mengatakan kepada
para karyawan siapa yang penting, tingkat kesamaan yang dikehendaki oleh
pucuk pimpinan, dan berbagai jenis perilaku (misalnya menanggung risiko,
bersikap konservatif, otoriter, partisipatif, individualistis, dan sebagainya)
yang diharapkan dan layak.
4) Bahasa
Banyak organisasi dan unit di dalam organisasi menggunakan bahasa
sebagai cara untuk mengidentifikasi para anggota sebuah budaya. Dengan
mempelajari bahasa itu, para anggota menyatakan penerimaan mereka
terhadap budaya dan kesediaan mereka untuk membantu melestarikannya.
Dari waktu ke waktu,organisasi sering mengembangkan istilah-istilah unik
untuk menggambarkan peralatan, orang-orang penting, para pemasok,
pelanggan, proses, atau produk-produk yang berkaitan denga bisnis mereka.
Karyawan-karyawan baru sering merasa kewalahan dengan berbagai akronim
dan istilah khusus yang, dalam waktu singkat, menjadi bagian wajar bahasa
mereka. Setelah terasimilasi, bahasa itu berfungsi sebagai penanda umum
yang mempersatukan para anggota budaya tertentu.

F. Mempertahankan dan Menjaga Budaya Organisasi


1) Seleksi.
Untuk menentukan kriteria yang dianggap paling tepat untuk menjadi
anggota organisasi. Ini merupakan kekuatan dalam mempertahankan budaya
organisasi. Tujuan utama dari proses seleksi adalah menemukan &
mempekerjakan individu yg memiliki pengetahuan, kepandaian & kemampuan
untuk berprestasi dalam pekerjaan di dalam organisasi. Dalam proses seleksi
ini, ketika terdapat banyak calon yang memenuhi criteria, maka pengambil
keputusan akan menentukan siapakah yang nantinya akan dipekerjakan
berdasarkan pertimbangan tentang sejauh mana calon-calon tersebut akan
cocok dengan organisasinya. Selain itu, proses seleksi ini juga member
informasi kepada para pelamar mengenai organisasi itu, dan jika mereka
merasakan adanya konflik antara nilai mereka dengan nilai organisasi tersebut,
maka mereka dapat mengundurkan diri dari pencalonannya. Sehingga, proses
seleksi tersebut, menyaring individu yang mungkin akan menyerang atau
mengacaukan nilai-nilai intinya.

2) Manajemen puncak.
Manajemen puncak menunjukkan pada perilaku & tindakan dari
manajemen puncak akan berpengaruh terhadap budaya organisasi. Para
pegawai memperhatikan perilaku manajemen dimana kejadian-kejadian yang
diamati oleh para pegawai dalam kurun waktu tertentu dapat menetapkan
norma-norma yang kemudian meresap ke bawah melalui organisasi. Adanya
sosok Leadership sebagai panutan dalam bertindak merupakan cara untuk
mempertahankan Budaya Organisasi yang telah ada.

3) Proses sosialisasi.
Sosialisasi merupakan langkah yang tepat untuk mempertahankan
budaya organisasi, terutama sosialisasi yang ditujukan bagi anggota baru
untuk menyesuaikan diri dengan budayanya. Seluruh anggota organisasi
seharusnya mengetahui & memahami mengenai terbentuknya budaya
organisasi, pentingnya bagi kemajuan organisasi, termasuk bagi
pengembangan dirinya. Sebuah organisasi akan selalu mensosialisasi setiap
pegawai selama kariernya. Namun sosialisasi yang paling eksplisit ialah ketika
organisasi mencoba membentuk orang luar/orang baru untuk menjadi seorang
pegawai “yang berkedudukan baik”. Dalam proses tersebut, mereka diberitahu
mengenai bagaimana hal tersebut dilakukan disini.

Manajemen
Puncak

Filosof Sosialisasi Budaya


Kriteria
Pendiri Organisasi
Gambar.1 FlowPendiri /
chart Penciptaan dan Mempertahankan Budaya
BAB III PENUTUP
A. Simpulan

Budaya organisasi tidak muncul dengan sendirinya dikalangan anggota organisasi,


tetapi perlu dibentuk dan dipelajari karena pada dasarnya budaya organisasi adalah
sekumpulan nilai dan pola perilaku yang dipelajari, dimiliki bersama oleh semua
anggota organisasi dan diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya.
Budaya organisasi sangat penting perannya dalam mendukung terciptanya suatu
organisasi atau perusahaan yang efektif. Secara lebih spesifik, budaya organisasi
dapat berperan dalam menciptakan jati diri, mengembangkan keikutsertaan pribadi
dengan organisasi dan menyajikan pedoman prilaku kerja bagi anggotanya.

DAFTAR PUSTAKA
http://anisa-arkadia.blogspot.co.id/2012/01/budaya-organisasi.html

https://elqorni.wordpress.com/category/manajemen-organisasi/budaya-organisasi-
manajemen-organisasi/

https://duniatugasasri.wordpress.com/2013/06/11/fungsi-budaya-organisasi/

http://manajemen-d2.blogspot.co.id/2013/10/bagaimana-karyawan-mempelajari-
budaya.html

http://kokoagat.blogspot.co.id/2013/05/cara-menciptakan-dan-
mempertahankan_14.html

Anda mungkin juga menyukai