Anda di halaman 1dari 1

Edisi No.

07 / Mei 2019
20182018

Mengenal Kelelahan (Fatigue) dalam Bekerja

L
elah (fatigue) mengacu pada kecenderungan keadaan tubuh fisik dan mental yang
menunjukkan penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Istilah
ini selanjutnya diklasifikasikan menjadi dua hal yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.
Kelelahan otot tandanya diantaranya tremor atau rasa nyeri pada otot. Kelelahan umum tandanya
adalah hilangnya kemauan bekerja yang disebabkan keadaan saraf sentral atau sebab kondisi psikis-
psikologis. Akar utama masalah ini biasanya karena pekerjaan yang monoton, intensitas dan lama kerja
mental ataupun fisik yang tidak sesuai dengan keinginan sang pekerja, kondisi lingkungan yang tidak
sesuai harapan pekerja, dan lain sebagainya yang terakumulasi ke dalam tubuh dan mengakibatkan
perasaan lelah.
Fatique sering di identikan dengan stress walau tidak semua stress menimbulkan fatique. Untuk
berkembang manusia membutuhkan sedikit stress atau tekanan dalam hidup tetapi setelah stressor
tersebut berlalu, maka kita harus dapat melepasakan tekanan tersebut yang di sebut releasing tension.
Keadaan yang terus menerus tidak mampu melakukan pelepasan tekanan adalah yang pada akhirnya
mengakibatkan terjadinya fatique.
Para ahli menemukan bahwa kelelahan adalah satu reaksi fungsional pusat kesadaran otak
(cortex cerebri) yang dipengaruhi oleh dua sistem yang saling
bertolak belakang (antagonistis) yaitu sistem penghambat
(inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Kelelahan selanjutnya
dapat dipahami sebagai satu kondisi ketika sistem penghambat
lebih dominan dibanding sistem penggerak. Konsep ini dapat
menjelaskan mengapa seseorang kadang-kadang kelelahannya
hilang seketika akibat ada sesuatu yang emosional yaitu ketika
sistem penggerak teragsang seketika sehingga menjadi
dominan. Peristiwa lain dapat dijelaskan mengapa para pekerja
bisa merasa kelelahan akibat kerja monoton, yang walaupun
secara beban otot tidak seberapa, akibat sistem penghambat
menjadi kuat.
Kelelahan dapat di kurangi dengan penerapan jam kerja yang sesuai dan istirahat yang cukup.
Upaya lain misalkan rekreasi pada masa libur dan lain sebagainya. Tak kalah pentingnya adalah
penerapan ergonomi serta standar fisiologi dan psikologi pada lingkungan kerja. Faktor fisik seperti
kebisingan, panas, ventilasi udara, dan pencahayaan juga harus menjadi perhatian. Adapun untuk
mengurangi monotoni dalam bekerja dapat disiasati dengan dekorasi tempat kerja yang menarik,
pemanfaatan waktu istirahat untuk permainan yang disukai pekerja, serta seleksi tenaga kerja yang
paling sesuai dengan pekerjaannya.
(sumber: Suma’mur P K. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta )

Edisi No. 07 / Mei 2019 Halaman 1 dari 1

Anda mungkin juga menyukai