TBK
Latar Belakang
Fatigue berasal dari kata “fatigare” yang berarti hilang lenyap (waste-time) secara
umum dapat diartikan sebagai perubahan dari keadaan yang lebih kuat ke keadaan yang
lebih lemah. Kelelahan merupakan kondisi yang ditandai dengan perasaan lelah dan
menurunkan kesiagaan serta berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Banyak definisi
kelelahan yang berkembang disebabkan oleh konsep kelelahan yang bersifat majemuk.
Berbagai definisi kelelahan banyak diwarnai menurut sudut pandang masing- masing
kebutuhan yang ada (Grandjean, 1985). Kelelahan kerja adalah aneka keadaan yang
disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja (Suma’mur, 2009). Menurut
Budiono (2003:90), kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan produktivitas. Jadi
kelelahan kerja dapat berakibat menurunnya perhatian, perlambatan dan hambatan
persepsi, lambat dan sukar berfikir, penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja,
menurunnya efisiensi dan kegiatan- kegiatan fisik serta mental yang pada akhirnya
menyebabkan kecelakaan kerja dan terjadi produktivitas kerja.
Hasil penelitian yang dilakukan Kementerian Tenaga Kerja Jepang terhadap
12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di negara tersebut yang dipilih
secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan 65% pekerja mengeluhkan
kelelahan akibat melakukan pekerjaan rutin, 28% mengeluhkan kelelahan mental, dan
sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan (Hidayat, 2003).
Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja
(Setyawati, 2007).
Dwidevi (1981), membuat suatu model teoritis dari kelelahan kerja yang terdiri
atas:
1. Dimensi fisik yang penyebabnya adalah faktor mesin tipe pekerjaan, tempat
kerja, kerja bergilir suhu, program libur kerja.
1
2. Dimensi psikologis meliputi perbedaan kepribadian individu, motivasi,
kemampuan, pelatihan kebiasaan, kebosanan, kondisi kesehatan, dan
hubungan antar manusia.
3. Dimensi neurofisiologis meliputi system aktivasi retikuler faktor inhibisi dan
factor humoral.
Berdasarkan beberapa defisini mengenai kelelahan dapat disimpulkan bahwa
kelelahan atau Fatigue menunjukkan keadaan yang berbeda – beda, tetapi dari semua
keadaan kelelahan berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.
Secara konseptual, keadaan lelah meliputi aspek fisiologis maupun aspek psikologis dan
konsep kelelahan ini mempunyai arti tersendiri dan bersifat subjektif dimana ditandai
dengan penurunan kinerja fisik, perasaan lelah, penurunan motivasi, dan penurunan
produktifitas kerja. Kelelahan baik secara fisiologis maupun psikologis pada dasarnya
merupakan suatu mekanisme perlindungan terhadap tubuh agar terhindar dari kerusakan
lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Terdapat struktur susunan syaraf pusat
yang sangat penting yang mengontrol fungsi sangat luas dan konsekuen yaitu reticular
formation atau system penggerak pada medulla yang dapat meningkatakan dan
mengurangi sensitivitas dari cortex cerebri. Cortex cerebri merupakan pusat kesadaran
meliputi persepsi, perasaan subjektif, reflex dan kemauan (Rodahl, 1986). Keadaan dan
perasaan lelah merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri
yang dipengaruhi oleh system antagonistic yaitu system penghambat (inhibisi) dan
system penggerak (aktivasi) yang saling bergantian. Sistem penghambat terdapat pada
thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan
kecenderungan untuk tidur sedangkat system penggerak terdapat pada formation
reticularis yang dapat merangsang pusat – pusat vegetative untuk konversi ergotropis dari
peralatan dalam tubuh untuk bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lainnya.
2
Gambar 1.1 Diagrammatic Presentation of the control of disposition to work by
means of inhibiting and activating systems.
(Grandjean, 1985)
Stadium kelelahan
Stadium 1
3
Terdapat permulaan aktivitas, performa dengan cepat meningkat (kekuatan kerja
meningkat ). Pada kondisi ini seseorang sulit untuk berkonsentrasi, tetapi pekerjaan yang
dilakukan masih dirasakan ringan. Kondisi ini disebut dengan “warmed up “.
Stadium 2
Pada kondisi ini, seseorang akan merasa bahwa ia dapat melakukan aktivitasnya dalam
waktu yang lama tetapi suatu saat ia akan sadar bahwa tenaganya terbatas dan merasakan
pekerjaan yang dijalaninya sangat berat. Hal ini merupakan tanda bahwa ia mengalami
kelelahan, tetapi performanya belum menurun dan baru mulai akan menurun beberapa
saat kemudian. Ketika seseorang sudah mulai mengalami kelelahan tetapi performa
kerjanya belum berkurang dapat disebut sebagai “full compensation“ . Hal ini
dimungkinkan karena adanya :
- Rasa tanggung jawab
- Training yang baik
- Kesehatan yang baik
Stadium 3
Pada aktivitas selanjutnya kelelahan akan terus bertambah sedangkan performa kerjanya
akan terus menurun. Tetapi efek emosi yang hebat akan dapat menaikkan performanya
dengan tiba – tiba bahkan bisa lebih tinggi dari keadaan optimalnya. Misalnya mendengar
berita baik yang sangat menyenangkan, tiba – tiba semangat meluap, keadaan fatigue
akan terkalahkan oleh melonjaknya performance. Tapi sebaliknya bila kabar sedih yang
diterimanya performance nya akan turun dengan drastis.
Klasifikasi Kelelahan
4
a. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan
- Kelelahan Akut
Kelelahan akut terjadi pada aktivitas tubuh terutama yang banyak
menggunakan otot. Hal ini disesbabkan karena suatu organ atau seluruh
tubuh bekerja secara terus menerus dan berlebihan. Kelelahan jenis ini
dapat hilang dengan cara beristirahat yang cukup dan menghilangkan
gangguan – gangguannya.
- Kelelahan Kronis
Kelelahan kronis sebenarnya merupakan kelelahan akut yang bertumpuk –
tumpuk. Hal ini disebabkan karena tugas yang terus menerus tanpa
pengaturan jarak tugas yang baik dan teratur. Manurut Grandjen dalam
bukunya Fitting The Task to The Human , kelelahan kronis berlangsung
setiap hari, bekepanjangan dan bahkan terjadi sebelum memulai suatu
pekerjaan. Dengan beristirahat biasa belum bisa menghilangkan kelelahan
jenis kronis ini. Salah satunya pekerja yang mengalami kelelahan kronis
adalah sudah merasakan lelah sebelum melaksanakan tugasnya dan ketika
bangun tidur perasaan lelah masih ada. Jika kondisi seperti ini dibiarkan,
maka dapat membahayakan tugas yang sedang dilakukannya atau jika
dalam jangka panjang tidak segera diatasi dapat menyebabkan kecelakaan.
- Kelelahan Otot
Kelelahan otot yaitu menurunnya kinerja sesudah mengalami stress
tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambatan
gerak.
- Kelelahan Umum
5
Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja
yang disebabkan oleh faktor dari persyarafan dan psikis. Kelelahan umum
pada dasarnya merupakan gejala penyakit dan erat kaitannya dengan faktor
psikologis seperti motivasi menurun dan kejenuhan yang mengakibatkan
menurunnya kapasitas kerja seseorang. Kelelahan umum dicirikan dengan
menurunnya perasaan ingin bekerja, serta kelelahan umum disebut juga
kelelahan fisik dan kelelahan syaraf (Silaban, 1998).
c. Berdasarkan penyebabnya
6
Kelelahan merupakan aspek yang penting pada beberapa kondisi tempat kerja,
baik dinamis maupun statis. Berdasarkan tingkatan kelelahan yang terjadi pada pekerja
dapat menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan dan kemungkinan berkurangnya
kepuasan dan hasil dalam bekerja.
Berbagai tipe dari kelelahan telat dipaparkan oleh Grandjen (1985), antara lain :
1. Kelelahan mata (berhubungan dengan system visual).
2. General bodily fatigue yang berasal dari beban kerja fisik.
3. Kelelahan mental (intellectual work).
4. Kelelahan syaraf (adanya faktor stress, berhubungan dengan psychomotor
system , pekerjaan berulang).
5. Kelelahan kronis (akumulasi efek jangka panjang).
6. Circadian fatigue (irama tubuh, periode tidur).
Berikut ini merupakan ilustrasi teori penyebab kelelahan dari ILO (1998) dalam
bukunya Encyclopaedia of Occupational Health & Safety yang dikutip ari Grandjean :
7
Gambar 1.2 Ilustrasi penyebab kelelahan, tingkat kelelahan serta tahap pemulihan
2. Depresi
8
Depresi adalah salah satu kondisi emosi. Depresi dapat melemahkan dan
mendorong timbulnya kelelahan yang membutuhkan perhatian khusus.
3. Penyakit medis
Pada saat sakit, tubuh kita membutuhkan banyak istirahat, tetapi apabila
memaksakan diri untuk beraktivitas maka akan memperberat penyakit dan
menambah kelelahan (Fatigue).
5. Gangguan tidur
Frekuensi tidur yang kurang dapat menyebabkan gangguan tidur yang
berujung kelelahan. Gangguan tidur yang berhubungan dengan kelelahan
(Fatigue ) biasanya disebabkan oleh faktor – faktor seperti kebisingan,
pencahayaan, kebiasaan minum dan lainnya.
6. Gizi
Kelelahan lebih banyak terjadi karena seseorang yang terlalu banyak makan
dibandingkan dengan seseorang sedikit makan. Orang yang gemuk
membutuhkan energy dalam jumlah yang besar untuk membawa tubuhnya
seiring dengan kenaikan badannya (David, 1993).
Kelelahan dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
sebagai akibat dari beban kerja eksternal (faktor internal/individu) dan kelelahan juga
dipengaruhi oleh faktor eksternal/pekerjaannya (beban kerja yang berasal dari luar tubuh
pekerja seperti organisasi dan lingkungan kerja).
1. Faktor Internal
9
1.1 Usia
Usia seseorang akan mempengaruhi kondisi, kemampuan dan kapasitas tubuh
dalam melakukan aktivitasnya. Produktivitas pekerja akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia. Berbagai perubahan fisiologis yang disebabkan karena penuaan, tetapi
semakin jelas bahwa penurunan fungsi itu berhubungan juga dengan penyakit, gaya hidup
atau kedua – duanya. (WHO, 1996). Pada usia 50 tahun, kapasitas bekerja berkurang
hingga 80% dan pada usia 60 tahun kapasitasnya hanya tinggal 60% saja dibandingan
dengan kapasitas mereka yang berusia 25 tahun. Kapsaitas kerja meliputi kapasitas
fungsional, mental, dan social akan menurun menjelang 45 tahun dan kapasitas untuk
beberapa pekerjaan akan terus menurun menjelang usia 50 sampai 55 tahun (ILO&WHO,
1996).
10
selama beberapa tahun yang dapat dipulihkan dengan berlibur (Rohmert, dkk, dalam ILO,
1998).
11
penyakit pada persalinan
- Penampilan kurang menarik
Sumber : Depkes RI, 1994. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa.
Batasan berat badan normal orang dewasa dapat ditentukan dengan nilai Body
Mass Index (BMI) atau Index Massa Tubuh (IMT). IMT adalah suatu alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya dengan berat badan.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun, dengan
perhitungan sebagai berikut :
Keterangan :
IMT = Index Massa Tubuh
BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (m)
Kategori IMT
Kekurangan Berat badan < 17,0
Kurus tingkat berat
Kekurangan berat badan 17,0 – 18,5
tingkat ringan
Normal >18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan 25,0 – 27,0
Gemuk tingkat ringan
Kelebihan berat badan >27,0
12
tingkat berat
Sumber : Depkes RI, 1994. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa.
2. Faktor Eksternal
13
makan akan terjadi kelelahan yang berlebihan, frustasi dan pada akhirnya akan menggaggu
kesehatan pekerja. Sebaliknya jika beban terlalu ringan akan merugikan perusahaan dan
juga pekerja karena tenaga kerja merasa kemampuannya tidak dimanfaatkan sepenuhnya
sehingga pekerja menjadi tidak termotivasi, menimbulkan kebosanan, dan acuh tak acuh.
Hal ini mengurangi konsentrasi pikiran dalam bekerja dan dapat mengakibatkan
kecelakaan (Syukri, 1997).
14
e. Dapat mengurangi jumlah waktu yang diperlukan selama jam kerja (efisiensi
kerja).
Keadaan monoton merupakan salah satu penyebab kelelahan karena tidak adanya
variasi dalam pekerjaan. Hal tersebut dapat menimbulkan kejenuhan pekerjaan. Kejenuhan
kerja dapat terjadi jika pekerja melakukan pekerjaan yang sama setiap hari. Kebosanan
adalah kelelahan yang bersifat mental yang merupakan komponen yang penting dalam
psikologis lingkungan kerja yang dikarenakan menghadapi pekerjaan yang berulang –
ulang. Kebosanan dirasakan oleh pekerja pada pertengahan jam kerja dan menurun pada
akir jam ketiga.
Durasi lamanya seseorang bekerja dalam sehari pada umumnya adalah 6-8 jam
dan sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat,
istirahat, tidur dan lainnya. Jam kerja yang baik adalah 40 jam dalam satu minggu. Jika
waktu kerja lebih panjang dari 40 jam maka akan timbul kelelahan, penyakit dan
kecelakaan kerja.
Pheasant dalam bukunya yang berjudul Ergonomic, Work & Health tahun 1997
menyatakan bahwa para pekerja disektor industry pada negara berkembang menggunakan
shift kerja antara 15% dan 30%. Setiap shift memiliki keuntungan dan kerugian. Dari
system tersebut dapat menimbulkan akibat pada kenyamanan, kesehatan, kehidupan sosial
dan performance kerja.
Pada umumnya shift kerja mengguanakn tiga shift setiap harinya dengan waktu
kerja 8 jam/hari. ILO (1998) membagi shift kerja sebagai berikut :
15
digunakan pada perusahaan yang berproduksi terus menerus dan tidak ada hari
libur.
2. Sistem 3 giliran 3 regu (system 3x8 hours semi continues shift work)
Tiga regu bergilir setiap 8 jam dan akhir minggu libur dengan rotasi kerja
bergilir 5 hari.
Shift kerja erat kaitannya dengan Circadian rhytm terutama untuk shift kerja
malam. Circadian Rhytm atau irama sirkadian merupakan irama didalam tubuh yang
siklusnya 24 jam. Irama Circadian berasal dari Bahasa latin yang secara etiologis berarti
Circa artinya tentang dies artinya sehari. Manusia tidak ideal untuk bekerja pada malam
hari karena mempengaruhi irama sirkadian dimana mempengaruhi fungsi fisiologis yang
berhubungan dengan kapasitas performance kerja. Pada umumnya kemampuan tubuh
meningkat pada siang hari dan melemah pada sore hari dan menurun pada malam hari
untuk melakukan pemulihan dan pembaharuan (Silaban, 2000 ; Astrand & Rodahl, 1986).
Perasaan paling mengantuk pada saat jam – jam diawal pagi hari (02.00 – 07.00) dan lebih
kurang saat siang hari (14.00 – 17.00). Pada saat ini microsleeps dapat berakibat pada
keacuhan, mudah lupa, dan penyakit hilang ingatan yang lain (Nurmianto, 2004).
Ketidak cocokan antara waktu kerja dan irama sirkadian ini dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, keselamatan kerja dan aspek social, antara lain :
a. Kelelahan kronis, yaitu perasaan lelah yang sangat hebat yang kemudian dapat
menyebabakan terjadinya suatu penyakit lain serta menurunkan motivasi
kerja. Selain itu, gangguan ini juga dapat menurunkan selera makan.
b. Masalah gastrointestinal (pencernaan), seseorang yang bekerja pada malam
hari lebih cenderung mudah terkena gangguan pencernaan. Hal ini disebabkan
oleh irama sirkadian yang turun naik sehingga menciptakan kesulitan pada
lambung untuk mencerna makanan pada malam hari.
c. Meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Seseorang yang bekerja pada
shift malah biasanya mengkonsumsi makanan yang rendah gizi, kebiasaan
merokok meningkat serta tekanan – tekanan pada jantung akibat aktivitas
berat pada malam hari.
Beberapa efek yang dirasakan pekerja yang bekerja dengan system shift, antara lain :
1. Efek psikososial
16
Adanya gangguan kehidupan pada keluarga, hilangnya waktu luang, kecil
kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas
kelompok (Pulat, 1992).
2. Efek psikologis
a. Kualitas tidur (tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan 2 hari istirahat untuk menebus kurangnya tidur
selama kerja malam.
b. Menurunnya kapasitas fisik kerjaakibat timbulnya perasaan mengantuk
dan lelah.
c. Menurunnya nafsu makan dan terjadi gangguan pencernaan.
3. Efek terhadap kesehatan
Banyak penelitian melaporkan bahwa insidensi penyakit lambung lebih
banyak terjadi pada pekerja dengan shift kerja rotasi lambat dibandingkan
shift kerja permanen.
4. Efek kinerja
Kinerja menurun selama shift malam yang diakibatkan oleh efek psikologis
dan efek psikososial.
2.1.5 Lingkungan
Lingkungan sekitar pekerjaan juga mempengaruhi beban pekerjaan pada pekerja,
antara lain :
1. Lingkungan kerja fisik seperti intensitas penerangan, kebisingan, vibrasi,
tekanan udara, mikrolimat (suhu udara ambien, kemebaban udara, kecepatan
rambatan udara, suhu, radiasi dan lain-lain ).
2. Lingkungan kerja kimiawi seperti debu, gas – gas pencemar udara, uap logam,
fume dalam udara.
3. Lingkungan kerja biologis seperti bakteri ,virus, parasite, jamur, serangga dan
lainnya.
4. Lingkungan kerja psikologis seperti pemilihan dan penempatan tenaga kerja,
hubungan antar pekerja, hubungan pekerja dengan atasan, hubungan pekerja
17
dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan social sekitar serta hal lain
yang dapat berdampak pada performa kerja.
Kerja dengan sikap duduk yang terlalu lama dapat menyebabkan otot perut
melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah (Tarwaka, 2004).
Konsep dari design stasiun kerja untuk reliabilitas, kenyamanan, lamanya waktu
pemakaian, kemudahan dalam pemakaian dan efisiensi dalam pemakaian sehingga risiko
terjadinya kelelahan dapat diminimalisir.
Desain stasiun kerja dengan posisi duduk mempunyai derajat stabilitas yang
tinggi, mengurangi kelelahan dan keluhan subjektif bila bekerja lebih dari 2 jam. Tetapi
jika pekerjaan duduk statis dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
kelelahan yang tinggi (Tarwaka, 2004). Diketahuinya ukuran antropometri para pekerja
maka design alat – alat kerja dapat dibuat sesuai dengan tenaga kerja yang
menggunakannya dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan
dan estetika kerja.
Gejala kelelahan dapat digambarkan dengan gejala yang diawali perasaan lelah
dengan pengurangan dan ketidak inginan seseorang dalam melakukan aktivitasnya. Tanda
tanda kelelahan berlebih dibagi menjadi 3 kategori (Lerman, 2012), antara lain :
18
1. Gejala fisik
a. Menguap
c. Menggosok mata
d. Menundukkan kepala
e. Sedikit tidur
2. Gejala Mental
b. Kurangnya perhatian
3. Gejala Emosional
b. Kekurangan energy
19
Rating Test (SSRT) dimana berisi sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan gejala –
gejala kelelahan. Didalam skala IFRC ini terdapat 30 gejela kelelahan yang disusun dalam
bentuk daftar pertanyaan. Jawaban untuk kuesioner IFRC tersebut terbagi menjadi 4
kategori besar yaitu Sangat sering (SS) dengan diberi nilai 4, Sering (S) dengan diberi nilai
3, Kadang – kadang (K) dengan diberi nilai 2, dan Tidak pernah (TP) dengan diberi nilai 1.
Untuk menentukan tingkatan kelelahan, jawaban tiap pertanyaan dijumlahkan kemudian
disesuaikan dengan kategori tertentu. Kategori yang diberikan antara lain :
2. Penjadwalan shift.
1. Seleksi tenaga kerja secara tepat mencakup fisik dan kesehatan secara umum.
20
2. Menciptakan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman terutama yang
disebabkan oleh faktor fisik, kimia, biologi dan psikologi serta penerapan
ergonomic.
4. Organisasi proses produksi yang tepat atau pelaksanaan kerja yang bertahap mulai
dari aktivitas ringan.
7. Latihan fisik. Latihan fisik secara fisiologis membantu kelancaran fungsi organ
tubuh agar melakukan pekerjaan yang lebih kuat, cekatan dan efisien. Latihan
fisik bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan meningkatkan
kepercayaan diri serta kinerja.
9. Penyediaan sarana atau fasilitas tempat istirahat yang nyaman, ruang makan, dan
kantin.
Kerangka Konsep
VARIABEL INDEPENDEN
21
Usia
Faktor Status Gizi
Internal Kondisi Kesehatan
Kelelahan Pekerja
(SSRT = Subjective Self Rating
Beban kerja Scale) / IFRC
Faktor Variasi kerja
Eksternal Shift kerja
Lingkungan Kerja
Psikososial
Keterangan :
: Menggambarkan adanya kaitan dengan timbulnya kelelahan pada pekerja dan
merupakan variable yang diteliti.
: Menggambarkan adanya kaitan dengan timbulnya kelelahan pada pekerja,
tetapi tidak dilakukan penelitian.
1. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain
(Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat
(dependent) dan variabel bebas (independent).
a. Variabel Terikat (dependent)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Variabel terikat pada penelitian ini
adalah kelelahan kerja dengan melihat rata-rata hasil dari pengukuran kelelahan kerja
yang menggunakan kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC).
22
b. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012). Variabel bebas pada
penelitian ini adalah karakteristik individu (usia, masa kerja, jenis kelamin, lama bekerja,
lokasi bekerja dan status gizi).
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Kelelaha Keadaan yang Kuesioner Pengisian Ordinal 1. Tidak lelah (30)
n kompleks yang IFRC (SSRT = kuesioner 2.Tingkat kelelahan
dialami pekerja Subjective Self ringan (31-60)
berupa keluhan Rating Scale ) 3. Tingkat kelelahan
subjektif yang menengah (61-90)
menyangkut 4. Tingkat kelelahan
kelelahan fisiologis berat (91-120)
dan psikis yang akan
diukur dengan skala
IFRC (SSRT =
Subjective Self Rating
Scale )
Usia Jumlah tahun yang Kuesioner Pengisian Ordinal 1. < 45 tahun
dihitung mulai dari Kuesioner 2. ≥ 45 tahun
responden lahir
hingga saat
dilakukannya
penelitian.
Status Keadaan gizi Kuesioner Pengisian Ordinal 1. < 25,0 kg/m3 (tidak
Gizi responden yang Kuesioner overweight)
dinyatakan dalam 2. ≥ 25,0 kg/m3
Index Massa Tubuh (Overweight)
23
(IMT)
Masa Lama responden Kuesioner Pengisian Nominal 1. < 5 tahun
Kerja bekerja terhitung Kuesioner 2. ≥ 5 tahun
mundur saat
penelitian.
Jenis Ciri fisik dan biologis Kuesioner Pengisian Nominal 1. Laki-Laki
Kelamin yang dimiliki oleh Kuesioner 2. Perempuan
responden yang
membedakan laki-laki
dan perempuan.
Lama Jumlah waktu yang Kuesioner Pengisian Nominal 1. 8 jam
bekerja dibutuhkan saat kuesioner 2. > 8 jam
bekerja.
Lokasi Tempat yang Kuesioner Pengisian Nominal 1. WFO
bekerja digunakan untuk Kuesioner 2. WFH
bekerja saat ini.
Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan kuantitatif. Berdasarkan waktu penelitian, penelitian ini menggunakan metode
cross sectional karena variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent) akan
diteliti dalam waktu yang bersamaan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor
risiko dengan efek.
2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam
kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
2.1 Angket atau Kuesioner
24
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir.
Formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan
dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008). Instrumen yang
digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner metode tertutup, dimana
kemungkinan pilihan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden
tidak diberikan ableleve jawaban. Metode ini digunakan untuk memperoleh
data tentang tingkat kelelahan karyawan di PT. Elnusa, Tbk.
3.1 Populasi
Menurut Warsito (1992), populasi adalah keseluruhan objek penelitian
yang dapat terdiri dari mausia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau
peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam
suatu penelitian.
Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian adalah seluruh
karyawan PT. Elnusa, Tbk.
3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, (Arikunto,
2002). Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
jenis metode random sampling. Teknik sampling ini diberi nama demikian
karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek
di dalam populasi sehingga semua subjek-subjek dalam populasi dianggap
sama. Adapun caranya adalah dengan mengisi kuesioner yang dibagikan
dengan cara mengirim ke email masing – masing karyawan.
25
skala 1 – 4 kategori jawaban, yang masing-masing jawaban diberi score atau
bobot yaitu banyaknya score antara 1 sampai 4, dengan rincian:
1. Jawaban SS sangat sering diberi score 4
2. Jawaban S sering diberi score 3
3. Jawaban K kadang – kadang diberi score 2
4. Jawaban TP tidak pernah diberi score 1
26
menjawab tujuan tersebut, maka peneliti melakukan analisis berdasarkan
proporsi yang diperoleh dari hasil kuesioner.
Tahap – tahap pengolahan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan akan kelengkapan jawaban
Pada tahap ini data yang diperoleh diperiksa kembali untuk mencari jawaban dari
kuesioner yang tidak lengkap.
2. Menghitung jumlah dari masing-masing jawaban dalam kuesioner.
3. Menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk table tunggal melalui
distribusi frekuensi dan persentase. Dengan menggunakan rumus:
P = f/N x 100%
P : Persentase
f. : Frekuensi data
N : Jumlah sampel yang diolah (Warsito, 1992:59).
Dummy Table
27
No. Variabel Kategori Jumlah Persentase
(n) (%)
1. Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
2. Umur < 45 tahun
≥ 45 tahun
3. Status Gizi IMT < 25
IMT ≥ 25
4. Status Bekerja WFO
WFH
5. Masa Kerja < 5 tahun
≥ 5 tahun
6. Divisi BOD
Department of Corporate
Secretary
Dept. of HSSE
Dept. of Information System
Division of Asset Reliability &
Productivity
Div. of Business Development
Div. of Controller
Div. of Human Capital
Div. of Marketing
Div. Property Management &
GA
Div. of SPCM
Div. of Supply Chain
Management
Div. of Treasury & Financing
Elnusa Petroleum School (EPS)
28
Engineering Center & Quality
Management
Geoscience & Reservoir
Services
Internal Audit
Legal & Contract
Prod, Operation & Maintenance
Services
Risk Management
3. Distribusi Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat kelelahan kerja pada Karyawan PT. Elnusa ,
Tbk
Kelelahan
Masa Kerja kerja Total %
Ringan % Sedang % Berat %
< 5 Tahun
≥ 5 Tahun
Total
29
KUISIONER PENGUKURAN KELELAHAN KERJA INDUSTRIAL FATIGUE
RATING COMMITTEE (IFRC)
Nomor Responden
A. Karakteristik Responden
Karakteristik √
1. Nama
2. Jenis kelamin responden
a). Laki-Laki
b). Perempuan
3. Tanggal...../Bulan...../Tahun......Kelahiran
4. WFO/WFH
5. Divisi
6. Masa kerja
7. Berat badan / Tinggi badan
8. Tanggal tes
30
1. Gejala Yang Menunjukan Tidak Kadang- Sering Sangat
Melemahnya kegiatan Pernah kadang Sering
a). Apakah saudara mengalami
berat di bagian kepala saat
bekerja?
b). Apakah saudara mengalami
lelah pada seluruh badan saat
bekerja?
c). Apakah saudara mengalami
berat di kaki saat bekerja?
d). Apakah saudara sering
menguap saat bekerja?
e). Apakah saudara mengalami
pikieran yang kacau saat
bekerja?
f). Apakah saudara mengantuk saat
bekerja?
g). Apakah saudara mengalami
beban pada mata saat bekerja?
h). Apakah saudara mengalami
kaku/canggung dalam bergerak
saat bekerja?
i). Apakah saudara mengalami
berdiri yang tidak stabil setelah
bekerja?
j). Apakah saudara ingin berbaring
saat bekerja?
2. Gejala Yang Menunjukkan Tidak Kadang- Sering Sangat
Melemahnya Motivasi Pernah kadang Sering
a). Apakah saudara susah berfikir
31
saat bekerja?
b). Apakah saudara lelah untuk
berbicara saat bekerja?
c). Apakah saudara menjadi gugup
saat bekerja?
d). Apakah saudara tidak bisa
berkonsentrasi saat bekerja?
e). Apakah saudara tidak bisa
memusatkan perhatian terhadap
sesuatu saat bekerja?
f). Apakah saudara punya
kecenderungan untuk lupa saat
bekerja?
g). Apakah saudara merasa kurang
percaya diri saat bekerja?
h). Apakah saudara cemas terhadap
sesuatu saat bekerja?
i). Apakah saudara tidak bisa
mengontrol sikap saat bekerja?
j). Apakah saudara tidak dapat
tekun dalam pekerjaan saat
bekerja?
3. Gejala Yang Menunjukkan Tidak Kadang- Sering Sangat
Kelelahan Fisik Pernah kadang Sering
a). Apakah saudara mengalami
sakit di kepala?
b). Apakah saudara mengalami
kaku di bagian bahu setelah
bekerja?
c). Apakah saudara mengalami
nyeri di punggung setelah
32
bekerja?
d). Apakah nafas saudara tertekan
saat bekerja?
e). Apakah saudara sangat haus
setelah bekerja?
f). Apakah suara saudara menjadi
serak setelah bekerja?
g). Apakah saudara mengalami
pusing setelah bekerja?
h). Apakah kelopak mata saudara
menjadi kejang saat bekerja?
i). Apakah anggota badan saudara
bergetar (tremor) saat bekerja?
j). Apakah saudara kurang sehat
saat bekerja?
9. Distribusi Hubungan Divisi dengan Tingkat kelelahan kerja pada Karyawan PT. Elnusa , Tbk
33
Kelelahan
Divisi kerja Total %
Ringan % Sedang % Berat %
BOD
Department of
Corporate Secretary
Dept. of HSSE
Dept. of Information
System
Division of Asset
Reliability &
Productivity
Div. of Business
Development
Div. of Controller
Div. of Human Capital
Div. of Marketing
Div. Property
Management & GA
Div. of Supply Chain
Management
Div. of Treasury &
Financing
Elnusa Petroleum
School (EPS)
Engineering Center &
Quality Management
Geoscience &
Reservoir Services
Internal Audit
34
Legal & Contract
Prod, Operation &
Maintenance Services
Risk Management
35