Anda di halaman 1dari 35

PENGUKURAN TINGKAT KELELAHAN KARYAWAN PT. ELNUSA.

TBK

Latar Belakang

Fatigue berasal dari kata “fatigare” yang berarti hilang lenyap (waste-time) secara
umum dapat diartikan sebagai perubahan dari keadaan yang lebih kuat ke keadaan yang
lebih lemah. Kelelahan merupakan kondisi yang ditandai dengan perasaan lelah dan
menurunkan kesiagaan serta berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Banyak definisi
kelelahan yang berkembang disebabkan oleh konsep kelelahan yang bersifat majemuk.
Berbagai definisi kelelahan banyak diwarnai menurut sudut pandang masing- masing
kebutuhan yang ada (Grandjean, 1985). Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang
disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja (Suma’mur, 2009). Menurut
Budiono (2003:90), kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan produktivitas. Jadi
kelelahan kerja dapat berakibat menurunnya perhatian, perlambatan dan hambatan
persepsi, lambat dan sukar berfikir, penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja,
menurunnya efisiensi dan kegiatan- kegiatan fisik serta mental yang pada akhirnya
menyebabkan kecelakaan kerja dan terjadi produktivitas kerja.
Hasil penelitian yang dilakukan Kementerian Tenaga Kerja Jepang terhadap
12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di negara tersebut yang dipilih
secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan 65% pekerja mengeluhkan
kelelahan akibat melakukan pekerjaan rutin, 28% mengeluhkan kelelahan mental, dan
sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan (Hidayat, 2003).
Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja
(Setyawati, 2007).
Dwidevi (1981), membuat suatu model teoritis dari kelelahan kerja yang terdiri
atas:
1. Dimensi fisik yang penyebabnya adalah faktor mesin tipe pekerjaan, tempat
kerja, kerja bergilir suhu, program libur kerja.

1
2. Dimensi psikologis meliputi perbedaan kepribadian individu, motivasi,
kemampuan, pelatihan kebiasaan, kebosanan, kondisi kesehatan, dan
hubungan antar manusia.
3. Dimensi neurofisiologis meliputi system aktivasi retikuler faktor inhibisi dan
factor humoral.
Berdasarkan beberapa defisini mengenai kelelahan dapat disimpulkan bahwa
kelelahan atau Fatigue menunjukkan keadaan yang berbeda – beda, tetapi dari semua
keadaan kelelahan berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.
Secara konseptual, keadaan lelah meliputi aspek fisiologis maupun aspek psikologis dan
konsep kelelahan ini mempunyai arti tersendiri dan bersifat subjektif dimana ditandai
dengan penurunan kinerja fisik, perasaan lelah, penurunan motivasi, dan penurunan
produktifitas kerja. Kelelahan baik secara fisiologis maupun psikologis pada dasarnya
merupakan suatu mekanisme perlindungan terhadap tubuh agar terhindar dari kerusakan
lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Sistem Penggerak Kelelahan

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Terdapat struktur susunan syaraf pusat
yang sangat penting yang mengontrol fungsi sangat luas dan konsekuen yaitu reticular
formation atau system penggerak pada medulla yang dapat meningkatakan dan
mengurangi sensitivitas dari cortex cerebri. Cortex cerebri merupakan pusat kesadaran
meliputi persepsi, perasaan subjektif, reflex dan kemauan (Rodahl, 1986). Keadaan dan
perasaan lelah merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri
yang dipengaruhi oleh system antagonistic yaitu system penghambat (inhibisi) dan
system penggerak (aktivasi) yang saling bergantian. Sistem penghambat terdapat pada
thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan
kecenderungan untuk tidur sedangkat system penggerak terdapat pada formation
reticularis yang dapat merangsang pusat – pusat vegetative untuk konversi ergotropis dari
peralatan dalam tubuh untuk bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lainnya.

2
Gambar 1.1 Diagrammatic Presentation of the control of disposition to work by
means of inhibiting and activating systems.

(Grandjean, 1985)

Stadium kelelahan

Kelelahan yaitu berkurangnya skill performance dikarenakan penggunaan skill itu


terlalu lama atau berulang – ulang dan hal itu dapat diperbesar oleh factor – factor stress
fisik, fisiologis dan psikologis. Terdapat 3 stadium keadaan performa pada manusia
dalam aktivitasnya yang terus menerus.

Stadium 1

3
Terdapat permulaan aktivitas, performa dengan cepat meningkat (kekuatan kerja
meningkat ). Pada kondisi ini seseorang sulit untuk berkonsentrasi, tetapi pekerjaan yang
dilakukan masih dirasakan ringan. Kondisi ini disebut dengan “warmed up “.

Stadium 2
Pada kondisi ini, seseorang akan merasa bahwa ia dapat melakukan aktivitasnya dalam
waktu yang lama tetapi suatu saat ia akan sadar bahwa tenaganya terbatas dan merasakan
pekerjaan yang dijalaninya sangat berat. Hal ini merupakan tanda bahwa ia mengalami
kelelahan, tetapi performanya belum menurun dan baru mulai akan menurun beberapa
saat kemudian. Ketika seseorang sudah mulai mengalami kelelahan tetapi performa
kerjanya belum berkurang dapat disebut sebagai “full compensation“ . Hal ini
dimungkinkan karena adanya :
- Rasa tanggung jawab
- Training yang baik
- Kesehatan yang baik

Stadium 3

Pada aktivitas selanjutnya kelelahan akan terus bertambah sedangkan performa kerjanya
akan terus menurun. Tetapi efek emosi yang hebat akan dapat menaikkan performanya
dengan tiba – tiba bahkan bisa lebih tinggi dari keadaan optimalnya. Misalnya mendengar
berita baik yang sangat menyenangkan, tiba – tiba semangat meluap, keadaan fatigue
akan terkalahkan oleh melonjaknya performance. Tapi sebaliknya bila kabar sedih yang
diterimanya performance nya akan turun dengan drastis.

Klasifikasi Kelelahan

Klasifikasi atau jenis kelelahan terbagi menjadi 3 yaitu waktu terjadinya


kelelahan, proses dalam otot dan penyebabnya yaitu sebagai berikut :

4
a. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan

- Kelelahan Akut
Kelelahan akut terjadi pada aktivitas tubuh terutama yang banyak
menggunakan otot. Hal ini disesbabkan karena suatu organ atau seluruh
tubuh bekerja secara terus menerus dan berlebihan. Kelelahan jenis ini
dapat hilang dengan cara beristirahat yang cukup dan menghilangkan
gangguan – gangguannya.

- Kelelahan Kronis
Kelelahan kronis sebenarnya merupakan kelelahan akut yang bertumpuk –
tumpuk. Hal ini disebabkan karena tugas yang terus menerus tanpa
pengaturan jarak tugas yang baik dan teratur. Manurut Grandjen dalam
bukunya Fitting The Task to The Human , kelelahan kronis berlangsung
setiap hari, bekepanjangan dan bahkan terjadi sebelum memulai suatu
pekerjaan. Dengan beristirahat biasa belum bisa menghilangkan kelelahan
jenis kronis ini. Salah satunya pekerja yang mengalami kelelahan kronis
adalah sudah merasakan lelah sebelum melaksanakan tugasnya dan ketika
bangun tidur perasaan lelah masih ada. Jika kondisi seperti ini dibiarkan,
maka dapat membahayakan tugas yang sedang dilakukannya atau jika
dalam jangka panjang tidak segera diatasi dapat menyebabkan kecelakaan.

b. Berdasarkan proses dalam otot

- Kelelahan Otot
Kelelahan otot yaitu menurunnya kinerja sesudah mengalami stress
tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambatan
gerak.

- Kelelahan Umum

5
Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja
yang disebabkan oleh faktor dari persyarafan dan psikis. Kelelahan umum
pada dasarnya merupakan gejala penyakit dan erat kaitannya dengan faktor
psikologis seperti motivasi menurun dan kejenuhan yang mengakibatkan
menurunnya kapasitas kerja seseorang. Kelelahan umum dicirikan dengan
menurunnya perasaan ingin bekerja, serta kelelahan umum disebut juga
kelelahan fisik dan kelelahan syaraf (Silaban, 1998).

c. Berdasarkan penyebabnya

- Faktor fisik di tempat kerja dan faktor psikologis


- Faktor fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat)
dalam darah ; dan faktor psikologis yaitu konflik yang mengakibatkan
stress emosional yang berkepanjangan.
- Kelelahan fisik ( kelelahan karena kerja fisik ) ; kelelahan patologis
( kelelahan yang ada kaitannya dengan penyakit ) ; dan kelelahan
psikologis yang ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah
dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

Soetomo (1981), juga mengklasifikasikan kelelahan berdasarkan faktor


penyebabnya, antara lain :

- Kelelahan fisik ( physical/muscular fatigue)


Kelelahan ini disebabkan oleh aktivitas fisik dan anggota tubuh.
Kelelhaan fisik akan menghilang dengan beristirahat yang cukup.
- Kelelahan mental (mental fatigue)
Kelelahan ini disebabkan karena faktor psikis dikarekana adanya
persoalan kejiwaan yang belum terselesaikan dan menyebabkan stress
psikis.
- Kelelahan keterampilan (skill fatigue)
Kelelahan keterampilan disebabkan oleh adanya tugas – tugas yang
memerlukan ketelitian dan pemecahan persoalan cukup sulit.

6
Kelelahan merupakan aspek yang penting pada beberapa kondisi tempat kerja,
baik dinamis maupun statis. Berdasarkan tingkatan kelelahan yang terjadi pada pekerja
dapat menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan dan kemungkinan berkurangnya
kepuasan dan hasil dalam bekerja.
Berbagai tipe dari kelelahan telat dipaparkan oleh Grandjen (1985), antara lain :
1. Kelelahan mata (berhubungan dengan system visual).
2. General bodily fatigue yang berasal dari beban kerja fisik.
3. Kelelahan mental (intellectual work).
4. Kelelahan syaraf (adanya faktor stress, berhubungan dengan psychomotor
system , pekerjaan berulang).
5. Kelelahan kronis (akumulasi efek jangka panjang).
6. Circadian fatigue (irama tubuh, periode tidur).

Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan (Fatigue)

Berikut ini merupakan ilustrasi teori penyebab kelelahan dari ILO (1998) dalam
bukunya Encyclopaedia of Occupational Health & Safety yang dikutip ari Grandjean :

7
Gambar 1.2 Ilustrasi penyebab kelelahan, tingkat kelelahan serta tahap pemulihan

Ilustrasi diatas mengemukakan bahwa perasaan lelah merupakan kumulatif dari


intensitas dan durasi kerja fisik dan mental, pencahayaan, kebisingan, iklim kerja,
tanggung jawab, kecemasan dan konflik, kesakitan dan penyakit, gizi dan kualitas tidur.
Berbagai kombinasi penyebab terjadinya kelelahan tersebut ada didalam kehidupan
setiap harinya dan waktu pemulihan sangat dibutuhkan untuk menghilangkan berbagai
penyebab kelelahan. Total penyebab kelelahan harus dapat diseimbangkan dengan total
pemulihan dalam siklus 24 jam.

Penyebab dasar kelelahan yang berasal dari individu, antara lain :

1. Stress dan emosi


Stress dan dalam kondisi emosi banyak membutuhkan energy. Oleh karena itu
sebagian dari energy yang seharusnys digunakan untuk bekerja menjadi
terbuang. Hal tersebut menyebabkan kelelahan.

2. Depresi

8
Depresi adalah salah satu kondisi emosi. Depresi dapat melemahkan dan
mendorong timbulnya kelelahan yang membutuhkan perhatian khusus.

3. Penyakit medis
Pada saat sakit, tubuh kita membutuhkan banyak istirahat, tetapi apabila
memaksakan diri untuk beraktivitas maka akan memperberat penyakit dan
menambah kelelahan (Fatigue).

4. Chronic Fatigue Dysfunction Syndrome (CFIDS)


CFIDS menyebabkan kelelahan yang parah dan menetap, ditambah dengan
gejala khusus lainnya yang dapat terjadi selama berbulan – bulan hingga
bertahun – tahun.

5. Gangguan tidur
Frekuensi tidur yang kurang dapat menyebabkan gangguan tidur yang
berujung kelelahan. Gangguan tidur yang berhubungan dengan kelelahan
(Fatigue ) biasanya disebabkan oleh faktor – faktor seperti kebisingan,
pencahayaan, kebiasaan minum dan lainnya.

6. Gizi
Kelelahan lebih banyak terjadi karena seseorang yang terlalu banyak makan
dibandingkan dengan seseorang sedikit makan. Orang yang gemuk
membutuhkan energy dalam jumlah yang besar untuk membawa tubuhnya
seiring dengan kenaikan badannya (David, 1993).

Kelelahan dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
sebagai akibat dari beban kerja eksternal (faktor internal/individu) dan kelelahan juga
dipengaruhi oleh faktor eksternal/pekerjaannya (beban kerja yang berasal dari luar tubuh
pekerja seperti organisasi dan lingkungan kerja).

1. Faktor Internal

9
1.1 Usia
Usia seseorang akan mempengaruhi kondisi, kemampuan dan kapasitas tubuh
dalam melakukan aktivitasnya. Produktivitas pekerja akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia. Berbagai perubahan fisiologis yang disebabkan karena penuaan, tetapi
semakin jelas bahwa penurunan fungsi itu berhubungan juga dengan penyakit, gaya hidup
atau kedua – duanya. (WHO, 1996). Pada usia 50 tahun, kapasitas bekerja berkurang
hingga 80% dan pada usia 60 tahun kapasitasnya hanya tinggal 60% saja dibandingan
dengan kapasitas mereka yang berusia 25 tahun. Kapsaitas kerja meliputi kapasitas
fungsional, mental, dan social akan menurun menjelang 45 tahun dan kapasitas untuk
beberapa pekerjaan akan terus menurun menjelang usia 50 sampai 55 tahun (ILO&WHO,
1996).

1.2 Jenis Kelamin


Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik
atau kekuatan otot laki – laki. Laki – laki lebih tahan terhadap kelelahan bila dibandingan
dengan pekerja wanita. Tetapi dalam beberapa hal pekerja wanita lebih teliti dan fleksible
dalam melakukan pekerjaannya. Seorang laki – laki dan seorang wanita berat badan dan
besarnya sama, tetapi biasanya dalam kesamaan berat ini wanita lebih banyak mengandung
lemak di dalam tubuhnya yang berarti pula bahwa jaringan yang tidak aktif ditubuh wanita
lebih banyak. Dengan demikian makan BMR (Basal Metabolic Rate ) pada tubuh wanita
lebih rendah bila dibandingkan dengan BMR pada tubuh laki – laki. Biasanya energy
minimal yang diperlukan wanita sepuluh persen (10%) lebih rendah daripada yang
diperlukan oleh laki – laki (Marsetyo, 1995).

1.3 Masa Kerja


Masa kerja merupakan akumulasi waktu dimana pekerja telah memegang
pekerjaan tersebut. Pada masa kerja dengan periode decade, kelelahan berasal dari
kelebihan usaha selama beberapa decade dan dapat dipulihkan dengan pension, sedangkan
untuk masa kerja yang masih dalam periode tahun, kelelahan berasal dari kelebihan usaha

10
selama beberapa tahun yang dapat dipulihkan dengan berlibur (Rohmert, dkk, dalam ILO,
1998).

1.4 Status Gizi (IMT)


Semua orang baik itu pekerja dalam hidupnya membutuhkan zat gizi yang
diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari – hari. Setiap orang membutuhkan
makanan sebagai sumber energy atau tenaga. Semakin besar tenaga yang diperoleh dari
makanan maka akan semakin besar pula produktivitas kerja yang dilakukan oleh seorang
pekerja. Apabila kecukupan gizi dari makanan kurang maka dapat menyebabkan antara
lain pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang kurang normal, keluhan yang berkaitan
dengan kesegaran fisik, kelesuan dan tidak bergairah (Marsetyo, 1995).
Pekerja membutuhkan tenaganya disesuaikan dengan berat atau tidaknya beban
kerja yang ia laksanakan. Makanan yang dimakan harus mengandung gizi agar tubuh tetap
sehat dan mempunyai berat badan yang normal. Berat badan harus dijaga karena jika
kurang atau berlebih akan menimbulkan dampak yang merugikan.
Tabel 1.1 Dampak Berat Badan Kurang Maupun Berlebih

Berat Badan Kerugian


Kurang (kurus) - Mudah letih dan lelah
- Risiko terkena penyakit tinggi
- Penampilang cenderung kurang
menarik
Berlebih (gemuk) - Gerakan tidak gesit dan lamban
- Mempunyai risiko terkena
penyakit jantung dan pembuluh
darah, kencing manis,
hipertensi, gangguan sendi dan
tulang, ginjal, kanker
- Pada wanita dapat mengganggu
haid (tidak teratur) dan faktor

11
penyakit pada persalinan
- Penampilan kurang menarik
Sumber : Depkes RI, 1994. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa.

Batasan berat badan normal orang dewasa dapat ditentukan dengan nilai Body
Mass Index (BMI) atau Index Massa Tubuh (IMT). IMT adalah suatu alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya dengan berat badan.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun, dengan
perhitungan sebagai berikut :

Keterangan :
IMT = Index Massa Tubuh
BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (m)

Tabel 1.2 Kategori Penggunaan IMT

Kategori IMT
Kekurangan Berat badan < 17,0
Kurus tingkat berat
Kekurangan berat badan 17,0 – 18,5
tingkat ringan
Normal >18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan 25,0 – 27,0
Gemuk tingkat ringan
Kelebihan berat badan >27,0

12
tingkat berat
Sumber : Depkes RI, 1994. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa.

1.5 Kondisi Fisik / Kondisi Kesehatan


Faktor tenaga kerja seperti kondisi kesehatan mempengaruhi tingkat kelelahan
yang terjadi pada pekerja. Tingkat kesehatan terbagi menjadi 2, yaitu tingkat kesehatan
fisik dan tingkat kesehatan psikologis atau mental .
Grandjean (1997) menyatakan bahwa kelelahan secara fisiologis dan psikologis
dapat terjadi jika tubuh dalam kondisi tidak fit/sakit atau seseorang mempunyai keluhan
terhadap penyakit tertentu. Semakin besar kondisi kesehatan yang dirasakan kurang sehat
oleh pekerja maka kelelahan akan semakin cepat timbul. Kenaikan suhu didalam tubuh
banyak berpengaruh pula terhadap keperluan energy minimal didalam tubuh. Menurut
penelitian para pakar, setiap terjadi kenaikan suhu 1o C diperlukan peningkatan energy
basal sekitar 13%, oleh karena itu kelelahan akan semakin cepat dirasakan (Marsetyo,
1995).

2. Faktor Eksternal

2.1 Work Related


2.1.1 Beban Kerja Fisik (Workload)
Durasi kerja dan istirahat dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugas dan
pemeliharaan keadaan tubuh agar tetap baik, baik pekerjaan sehari – hari maupun dalam
seminggu. Pekerjaan sewaktu – waktu yang penting adalah pekerjaan fisik yang berat,
misalnya mengangkat dan membawa beban sebesar 50 kg sejauh 10 meter. Pada pekerjaan
demikian, otot – otot, susunan kardiovaskuler, paru – paru dan yang lainnya harus bekerja
sangat berat. Untuk itu pekerjaan yang demikian hanya boleh terjadi dalam waktu yang
pendek dan diselingi dengan istirahat pendek.
Beban kerja seseorang harus disesuaikan dengan kemampuan untuk menghindari
kecelakaan kerja. Apabila pembebanan tidak seimbang makan akan terjadi keadaan yang
disebut ketidakseimbangan ergonomic (ergonomic imbalance). Jikalau beban terlalu berat

13
makan akan terjadi kelelahan yang berlebihan, frustasi dan pada akhirnya akan menggaggu
kesehatan pekerja. Sebaliknya jika beban terlalu ringan akan merugikan perusahaan dan
juga pekerja karena tenaga kerja merasa kemampuannya tidak dimanfaatkan sepenuhnya
sehingga pekerja menjadi tidak termotivasi, menimbulkan kebosanan, dan acuh tak acuh.
Hal ini mengurangi konsentrasi pikiran dalam bekerja dan dapat mengakibatkan
kecelakaan (Syukri, 1997).

2.1.2 Waktu Pemulihan (Istirahat)

Waktu istirahat atau pemulihan dibutuhkan untuk mengurangi peningkatan risiko


cedera ataupun kelelahan yang terkait dengan durasi kerja. Jangka minimum untuk waktu
istirahat belum ditentukan. Namun banyak ahli yang berpendapat jika waktu istirahat
pendek yang sering lebih baik daripada waktu istirahat panjang tetapi jarang.
Suma’mur (1989) mengemukakan bahwa terdapat empat jenis istirahat,antara lain:
a. Istirahat secara spontan, yaitu istirahat pendek segera setelah pembebanan.
b. Istirahat curian, yaitu istirahat yang terjadi jika beban kerja tak dapat
diimbangi oleh kemampuan kerja.
c. Istirahat oleh karena adanya pertalian dengan proses kerja, yaitu istirahat yang
tergantung dari bekerjanya mesin, peralatan atau prosedur – prosedur kerja.
d. Istirahat yang ditetapkan, yaitu istirahat atas dasar ketentuan perundang –
undangan seperti istirahat paling sedikit ½ jam sesudah 4 jam bekerja berturut
– turut.
Pentingnya dari adanya waktu istirahat pada pekerja seperti yang dikemukakan
oleh Gerry Silaban dalam artikelnya tahun 1998, antara lain :
a. Dapat meningkatkan jumlah pekerjaan yang dilakukan
b. Dibutuhkan oleh tenaga kerja
c. Dapat menurunkan keragaman pekerjaan dan cenderung mendorong operator
mempertahankan tingkat kinerjanya sehingga mendekati output yang
maksimal.
d. Dapat mengurangi kelelahan fisik.

14
e. Dapat mengurangi jumlah waktu yang diperlukan selama jam kerja (efisiensi
kerja).

2.1.3 Variasi Kerja (pekerjaan monoton)

Keadaan monoton merupakan salah satu penyebab kelelahan karena tidak adanya
variasi dalam pekerjaan. Hal tersebut dapat menimbulkan kejenuhan pekerjaan. Kejenuhan
kerja dapat terjadi jika pekerja melakukan pekerjaan yang sama setiap hari. Kebosanan
adalah kelelahan yang bersifat mental yang merupakan komponen yang penting dalam
psikologis lingkungan kerja yang dikarenakan menghadapi pekerjaan yang berulang –
ulang. Kebosanan dirasakan oleh pekerja pada pertengahan jam kerja dan menurun pada
akir jam ketiga.

2.1.4 Shift Kerja

Durasi lamanya seseorang bekerja dalam sehari pada umumnya adalah 6-8 jam
dan sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat,
istirahat, tidur dan lainnya. Jam kerja yang baik adalah 40 jam dalam satu minggu. Jika
waktu kerja lebih panjang dari 40 jam maka akan timbul kelelahan, penyakit dan
kecelakaan kerja.

Pheasant dalam bukunya yang berjudul Ergonomic, Work & Health tahun 1997
menyatakan bahwa para pekerja disektor industry pada negara berkembang menggunakan
shift kerja antara 15% dan 30%. Setiap shift memiliki keuntungan dan kerugian. Dari
system tersebut dapat menimbulkan akibat pada kenyamanan, kesehatan, kehidupan sosial
dan performance kerja.

Pada umumnya shift kerja mengguanakn tiga shift setiap harinya dengan waktu
kerja 8 jam/hari. ILO (1998) membagi shift kerja sebagai berikut :

1. System 3 giliran 4 regu (system 4x8 hours continues shift work)


Tiga regu bergiliran setiap 8 jam kerja sedangkan 1 regu lagi beristirahat
dengan rotasi kerja bergilir 2-3 hari. Shift kerja yang seperti ini biasanya

15
digunakan pada perusahaan yang berproduksi terus menerus dan tidak ada hari
libur.
2. Sistem 3 giliran 3 regu (system 3x8 hours semi continues shift work)
Tiga regu bergilir setiap 8 jam dan akhir minggu libur dengan rotasi kerja
bergilir 5 hari.
Shift kerja erat kaitannya dengan Circadian rhytm terutama untuk shift kerja
malam. Circadian Rhytm atau irama sirkadian merupakan irama didalam tubuh yang
siklusnya 24 jam. Irama Circadian berasal dari Bahasa latin yang secara etiologis berarti
Circa artinya tentang dies artinya sehari. Manusia tidak ideal untuk bekerja pada malam
hari karena mempengaruhi irama sirkadian dimana mempengaruhi fungsi fisiologis yang
berhubungan dengan kapasitas performance kerja. Pada umumnya kemampuan tubuh
meningkat pada siang hari dan melemah pada sore hari dan menurun pada malam hari
untuk melakukan pemulihan dan pembaharuan (Silaban, 2000 ; Astrand & Rodahl, 1986).
Perasaan paling mengantuk pada saat jam – jam diawal pagi hari (02.00 – 07.00) dan lebih
kurang saat siang hari (14.00 – 17.00). Pada saat ini microsleeps dapat berakibat pada
keacuhan, mudah lupa, dan penyakit hilang ingatan yang lain (Nurmianto, 2004).
Ketidak cocokan antara waktu kerja dan irama sirkadian ini dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, keselamatan kerja dan aspek social, antara lain :
a. Kelelahan kronis, yaitu perasaan lelah yang sangat hebat yang kemudian dapat
menyebabakan terjadinya suatu penyakit lain serta menurunkan motivasi
kerja. Selain itu, gangguan ini juga dapat menurunkan selera makan.
b. Masalah gastrointestinal (pencernaan), seseorang yang bekerja pada malam
hari lebih cenderung mudah terkena gangguan pencernaan. Hal ini disebabkan
oleh irama sirkadian yang turun naik sehingga menciptakan kesulitan pada
lambung untuk mencerna makanan pada malam hari.
c. Meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Seseorang yang bekerja pada
shift malah biasanya mengkonsumsi makanan yang rendah gizi, kebiasaan
merokok meningkat serta tekanan – tekanan pada jantung akibat aktivitas
berat pada malam hari.
Beberapa efek yang dirasakan pekerja yang bekerja dengan system shift, antara lain :
1. Efek psikososial

16
Adanya gangguan kehidupan pada keluarga, hilangnya waktu luang, kecil
kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas
kelompok (Pulat, 1992).
2. Efek psikologis
a. Kualitas tidur (tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan 2 hari istirahat untuk menebus kurangnya tidur
selama kerja malam.
b. Menurunnya kapasitas fisik kerjaakibat timbulnya perasaan mengantuk
dan lelah.
c. Menurunnya nafsu makan dan terjadi gangguan pencernaan.
3. Efek terhadap kesehatan
Banyak penelitian melaporkan bahwa insidensi penyakit lambung lebih
banyak terjadi pada pekerja dengan shift kerja rotasi lambat dibandingkan
shift kerja permanen.
4. Efek kinerja
Kinerja menurun selama shift malam yang diakibatkan oleh efek psikologis
dan efek psikososial.

2.1.5 Lingkungan
Lingkungan sekitar pekerjaan juga mempengaruhi beban pekerjaan pada pekerja,
antara lain :
1. Lingkungan kerja fisik seperti intensitas penerangan, kebisingan, vibrasi,
tekanan udara, mikrolimat (suhu udara ambien, kemebaban udara, kecepatan
rambatan udara, suhu, radiasi dan lain-lain ).
2. Lingkungan kerja kimiawi seperti debu, gas – gas pencemar udara, uap logam,
fume dalam udara.
3. Lingkungan kerja biologis seperti bakteri ,virus, parasite, jamur, serangga dan
lainnya.
4. Lingkungan kerja psikologis seperti pemilihan dan penempatan tenaga kerja,
hubungan antar pekerja, hubungan pekerja dengan atasan, hubungan pekerja

17
dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan social sekitar serta hal lain
yang dapat berdampak pada performa kerja.

2.1.6 Desain Stasiun Kerja (Work Station Design )

Kerja dengan sikap duduk yang terlalu lama dapat menyebabkan otot perut
melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah (Tarwaka, 2004).
Konsep dari design stasiun kerja untuk reliabilitas, kenyamanan, lamanya waktu
pemakaian, kemudahan dalam pemakaian dan efisiensi dalam pemakaian sehingga risiko
terjadinya kelelahan dapat diminimalisir.

Desain stasiun kerja dengan posisi duduk mempunyai derajat stabilitas yang
tinggi, mengurangi kelelahan dan keluhan subjektif bila bekerja lebih dari 2 jam. Tetapi
jika pekerjaan duduk statis dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
kelelahan yang tinggi (Tarwaka, 2004). Diketahuinya ukuran antropometri para pekerja
maka design alat – alat kerja dapat dibuat sesuai dengan tenaga kerja yang
menggunakannya dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan
dan estetika kerja.

2.2 Non - Work Related (Psikososial)

Bahaya psikososial merupakan interaksi antara karakteristik pekerjaan,


manajemen, dan organisasi tempat kerja, lingkungan kerja, kompetensi antara pekerja,
motivasi dan lainnya. Interaksi atas hal – hal tersebut telah membuktikan bahwa terdapat
potensi bahaya yang dapat menimbulkan dampat bagi kesehatan bagi pekerja melalui
persepsi dan pengalaman salah satunya dampat terhadap kelelahan pekerja (ILO, 1986).

Gejala dan Tanda Kelelahan

Gejala kelelahan dapat digambarkan dengan gejala yang diawali perasaan lelah
dengan pengurangan dan ketidak inginan seseorang dalam melakukan aktivitasnya. Tanda
tanda kelelahan berlebih dibagi menjadi 3 kategori (Lerman, 2012), antara lain :

18
1. Gejala fisik

a. Menguap

b. Kelopak mata terkulai

c. Menggosok mata

d. Menundukkan kepala

e. Sedikit tidur

f. Mempunyai masalah pencernaan

2. Gejala Mental

a. Kesulitan berkonsentrasi pada tugas

b. Kurangnya perhatian

c. Kesulitan mengingat tugas yang sedang dilakukan

d. Gagal mengkomunikasikan informasi yang penting

e. Gagal mengantisipasi peristiwa atau tindakan

f. Tidak sengaja melakukan hal yang salah

3. Gejala Emosional

a. Lebih Pendiam atau menarik diri dari biasanya

b. Kekurangan energy

c. Kurang motivasi untuk melakukan tugas dengan baik

Pengukuran Kelelahan (Fatigue)

1. International Fatigue Research Conference (IFRC)

Metode pengukuran kelelahan dapat juga menggunakan skala yang dikeluarkan


oleh International Fatigue Research Conference (IFRC) atau disebut Subjective Self

19
Rating Test (SSRT) dimana berisi sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan gejala –
gejala kelelahan. Didalam skala IFRC ini terdapat 30 gejela kelelahan yang disusun dalam
bentuk daftar pertanyaan. Jawaban untuk kuesioner IFRC tersebut terbagi menjadi 4
kategori besar yaitu Sangat sering (SS) dengan diberi nilai 4, Sering (S) dengan diberi nilai
3, Kadang – kadang (K) dengan diberi nilai 2, dan Tidak pernah (TP) dengan diberi nilai 1.
Untuk menentukan tingkatan kelelahan, jawaban tiap pertanyaan dijumlahkan kemudian
disesuaikan dengan kategori tertentu. Kategori yang diberikan antara lain :

Nilai 30 = Tidak kelelahan

Nilai 31 – 60 = Kelelahan ringan

Nilai 61 – 90 = Kelelahan menengah

Nilai 91 – 120 = Kelelahan berat

(Manuaba, 1971 dalam Wirasati, 2003)

Pencegahan Terjadinya Kelelahan

Upaya penanggulangan terjadinya kelelahan yaitu dengan cara menghilangkan


faktor yang dapat menyebabkan kelelahan. Menurut Lerman (2012), terdapat 5 hal yang
dapat mencegah terjadinya kelelahan, antara lain :

1. Keseimbangan antara beban pekerjaan dan jumlah pegawai.

2. Penjadwalan shift.

3. Pelatihan tentang kelelahan karyawan dan manajemen gangguan tidur.

4. Desain lingkungan tempat kerja.

5. Monitoring Fatigue dan penurunan kewaspadaan saat bekerja.

Penanggulangan terjadinya kelelahan juga dikemukakan oleh Silaban (1998), antara


lain :

1. Seleksi tenaga kerja secara tepat mencakup fisik dan kesehatan secara umum.

20
2. Menciptakan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman terutama yang
disebabkan oleh faktor fisik, kimia, biologi dan psikologi serta penerapan
ergonomic.

3. Penggunaan warna yang lembut, dekorasi dan music ditempat kerja.

4. Organisasi proses produksi yang tepat atau pelaksanaan kerja yang bertahap mulai
dari aktivitas ringan.

5. Rotasi pekerjaan secara periodic dan libur kerja serta rekreasi.

6. Memberikan waktu istirahat yang cukup.

7. Latihan fisik. Latihan fisik secara fisiologis membantu kelancaran fungsi organ
tubuh agar melakukan pekerjaan yang lebih kuat, cekatan dan efisien. Latihan
fisik bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan meningkatkan
kepercayaan diri serta kinerja.

8. Peningkatan upah dapat meningkatkan kepuasan kerja.

9. Penyediaan sarana atau fasilitas tempat istirahat yang nyaman, ruang makan, dan
kantin.

10. Pemberian penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja.

Kerangka Konsep

Faktor – faktor yang berkontribusi dalam menimbulkan kelelahan diilustrasikan pada


bagan berikut :

VARIABEL INDEPENDEN

21
Usia
Faktor Status Gizi
Internal Kondisi Kesehatan
Kelelahan Pekerja
(SSRT = Subjective Self Rating
Beban kerja Scale) / IFRC
Faktor Variasi kerja
Eksternal Shift kerja

Lingkungan Kerja

Work Station Design

Psikososial

Keterangan :
: Menggambarkan adanya kaitan dengan timbulnya kelelahan pada pekerja dan
merupakan variable yang diteliti.
: Menggambarkan adanya kaitan dengan timbulnya kelelahan pada pekerja,
tetapi tidak dilakukan penelitian.

1. Variabel Penelitian 
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain
(Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat
(dependent) dan variabel bebas (independent).
a. Variabel Terikat (dependent)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Variabel terikat pada penelitian ini
adalah kelelahan kerja dengan melihat rata-rata hasil dari pengukuran kelelahan kerja
yang menggunakan kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC).

22
b. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012). Variabel bebas pada
penelitian ini adalah karakteristik individu (usia, masa kerja, jenis kelamin, lama bekerja,
lokasi bekerja dan status gizi).

Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Kelelaha Keadaan yang Kuesioner Pengisian Ordinal 1. Tidak lelah (30)
n kompleks yang IFRC (SSRT = kuesioner 2.Tingkat kelelahan
dialami pekerja Subjective Self ringan (31-60)
berupa keluhan Rating Scale ) 3. Tingkat kelelahan
subjektif yang menengah (61-90)
menyangkut 4. Tingkat kelelahan
kelelahan fisiologis berat (91-120)
dan psikis yang akan
diukur dengan skala
IFRC (SSRT =
Subjective Self Rating
Scale )
Usia Jumlah tahun yang Kuesioner Pengisian Ordinal 1. < 45 tahun
dihitung mulai dari Kuesioner 2. ≥ 45 tahun
responden lahir
hingga saat
dilakukannya
penelitian.
Status Keadaan gizi Kuesioner Pengisian Ordinal 1. < 25,0 kg/m3 (tidak
Gizi responden yang Kuesioner overweight)
dinyatakan dalam 2. ≥ 25,0 kg/m3
Index Massa Tubuh (Overweight)

23
(IMT)
Masa Lama responden Kuesioner Pengisian Nominal 1. < 5 tahun
Kerja bekerja terhitung Kuesioner 2. ≥ 5 tahun
mundur saat
penelitian.
Jenis Ciri fisik dan biologis Kuesioner Pengisian Nominal 1. Laki-Laki
Kelamin yang dimiliki oleh Kuesioner 2. Perempuan
responden yang
membedakan laki-laki
dan perempuan.
Lama Jumlah waktu yang Kuesioner Pengisian Nominal 1. 8 jam
bekerja dibutuhkan saat kuesioner 2. > 8 jam
bekerja.
Lokasi Tempat yang Kuesioner Pengisian Nominal 1. WFO
bekerja digunakan untuk Kuesioner 2. WFH
bekerja saat ini.

Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan kuantitatif. Berdasarkan waktu penelitian, penelitian ini menggunakan metode
cross sectional karena variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent) akan
diteliti dalam waktu yang bersamaan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor
risiko dengan efek.
2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam
kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
2.1 Angket atau Kuesioner

24
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir.
Formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan
dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008). Instrumen yang
digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner metode tertutup, dimana
kemungkinan pilihan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden
tidak diberikan ableleve jawaban. Metode ini digunakan untuk memperoleh
data tentang tingkat kelelahan karyawan di PT. Elnusa, Tbk.

3. Populasi dan Sampel

3.1 Populasi
Menurut Warsito (1992), populasi adalah keseluruhan objek penelitian
yang dapat terdiri dari mausia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau
peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam
suatu penelitian.
Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian adalah seluruh
karyawan PT. Elnusa, Tbk.

3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, (Arikunto,
2002). Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
jenis metode random sampling. Teknik sampling ini diberi nama demikian
karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek
di dalam populasi sehingga semua subjek-subjek dalam populasi dianggap
sama. Adapun caranya adalah dengan mengisi kuesioner yang dibagikan
dengan cara mengirim ke email masing – masing karyawan.

3.3 Skala pengukuran variable


Skala pengukuran variable dalam penelitian ini mengacu pada Skala
Likert (Likert Scale), dimana masing-masing dibuat dengan menggunakan

25
skala 1 – 4 kategori jawaban, yang masing-masing jawaban diberi score atau
bobot yaitu banyaknya score antara 1 sampai 4, dengan rincian:
1. Jawaban SS sangat sering diberi score 4
2. Jawaban S sering diberi score 3
3. Jawaban K kadang – kadang diberi score 2
4. Jawaban TP tidak pernah diberi score 1

3.4 Teknik Pengolahan Data


Data kuesioner yang telah terkumpul selanjutnya akan diolah. Yang
termasuk dalam kegiatan pengolahan data adalah menghitung tingkat kelelahan
karyawan PT. Elnusa,Tbk yang berdasarkan pada data kuesioner kemudian
diolah untuk mendapatkan persentase. Tahap – tahap pengolahan data tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Penyuntingan dan perhitungan data
Penyusunan dan perhitungan data dilakukan secara manua dengan
bantuan computer.
2. Tabulasi
Data yang telah disusun dan dihitung kemudian disajikan dalam bentuk
table.

3.5 Analisis Data


Analisis data yang digubakan dalam penelitian ini adalah :
3.5.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini
variabel yang akan dianalisis secara deskriptif adalah variabel bebas yaitu faktor
pekerja (usia, masa kerja,masa kerja, lama bekerja,jenis kelamin dan status gizi).
3.5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan


atau berkolerasi (Notoadmodjo, 2010). Analisis ini dilakukan untuk
menjawab tujuan khusus ke-empat dan ke-lima dalam penelitian ini. Untuk

26
menjawab tujuan tersebut, maka peneliti melakukan analisis berdasarkan
proporsi yang diperoleh dari hasil kuesioner. 

Tahap – tahap pengolahan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan akan kelengkapan jawaban
Pada tahap ini data yang diperoleh diperiksa kembali untuk mencari jawaban dari
kuesioner yang tidak lengkap.
2. Menghitung jumlah dari masing-masing jawaban dalam kuesioner.
3. Menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk table tunggal melalui
distribusi frekuensi dan persentase. Dengan menggunakan rumus:

P = f/N x 100%
P : Persentase
f. : Frekuensi data
N : Jumlah sampel yang diolah (Warsito, 1992:59).

Dummy Table

1. Tabel Karakteristik Subjek Penelitian

27
No. Variabel Kategori Jumlah Persentase
(n) (%)
1. Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
2. Umur < 45 tahun
≥ 45 tahun
3. Status Gizi IMT < 25
IMT ≥ 25
4. Status Bekerja WFO
WFH
5. Masa Kerja < 5 tahun
≥ 5 tahun
6. Divisi BOD
Department of Corporate
Secretary
Dept. of HSSE
Dept. of Information System
Division of Asset Reliability &
Productivity
Div. of Business Development
Div. of Controller
Div. of Human Capital
Div. of Marketing
Div. Property Management &
GA
Div. of SPCM
Div. of Supply Chain
Management
Div. of Treasury & Financing
Elnusa Petroleum School (EPS)

28
Engineering Center & Quality
Management
Geoscience & Reservoir
Services
Internal Audit
Legal & Contract
Prod, Operation & Maintenance
Services
Risk Management

2. Tabel Persentase Derajat Kelelahan Kerja

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)


1. Tidak Lelah
2. Tingkat Kelelahan Ringan
3. Tingkat Kelelahan Sedang
4. Tingkat Kelelahan Berat

3. Distribusi Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat kelelahan kerja pada Karyawan PT. Elnusa ,
Tbk

Kelelahan
Masa Kerja kerja Total %
Ringan % Sedang % Berat %
< 5 Tahun
≥ 5 Tahun
Total

29
KUISIONER PENGUKURAN KELELAHAN KERJA INDUSTRIAL FATIGUE
RATING COMMITTEE (IFRC)
Nomor Responden

LEMBAR KUISIONER PENELITIAN

A. Karakteristik Responden

Karakteristik √
1. Nama
2. Jenis kelamin responden
a). Laki-Laki
b). Perempuan
3. Tanggal...../Bulan...../Tahun......Kelahiran
4. WFO/WFH
5. Divisi
6. Masa kerja
7. Berat badan / Tinggi badan
8. Tanggal tes

B. Kuesioner Kelelahan Kerja

Keterangan : Sangat Sering : jika, hampir tiap hari terasa

Sering : jika, 3-4 hari terasa dalam 1 minggu

Kadang-kadang : jika, 1-2 hari terasa dalam 1 minggu

Tidak pernah : jika, tidak pernah terasa

30
1. Gejala Yang Menunjukan Tidak Kadang- Sering Sangat
Melemahnya kegiatan Pernah kadang Sering
a). Apakah saudara mengalami
berat di bagian kepala saat
bekerja?
b). Apakah saudara mengalami
lelah pada seluruh badan saat
bekerja?
c). Apakah saudara mengalami
berat di kaki saat bekerja?
d). Apakah saudara sering
menguap saat bekerja?
e). Apakah saudara mengalami
pikieran yang kacau saat
bekerja?
f). Apakah saudara mengantuk saat
bekerja?
g). Apakah saudara mengalami
beban pada mata saat bekerja?
h). Apakah saudara mengalami
kaku/canggung dalam bergerak
saat bekerja?
i). Apakah saudara mengalami
berdiri yang tidak stabil setelah
bekerja?
j). Apakah saudara ingin berbaring
saat bekerja?
2. Gejala Yang Menunjukkan Tidak Kadang- Sering Sangat
Melemahnya Motivasi Pernah kadang Sering
a). Apakah saudara susah berfikir

31
saat bekerja?
b). Apakah saudara lelah untuk
berbicara saat bekerja?
c). Apakah saudara menjadi gugup
saat bekerja?
d). Apakah saudara tidak bisa
berkonsentrasi saat bekerja?
e). Apakah saudara tidak bisa
memusatkan perhatian terhadap
sesuatu saat bekerja?
f). Apakah saudara punya
kecenderungan untuk lupa saat
bekerja?
g). Apakah saudara merasa kurang
percaya diri saat bekerja?
h). Apakah saudara cemas terhadap
sesuatu saat bekerja?
i). Apakah saudara tidak bisa
mengontrol sikap saat bekerja?
j). Apakah saudara tidak dapat
tekun dalam pekerjaan saat
bekerja?
3. Gejala Yang Menunjukkan Tidak Kadang- Sering Sangat
Kelelahan Fisik Pernah kadang Sering
a). Apakah saudara mengalami
sakit di kepala?
b). Apakah saudara mengalami
kaku di bagian bahu setelah
bekerja?
c). Apakah saudara mengalami
nyeri di punggung setelah

32
bekerja?
d). Apakah nafas saudara tertekan
saat bekerja?
e). Apakah saudara sangat haus
setelah bekerja?
f). Apakah suara saudara menjadi
serak setelah bekerja?
g). Apakah saudara mengalami
pusing setelah bekerja?
h). Apakah kelopak mata saudara
menjadi kejang saat bekerja?
i). Apakah anggota badan saudara
bergetar (tremor) saat bekerja?
j). Apakah saudara kurang sehat
saat bekerja?

C. Lembar Check List

A Riwayat Kecelakaan Kerja Pernah Tidak


pernah
Apakah anda pernah mengalami kecelakaan kerja
dalam kurun waktu 1 tahun terakhir ?

9. Distribusi Hubungan Divisi dengan Tingkat kelelahan kerja pada Karyawan PT. Elnusa , Tbk

33
Kelelahan
Divisi kerja Total %
Ringan % Sedang % Berat %
BOD
Department of
Corporate Secretary

Dept. of HSSE
Dept. of Information
System
Division of Asset
Reliability &
Productivity
Div. of Business
Development
Div. of Controller
Div. of Human Capital
Div. of Marketing
Div. Property
Management & GA
Div. of Supply Chain
Management
Div. of Treasury &
Financing
Elnusa Petroleum
School (EPS)
Engineering Center &
Quality Management
Geoscience &
Reservoir Services
Internal Audit

34
Legal & Contract
Prod, Operation &
Maintenance Services
Risk Management

35

Anda mungkin juga menyukai