Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang berkembang sangat membutuhkan sumber daya
manusia atau tenaga kerja yang sehat, efisien dan produktif. Tenaga kerja seperti ini
diharapkan mampu berkompetisi dengn tenaga kerja yang lain, baik didalam negeri dan
luar negeri. Keunggulan tersebut dapat tercapai bila semua pihak turut berperan aktif
bekerja sama dengan tingkat kemampuan yang ada pada tenaga kerja itu sendiri, Undang-
undang RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 68 ayat 1 menyatakan bahwa
setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja. Agar tenaga kerja ada dalam keserasian sebaik-baiknya,
yang berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas tinggi, maka perlu adanya
keseimbangan dari faktor beban kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja, dan
kapasitas kerja.
Kelelahan kerja adalah suatu kondisi melemahnya kegiatan, movivasi, dan kelelahan
fisik untuk melakukan kerja. Menurut Suma’mur (2009), bahwa kelelahan merupakan
penurunan ketahanan dan daya tubuh untuk melakukan pekerjaan. Menurut Setyawati
(2010), bahwa kelelahan kerja tidak dapat didefinisikan tetapi dapat dirasakan sehingga
penentuan kelelahan kerja dapat diketahui secara subjektif berdasarkan perasaan yang
dialami tenaga kerja. Menurut Suma’mur (2009), bahwa kelelahan kerja tidak hanya
terjadi pada akhir waktu kerja, namun juga dapat terjadi sebelum bekerja.
Kelelahan (fatigue) adalah suatu keluhan umum pada masyarakat umum dan pada
populasi pekerja. Pada pekerja, sekitar 20% memiliki gejala kelelahan kerja. Kelelahan
kerja dapat ditandai oleh menurunnya performa kerja atau semua kondisi yang
memengaruhi semua proses organisme, termasuk beberapa faktor seperti perasaan
kelelahan bekerja (subjective feeling of fatigue), motivasi menurun, dan penurunan
1
aktivitas mental dan fisik. Sumber kelelahan kerja dapat berasal dari pekerjaan yang
monoton, faktor fisik lingkungan kerja (pene-rangan, iklim kerja dan kebisingan),
intensitas kerja mental dan fisik, faktor psikologi berupa tanggung jawab, konflik,
kecemasan, kebiasan makan, penyakit, dan status kesehatan. Selain itu, kelelahan kerja
dapat disebabkan oleh kapasitas kerja, durasi kerja, circadian rhythm, serta faktor
psikologi pekerja. Faktor psikologi menyebabkan kelelahan kerja sebesar 64%, lebih dari
50% karena depresi dan sisanya karena panik, distimia, dan gangguan somatisasi. Stres
kerja, depresi atau kecemasan juga dapat menyebabkan kehilangan hari kerja yaitu 28,5
hari per kasus, lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit hubungan kerja dan gangguan
muskuloskeletal (19,4 hari)
Kelelahan kerja yang tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai permasalahan kerja
yang fatal dan mengakibatkan kecelakaan dalam bekerja. Sehingga dapat dipastikan suatu
perusahaan wajib mengetahui tingkat kinerja dan hal yang dapat menimbulkan
permasalahan dalam bekerja yaitu antara lain kelelahan kerja yang dialami secara umum
pada pekerjanya. Tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang
sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang
memenuhi syarat kesehatan. Salah satu tujuan dari pelaksanaan kesehatan kerja dalam
bentuk operasional adalah pencegahan kelelahan dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja.
Apabila kelelahan kerja tidak segera ditangani dan segera beristirahat, maka akan
terjadi akumulasi kelelahan dalam sehari, sehingga dapat berdampak lebih parah terhadap
kesehatan. Menurut Tarwaka (2010), bahwa risiko dari kelelahan kerja yaitu: motivasi
kerja menurun, performansi rendah, kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan,
produktivitas kerja rendah, stress akibat kerja, penyakit akibat kerja, cedera, dan terjadi
kecelakaan kerja. Sedangkan menurut Setyawati (2010), bahwa dampak dari kelelahan
kerja adalah prestasi kerja menurun, badan terasa tidak enak, semangat kerja menurun, dan
menurunkan produktivitas kerja. Menurut Setyawati (2010), bahwa kelelahan kerja
menyebabkan terjadi kecelakaan kerja. Menurut Suma’mur (2009) bahwa kecelakaan
kerja membawa kerugian bagi tempat kerja, baik dari segi biaya, waktu, produktivitas
maupun tenaga. Kelelahan kerja yang dialami perawat harus menjadi perhatian bagi pihak
rumah sakit. Hal itu disebabkan perawat memiliki peran penting bagi pasien rumah sakit.
Menurut Tarwaka (2010), beban kerja harus seimbang dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia. Selain itu menurut Suma’mur (2009), bahwa kemampuan kerja
setiap orang berbedabeda yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Beban kerja fisik yang
tidak sesuai, maka dapat berdampak buruk pada kesehatan perawat. Menurut Suma’mur
(2009), bahwa beban kerja fisik merupakan indikator yang menentukan lama waktu
seseorang dapat bertahan dan bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Oleh
karena itu, beban kerja fisik merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan untuk
menjaga kesehatan perawat. Apabila beban kerja fisik tidak sesuai dengan kemampuan
kerja perawat, maka dapat mengganggu kesehatan perawat. Terganggunya kesehatan
tenaga kerja dapat menurunkan kemampuan kerja sehingga menurunkan produktivitas
(Suma’mur, 2009).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kelelahan kerja.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kelelahan kerja.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab kelelahan kerja.
4. Untuk mengetahui pengendalian terhadap kelelahan kerja.
5. Untuk mengetahui pengukuran terhadap kelelahan kerja..
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian kelelahan kerja.
2. Dapat mengetahui jenis-jenis dari kelelahan kerja.
3. Dapat mengetahui faktor penyebab kelelahan kerja.
4. Dapat mengetaui pengendalian terhadap kelelahan kerja.
5. Dapat mengetahui pengukuran terhadap kelelahan akibat kerja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kelelahan Kerja


Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah dikemukakan oleh para
ahli. Secara garis besar kelelahan kerja merupakan suatu kondisi yang timbul karena
aktivitas individu hingga individu tersebut tidak mampu lagi mengerjakannya. Dengan
kata lain, kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang
berakibat pada peningkatan kesalahan kerja dan berujung pada kecelakaan kerja
(Nurmianto, 2004).
Beberapa teori oleh para ahli mengenai definisi kelelahan kerja, yaitu menurut:
1. Suma’mur (2009), kelelahan merupakan kondisi yang menunjukkan keadaan tubuh
baik fisik maupun mental yang semuanya berakibat pada penurunan daya kerja
serta ketahanan tubuh.
2. Suma’mur (2014), kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan
mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan
berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja.
3. Tarwaka (2013), kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme tubuh untuk
melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dan
akan kembali pulih apabila melakukan istirahat.
4. Setyawati (2010), dari sudut neurofisiologi diungkapkan bahwa kelelahan
dipandang sebagai suatu keadaan sistemik saraf sentral, akibat yang
berkepanjangan dan secara fundamental dikontrol oleh aktivitas berlawanan antara
sistem aktivitas dan sisitem inhibisi batang otak
B. Jenis-jenis Kelelahan Kerja
Menurut Suma’mur (2009) terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot
dan kelelahan umum. Kelelahan otot ditandai antara lain oleh tremor atau rasa nyeri
yang terdapat pada otot. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk
bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-
psikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah monotonnya pekerjaan, intensitas
dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak tenaga kerja
yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi semula, tidak
jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta kondisi
sakit yang diderita oleh tenaga kerja.
Menurut Poppy Anjelisa Z., Hsb, M.Si, Apt, dalam sebuah artikel mengenai
kelelahan tahun 2009, kelelahan dapat diklasifikasikan dalam tujuh bagian yaitu :
1. Kelelahan visual, yaitu kelelahan yang terjadi pada mata
2. Kelelahan tubuh, yaitu kelelahan akibat beban fisik yang berlebihan
3. Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pikiran dan perasaan
4. Kelelahan saraf, yaitu kelelahan yang disebabkan tekanan yang berlebihan
pada salah satu bagian sistim psikomotor
5. Pekerjaan yang bersifat monoton
6. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka panjan
7. Kelelahan sirkadian, yaitu kelelahan yang terjadi akibat irama sirkadian
misalnya ritme siang-malam, pagi-sore
Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan
menjadi 2 yaitu:
1. Kelelahan akut, adalah kelelahan yang terjadi dengan cepat yang pada
umumnya disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh yang
berlebihan.
2. Kelelahan kronis, terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari,
berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai
suatu pekerjaan. Berdasarkan penyebab terjadinya kelelahan, meliputi
berdasarkan penyebab kelelahan terbagi dua yaitu kelelahan fisiologis dan
kelelahan psikologis.
a. Kelelahan fisiologis disebabkan oleh faktor fisik atau kimia yaitu
suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, kebisingan,
circadian rhythms, dll, sedangkan kelelahan psikologis disebabkan
oleh faktor psikososial baik di tempat kerja maupun di rumah atau
masyarakat sekeliling.Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang
timbul karena adanya perubahan-perubahan fisiologis dalam
tubuh.
b. Kelelahan psikologis dapat bersifat objektif dan subjektif, yang
timbul karena perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat
dalam tingkah lakunya, dapat diakibatkan oleh beberapa hal
diantaranya: kurang minat dalam pekerjaan, monotoni kerja,
tanggung jawab, kekhawatiran, konflik-konflik, yang terkumpul
dalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah.
C. Faktor Penyebab Kelelahan Kerja
Menurut Setyawati (2010) penyebab kelelahan kerja umumnya berkaitan
dengan:
1. Sifat pekerjaan yang monoton
2. Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental dan fisik yang tinggi
3. Cuaca ruang kerja, pencahayaan dan kebisingan serta lingkungan kerja lain
yang tidak memadai
4. Faktor psikologis, rasa tanggung jawab, ketegangan-ketegangan dan konflik-
konflik
5. Penyakit-penyakit, rasa kesakitan dan gizi
6. Cicardian rhytm
Menurut Atiqoh dkk (2014), terdapat dua faktor yang mempengaruhi kelelahan
kerja, antara lain :
1. Faktor dari Dalam Individu (Faktor Internal)
a. Usia
Usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang
yang berakibat pada kelelahan. Salah satu indikator dari kapasitas kerja
adalah kekuatan otot seseorang. Semakin tua usia seseorang, maka
semakin menurun kekuatan ototnya. Kekuatan otot yang dipengaruhi
oleh umur akan berakibat pada kemampuan fisik tenaga kerja untuk
melakukan pekerjaannya. Laki-laki maupun wanita pada umur sekitar
20 tahun merupakan puncak dari kekuatan otot seseorang, dan pada
umur sekitar 50 – 60 tahun kekuatan otot mulai menurun sekitar 15 –
25% (Setyowati dkk, 2014).
b. Jenis Kelamin
Perbedaan secara fisik antara jenis kelamin wanita dan laki-laki terletak
pada ukuran tubuh dan kekuatan ototnya. Kekuatan otot wanita relatif
kurang jika dibandingkan dengan kekuatan otot laki-laki. Kekuatan otot
ini akan mempengaruhi kemampuan kerja seseorang yang merupakan
penentu dari terjadinya kelelahan. Permasalahan wanita lebih kompleks
dibandingkan laki-laki, salah satunya adalah haid. Wanita yang sedang
mengalami haid cenderung cepat lelah dibandingkan wanita yang tidak
mengalami haid (Suma’mur, 2009).
c. Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang pekerja
dengan status gizi yang baik akan memiliki ketahanan tubuh dan
kapasitas kerja yang lebih baik, sedangkan seorang pekerja dengan
status gizi yang tidak baik akan memiliki ketahanan tubuh dan kapasitas
kerja yang tidak baik juga (Budiono, 2003).
2. Faktor dari Luar Individu (Faktor Eksternal)
a. Sikap Kerja
Hasil perbandingan antara kerja otot statis dan dinamis pada kondisi
yang hampir sama, dihasilkan bahwa kerja otot statis mempunyai
konsumsi energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat, dan diperlukan
waktu istirahat yang lebih lama (Atiqoh dkk, 2014).
b. Beban Kerja
Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan
meningkat secara proporsional sampai didapat kondisi maksimumnya.
Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam
kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak
mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi
rasa lelah yang ditandai dengan meningkatrnya kandungan asam laktat
(Nurmianto, 2004).
c. Tekanan Panas
Faktor lingkungan pekerjaan merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya kelelahan pada pekerja. Salah satu faktor lingkungan
ditempat kerja adalah tekanan panas. Jika pekerja terpapar panas akan
organ tubuh akan bekerja lebih keras untuk mengeluarkan kelebihan
panas dari tubuh, sehingga beban fisik yang diterima pekerja akan
lebih besar dan pekerja akan mengalami kelelahan yang lebih cepat
d. Penerangan
Kondisi kerja dengan intensitas penerangan kurang pada umumnya
tenaga kerja berupaya untuk dapat melihat pekerjaan dengan sebaik-
baiknya dapat mengakibatkan ketegangan mata, terjadi ketegangan otot
dan saraf yang dapat menimbulkan kelelahan mata, kelelahan mental,
sakit kepala, penurunan konsentrasi dan kecepatan berpikir, demikian
juga kemampuan intelektual juga mengalami penurunan. Penyebaran
cahaya yang berlebihan dapat menyebabkan kesilauan yang
mengakibatkan retina mata terlalu peka terhadap cahaya yang berlebih
sehingga timbul kelelahan (Setyowati, 2014).
e. Kebisingan
Kebisingan merupakan faktor yang menyebabkan kelelahan kerja.
Semakin tinggi intensitas kebisingan maka harus diperhatikan
kelelahannya karena mempengaruhi kinerja dari kapasitas fisik
seseorang. Pengendalian untuk mengurangi kelelahan pekerja yaitu
dengan diberlakukannya rotasi kerja dan penggunaan alat pelindung
telinga (ear plug).

D. Pengendalian Kelelahan Kerja


Upaya Pencegahan kelelahan kerja agar tingkat produktivitas kerja tetap baik atau
bahkan meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah pencegahan terhadap kelelahan
kerja.
Cara mengatasi kelelahan kerja adalah sebagai berikut:
a. Sesuai kapasitas kerja fisik
b. Sesuai kapasitas kerja mental
c. Re-desain stasiun kerja ergonomis
d. Sikap kerja alamiah
e. Kerja lebih dinamis
f. Kerja lebih bervariasi
g. Redesain lingkungan kerja
h. Reorganisasi kerja
i. Kebutuhan kalori seimbang
j. Istirahat setiap 2 jam kerja.
Menurut Setyawati (2010), kelelahan kerja ditangani dengan cara berikut :
a. Promosi kesehatan kerja
b. Pencegahan kelelahan kerja terutama ditujukan kepada upaya menekan faktor-
faktor yang berpengaruh secara negatif pada kelelahan kerja dan meningkatkan
faktor-faktor yang berpengaruh secara positif.
c. Pengobatan kelelahan kerja dengan terapi kognitif dan perilaku pekerja
bersangkutan, penyuluhan mental dan bimbingan mental, perbaikan lingkungan
kerja, sikap kerja dan alat kerja diupayakan berciri ergonomis, pemberian gizi
kerja yang memadai.
d. Rehabilitasi kelelahan kerja, maksudnya melanjutkan tindakan dan program
pengobatan kelelahan kerja serta mempersiapkan pekerja tersebut bekerja
secara lebih baik dan bersemangat.
Mengelola kelelahan kerja bisa dilakukan oleh setiap individu atau secara
terorganisasi. Tujuannya adalah meningkatkan kinerja individu melalui pemulihan
kondisi fisik dan mental. Secara individu bisa dilakukan dengan prakarsa karyawan
bersangkutan. Merekalah yang sangat mengetahui jenis dan bobot kelelahan yang
dihadapinya; mulai dari yang ringan sampai yang berat. Sementara organisasi atau
perusahaan dapat melaksanakan program peningkatan kinerja karyawan secara
terencana dan reguler dimana di dalamnya ada subprogram mengurangi kelelahan
kerja karyawan. Pedekatannya cenderung beragam yang sangat bergantung pada jenis
kelelahan dan penyebabnya. Untuk itu diperlukan langkah-langkah sistematis.
Untuk melakukan pemulihan kelelahan kerja secara spesifik maka harus
berdasarkan pertimbangan lingkup, frekuensi dan bobot kelelahan kerja. Namun
secara umum langkah-langkah yang perlu dilakukan individu karyawan adalah
sebagai berikut:
a. Menelaah penyebab mengapa terjadi kelelahan kerja, kapan saja, dimana,
dan ketika mengerjakan apa.
b. Kalau dirasa terlalu berat perlu melakukan konsultasi dengan orang yang ahli
dan berpengalaman.
c. Melakukan pemulihan kelelahan dengan cara berolahraga secara teratur,
tidur yang cukup, bersosialisasi, relaksasi, dan kalau dianggap perlu berobat
ke dokter.
d. Meminta cuti kerja.
Sementara itu mengatasi kelelahan kerja oleh perusahaan dapat dilakukan
dengan langkah-langkah berikut:
a. Melakukan analisis kinerja karyawan dan organisasi.
b. Menelaah hubungan kinerja dengan kelelahan kerja karyawan.
c. Menganalisis jenis uraian kerja dan beban kerja hubungannya dengan
kinerja.
d. Menyusun program peningkatan kinerja khususnya subprogram mengurangi
kelelahan kerja termasuk menentukan beban kerja optimum dan membangun
lingkungan kerja yang nyaman.
e. Melaksanakan program peningkatan kinerja secara teratur.
f. Mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program dan kinerja
karyawan/organisasi.

E. Pengukuran Kelelahan Kerja


Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang baku karena
kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif yang sulit diukur dan diperlukan
pendekatan secara multidisiplin (Tarwaka, 2004).
Banyak parameter yang digunakan untuk mengukur kelelahan kerja antara lain
: Waktu Reaksi Seluruh Tubuh atau Whole Body Reaction Test (WBRT), Uji ketuk jari
(Finger Taping Test), Uji Flicker Fusion, Uji Critical Fusion, Uji Bourdon Wiersma,
Skala kelelahan IFFRC (Industrial Fatique Rating Comite), Skala Fatique Rating (FR
Skala), Ekresi Katikolamin, Stroop Test (Suma’mur, 1995).
Menurut Tarwaka, dkk (2004), pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu:
1. Kualitas dan kuantitas hasil kerja
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses
kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan
setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan
seperti; target produksi, faktor sosial, dan perilaku psikologis dalam kerja.
Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau
frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor
tersebut bukanlah merupakan causal factor (Tarwaka, 2004).
Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang dinyatakan dalam
banyaknya produksi persatuan waktu. Sedangkan kualitas kerja didapat dengan
menilai kualitas pekerjaan seperti jumlah yang ditolak, kesalahan, kerusakan
material, dan lain-lain.
2. Pencatatan perasaan subyektif kelelahan kerja, yaitu dengan cara kuesioner.
Subjective Self Rating Tes dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC)
Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat
kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri
dari:
a. 10 Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan:
1) Perasaan berat di kepala
2) Lelah di seluruh badan
3) Berat di kaki,
4) Menguap
5) Pikiran kacau
6) Mengantuk
7) Ada beban pada mata
8) Gerakan canggung dan kaku
9) Berdiri tidak stabil
10) Ingin berbaring.
b. 10 Pertanyaan tentang pelemahan motivasi:
1) Susah berfikir
2) Lelah untuk bicara
3) Gugup
4) Tidak berkonsentrasi
5) Sulit untuk memusatkan perhatian
6) Mudah lupa
7) Kepercayaan diri berkurang
8) Merasa cemas
9) Sulit mengontrol sikap
10) Tidak tekun dalam pekerjaan.
c. 10 Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik :
1) Sakit dikepala
2) Kaku di bahu
3) Nyeri di punggung
4) Sesak nafas
5) Haus
6) Suara serak
7) Merasa pening
8) Spasme di kelopak mata
9) Tremor pada anggota badan
10) Merasa kurang sehat.
3. Alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPKK)
Menurut Setyawati, KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan
Kerja) merupakan parameter untuk mengukur perasaan kelelahan kerja
sebagai gejala subjektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak
menyenangkan.
4. Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan Electroenchepalography
(EEG).
5. Uji psikomotor (Psychomotor Test), dapat dilakukan dengan cara melibatkan
fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat
digital reaction timer untuk mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi adalah
jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat
kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat
digunakan nyala lampu, Alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPKK)
denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan
waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada proses faal
syaraf dan otot. Di Indonesia sendiri telah berkembang alat ukur waktu reaksi
dengan menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli, yaitu
reaction timer. Dalam penelitian ini menggunakan alat reaction timer agar
hasil pengukuran tingkat kelelahan terhadap responden bernilai kuantitatif.
Berikut ini merupakan kriteria kelelahan menurut Balai Hiperkes (2004):
Tabel 1. Kriteria Kelelahan Menurut Balai Hiperkes
Tahun 2004

Kriteria Waktu reaksi (mili detik)


Normal 150 – 240
Kelelahan Kerja Ringan (KKR) 240 < x < 410
Kelelahan Kerja Sedang (KKS) 410 < x < 580
Kelelahan Kerja Berat (KKB) ≥ 580

6. Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan
yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalam
menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman Test merupakan salah satu alat
yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan konsentrasi.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme tubuh untuk melakukan perlindungan
agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dan akan kembali pulih apabila
melakukan istirahat, Tarwaka (2013). Ada beberapa macam kelelan antara lain: Berdasarkan
proses terjadinya yaitu ada kelelahan otot dan kelelahan umum, berdasarkan waktu
terjadinya yaitu kelelahan akut dan kelelahan kronis dan berdasarkan penyebab terjadinya,
yaitu kelelahan fisiologis dan psikologis. Faktor penyebab kelelahan kerja antara lain :
Faktor dari dalam individu antara lain, usia, jenis kelamin, status gizi, status kesehatan dan
keadaan psikis tenaga kerja dan faktor dari luar individu yaitu beban kerja dan lingkungan
kerja fisik seperti kebisingan, getaran, tekanan panas, penerangan dan lain-lain. Upaya
pengendalian kelelahan kerja meliputi Promosi kesehatan kerja, pencegahan kelelahan kerja,
pengobatan kelelahan kerja dan rehabilitasi kelelahan kerja

B. Saran

Sebaiknya sebelum melakasanakan kegiatan pengukuran semua mahasiswa harus sudah


paham betul materi tentang kelelahan kerja sehingga mengetahui apa tujuan dan manfaat
dari kegiatan praktikum tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).Jakarta: CV Sagung


Seto.
Setyawati, L. 2010. Selintas tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books.
Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri: Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di
Tempat Kerja. Harapan Press. Solo.
Atiqoh, J, I. Wahyuni, and D. Lestantyo. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kelelahan Kerja pada Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan di CV. Aneka Garment
Gunung Pati Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Budiono, A. M. Sugeng, dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi,
Edisi ke-2. Surabaya: Guna Widya.
LAMPIRAN
KUISIONER KELELAHAN KERJA PADA

KARYAWAN DI RUMAH SAKIT

A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Status Kawin :
Masa Kerja :

B. Kuisioner Alat Ukur Kelelahan Kerja


Petunjuk :
Beri tanda () pada pernyataan yang menurut anda sesuai dengan kondisi yang
dirasakan

No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah anda merasa sukar berpikir
2. Apakah anda merasa lelah berbicara
3. Apakah anda meraasa gugup menghadapi sesuatu
4. Apakah anda merasa tidak pernah berkonsenterasi
dalam menghadapi sesuatu pekerjaan
5. Apakah anda merasa tidak mempunyai perhatian
terhadap sesuatu
6. Apakah anda cenderung lupa terhadap sesuatu
7. Apakah anda merasa kurang percaya terhadap diri
sendiri
8. Apakah anda merasa tidak tekun dalam
melaksanakan pekerjaan anda
9. Apakah anda merasa enggan menatap mata orang
10. Apakah anda merasa enggan bekerja cekatan
11. Apakah anda merasa tidak tenang dalam bekerja
12. Apakah anda merasa lelah seluruh tubuh
13. Apakah anda merasa bertidak lamban
14. Apakah anda merasa tidak kuat lagi berjalan
15. Apakah anda merasa sebelum bekerja sudah lelah
16. Apakah anda merasa daya pikir menurun
17. Apakah anda merasa cemas terhadap sesuatu hal

Anda mungkin juga menyukai