Kelompok 3 AJ-1B:
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
1. THEORY OF REASONED ACTION (TRA)
Theory of Reasoned Action dicetuskan oleh Fishbein dan Ajzen (1975).Theory ini
menegaskan peran dari niat seseorang dalam menentukan apakahsebuah perilaku akan terjadi.
Teori ini secara tidak langsung menyatakanbahwaperilaku pada umumnya mengikuti niat dan
tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niatseseorang dipengaruhi oleh sikap terhadap suatu
perilaku, seperti apakah ia merasaperilaku itu penting. Teori ini juga menjelaskan sifat-sifat
normatif yang mungkindimiliki orang. Mereka berfikir tentang apa yang akan dilakukan
orang lain (orang-orang yang berpengaruh di dalam kelompok) pada situasi yang sulit.
(intention) dan perilaku intensi merupakan predictor terbaik dari perilaku.Jika ingin
Dalam model TRA, dikemukakan bahwa kinerja individu dari perilaku yang telah
ditetapkan akan ditentukan oleh maksud dari tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
perilaku secara bersama-sama ditentukan oleh sikap individu dan norma-norma subjektif
(Ardi Hamzah, 2009). Ajzen dan Fishbein (1980) mengembangkan TRA untuk
menghubungkan keyakinan ke niat dan terus ke perilaku.Penelitian Ajzen dan Fishbein telah
menjadi dasar pemahaman terhadap hubungan antara sikap (attitude) dan perilaku
terlihat karena berhubungan dengan rasa, sedangkan behavior bersifat terlihat atau nyataa
prediksi perilaku tersebut dapat jauh lebih akurat apabila ukuran sikap bersifat statistik,
sangat spesifik.Spesifik disini maksudnya pada kondisi khusus yang tertentu saja. Manfaat
utamanya bagi peneliti ialah kemungkinan bahwa ukuran-ukuran minat berperilaku akan
perilaku ditentukan minat oleh minat. Jadi, para peneliti menganggap korelasi yang kuat
antara ukuran minat dan ukuran perilaku sangat mungkin terjadi dan memang demikian
terjadinya.Akan tetapi, Fishbein (1973), menyatakan bahwa kondisi kondisi dan persyaratan-
persyaratan harus mendukung secara maksimal untuk menghasilkan korelasi yang tinggi
Variabel-variabel
1. Behavior belief adalah mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu.
Seseorang akan mempertimbangkan untung atau rugi dari perilaku tersebut (outcome
akan terjadi bagi individu bila ia melakukan perilaku tersebut (evaluating regarding of
the outcome).
mencerminkan dampak dari norma-norma subyektif dan norma social yang mengacu
pada keyakinan seseorang terhadap bagaiman dan apa yang dipikirkan orang-orang
yang dianggap penting oleh individu (referent persons) dan motivasi seseorang untuk
3. Attitude towards the behavior adalah fungsi dari kepercayaan tentang konsekuensi
dan penilaian terhadap perilaku tersebut. Sikap juga berarti perasaan umum yang
seseorang itu tinggal. Unsur-unsur social budaya yang dimaksud seperti “gengsi”
yang juga dapat membawa seseorang untuk mengikuti atau meninggalkan sebuah
perilaku
5. Subjective norms adalah norma subjektif atau norma yang dianut seseorang
agar seseorang dapat menerima perilaku tertentu, yang kemudian diikuti dengan
saran, nasehat dan motivasi dari keluarga atau kawan. Kemampuan anggota keluarga
atau kawan terdekat mempengaruhi seorang individu untuk berperilaku seperti yang
tersebut terhadap perilaku tertentu dan keyakinannya melihat keberhasilan orang lainb
6. Behavioral intention adalah niat ditentukan oleh sikap, norma penting dalam
masyarakat dan norma subjektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap
perilaku. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku
norma social yang mengacu peda keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa
berdasarkan atas niat yang sudah terbentuk. Perilaku merupakan transisi niat atau
Menurut Fisbein dan Middlestadt (1989) ada variable eksternal yang muncultidak
kelamin, usia. Variabel seperti ini bukannya kurang penting, tetapi efeknya pada intensi
(kehendak) dianggap diperantai oleh sikap, norma subyektif dari komponen-komponen ini.
Keuntungan TRA
perilaku dalam item yang operasional. Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku
yang dapat diamati secara langsung dan dibawah kendali seseorang, artinya perilaku sasaran
harus diseleksi dan diidentifikasikan secara jelas. Tuntutan ini memerlukan pertimbangan
Konsep penting dalam TRA adalah fokus perhatian (salience). Istilah ini mengacu
intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan kelompok referensi yang
penting bagi perilaku populasi yang dipertimbangkan. Hal ini berbeda dariperilaku populasi
yang satu ke populasi yang lain. Ini mengacu pada norma nilai dan norma-norma dalam
kelompok sosial yang diselidiki, sebagai indikator penting untuk memprediksikan perilaku
yang akan diukur. Contohnya : terdapat nilai dan norma di masyarakat bahwa diare bukan
suatu penyakit, tetapi sebagai hal yang alami dari tumbuh kembang anak. Haltersebut berarti
masyarakat memandang diare bukan fokus perhatian yang penting.Contoh lain : fokus
perhatian perilaku seksual dan pencegahan AIDS tidak akan sama antara
Kelemahan TRA
pemanfaatan dan pengggunaan teknologi systeminformasi.Inti dari TPB adalah adanya unsur
perilaku individu dipengaruhi olehniat individu itu (behavioral intention) terhadap perilaku
behavioralcontrol).
Variabel – variable
Model teoritik dari Teori Planned Behavior (Perilaku yang direncanakan) mengandung
Seperti usia, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian,
dan pengetahuan) mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal.
Faktor latar belakang pada dasarnya adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang,
yang dalam model Kurt Lewin dikategorikan ke dalam aspek O (organism). Dalam
kategori ini Ajzen (2005), memasukkan tiga faktor latar belakang, yakni personal,
sosial, dan informasi. Faktor personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu,
sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang
dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender),
2. Sikap
Menurut Alport sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon terhadap
suatu objek dalam bentuk rasa suka atau tidak suka. Sikap merupakan kecenderungan
untuk mengevaluassi dengan beberapa derajat suka ( favor ) atau tidak suka ( unfavor ),
yang ditunjukan dalam respon kognitif, afektif, dan tingkalh laku terhadap suatu objek,
Komponen sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif,
a) Kognitif
adalah sikap profesi medis. Percaya bahwa profesi medis seperti dokter dan perawat
hanya berorientasi pada uang adalah beberapa contoh kepercayaan negatif yang
akhirnya memiliki sikap yang negatif terhadap profesi medis, demikian juga
menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
diaplikasikan pada contoh sikap terhadap profesi medis diatas, seseorang yang
memiliki perasaan jijik terhadap profesi medis dan apa yang dikerjakannya akan
melahirkan sikap yang negatif pada orang tersebut, demikian sebaliknya jika ia
memiliki perasaan positif, maka ia juga akan memiliki sikap positif pada profesi
medis.
bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.Jika diaplikasikan pada contoh sikap
diatas, seseorang yang memiliki sikap positif pada profesi medis jika orang tersebut
sakit baru, bersedia mengunjungi dokter, dan lainnya. Individu akan merasa nyaman
kalau ketiga komponen tersebut bersesuaian atau harmoni. Jika tidak ada kesesuaian
berarti terjadi disonansi, yang menyebabkan konsumnen merasa tidak nyaman dan
tidak enak.
3. Norma Subjektif
Norma subjektif merupakan persepsi seseorang terhadap adanya tekanan sosial
untuk menampilkan atau tidak menampilkan tingkah laku. Selain itu ,Ajzen juga
masyarakat ) terhadap dirinya. Namun, harapan orang – orang lain tersebut tidak sama
pengaruhnya. Ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang cenderung diabaikan.
Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih memotivasi orang yang
atau kesulitan untuk menampilkan tingkah laku.Persepsi ini merupakan refleksi dari
pengalaman masa lampau individu dan juga halangan atau rintangan untuk menampilkan
tingkah laku.
Sebagaimana sikap dan norma subjektif, control perilaku yang dirasakan juga
merupakan sebuah fungsi belief, yang biasa disebut control belief yang mengacu pada
persepsi pada persepsi seseorang apakah ia mempunyai atau tidak mempunyai kapasitas
faktor – faktor yang mempermudah atau menghambat dalam menampilkan tingkah laku
tersebut tidak hanya didasarkan pada pengalaman masa lalu individu dengan perilaku,
tetapi juga dipengaruhi oleh informasi tidak langsung dari pihak kedua mengenai
perilaku, hasil observasi terhadap pengalaman bertingkah laku teman, serta faktor lain
yang dapat meningkatkan atau mengurangi persepsi individu terhadap kesulitan untuk
Ajzen berpendapat bahwa “ semakin besar sumber atau kesempatan yang seseorang
pikir untuk menampilkan tingkah laku serta semakin sedikit halangan dan rintangan
yang dapat diantisipasi, maka semakin besar pula persepsi mereka terhadap control
Peran Kontrol perilaku yang dirasakan Kontrol perilaku yang dirasakan adalah
faktor yang sangat berperan dalam memprediksi tingkah laku yang tidak berada dibawah
control penuh individu tersebut. Kontrol perilaku yang disarankan berperan dalam
meningkatkan terwujudnya niat kedalam tingkah laku pada saat yang tepat. Individu bisa
saja memiliki sikap yang positif dan persepsi bahwa orang lain akan sangat mendukung
terhambat oleh faktor seperti perasaan tidak mampu untuk melakukannya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa walaupun individu memiliki sikap, dan norma subjektif yang
mendukungnya untuk melaksanakan suatu tingkah laku, namun eksekusi tingkah laku itu
sendiri masih bergantung pada faktor kontrol perilaku yang dirasakan yang ia miliki.
Pengukuran kontrol Perilaku yang dirasakan ini dapat diukur secara langsung
tingkah laku yang diinginkannya atau apakah individu tersebut percaya bahwa ia dapat
a. Skala yang mengukur control belief subjek yaitu mengenai ada tidaknya faktor yang
ditampilkannya perilaku.
5. Niat
Niat berperilaku menurut Fishbein, Ajzen dan banyak peneliti merupakan suatu
predictor yang kuat tentang bagaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi
seberapa besar usaha mereka untuk merencanakan, sehingga menampilkan suatu tingkah
laku.
Fishbein dan Ajzen mengatakan bahwa seberapa kuat niat seseorang menampilkan
Beberapa ahli juga berpendapat bahwa cara yang paling sederhana untuk memprediksi
apakah seseorang akan melakukan sesuatu adalah dengan menanyakan apakah mereka
berniat atau mempunyai niat untuk melakukannya. Oleh karena itu, niat diukur denagn
meminta seseorrang untuk menempatkan dirinya dalam sebuah dimensi yang bersifat
6. Perilaku
Secara etimologis kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi seseorang ( individu )
terhadap rangsangan / lingkungan. Selain itu, perilaku juga merupakan aktivitas yang
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism atau makhluk hidup yang bersangkutan.
Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
Reasoned Action (TRA).Konstruk yang belum ada adalah kontrol perilaku yang
individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Dengan kata lain, dilakukannya atau
tidak dilakukannya perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif
semata tapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang
Sebagai aturan umum, semakin baik sikap dan norma subjektif dan semakin besar
control yang dirasakan, semakin besar niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
kesehatan mereka
konsumsi alkohol
eksternal
BEHAVIOUR
Keterangan :
BEHAVIOR (TPB)
Perbedaan utama antara TRA dan TPB adalah tambahan penentu intensi berperilaku
yang ke tiga, yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC ditentukan oleh dua faktor
perceived power (persepsi mengenai kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan suatu
mempersepsi tingkat kesulitan atau kemudahan untuk menampilkan suatu perilaku tertentu.
Jika seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang ada yang
akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut memiliki persepsi yang tinggi
untuk mampu mengendalikan suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang tersebut akan memiliki
persepsi yang rendah dalammengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control beliefs
yang kuat mengenai faktor-faktor yang menghambat perilaku. Persepsi ini dapat
mencerminkan pengalaman masa lalu, antisipasi terhadap situasi yang akan datang, dan sikap
Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk
sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan
TRA/TPB dimulai dengan melihat intensi berperilaku sebagai anteseden terdekat dari
suatu perilaku. Dipercaya bahwa semakin kuat intensi seseorang untuk menampilkan suatu
perilaku tertentu, diharapkan semakin berhasil ia melakukannya. Intensi adalah suatu fungsi
dari beliefs dan atau informasi yang penting mengenai kecenderungan bahwa menampilkan
suatu perilaku tertentu akan mangarahkan pada suatu hasil yang spesifik. Intensi bisa
berubah karena waktu. Semakin lama jarak antara intensi dan perilaku, semakin besar
kecenderungan terjadinya perubahan intensi. Karena Ajzen dan Fishbein tidak hanya tertarik
dalam hal meramalkan perilaku tetapi juga memahaminya,mereka mulai mencoba untuk
Education Theory, Research, and Practice. 4th Edition, 2008, San Fransisco: Jossey-
Bass.