Anda di halaman 1dari 3

REKOGNISI

Definisi
Merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih
komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu
hasil yang objektif dan bisa dipertanggungjawabkan.

Tujuan
1. Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, severity, pola
pajanan, besaran, dll)
2. Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
3. Mengetahui proses kerja yang berisiko
4. Mengetahui pekerja yang berisiko

Metode
1. Physical Examinations
Pemeriksaan fisik (kesehatan) pekerja dapat dijadikan media untuk rekognisi bahaya yang
ada di tempat kerja. Dalam kasus ini pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah
pemeriksaan kepala dan leher, jantung, paru-paru, abdomen, dan ekstremitas. Seain itu
juga dilakukan pemeriksaan laboratrium mencakup FOB (Fiber Optik Bronkhoskopi),
darah, dan faal paru, serta juga dilakukan foto dada.
2. Accident/ Injury Report
Analisis statistik terhadap data kecelakaan dan injury yang ada dapat membantu
menemukan proses atau area yang berisiko. Metode ini membutuhkan data investigasi
kecelakaan yang detil dan banyak. Kasus yang terjadi pada pekerja pabrik keramik diatas
juga dapat dilakukan analisis dari data kecelakaan dan injury pabrik. Namun hal ini akan
sulit dilakukan jika jarang terjadi kejadian serupa dan data investigasi yang tidak lengkap.
3. Literature & Discussion with Other Profesional
Masalah yang dihadapi oleh perusahaan sekarang mungkin pernah dialami oleh
perusahaan lain sebelumnya, sehingga input untuk perbaikan sangat mungkin didapatkan
dari tenaga ahli yang lain. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan review secara periodik
terhadap suatu masalah melalui meeting dan training dimana suatu masalah bisa
didiskusikan dengan para ahli yang lain.
Misal dalam kasus diatas, pabrik keramik tersebut baru pertama kali mengalami kejadian
seperti ini, jadi akan sangat membantu jika dapat berdiskusi dengan perusahaan lain yang
pernah mengalami kejadian serupa.
4. Walk Through Inspection
Biasanya dilakukan oleh tim yang memahami berbagai jenis bahaya pada saat melakukan
walk through plant. Metode ini memerlukan form atau checklist dalam pelaksanaannya.
Pelaksanaan metode ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui bahaya di tempat
kerja, misalnya di bagian produksi pabrik keramik mengandung debu silika.
5. Sampling & Spot Inspection
Hal ini dilakukan untuk melakukan rekognisi terhadap bahaya atmosfir (air quality
studies). Meskipun terkadang hasil dari spot sampling belum tentu menggambarkan
kondisi yang sebenarnya. Dalam kasus diatas dapat dilakukan sampling dan spot
inspection di beberapa lokasi yang diduga mengandung debu berbahaya seerti silika.
6. Preliminary Hazard Analysis
Pendekatan ini sangat baik dilakukan apabila ada sistem operasi baru atau yang sudah
dimodifikasi untuk menentukan potensi bahaya yang akan timbul pada sistem tersebut jika
dioperasikan. Misal di pabrik keramik terdapat alat atau sistem operasi yang baru maka
hendaknya dilakukan preliminary hazard analysis untuk mengatahui potensi bahaya pada
alat atau sistem operasi tersebut.
7. Review of Process Flow
Merupakan rekognisi bahaya dengan mengevaluasi potensi bahaya pada setiap langkah
proses produksi atau langkah kerja yang ada dari awal sampai akhir. Hal ini untuk
menentukan reaksi-reaksi mana yang menimbulkan bahaya kimia baik proses awal,
intermediate, maupun akhir. Misalnya di pabrik keramik tersebut dianalisis bahayanya
mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga packaging sehingga dapat
dilakukan pengendalian dari bahaya yang ditimbulkan.
8. Fault Tree Analysis
Digunakan untuk mencari akar penyebab dari permasalahan yang sudah muncul, dengan
harapan dapat mengendalikan akar permasalahan tersebut dan tidak akan terulang kejadian
yang sama lagi. Misalnya dalam kasus Tn.F akan diketahui penyebab dasarnya mengapa
dia bisa menderita penyakit silikosis.
9. Failure Mode & Effect
Suatu teknik rekognisi bahaya dengan cara mengasumsikan jika terjadi kegagalan pada
suatu komponen atau elemen di dalam suatu sistem, lalu ditentukan efek atau dampak dari
kegagalan pada komponen atau elemen tersebut. Teknik ini membantu untuk menentukan
kemungkinan terjadinya kegagalan kecil yang dapat menghasilkan suatu kejadian yang
besar. Misalnya, kasus yang terjadi pada Tn. F disebabkan karena pemakaian APD
(masker) yang tidak rutin, dari kejadian tersebut pabrik akan mengasumsikan seberapa
besar kerugian yang akan diterima oleh pabrik.
10. Job Safety Analysis
Setiap pekerjaan diuraikan dalam bentuk task-task dan komponen lain yang terlibat. Setiap
task kemudian direview untuk menentukan potensi bahaya yang mungkin akan diterima
pekerja. Tindakan yang diambil untuk mengendalikan potensi bahaya adalah dengan
memodifikasi prosedur kerja, peralatan yang digunakan, dan pengendalian yang bisa
dilakukan untuk mengurangi pajanan.

DAFTAR PUSTAKA
Plog, A.Barbara. 2012. Fundamentals Of Industrial Hygiene 5th Edition. Natinal Safety
Council

Anda mungkin juga menyukai