Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi atau mungkin terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu.(Mulyadi, 2012).Biaya diperlukan dalam semua bidang, salah
satunya yaitu dalam bidang kesehatan.
Dewasa ini, masih banyak kendala dalam pemenuhan kebutuhan
kesehatan.Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya
yaitu sumber daya.Sumber daya merupakan suatu nilai potensi yang dimiliki
oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan.Salah satu sumber
daya yang cukup penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat adalah
biaya.Efektivitas biaya tidak sekedar menjadi perhatian di bidang
pereekonomian karena peningkatan kesehatan masyarakat dan
kesejahteraan merupakan masalah moral. Alokasi sumber daya yang tidak
efektif akanmenghasilkan manfaat yang lebih sedikit daripada yang mungkin
terjadi dengan alokasi yang berbeda.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, tentunya
dibutuhkan beberapa pengetahuan di antaranya mengenai suatu program
dan intervensi yang nantinya akan diimplementasikan, banyaknya biaya
yang dibutuhkan, serta pengelolaan sumber daya secara efektif. Dalam
ekonomi kesehatan, dikenal dengan sebutan Cost effectiveness analysis
(CEA)yaitu suatu metode pemilihan untuk menilai program yang terbaik bila
beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk
dipilih. Sehingga, dengan kita mempelajari CEA, diharapkan nantinya kita
dapat mengetahui sebuah intervensi/ program/ beberapa unsur lain yang
lebih efektif yang dapat memberikan lebih banyak manfaat pada lebih
banyak orang dan menjadi pertimbangan penting dalam mengevaluasi
tindakan dan kebijakan sosial.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Cost Effectiveness Analysis (CEA) ?
2. Bagaimana tahapan perhitungan Cost Effectiveness Analysis (CEA) ?
3. Bagaimana contoh dari implementasiCost Effectiveness Analysis (CEA) ?

1.3 Tujuan
1. Memahami tentang Cost Effectiveness Analysis(CEA)
2. Memahami tahapan Cost Effectiveness Analysis(CEA)
3. Memahami contoh implementasi Cost Effectiveness Analysis(CEA)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cost Effectiveness Analysis (CEA)


2.1.1 Definisi Cost Effectiveness Analysis (CEA)
Menurut beberapa para ahli, ada beberapa definisi tentang Cost effectivenes
analysis(CEA), antara lain :
1. Menurut Thomson (1980), Cost Effectiveness Analysis merupakan cara
memilih untuk menilai program yang terbaik bila beberapa program yang
berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. CEA merupakan
metode untuk menilai alternative program mana yang paling murah dalam
menghasilkan output tertentu. Caranya dengan membandingkan biaya
(cost) dengan output (objective) yang dihasilkan.
2. Cost effectiveness analysis merupakan suatu metoda yang didesain
untuk membandingkan antara outcome kesehatan dan biaya yang
digunakan untuk melaksanakan program tersebut dan intervensi dengan
alternatif lain yang menghasilkan outcome yang sama(Vogenberg, 2001).
3. Menurut Levin (2002), analisis efektifitas biaya adalah evaluasi yang
mempertimbangkan aspek biaya dan konsekuensi dari sebuah alternatif
pemecahan masalah. Ini adalah sebuah alat bantu pembuat keputusan
yang dirancang agar pembuat keputusan mengetahui dengan pasti
alternatif pemecahan mana yang paling efisien.
4. Menurut Rohmah (2005), CEA adalah teknik yang digunakan untuk
menilai alternatif program mana yang paling tepat dan murah dalam
menghasilkan output tertentu. Cara atau metodenya dengan cara
membandingkan output yang berhasil (objectives) dari masing-masing
alternatif program dengan biaya (cost) dari alternatif program tersebut.
5. Menurut Meg Sewell dan Mary Marczak (2011), “cost analysis is currently
a somewhat controversial set of methods in economic evaluation, cost
allocation, and efficiency assessment. One reason for the controversy is
that these terms cover a wide range of methods”. Analisis biaya adalah
sebuah metode yang kontroversial (mencakup beberapa metode) dalam
evaluasi ekonomi, pengalokasian biaya, dan penilaian efisiensi.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa, Cost
effectiveness analysis (CEA) adalah sebuah metode yang digunakan untuk

3
memilih dan menilai suatu program dengan membandingkan efektifitas dari
output yang diperoleh dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan
program dengan tujuan yang sama.
2.1.2 Prinsip Dasar CEA
Beberapa ciri pokok CEA menurut Azwar, A (2010) adalah sebagai
berikut :
a. Bermanfaat untuk mengambil keputusan.
CEA berguna untuk membantu pengambilan keputusan
dalam menetapkan program terbaik yang akan dilaksanakan.
Dengan ciri ini jelaslah bahwa CEA terutama diterapkan sebelum
suatu program dilaksanakan, jadi masuk dalam tahap perencanaan.
b. Berlaku jika tersedia dua atau lebih program.
CEA merupakan suatu metode analisis biaya dimana didalam
metode tersebut tidak dapat hanya menggunakan satu program
dalam pelaksanaannya, namun harus lebih dari satu program.
Sehingga program tersebut dapat menjadi pembanding yang
kemudian dapat dilihat mana yang lebih efektif untuk digunakan
didalam suatu organisasi dengan pengeluaran biaya yang sama di
tiap program.
c. Mengutamakan unsur input (masukan) dan unsur output (keluaran).
Pada CEA yang diutamakan hanya unsur masukan yang
dibutuhkan oleh program serta unsur keluaran yang dihasilkan
oleh program. Unsur lainnya, seperti proses, umpan balik dan
lingkungan agak diabaikan.
d. CEA terdiri dari tiga proses, yaitu :
1) Analisis biaya dari setiap alternatif atau program.
2) Analisis efektifitas dari tiap alternatif atau program.
3) Analisis hubungan atau ratio antara biaya dan efektifitas
alternatif atau program.
2.1.3 Jenis CEA
Ada 2 macam analisis efektivitas biaya, yaitu :
a. Analisis jangka pendek
Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu kurang
dari 1 tahun.Analisis jangka pendek ini merupakan analisis yang

4
paling banyak dan sering dilakukan.Dalam analisis jangka pendek ini
biaya satuan (unit cost) dihitung dari biaya depresiasi.
b. Analisis jangka panjang
Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu lebih
dari 1 tahun. Dalam analisis jangka panjang ini biaya satuan (unit
cost) yang digunakan adalah berupa nilai discounted unit cost,
dimana dalam perhitungannya tanpa mempertimbangkan biaya
depresiasi.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan CEA
a. Kelebihan
1. Mengatasi kekurangan dalam Cost Benefit Analysis
Saatbenefit sulit ditransformasikan dalam bentuk uang sebab dalam
CEA dilakukan perhitungan perbandingan outcome kesehatan dan
biaya yang digunakan jadi tetap dapat memilih program yang lebih
efektif untuk dilaksanakan meskipun benefitnya sulit untuk diukur.
2. Hemat waktu dan sumber daya intensif
CEA memiliki tahap perhitungan yang lebih sederhana sehingga lebih
dapat menghemat waktu dan tidak memerlukan banyak sumber daya
untuk melakukan analisis.
3. Lebih mudah untuk memahami perhitungan unsur biaya
DalamCEA lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami.
Meskipun demikian CEA masih cukup peka sebagai salah satu alat
pengambil keputusan.
4. Cocok untuk pengambilan keputusan dalam pemilihan program.
CEA merupakan cara memilih program yang terbaik bila beberapa
program yang berbedadengan tujuan yang sama tersedia untuk
dipilih. Sebab, CEA memberikan penilaian alternatif program mana
yang paling tepat dan murah dalam menghasilkan output tertentu.
Dalam hal ini CEA membantu penentuan prioritas dari sumber daya
yang terbatas.
5. Membantu penentuan prioritas dari sumber daya
b. Kekurangan
1. Alternatif tidak dapat dibandingkan dengan tepat
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sulitnya ditemui CEA yang
ideal, dimana tiap-tiap alternatif identik pada semua kriteria, sehingga

5
analisis dalam mendesain suatu CEA, harus sedapat mungkin
membandingkan alternatif- alternatif tersebut.
2. CEA terkadang terlalu disederhanakan.
Pada umumnya CEA berdasarkan dari analisis suatu biaya dan suatu
pengaruh misalnya rupiah/anak yang diimunisasi.Padahal banyak
program-program yang mempunyai efek berganda.Apabila CEA
hanya berdasarkan pada satu ukuran keefektifan (satu biaya dan satu
pengaruh) mungkin menghasilkan satu kesimpulan yang tidak
lengkap dan menyesatkan.
3. Belum adanya pembobotan terhadap tujuan dari setiap program.
Akibat belum adanya pembobotan pada tujuan dari setiap program
sehingga muncul pertanyaan “biaya dan pengaruh mana yang harus
diukur?”. Pertanyaan ini timbul mengingat belum adanya kesepakatan
diantara para analis atau ahli.Disatu pihak menghendaki semua biaya
dan pengaruh diukur, sedangkan yang lainnya sepakat hanya
mengukur biaya dan pengaruh-pengaruh tertentu saja.
4. Cost Effectiveness Analysis terkadang terlalu disederhanakan
5. Seharusnya ada pembobotan terhadap tujuan dari setiap proyek
karena beberapa tujuan harus diprioritaskan..

6
2.2 Tahapan Perhitungan Cost Effectiveness Analysis (CEA)

Gambar 2.1 Bagan Tahapan Perhitungan CEA


Penggunaan Cost Effectiveness Analysis (CEA) dilakukan dalam beberapa
tahap sebagai berikut :

Tahap 1 :
Menentukan tujuan CEA (Objektive)
1) Memilih atau menentukan tipe program yang akan di evaluasi
2) Mengapa CEA harus dilakukan

Tahap 2 :
Mengidentifikasi unsur-unsur biaya dari alternatif program yang
akan dianalisi.
Unsur-unsur biaya yang bias diidentifikasi adalah unsur biaya tetap dan
biaya variabel atau biaya investasi dan biaya operasional atau biaya
langsung dan tidak langsung dari setiap alternative program yang akan
dianalisis.
Untuk keperluan analisis, biaya dikelompokkan menjadi beberapa kriteria,
yaitu :

1. Berdasarkan Pengaruhnya pada skala produksi


Berkaitan dengan perubahan skala produksi, biaya dibedakan atas:
a. Biaya Tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah biaya yang nilainya secara relative tidak
dipengaruhi oleh besarnya produksi (output). Biaya ini harus
tetap dikeluarkan, walaupun tidak ada pelayanan. Besarnya

7
biaya tetap yang harus dikeluarkan dalam suatu proses produksi
tergantung dari jumlah input tersebut yang digunakan dalam
proses produksi dan berapa harganya (Algifari, 2002). Contoh
biaya tetap adalah biaya gedung, biaya non medis tidak habis
pakai, dan biaya medis tidak habis pakai.
b. Biaya variabel (variabel cost)
Biaya variabel adalah biaya yang nilainya dipengaruhi oleh
banyaknya output. Menurut Algifari (2002), besarnya biaya
variabel (pengeluaran perusahaan untuk membeli input variabel)
dipengaruhi oleh jumlah input variabel yang digunakan dan
harga input variabel. Contoh yang termasuk biaya variabel
adalah biaya non medis habis pakai, biaya medis habis pakai,
dan biaya pemeliharaan. (Algifari, 2002)
2. Berdasarkan Lama Penggunaannya
Dibedakan menjadi :
a. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang kegunaannya dapat
berlangsung dalam waktu yang relative lama (biasanya lebih
dari 1 tahun). Contoh yang termasuk biaya investasi adalah
biaya pembangunan gedung dan biaya pembelian mobil. Biaya
investasi dihitung dari nilai barang investasi yang disetahunkan
(Annualized Investment Cost atau biaya penyusutan).
b. Biaya Operaasional
Biaya operasional adalah biaya yang diperlukan untuk
melaksankan kegiatan dalam suatu proses produksi dan
memiliki sifat habis pakai dalam kurun waktu singkat (kurang
dari 1 tahun). Contohnya adalah biaya obat, gaji pegawai, air,
dan listrik.
3. Bersadarkan Fungsi atau Aktivitas Sumber Biaya
Biaya berdasarkan fungsi atau aktivitas sumber biaya dibedakan
menadi :
a. Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang dibebankan pada sumber
biaya yang mempunyai fungsi (aktifitas) langsung terhdap
output.

8
b. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang dibebankan pada
sumber biaya yang mempunyai fungsi penunjang (aktifitas tak
langsung) terhadap output dan dikeluarkan oleh pasien secara
tidak langsung saat mendapatn pelayanan.

Tahap 3:
Menghitung Total Cost (Biaya Total)
Terlebih dahulu menghitung nilai Annual Investment Cost (AIC) atau
biaya penyusutan
Rumus AIC :

Biaya total diperoleh dari penjumlahan seluruh unsur biaya yang telah di
identifikasi sebelumnya

Total Cost = TFC + TVC


Keterangan : Total cost = biaya total
TFC = total fixed cost (biaya tetap)
TVC = total variabel (cost variabel)

Tahap 4: Menghitung Output (objective) yang berhasil


Menghitung total output yang berhasil (objective)

Tahap 5 : Menghitung Cost Effectiveness Ratio (CER)


1) Perhitungan Cost Effectiveness Ratio (CER)

CE Ratio = ∑

Keterangan :
Total cost : biaya total (variabel & fix cost)
Objectiveness : jumlah tujuan yang berhasil tercapai

9
Tahap 6 :
Membandingkan nilai CER dari masing-masing alternatif program
Dari nilai rasio yang sudah diketahui, membandingkan nilai CER dari
masing-masing alternatif program.

Tahap 7 :
Memilih nilai CER yang terendah untuk direkomendasikan
Nilai rasio CER yang yang terkecil merupakan nilai yang efektif dan
menjadi alternatif program yang direkomendasikan.

2.3 Contoh Implementasi Cost Effectiveness Analysis (CEA)


Pada tahun 2008, Rumah Bersalin dan BKIA Sidoarjo melaksanakan 2
program pelayanan Keluarga Berencana (KB), yaitu KB IUD dan KB Suntik.
Di tahun tersebut, KB IUD berjumlah 32 akseptor dan KB suntik berjumlah
626 akseptor. Yang tidak hamil akseptor KB IUD berjumlah 5 dan akseptor
KB Suntik 29 . Dan adapun biaya tetap dan variabel adalah sebagai berikut

No Skala Produksi KB IUD (Rp) KB Suntik (Rp)


1 Biaya Tetap 1.354.989 2.777.338
2 Biaya Variabel 1.225.000 1.283.000
Total 2.579.898 4.060.338
Hitunglah Cost Effectivenss Ratio (CER) pada dua program KB tersebut,
dan berikan alasan program apa yang paling direkomendasikan .

10
Tahapan
Kerangka Operasional Kasus
Mengidentifikasi karakteristik akseptor KB IUD dan KB Suntik di Rumah
Bersalin dan BKIA Tiara Sidoarja tahun 2008

Menghitung besar total biaya tetap pelaksanaan Menghitung besar total biaya variabel
pelayanan KB IUD dan KB Suntik di Rumah pelaksanaan pelayanan KB IUD dan KB
Besalin dan BKIA Tiara Sidoarjo tahun 2008, Suntik di rumah bersalin dan BKIA Tiara
yang meliputi biaya gedung , biaya alat non Sidoarjo tahun 2008 yang meliputi biaya alat
medis tidak habis pakai, biaya alat tidak habis non medis habis pakai, biaya alat medis habis
pakai, dan biaya gaji pegawai pakai, dan biaya pemeliharaan

Menghitung besar biaya total pelaksanaan pelayanan KB IUD dan KB


Suntik di Rumah Bersalin dan BKIA Tiara Sidoarjo tahun 2008 yang
meliputi biaya tetap dan biaya variabel

Mengidentifikasi jumlah objective dari pelayanan KB IUD dan KB Suntik


dari jumlah ouput

Menghitung CEA dari pelaksanaan program KB IUD dan KB Suntik di


Rumah Bersalin dan BKIA Tiara Sidoarjo tahun 2008 serta menentukan
upaya yang lebih cost effective

1. Menentukan Tujuan Cost Effectiveness Analysis (CEA)


Program yang akan dievalusi adalah 1) metode KB IUD dan 2) metode
KB suntik. Tujuan dari dua metode itu adalah menjarangkan/ menunda
kehamilan

2. Mengidentifikasi unsur-unsur biaya dari alternatif program yang


akan dianalisi
a. Biaya tetap
b. Biaya variabel
c. Biaya investasi
d. Biaya operasional

3. Menghitung nilai Annual Investment Cost (AIC) dan Biaya Total


a. Menghitung Annual Invesment Cost (AIC)

11
Tabel. Annual Invesment Cost Ruang Periksa dan Ruang Tindakan di
Rumah Rumah Bersalin & BKIA 2008

Tabel Annual Invesment Cost Alat-alat Medis TIdak Habis Pakai di


Rumah Bersalin & BKIA Tiara tahun 2008

Tabel Nilai AIC untuk seluruh pelayanan yang menggunakan alat non
medis tidak habis pakai di RUmah Bersalin & BKIA Tiara tahun 2008

12
Tabel Nilai Proporsi Pegawai untuk Kegiatan Pelayanan KB IUD dan KB
Suntk di Rumah Bersalin BKIA Tiara pada tahun 2008
No Kegiatan Waktu Jumlah Waktu Waktu Nlai
Pelayana Aksepto pelayana kerja Proporsi
n tiap r rahun n keselur (%)
akseptor 2008 Akseptor uhan
1 Pelayan
2.880 219.00
an KB 90 menit 32 1,31
menit 0 menit
IUD
2 Pelayan
15.529 219.00
an KB 20 menit 626 5,2
menit 0 menit
Suntik

Tabel Biaya Gaji untuk pelayanan KB IUD dan KB Sutik di Rumah


Bersalin BKIA Tiara pada Tahun 2008
No Kegiatan Gaji Nilai Gaji Pegawai
Pegawai Proporsi untuk Pelayanan
tahun 2008 (%) KB tahun 2008
(Rp) (Rp)
Pelayanan KB
1 36.000.000 1,31 471.600
IUD
Pelayanan KB
2 36.000.000 5,72 2.059.200
Suntik

b. Menghitung Biaya Total


Tabel Komponen biaya tetap pelayanan KB IUD dan KB Suntik di rumah
Bersalin & BKIA Tiara pada tauhn 2008
No Uraian KB IUD (Rp) KB Suntik (Rp)
1 Biaya Gedung
a. Ruang periksa 6.823,53 495.843,54
b. Ruang tindakan 278.627,67

2 Biaya Alat Medis Tidak


Habis Pakai
a. Obgyn Bed 59.441 -
b. Lampu sorot model 9.228 -
lama 6.064 -
c. Lampu sorot model 6.501 -
baru 92.876 -
d. Sterilisator 421.206 -
sederhana 273 26.490
e. Sterilisator komplet 217 21.102
f. IUD kit 136 13.245
g. Tensimeter manual
h. Tensimeter digital
i. Stestoskop
3 Biaya Alat Non Medis
Tidak Habis Pakai
a. Tempat tidur 73 7064
b. Meja 239 22.756

13
c. Kursi 199 18.964
d. Timbangan 296 28.698
detecto-scale 17 1.688
e. Timbangan biasa 505 37.403
f. Rak 607 44.884
g. Lemari
4 Gaji pegawai 471.600 2.059.200
Total 1.354.989 2.777.338

Komponen biaya variabel pelayanan KB IUD dan KB Suntik di rumah


Bersalin & BKIA Tiara pada tauhn 2008
No Uraian KB IUD (Rp) KB Suntik (Rp)
1 Biaya Alat Medis Habis
Pakai
a. IUD copper-T 930.000 -
b. Depoprogestin - 930.000
c. Hand-scun 60.000 -
d. Kapas 20.000 50.000
e. Alkohol 20.000 20.000
f. Spuit Disposable - 70.000
g. Kasa steril 15.000 -
2 Biaya Alat Non Medis 25.000 100.000
Habis Pakai
3 Biaya Pemeliharaan
a. Listrik 80.000 48.000
b. Air 25.000 15.500
c. Lain-lain 50.000 50.000
TOTAL 1.225.000 1.283.000

Total Cost = TFC + TVC


Keterangan : Total cost = biaya total
TFC = total biaya tetap
TVC = total biaya variabel

No Uraian KB IUD (Rp) KB Suntik (Rp)


1 Biaya Tetap 1.354.989 2.777.338
2 Biaya Variabel 1.225.000 1.283.000
Total 2.579.898 4.060.338

14
4. Menghitung Output (objective) yang berhasil
Jenis Output (jumlah seluruh Objective (akseptor yang
Pelayanan KB akseptor) tidak hamil)
IUD 32 5
Suntik 626 29

5. Menghitung Cost Effectiveness Ratio (CER)

Cost Effectiveness Ratio KB IUD Cost Efectiveness Ratio KB Suntik


CE Ratio = total cost CE Ratio = total cost
Σ objective Σ objective
CE Ratio = 2.579.898 CE Ratio = 4.060.338
5 29
CE Ratio = 515.979,6 CE Ratio = 140.011,6

6. Membandingkan nilai CER dari masing-masing alternatif program


KB IUD dengan rasio efektifitas biaya sebesar Rp 515.99,6, per
akseptor, dan rasio efektifitas biaya KB Suntik sebesar Rp 140.011,6 per
akseptor. Jadi, KB Suntik memiliki rasio efektifitas biaya lebih rendah dari
rasio efektifitas biaya KB IUD.

7. Memilih nilai CER yang terendah untuk direkomendasikan


Cost Effectiveness Ratio (CER) merupakan hasil akhir dari tahapan-
tahapan Cost Effectiveness Analysis yang dapat membantu mengambil
kesimpulan alternatif program mana yang lebih efektif dari segi biaya.
Metode yang paling cost effective berdasarkan tingkat keberhasilan
penggunaannya adalah KB suntik, dengan rasio efektivitas biaya sebesar
Rp 140.011,6,- per akseptor, yang artinya untuk dapat menjalankan
pelayanan KB suntik secara efektif, maka rumah bersalin harus
mengeluarkan uang sebesar Rp. 140.011,6 per akseptor dalam satu
tahunnya.
Hal ini wajar mengingat biaya pelayanan KB suntik lebih murah
daripada pelayanan KB IUD apabila diperhitungkan untuk satu tahun
pelayanan. Dari penelasan tersebut, pelayanan KB suntik adalah program
yang bisa direkomendasikan karena pelayanan ini memiliki keefektifan

15
biaya (cost-effective) yang lebih besar dibandingkan dengan pelayanan
KB IUD bagi Rumah Bersalin BKIA Tiara.
Secara umum, beberapa faktor yang menyebabkan pelayanan KB
Suntik merupakan metode cost effective antara lain :
a. Keterjangkauan informasi mengenai kelebihan dan kelemahan KB
suntik di masyarakat sehingga banyak masyarakat yang lebih
memilih menggunakan metode KB suntik
b. Biaya yang diperlukan untuk pelayanan KB suntik relatif lebih
sedikit dibandingkan biaya yang diperlukan untuk metode Kb
lainnya
KB suntik apabila hanya dilihat dari segi biaya memang metode
KB yang lebih efektif dan lebih disarankan dibandingkan metode IUD.
Namun hal ini bisa berubah apabila dilihat juga dari sisi masyarakat yaitu
salah satunya riwayat efek samping masing-masing metode. Akseptor KB
suntik lebih memiliki peluang untuk merasakan efek samping dengan
berbagai jenis sehingga belum bisa dipastikan keefektifan KB suntik
apabila dilihat dari sudut pandang masyarakat.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu ekonomi dalam kegiatan produksi selalu menerapkan sifat


efektivitas pada setiap prosesnya.Hal tersebut juga berlaku pada kegiatan
ekonomi kesehatan yang kita kenal dengan metode Cost Effectiveness
Analysis (CEA)atau Analisa Efektivitas Biaya (AEB).Cost Effectiveness
Analysis (CEA)adalah sebuah metode yang digunakan untuk memilih dan
menilai suatu program dengan membandingkan efektifitas dari output yang
diperoleh dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan program dengan
tujuan yang sama
Cost Effectiveness Analysis (CEA)digunakan apabila benefit sulit
ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga CEA sangat baik untuk
mengukur efisiensi di bidang sosial, khususnya bidang kesehatan yang
bersifat program/intervensi pada tingkat kabupaten/kota.
Tahapan penghitungan metode CEA dimulai dengan identifikasi
biaya-biaya yang ada lalu dihitung biaya total. Kemudian program tersebut
ditinjau lagi output keberhasilannya dan dimasukkan ke dalam Cost
Effectivness Ratio (CER). Kita dapat membandingkan kedua atau lebih
program pelayanan kesehatan tersebut. Dari hasil perhitungan CER dapat
dibandingkan program apa yang lebih efektif dan di rekomendasikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Yulia Angelina. 2010. Analisis Peluang Expansi Studi Kasus Tom Salon
di Yogyakarta.http://e-journal.uajy.ac.id/4845/3/2EA17975.pdf. Diakses
tanggal 12 Mei 2016.

Algifari. 2002. Ekonomi Mikro Teori dan Kasus. Yogyakarta Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang: Binarupa


Aksara.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2013. Pedoman


Penerapan Kajian Farmakoekonomi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Grosse D.S.,Teutsch M.S. 2000. Developing, Implementing and Population


Intervention. Genetics and Prevention Effectiveness.Genetics and Public
Health in 21st Century: Oxford University Press.

Indra,N.T.K. 2009. Cost Effectiveness Analyisis Pelayanan Keluarga Berencana


Metode IUD dan Suntik Di Rumah Bersalin Tiara Kabupaen Sidoarjo.
Fakulas Kesehatan Masyarakat : Universitas Airlanga

Setiawati, Elsa Pudji. 2009. Evaluasi Ekonomi pada Pelayanan Kesehatan.


Fakultas Kedokteran UNPAD: Bandung

Sewell, Meg and Mary Marczack. 2011. Using Cost Analysis in Evaluation.
http://ag.arizona.edu/sfcs/cyfernet/cyfar/Costben2.htm Diakses pada 24
april 2016.

Splett, P.L. 2000. The Practitioner’s Guide to Cost Effectiveness Analysis of


Nutrition Interventions. National Center for Education In Maternal and
Child Health : Arlington

18
Tjiptoherijanto, Prijono dan Soesetyo, Budhi. 1994. Ekonomi Kesehatan. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.

Vogenberg R.F. 2001. Introduction to Applied Pharmacoeconomics. New York:


McGraw-Hill. Medical Publishing Division

19

Anda mungkin juga menyukai