TINJAUAN PUSTAKA
Fatigue berasal dari kata “fatigare” yang berarti hilang atau lenyap (waste-
time). Secara umum dapat diartikan sebagai perubahan dari keadaan yang lebih kuat
ke keadaan yang lebih lemah. Kelelahan merupakan kondisi yang ditandai dengan
dari kerusakan yang lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan Saraf terdapat sistim aktivasi
bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan
Kelelahan Adalah kondisi akut, yang dimulai dari rasa letih yang kemudian
mengarah pada kelelahan mental ataupun fisik dan dapat menghalangi seorang untuk
dapat melaksanakan fungsinya dalam batas-batas normal. Perasaan lelah ini lebih dari
sekedar perasaan letih dan mengantuk, perasaan lelah ini terjadi ketika seseorang
telah sampai kepada batas kondisi fisik atau mental yang dimilikinya (Australian
sama halnya dengan lapar ataupun haus yaitu salah satu dari pilar-pilar penting
dari penggunaan berlebih pada fisik, mental atau emosional, yang juga dapat
(www.wikipedia.com, 2009).
Kelelahan kerja adalah suatu kondisi yang dihasilkan sebelum stres yang
memperlemah fungsi dan performa, fungsi organ saling mempengaruhi yang akhirnya
kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh 2(dua) sistem antagonistik yaitu
namun dapat disimpulkan bahwa kelelahan merupakan kondisi fisiolgis tubuh yang
reaksi fungsional pusat kesadaran yaitu otak (cortex cerebri), yang dipengaruhi oleh
dua sistem antagonis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak
(aktivasi) Gambar 2.1. Sistem penghambat bekerja terhadap talamus (thalamus) yang
untuk tidur. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formasio retikularis (formatio
dari organ-organ dalam tubuh kearah kegiatan bekerja, berkelahi, melarikan diri dan
lain-lain.
tergantung pada hasil kerja antara kedua sistem antagonis tersebut. Apabila sistem
penghambat berada pada posisi lebih kuat daripada sistem penggerak, seseorang
berada pada kondisi lelah. Sebaliknya, manakala sistem penggerak lebih kuat dari
sistem penghambat, maka seseorang berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam
Low Relaxed
Tired High
Fresh
Sleepy
Excited
Sleeping Alarmed
Secara umum faktor internal yang berasal dari dalam individu, terdiri dari 2
faktor yaitu: faktor somatis (fisik) seperti: kesehatan/ gizi/ pola makan, jenis kelamin,
berasal dari luar yaitu: faktor fisik, seperti: kebisingan, suhu, pencahayaan. Faktor
kimia, seperti: zat beracun. Faktor biologis, seperti: bakteri jamur. Faktor ergonomic,
serta faktor lingkungan kerja, seperti: kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin
penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat berfariasi, dan untuk memelihara dan
tekanan (cancel out the stress). Dari sekian banyak jenis kelelahan, maka timbulnya
rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai
faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stress) yang dialami oleh tubuh
Lingkungan : iklim,
penerangan bising. Kenyerian dan
kondisi kesehatan
Circardiant
rhytem Monotoni
Tingkat
Pemulihan/ kelelahan
Penyegaran
(Recuperation)
2.1.4 Klasifikasi Kelelahan
(1987) dalam Putri (2008), menyatakan ada empat tipe kelelahan yakni:
membutuhkan tenaga fisik yang banyak dan berlangsung lama. Tipe ini
bentuk sakit yang akut pada otot. Kelelahan ini dapat dikurangi dengan
mendesain prosedur kerja baru yang melindungi individu dari pekerjaan yang
terlalu berat, misalnya dengan mendesain ulang peralatan atau penemuan alat-
dengan orang lain, pikiran dan perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat
menyelesaikan pekerjaan.
3. Kelelahan emosional (emotional fatigue), dihasilkan dari stres yang hebat dan
meningkat.
perhatian pada tugas-tugas tertentu seperti tugas pilot atau pengontrol lalu
lintas udara. Pada kelelahan tipe ini standar akurasi dan penampilan kerja
harus selalu diawasi dan diupayakan agar terhindar dari kelelahan ini dengan
kelelahan akibat kerja dalam dua tipe yakni kelelahan fisiologis yang disebabkan oleh
kerja otot yang berlebihan dan kelelahan secara psikis, yang mirip dengan kebosanan.
Kedua jenis kelelahan tersebut dapat menyebabkan penurunan penampilan kerja dan
dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan
tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Sedangkan kelelahan umum biasanya
Kelelahan fisik disebabkan oleh kelemahan pada otot. Suplai darah yang
Kontraksi otot yang kuat mengakibatkan tekanan pada otot dan dapat
2. Kelelahan Psikologi
kelelahan bahwa klasifikasi atau jenis kelelahan terbagi 3 yaitu, proses dalam otot,
a. Kelelahan akut
menggunakan otot. Hal ini disebabkan karena suatu organ atau seluruh
gangguan-gangguannya.
b. Kelelahan kronis
penggaturan jarak tugas yang baik dan teratur. Menurut Grandjean dalam
bukunya yang berjudul Fitting The Task to The Human kelelahan kronis
tugas terdahulu belum hilang dan disusul lagi dengan tugas berikutnya.
ketika bangun tidur perasaan lelah masih ada. Jika kondisi ini dibiarkan
a. Kelelahan otot
b. Kelelahan umum
3. Berdasarkan penyebabnya
b. Faktor fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam
psikologis yang diatandai dengan menurunya prestasi kerja, rasa lelah dan
menjaga mata agar tetap terbuka, konstan menguap bahkan tertidur saat bekerja,
2006).
suatu keadaan yang dialami oleh seseorang yang ditandai dengan berbagai gejala
1. Gejala kelelahan otot: antara stimulus dengan kontraksi awal jaraknya sangat
maupun mental.
3. Kelelahan kronis menunjukan gejala: sakit kepala, menggigil, kehilangan
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara
hanya berupa indiktor yang menunjukan kelelahan akibat kerja (Tarwaka, 2010)
- Masalah aritmatika.
Pada uji ini seseorang dipacu untuk menentukan dan mengeluarkan tanda-
pengalaman. Apabila uji ini terus dilakukan maka gejala kelelahan akan
2. Uji Schneider
kerja tersebut.
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai suatu jumlah proses
kerja (waktu yang digunakan dalam setiap item) atau proses operasi yang dilakukan
setiap unit waktu. Kelelahan dan rata-rata jumlah produksi tentunya saling
berhubungan. Namun uji ini tidak dapat dilakukan secara langsung mengingat
banyaknya faktor yang harus dipertimbangkan seperti: target produksi, faktor sosial
dan psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan
Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor.
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi.
Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian rangsang sampai pada suatu saat
kesadaran atau dilaksanakanya kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan
nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan (Tarwaka, 2010).
Kelemahan dari uji ini ialah muncul suatu kenyataan bahwa pada uji ini sering
sekali membuat permintaan yang sulit pada subjek yang diteliti, sehingga dapat
kelipan adalah sebagai berikut: responden yang hendak diteliti didudukan didepan
sumber cahaya yang berkedip. Kedipan kemudian dari lambat (frekuensi rendah),
kemudian perlahan-lahan dinaikan semakin cepat. Dan cahaya tersebut bukan lagi
Frekuensi batas atau ambang dari kelipan itulah yang disebut “frekuensi
kelipan mulus”. Bagi orang yang tidak lelah, frekuensi ambang bernilai 2 Hz jika
menggunakan cahaya pendek atau 0.6 Hz. Pada orang yang lelah sekali atau setelah
menghadapi pekerjaan monoton, angka frekunsi kerling mulus bias antara 0.5 Hz atau
dibawah dari angka frekuensi kerling mulus orang yang tidak lelah (Suyanto dalam
Andiningsari, 2009).
Fatigue Research Committee (IFRC) merupakan salah satu kuesioner yang dapat
mengukur tingkat kelelahan subjektif. Berisi 30 daftar pertanyaan dimana pernyataan
Dimana setiap pertanyaan diberi scoring dengan skala Likert (4 Skala) dimana:
menggambarkan tubuh dalam keadaan statis atau dinamis. Oleh karena itu denyut
nadi dipakai sebagai salah satu indicator yang dipakai untuk mengetahui berat
ringanya beban kerja seseorang. Semakin berat beban kerja, maka akan semakin
pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis
antara peningkatan denyut nadi kerja dengan denyut nadi maksimum, yang dihitung
dimulai
3. Nadi Kerja: adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi
kerja.
adalah 220/menit (-umur) untuk laki-laki dan 200- umur/menit untuk wanita. Dari
% CVL 100Klasifikasi
< 30 % Tidak terjadi kelelahan
30 % s.d <60% Diperlukan perbaikan
60 % s.d <80% Kerja dalam waktu singkat
80 % s.d <100% Diperlukan tindakan segera
>100 % Tidak diperbolehkan beraktivitas
Sumber : Tarwaka, 2010
2.1.7 Penanggulangan Kelelahan Kerja
1. Seleksi tenaga kerja yang tepat mencakup fisik dan kesehatan secara umum.
4. Organisasi proses produksi yang tepat atau pelaksanaan kerja bertahap mulai
organ tubuh agar dapat melakukan pekerjaan lebih kuat, cekatan dan efisien.
9. Penyediaan sarana dan fasilitas tempat istirahat yang nyaman, ruang makan,
dan kantin.
Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindari sikap kerja yang
bersifat statis dab diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan
dengan merubah sikap kerja lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah
sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis,
sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh
(Husein, 2009)
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kelelahan disebabkan oleh
banyak faktor yang sangat kompleks dan saling berkaitan, hal yang paling penting
agar tidak menjadi kronis. Agar dapat menangani kelelahan dengan cepat, maka kita
harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan. Berikut akan
Kelelahan
Monica, (2010) Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin
adalah didapat dengan memberikan istirahat yang cukup. Istirahat sebagai usaha
tidur malam hari Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya:
2. Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan
terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarana-sarananya masa-masa libur dari
yang ditujukkan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja.
dalam hal pengadaan tempat duduk meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu.
Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat. Selanjutnya usaha-usaha perlu
baik.
2.2 Karakteristik Pekerja
artinya suatu sifat khas yang melekat pada seseorang atau suatu objek. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia Karakteristik adalah cirri-ciri khusus atau mempunyai
(1999), karakteristik adalah cirri-ciri dari demografi dan status sosial. Demografi
berkaitan dengan umur, stuktur prnduduk dan juga jenis kelamin, sedangkan statsu
sosial terdiri dari tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya.
berkaitan dengan struktur penduduk, umur, jenis kelamin dan status ekonomi.
Sedangkan data cultural berkaitan dengan tingkat pendidikan, pekerjaan, agama, adat
2.2.1 Usia
semakin jelas bahwa banyak perubahan fungsi itu berhubungan dengan penyakit,
gaya hidup (misalnya: Kurang gerak badan) atau keduanya (WHO, 1996).
Usia berkaitan dengan kelelahan karena pada usia yang meningkat akan
diikuti dengan proses degenerasi dari organ sehingga dalam hal ini kemampuan organ
akan menurun. Dengan adanya penurunan kemampuan organ, maka hal ini akan
tanpa lemak dan berat otot berkurang yang mengakibatkan berkurangnya kekuatan,
ada hubunganya dengan berkurangnya serabut otot tipe 2 dan berkurangnya aktivitas
enzim-enzim otot. Hal ini lah yang dapat memacu terjadinya kelelahan (Putri, 2008).
Hal itu juga didukung oleh (ILO&WHO, 1996) yang mengemukakan bahwa
kapasitas kerja seorang pekerja akan berkurang hingga menjadi 80% pada usia 50
tahun dan akan lebih menurun lagi hingga tinggal 60% saja pada usia 60 tahun jika
Seseorang dengan usia menjelang 45 tahun akan lebih cepat merasakan lelah.
Hal ini dikarenakan seseorang dengan usia tersebut akan mengalami penurunan
kapasitas kerja yang meliputi kapasitas fungsional, mental dan sosial. Menurut
laporan, untuk beberapa pekerjaan (bukan semua) kapasitas kerja akan terus menurun
Status gizi adalah salah satu faktor dari faktor kapasitas kerja. Dimana
keadaan gizi buruk dengan beban kerja yang berat akan menganggu kerja dan
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari
2001).
penilaian status gizi. Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB). Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks
Masa Tubuh (IMT) dengan rumus sebagai berikut (Depkes RI, 2003):
didasari penyesuaian terhadap postur tubuh orang Indonesia yang lebih kecil
Tabel 2.3 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT Menurut DepKes RI (2003)
terhadap kelelahan yang terjadi. Pekerja dengan status gizi yang baik akan memiliki
mekanisme pemulihan dari kelelahan kerja yang lebih baik. Dengan pemulihan yang
lebih baik akan memiliki mengurangi efek kumulatif dari kelelahan sehingga
kemungkinan kelelahan yang terjadi akan semakin rendah. Selain itu pengaturan pola
makan dan pengaturan berat badan berpengaruh terhadap kapasitas kerja sesorang.
Indicator yang dapat dipakai untuk menilai status gizi seseorang antara lain adalah
fisiologis dan psikologis dapat terjadi saat kondisi tubuh tidak fit/sakit atau seseorang
Individu dengan kondisi kesegaran jasmani secara umum baik memiliki resiko
lebih kecil terhadap terjadinya resiko Low Back Pain (LBP) dan penyembuhan akan
rasa nyeri akan lebih cepat pulih dibandingkan dengan individu lain (Dickerson dan
Menurut (NTC, 2006) kelelahan pada seorang pekerja juga dapat terjadi dari
a. Penyakit Jantung
menyerang bilik kiri jantung sehingga paru-paru akan mengalami bendungan dan
menyebabkan kelelahan.
c. Penyakit asma
Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan saluran udara bronkus kecil
Pada penderita tekanan darah rendah kerja jantung untuk memompa darah ke
Pada tenaga kerja yang mengalami tekana darah tinggi akan menyebabkan
kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga jantung membesar. Pada saat jantung tidak
mampu mendorong darah beredar ke seluruh tubuh dan sebagian akan menumpuk
pada jaringan seperti tungkai dan paru. Selanjutnya terjadi sesak napas bila ada
menyebabkan kelelahan.
2.2.4 Masa Kerja
Kelelahan berkaitan dengan tekanan yang terjadi pada saat bekerja yang dapat
berasal dari tugas kerja, kondisi fisik, kondisi kimia, dan sosial ditempat kerja.
Tekanan konstan, terjadi seiring dengan penambahan masa kerja dan adaptasi.
Masa kerja merupakan akumulasi dari waktu dimana pekerja telah memegang
pekerjaan tersebut. Semakin banyak informasi yang disimpan, maka semakin banyak
Lama kerja berkaitan dengan efek kumulatif dari stressor untuk menimbulkan
suatu strain. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu pekerjaan, maka kelelahan
yang terjadi akan semakin sering (Stellman 1998, dalam Astono, 2003).
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan
memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan
pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan
kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah
terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Secara garis besar
Pemanenan adalah kegiatan memotong Tandan Buah Segar (TBS) dari pohon
terlebih dahulu memeriksa tandan buah yang sudah masak untuk selanjutnya
dilakukan proses pemanenan. Selanjutnya sebelum tandan buah yang matang tersebut
diturunkan (dipanen), pemanen harus terlebih dahulu memotong pelepah mati yang
menghalangi TBS yang sudah matang dengan sudut 300, dan menyusunya di
TBS dari pokok dengan tidak menyisakan brondolan di tangkai tandan buah. Jika
tandan buah masih panjang, maka diupayakan dipotong serapat mungkin dengan
buah. Rata-rata pemanen perhari dapat memanen tandan buah sawit (TBS) sebanyak
60 tandan dengan berat sekitar 1200 kg. TBS yang telah jatuh didekat pohon atau
TBS, dimana isi muatan angklong tergantung ukuran dan berat TBS. Umumnya berat
TBS berkisar antara 15-50 kg tergantung usia tanaman dan kualitas TBS. Apabila
TBS berukuran besar, maka satu angkong hanya berisi 2 TBS, tetapi apabila TBS
berukuran kecil maka dapat mengangkut 3-4 TBS dan diangkut ke Tempat
Pemungutan Hasil (TPH). Selanjutnya berondolan yang jatuh dan masih tersisa akan
dikutip untuk selanjutnya juga diangkut dan dikumpulkan di TPH. Akhirnya bekas
potongan TBS yang sudah dipanen diberi penomoran yang menunjukan blok/petak
Proses pemanenan kelapa sawit atau TBS terdiri dari beberapa tahapan
pekerjaan yaitu:
memotong pelepah mati yang menghalangi TBS yang sudah matang dengan sudut
300, dan menyusunya di gawangan mati. Setelah pelepah dipotong, maka selanjutnya
pemanen memotong TBS dari pokok dengan tidak menyisakan brondolan di tangkai
digunakan ialah dodos dengan lebar mata dodos 10-12,5 cm, disambung dengan
tongkat besi atau kayu dengan diameter gagang 4 cm (genggaman orang dewasa).
Cara kerja panen tanaman dengan ketinggian dibawah 5 m diantaranya: tandan yang
telah memenuhi kriteria matang panen dipotong. Pada tanaman rendah (ketinggian <
5 m) pelepah daun tidak dipotong guna pertumbuhan pohon, yang dipotong hanya
buah saja. Selanjutnya pelepah dipotong menjadi 2 bagian dan disusun di gawangan
Ketika tanaman sudah berusia diatas 5 tahun maka pohon kelapa sawit akan
menjadi semakin tinggi. Sehingga peralatan kerja yang digunakan ialah egrek. Egrek
adalah alat potong TBS dengan bentuk mata pisau melengkung seperti arit tetapi
buah yang telah memenuhi kriteria matang dipotong. Pelepah dibawah buah yang
pemanen membawa kereta sorong, mengangkat satu persatu TBS yang telah dipanen,
Pemungutan Hasil (TPH). Pada saat memuat TBS ke dalam kereta sorong pemanen
akan membungkuk dan mengangkat ke dalam kereta sorong. Banyak TBS yang
dimuat ke dalam kereta sorong disesuaikan denga kapasitas isi kereta sorong.
dibawa ke TPH. Gagang TBS dibentuk “V” (cangkem kodok) untuk diberi
Karakteristik Pekerja
- Usia
- Status gizi
- Riwayat Penyakit
- Masa kerja
Mengangkat, Memasukan,
dan Membawa TBS dengan
Angkong ke TPH.
- Tanaman berumur 3-5
tahun
- Tanaman berumur > 5
tahun.
Kelelahan kerja sebagai variabel dependen. Dimana variabel independen terdiri dari:
karakteristik pekerja dan juga cara kerja. Karakteristik yang diteliti adalah usia, status
gizi, riwayat penyakit dan masa kerja. Cara kerja panen dibagi atas (1) Pemotongan
pelepah dan TBS yang dibagi lagi berdasarkan tinggi tanaman yang berbeda serta (2)
mengangkat, memasukan, dan membawa TBS dengan Angkong ke TPH yang juga
2. Ada hubungan antara cara kerja memotong pelepah dan TBS menurut tinggi
TBS dengan Angkong ke TPH pada usia tanaman yang berbeda dengan