Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar

2.1.1 Kelelahan Kerja

Kelelahan (fatigue) merupakan salah satu risiko terjadinya penurunan

derajat kesehatan tenaga kerja. Kelelahan kerja ditandai dengan melemahnya

tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan, sehingga akan

meningkatkan kesalahan dalam melakukan pekerjaan dan akibat fatalnya adalah

terjadinya kecelakaan kerja (Pratomo et al., 2019).

Kelelahan adalah suatu kondisi perlindungan fisik tubuh agar tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga dilakukannya istirahat terlebih

dahulu sampai pemulihan. Kelelahan diatur secara pusat oleh otak. Di susunan

saraf pusat diperoleh sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat

parasimpatis). Dari sudut neurofisiologis diungkapkan bahwa kelelahan

dipandang sebagai suatu keadaan sistemik saraf sentral, akibat aktivitas yang

berkepanjangan dan secara fundamental dikontrol oleh aktivitas berlawanan

antara sistem aktivitas dan sistem inhibisi pada batang otak (Hidayah, 2020).

Faktor penyebab kelelahan kerja adalah pengorganisasian kerja, faktor

psikologis, lingkungan kerja, status kesehatan dan status gizi. Sedangkan pendapat

lain mengatakan bahwasanya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

kelelahan adalah kesegaran jasmani, kebiasaan merokok, masalah psikologis,

status kesehatan, jenis kelamin, status gizi, waktu kerja, beban kerja, usia, dan

masalah lingkungan kerja (Putra & Zetli, 2022).


Jenis kelelahan kerja yang terdapat dalam penelitian (Risnawati, 2019)

berikut dibawah ini:

1. Kelelahan Fisik

Kelelahan fisik ialah suatu kondisi dalam tubuh yang disebabkan oleh

penumpukan asam laktat yang terdapat di otot-otot dan terdapat juga di

dalam aliran darah. Dampak dari penumpakan asam laktat tersebut adalah

terjadinya penurunan kerja otot-otot, penyusutan kondisi tepi syaraf dan

sentral. Maka tubuh mudah merasa lemas dan lelah. Kelelahan memusat

pada suatu keadaan yaitu melemahnya suatu tenaga untuk melakukan

suatu aktivitas atau pekerjaan.

2. Kelelahan Mental

Kelelahan mental adalah kelelahan pada perseorangan yang berkaitan

dengan perasaan pribadi yang menimbulkan rasa lemah dan depresi.

Keadaan yang tidak sepadan antara pekerjaan dengan individu dapat

membangunkan ketegangan emosional yang berujung pada terkurasnya

sumber-sumber emosi. Kelelahan emosional selalu ditandai dengan gejala

umum, seperti timbulnya rasa kegelisahan setiap akan mulai bekerja,

kemudian muncul rasa tidak berenergi menjalani tuntutan pekerjaan.

3. Kelelahan Otot

Ciri-ciri kelelahan otot dibuktikan dengan tremor atau rasa nyeri yang

diperoleh pada otot. Gejala berkurangnya kinerja otot setelah

berlangsungnya tekanan melalui fisik beberapa waktu tertentu disebut

kelelahan otot secara fisiologi, dan ciri-ciri yang ditimbulkan tidak hanya

menyusutnya tekanan fisik, tetapi juga berupa makin rendahnya gerakan.


Akibatnya kelelahan fisik dapat menimbulkan sejumlah hal yaitu:

menyurutkan kemampuan tenaga saat bekerja, meningkatkan kesalahan

dalam bekerja, bisa terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dapat

mempengaruhi produktivitas kerja.

4. Kelelahan Umum

Kelelahan umum dibuktikan dengan hilangnya keinginan untuk bekerja,

yang disebabkan keadaan syaraf sentral atau kondisi psikis-psikologis.

Sumber masalah ialah monotonnya pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja

mental dan fisik yang tidak searah dengan keinginan pegawai yang

bersangkutan, keadaan lingkungan yang berlainan dengan keadaan

sebelumnya, tidak adanya tanggung jawab, kegelisahan yang mendalam

dan konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh pegawai.

Resiko kelelahan bisa mengakibatkan efek yang beragam bagi pekerja, di

antaranya (Riyadi, 2021):

1. Penurunan kemampuan kognitif

Kebanyakan pekerja tidak menyadari efek-efek akibat fatigue yang mereka

alami. Banyak dari pekerja juga kurang menyadari bahwa fatigue bisa

berdampak pada menurunnya kemampuan kognitif, antara lain

mengurangi kemampuan mengambil keputusan, mengurangi kemampuan

dalam melakukan perencanaan kerja yang kompleks, mengurangi

kemampuan komunikasi, membuat produktivitas atau performa pekerja

jadi menurun, mengurangi tingkat kewaspadaan dan perhatian,

mengurangi kemampuan dalam menangani stres di tempat kerja,

mengurangi kemampuan dalam mengingat sesuatu yang detail atau mudah


lupa, membuat prestasi kerja jadi menurun dan engurangi semangat untuk

bekerja.

2. Microsleep

Microsleep atau tidur sesaat biasanya dialami seseorang yang mengalami

kelelahan atau mengantuk. Kejadian microsleep pada umumnya hanya

berlangsung beberapa detik. Seseorang yang mengalami microsleep tidak

akan menyadari jika dirinya tertidur atau akan memasuki kondisi tidur.

Microsleep ditandai dengan gerakan kepala seperti mengangguk,

mengedipkan mata yang terlalu sering atau bahkan dapat terjadi dalam

keadaan mata terbuka dengan pandangan kosong. Microsleep ini dapat

menempatkan pekerja pada risiko serius jika mereka melakukan pekerjaan

berbahaya. Tidak hanya merugikan secara finansial, kecelakaan kerja dan

kecelakaan saat berkendara karena pekerja mengalami microsleep sering

kali mengancam jiwa pekerja. Saat seseorang merasakan kelelahan

ekstrem sehingga mengalami microsleep, kemungkinan besar mereka

kehilangan kesadaran dan perhatian. Inilah mengapa microsleep yang

disebabkan oleh fatigue sangat berbahaya dan berpotensi mematikan

karena bisa meningkatkan risiko kecelakaan kerja dan juga kecelakaan saat

berkendara yang dapat mengakibatkan cedera ringan, cedera serius atau

fatal hingga kematian.

3. Meningkatkan risiko kecelakaan kerja

Sebuah studi menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kelelahan

berisiko lebih tinggi mengalami kecelakaan kerja. Menurunnya

kemampuan kognitif dan microsleep menghambat kemampuan seorang

pekerja untuk melakukan tugasnya dengan aman. CEO National Safety


Council (NSC), Deborah Hersman, menyatakan bahwa fatigue pada

pekerja menyumbang lebih banyak kecelakaan kerja, meningkatkan

tingkat absensi pekerja, biaya kesehatan dan merugikan finansial

perusahaan. Fatigue memberi kontribusi lebih dari 60 persen untuk

kejadian kecelakaan kerja. Tidak hanya itu, fatigue juga dapat

meningkatkan risiko pekerja mengidap penyakit jantung, diabetes dan

masalah kesehatan lainnya.

Kelelahan kerja diakibatkan karena beberapa penyebab seperti aktivitas

fisik, aktivitas kerja mental, stasiun kerja tidak ergonomic, sikap paksa, kerja

statis, kerja monoton, lingkungan kerja ekstrim, psikologis, kebutuhan energy atau

gizi kurang, dan waktu kerja istirahat yang tidak tepat. Adapun faktor penyebab

kelelahan kerja antara lain diakibatkan pekerjaan bersifat monoton, beban kerja

yang berlebihan, posisi kerja yang salah, asupan energy kurang, kondisi

psikologis, faktor usia dan massa kerja (Safira et al., 2020).

Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah

satu kuesioner yang dapt untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner

tersebut berisi 30 daftar pertanyaan (Lady & Wiyanto, 2019).

Postur merupakan posisi ketika seseorang dapat menahan tubuh dengan

baik dan benar saat berdiri dan duduk. Dalam pengertian lain, postur merupakan

gabungan atau kombinasi sendi-sendi tubuh pada suatu waktu. Secara umum,

postur tubuh yang benar adalah posisi tubuh yang memberikan tekanan minimum

bagi setiap sendi (Fahmi, 2018).


Indek Masa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan

dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal

memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang

(Noviyanti et al., 2021).

2.1.2 Industrial Fatique Research Committee (IFRC)

Metode IFRC (Industrial Fatigue Research Committee), dipakai guna

mengukur kelelahan dalam bekerja yang dialami pekerja pada saat menjalankan

aktivitas pekerjannya. dengan metode IFRC memperlihatkan gangguan kelelahan

kerja terkait dengan jam kerja dan faktor lingkungan kerja sering dialami oleh

pekerja. Jika seseorang yang menjalankan pekerjaannya dengan kondisi yang

tidak nyaman makan akan dapat mengakibatkan kelelahan (Silitonga & Zetli,

2020).

Subjective Self Rating Tes dari Industrial Fatigue Research Committee

(IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat

kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan. Kuesioner 30-

item gejala kelalahan umum diadopsi IFRS (International Fatigue Research

Committee of Japanese Association of Industrial Health), yang dibuat sejak 1967

kemudian disosialisasikan dan dimuat dalam prosiding symposium on

Methodology of Fatigue Asessment di Kyoto, Jepang pada tahun 1969 (Sakti,

2021).

30 daftar pertanyaan terdiri dari 10 pertanyaan tentang pelemahan

kegiatan: perasaan berat di kepala, lelah seluruh badan, berat di kaki, menguap,

pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku,
berdiri tidak stabil, ingin berbaring. 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi:

susah berpikir, lelah untuk berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit

memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan, merasa cemas, sulit mengontrol

sikap, tidak tekun dalam pekerjaan dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan

fisik: sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara

serak, merasa pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan,

merasa kurang sehat.

2.1.3 Keluhan Musculoskeletal Disorders (Msds)

Musculoskeletal Disorders (Msds) merupakan salah satu penyakit akibat

kerja yang mengalami gangguan kronik pada otot, tendon, dan saraf yang

disebabkan oleh postur janggal, durasi kerja, frekuensi gerakan berulang (Aulia et

al., 2020).

Kesehatan muskuloskeletal mengacu pada kinerja sistem alat gerak, yang

terdiri dari otot, tulang, sendi, dan jaringan ikat yang berdekatan. Gangguan

muskuloskeletal terdiri dari lebih dari 150 penyakit atau kondisi berbeda yang

mempengaruhi sistem dan ditandai dengan gangguan pada otot, tulang, sendi dan

jaringan ikat yang berdekatan yang menyebabkan keterbatasan sementara atau

seumur hidup dalam fungsi dan partisipasi. Kondisi muskuloskeletal biasanya

ditandai dengan rasa sakit dan keterbatasan dalam mobilitas dan ketangkasan,

mengurangi kemampuan orang untuk bekerja dan berpartisipasi dalam

masyarakat. Nyeri yang dialami dalam struktur muskuloskeletal adalah bentuk

paling umum dari nyeri non-kanker (Rozana & Adiatmika, 2018).

Kondisi muskuloskeletal relevan di seluruh perjalanan hidup, dari masa

remaja hingga usia yang lebih tua. Mereka berkisar dari kondisi-kondisi yang
muncul tiba-tiba dan berumur pendek (seperti patah tulang, keseleo dan

ketegangan, terkait dengan rasa sakit dan keterbatasan dalam berfungsi) meskipun

untuk kondisi jangka panjang seperti nyeri punggung bawah primer kronis dan

osteoarthritis (Maulana et al., 2021).

Keluhan musculoskeletal pada pekerja Pada umumnya keluhan yang

berkaitan dengan pekerjaan adalah keluhan kumulatif, yang dihasilkan dari

paparan berulang terhadap beban intensitas tinggi atau rendah yang dilakukan

dalam kurun waktu yang panjang. Penanggulangan terhadap keluhan

muskuloskeletal pada pekerja sangat penting untuk dilakukan, karena keluhan

musculoskeletal dapat menimbulkan kerugian pada pekerja, dimana salah satunya

adalah kecacatan (Wulandari & Wasiman, 2020).

Fakor risiko sekunder yang dapat menyebabkan keluhan MSDs yaitu, usia,

jenis kelmin, masa kerja, dan kebiasaan olahraga. Masalah ini memberikan

dampak kepada para pekerja dan juga pada pihak manajemen perusahaan ataupun

pemilik usaha tersebut yaitu menurunnya produktivitas kerja (Paulina Jaru P et al.,

2021).

2.1.4 Nordic Body Map (NBM)

Nordic Body Map memiliki tujuan guna memahami keluhan

musculosceletal disorder (MSDs) yang dialami pekerja. Keluhan MSDs tersebut

akan diketahui dengan menggunakan kuesioner yang berupa beberapa jenis

keluhan MSDs pada peta tubuh manusia (Silitonga & Zetli, 2020).

Kuesioner NBM memuat dua puluh delapan pernyataan supaya dapat

mengidentifikasikan bagian tubuh mana yang merasa nyeri., skor dari semua
pernyataan ditotal berikutnya diklasifikasi berdasarkan skor yang didapatkan

(Putra & Zetli, 2022).

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

1 Judul Penelitian Tingkat Kelelahan Dan Keluhan


Muskuloskeletal Pada Penjahit Di Kota
Denpasar Provinsi Bali
Nama dan Tahun (Rozana & Adiatmika, 2018)
Hasil Penelitian Keluhan muskuloskeletal yang paling sering
terjadi pada responden adalah sakit atau kaku
pada leher bawah, punggung, dan pinggang.
2 Judul Penelitian Analisis Keluhan Musculoskeletal Disorders
Dan Kelelahan Kerja Menggunakan Metode
Nbm Dan Ifrc Pada Industri Sandal Ud. Satria
Sidoarjo
Nama dan Tahun (Akbar & Dkk, 2022)
Hasil Penelitian Keluhan nyeri punggung / musculoskeletal
disorders (MSDs) pada bagian punggung di
dapatkan dan keluhan agak sakit pada bagian
lengan atas kanan. Terdapat keluhan kelelahan
kerja pada pekerja industri sandal UD. Satria
Kecamatan Waru sebagian besar mengalami
kelelahan kerja sedang.
3 Judul Penelitian Analisis Hubungan Keluhan Msds Pada
Pengguna Pelindung Pernapasan Scsr Dengan
Kelelahan Kerja
Nama dan Tahun (Zuraida & Tanser, 2023)
Hasil Penelitian Ada hubungan antara Keluhan Musculoskeletal
Disorder dengan keluhan kelelahan kerja.
4 Judul Penelitian Gambaran Kelelahan Dan Keluhan
Muskuloskeletal Pada Pengemudi Bus Malam
Jarak Jauh Po. Restu Mulya
Nama dan Tahun (Fahmi, 2018)
Hasil Penelitian Sebagian besar pengemudi bus malam jarak
jauh mengalami keluhan muskuloskeletal agak
sakit dengan titik keluhan yaitu pantat,
punggung, leher dan betis kaki. Kelelahan yang
dialami oleh pengemudi bus malam jarak jauh
PO. Restu Mulya merupakan kelelahan dengan
tingkat sedang dan berat, dengan gejala
pelemahan kegiatan dan kelelahan fisik.
5 Judul Penelitian Keluhan Work-Related Musculoskeletal
Disorders ( Wmsds ) Pada Ojek Online
Hubungan Tingkat Kelelahan Terhadap
Keluhan Work-Related Musculoskeletal
Disorders ( Wmsds ) Pada Ojek Online
Nama dan Tahun (Surani, 2022)
Hasil Penelitian Para ojek mengalami gangguan
musculoskeletal terutama pada leher, punggung
dan tangan. Terdapat hubungan tingkat
kelelahan dan keluhan Work Related
Musculoskeletal Disorders (WMSDs) pada
ojek online di Yogyakarta
6 Judul Penelitian Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Dan
Kelelahan Sebelum Dan Setelah Bekerja Pada
Pekerja Di Ud. Batu Bukit
Nama dan Tahun (Utomo & Dkk, 2021)
Hasil Penelitian Terjadi peningkatan keluhan muskuloskeletal
sebelum dan setelah bekerja dan terjadi
peningkatan kelelahan sebelum dan setelah
bekerja pada UD. Batu Bukit
7 Judul Penelitian Faktor Risiko Musculoskeletal Disorders
(Msds) Pada Pekerja Tenun Ikat Di Kelurahan
Tuan Kentang Kota Palembang
Nama dan Tahun (Shobur et al., 2019)
Hasil Penelitian Ada hubungan antara umur, lama kerja, masa
kerja, aktivitas berulang dan kesegaran fisik
serta tidak ada hubungan jenis kelamin dengan
MSDs.
8 Judul Penelitian Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan
Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada
Pekerja Informal
Nama dan Tahun (Tjahayuningtyas, 2019)
Hasil Penelitian Masa kerja dan beban kerja pada bagian
memasak memiliki hubungan dengan keluhan
MSDs pada pekerja di sektor informal.
Keluhan MSDs sendiri paling banyak dirasakan
oleh pekerja informal tersebut pada bagian
pergelangan tangan kanan dan kaki kanan

9 Judul Penelitian Risk Factors Analysis Of Musculoskeletal


Disorders (Msds) In Agricultural Sector: A
Literature Review
Nama dan Tahun (Maulana et al., 2021)
Hasil Penelitian Terdapat kejadian Musculoskeletal Disorders
(MSDs) pada umur pekerja dan faktor
lingkungan yang berhubungan kuat dengan
kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs)
adalah postur kerja dan area kerja.
10 Judul Penelitian Ergonomics Awareness As Efforts To Increase
Knowledge And Prevention Of Musculoskeletal
Disorders On Fishermen
Nama dan Tahun (Sholihah et al., 2018)
Hasil Penelitian Terdapat keluhan gangguan muskuloskeletal
pada nelayan sebelum dan sesudah kegiatan
bekerja.

2.3 Kerangka Pemikiran

Independen (X) Dependen (Y)

Keluhan
Kelelahan Kerja Musculoskeletal
Disorders (Msds)

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Pendahuluan

Studi Literatur

Identifikasi Masalah

Rumusan Masalah

Pengumpulan Data

Kelelahan Kerja Keluhan MSDs


Kuesioner IFRC Kuesioner NBM

Pengolahan Data
1. Penelitian Kondisi Kelelahan Kerja
2. Penelitian Kondisi Keluhan MSDs

Analisis Data
Analisis Regresi Sederhana

Kesimpulan

Gambar 3. 1 Desain Penelitian

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Independen

Dalam penelitian ini variabel independen (bebas) adalah kelelahan kerja

(X). Metode yang digunakan untuk mengukur kelelahan adalah Industrial Fatigue

Research Council (IFRC) yang berbentuk kuesioner dengan 30 pertanyaan.


3.2.2 Variabel Dependen

Dalam penelitian ini variabel dependen (terikat) adalah Keluhan MSDs

(Y). Metode yang digunakan untuk mengukur keluhan MSDs adalah Nordic Body

Map berbentuk kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui

ketidaknyamanan pada para pekerja yang berbentuk kuesioner dengan 28

pertanyaan.

3.3 Populasi Dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah 68 orang karyawan, yaitu seluruh

karyawan wanita di bagian production PT Amtek Batam. Penelitian ini

menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan beberapa pendekatan untuk pengumpulan data

studi, yaitu:

3.4.1 Kuesioner

Kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data terkait Keluhan MSDs dan

kelelahan kerja dimana data pengukuran mengacu pada metode IFRC dan NBM

yang terdiri dari 30 dan 28 pertanyaan. Pada penelitian ini pilihan kuesioner

menggunakan skala Likert yaitu

Tabel 3. 1 Skala Likert


Kelelahan Kerja
Skala Keterangan Klasifikasi
1 Tidak Pernah TP
2 kadang-kadang K
3 Sering S
4 Sangat Sering SS
Keluhan MDSs
1 Tidak Sakit TS
2 Cukup Sakit C
3 Sakit S
4 Sangat Sakit SS

3.4.2 Studi Pustaka

Mencari Referensi berupa tulisan baik buku, artikel, jurnal, dan lain-lain

yang nantinya dijadikan sebagai sumber rujukan untuk tulisan yang

disusun.referensi terkait perusahaan dan area produksi yang ada di PT Amtek

Batam.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Analisis regresi Sederhana

Regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun

kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis regresi

linier sederhana digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara X

terhadap Y, Terdapat 2 variabel, yaitu:

1. Variabel Independen (X), yaitu Kelelahan Kerja

2. Variabel Dependen (Y), yaitu Keluhan MSDs

Untuk menguji variabel tersebut maka digunakan analisa regresi linier

dengan rumus sebagai berikut:

Y = a + bX

Keterangan :

Y : Keluhan MSDs

a : Konstanta

b : Koefisien regresi variabel bebas

X : Kelelahan Kerja
3.6 Lokasi Dan Jadwal Penelitian

3.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada line production di PT Amtek Plastik Batam

yang berlokasi di JL. Engku Putri, Citra Buana Industrial Park III, Lot 11, Belian,

Kec. Batam Kota, Kota Batam, Kepulauan Riau 29461

Gambar 3. 2 Lokasi Penelitian


3.6.2 Jadwal Penelitian

Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian

Waktu Pelaksanaan
Agustus
Kegiatan Maret 2023 April 2023 Meil 2023 Juni 2023 Juli 2023
2023
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mengaju
kan judul
Bab 1
sampai
Bab 3
Kuesioner
Olah
data
Bab 4
sampai
Bab 5
Skripsi
dikumpul
Publish
Jurnal

Sumber : Data Peneliti, 2023


LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN

Data Responden
Nama :
Jenis Kelamin : L/P
Usia :

Petunjuk Pengisian
• Narasumber diharapkan dapat memberikan jawaban yang paling sesuai dengan

persepsi terhadap penelitian ini.

• Berilah tanda √ pada kolom pertanyaan kuesioner yang sesuai dengan pilihan

jawaban

Pertanyaan Kuesioner

KELELAHAN KERJA (X)


No Kondisi Keluhan SS S K TP
Pelemahan Kegiatan
1 Kepala Anda terasa berat
2 Merasa lelah di seluruh tubuh
3 Kaki Anda terasa berat
4 Frekuensi menguap
5 Pikiran Anda kacau
6 Anda merasa mengantuk
7 Mata terasa berat
Kaku dan canggung untuk
8 bergerak
9 Tidak seimbang dalam berdiri
10 Merasa ingin berbaring
Pelemahan Motivasi
1 Merasa susah untuk berpikir
2 Lelah untuk berbicara
3 Merasa gugup
4 Sulit untuk berkonsentrasi
5 Sulit untuk memusatkan perhatian
6 Cenderung untuk lupa
7 Kurang kepercayaan diri
8 Cemas terhadap sesuatu
9 Tidak dapat mengontrol sikap
10 Tidak dapat tekun dalam bekerja
Pelemahan Fisik
1 Sakit kepala
2 Bahu terasa kaku
3 Merasa nyeri di bagian punggung
4 Sesak nafas/sulit untuk bernafas
5 Merasa haus
6 Suara serak
7 Merasa pening / pusing
8 Kelopak mata terasa berat
Gemetar pada bagian tubuh
9 tertentu
10 Merasa kurang sehat

KELUHAN MSDS (Y)


Tidak Cukup Sangat
No Jenis Keluhan Sakit
Sakit Sakit Sakit
0 Sakit pada atas leher
1 Sakit pada bawah leher
2 Sakit pada kiri bahu
3 Sakit pada kanan bahu
4 Sakit pada kiri atas lengan
5 Sakit pada punggung
Sakit pada kanan atas
6
lengan
7 Sakit pada pinggang
8 Sakit pada pantat
Sakit pada bagian bawah
9
pantat
10 Sakit pada kiri siku
11 Sakit pada kanan siku
Sakit pada kiri lengan
12
bawah
Sakit pada kanan lengan
13
bawah
Sakit pada pergelangan
14
tangan kiri
Sakit pada pergelangan
15
tangan kanan
16 Sakit pada tangan kiri
17 Sakit pada tangan kanan
18 Sakit pada paha kiri
19 Sakit pada paha kanan
20 Sakit pada lutut iri
21 Sakit pada lutut kanan
22 Sakit pada betis kiri
23 Sakit pada betis kanan
Sakit pada pergelangan
24
kaki kiri
Sakit pada pergelangan
25
kaki kanan
26 Sakit pada kaki kiri
27 Sakit pada kaki kanan

Anda mungkin juga menyukai