Anda di halaman 1dari 35

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Kelelahan

A. Defenisi

kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang

berbeda tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya

ketahanan tubuh untuk bekerja. Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan

kelelahan umum. Kelelahan otot ditandai antara lain oleh tremor atau rasa nyeri yang

terdapat pada otot. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk

bekerja yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-

psikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah monotonnya pekerjaan, intensitas

dan lamanya kerja mental serta fisik yang tidak sejalan dengan kehendak tenaga kerja

yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi semula, tidak

jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta

kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja.(Sumamur PK,2009)

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar

dari kerusakan yang lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan Saraf terdapat sistim aktivasi

(bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya

menunjukan kondisi yang berbeda-beda pada setiap individu tetapi semuanya


bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan

tubuh.(Tarwaka,2015)

Menurut Mississauga Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan

penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas

kerja.Menurut WSHCouncil Kelelahan adalah suatu keadaan ketika seseorang merasa

lelah secara fisik dan/atau mental, yang dapat disebabkan oleh :

1. Jam kerja yang panjang tanpa intervensi istirahat/periode

penyembuhan

2. Aktivitas fisik yang kuat dan berkelanjutan

3. Usaha mental yang kuat dan berkelanjutan

4. Bekerja selama beberapa atau semua waktu alami untuk tidur

(sebagai akibat dari shift atau bekerja untuk waktu yang panjang

5. Tidur dan istirahat yang kurang cukup (Marbun Michael,2018)

Kelelahan kerja termasuk suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan

adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan atau

kebosanan. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output menurun, dan

kondisi fisiologis yang dihasilkan dari aktivitas yang berlebihan.Kelelahan akibat

kerja juga sering kali diartikan sebagai menurunnya performa kerja dan berkurangnya

kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan .

(Wignjosoebroto,nitomo,2008).
Definisi kelelahan yang dikemukakan oleh banyak ahli sangat beragam,

namun dapat disimpulkan bahwa kelelahan merupakan kondisi fisiolgis tubuh yang

menunjukan penurunan daya kerja yang akhirnya dapat memengaruhi produktifitas.

(Marbun Michael,2018)

2.1.2 Jenis-jenis Kelelahan

Ada beberapa pendapat mengenai tipe kelelahan akibat kerja. terdapat dua

jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.

1. Kelelahan otot

Kelelahan otot ditandai dengan oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat

pada otot. Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya

tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara

fisiologi, dan gejala yang ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya

tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada

akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang

kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan tenaga kerja

dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam

melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi produktivitas

kerja.

2. Kelelahan umum

Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja,

yang penyebabnya adalah keadaan persyarafan sentral atau kondisi


psikispsikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah monotoninya

pekerjaan, intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak

sejalan dengan kehendak tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan

lingkungan yang berbeda dari estimasi semula, tidak jelasnya tanggung

jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta kondisi

sakit yang diderita oleh tenaga kerja.(Sumamur PK,2O14)

Kelelahan umum merupakan konsep yang lebih rumit. Kondisi

ini bergabung ke dalam sejumlah kelelahan lain yang sama rumitnya

dalam mendefinisikan secara tepat-stress, kebosanan, depresi dan lain-

lain .(Marbun Michael,2018)

Ada beberapa macam kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor-faktor yang

berbeda-beda yaitu :

1. Lelah otot, yang dalam hal ini biasa dilihat dalam bentuk munculnya gejala

kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang

berlebihan.

2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ

visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secra terus-menerus pada objek (layar

monitor) seperti yang dialami oleh operator komputer akan merasa lelah.

Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa menimbulkan

gejala yang sama.

3. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan diakibatkan

secara langsung oleh aktifitas fisik, melainkan lewat kerja mental. Lelah
mental sering disebut lelah otak. Kelelahan mental dapat bersumber dari

overload ataupun underload, dari suatu pekerjaan yang menghasilkan

kebutuhan yang berlebihan dari pekerjaan yang tidak menarik dan mudah

tersebut.

4. Lelah monotonis, adalah jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktifitas kerja

yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat

menjemukan. Di sini pekerja tidak lagi terangsang dengan pekerjaan ataupun

lingkungan kerjanya. Situasi kerja yang monoton dan menimbulkan

kebosanan akan mudah terjadi pada pekerjaan-pekerjaan yang dirancang

terlalu ketat.(Hamel,2019)

Jenis-jenis kelelahan bahwa klasifikasi atau jenis kelelahan terbagi 3 yaitu, proses

dalam otot, waktu terjadi kelelahan dan penyebabnya yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan waktu kejadian

a. Kelelahan akut

Kelelahan akut terjadi pada aktifitas tubuh terutama yang banyak

menggunakan otot. Hal ini disebabkan karena suatu organ atau

seluruh tubuh bekerja secara terus menerus dan berlebihan. Kelelahan

dengan jenis ini dapat hilang dengan beristirahat cukup dan

menghilangkan gangguan-gangguannya.
b. Kelelahan kronis

Kelelahan kronis sebenarnya adalah kelelahan akut yang bertumpuk-

tumpuk. Hal ini disebabkan oleh adanya tugas terus-menerus tanpa

penggaturan jarak tugas yang baik dan teratur. Menurut Grandjean

dalam bukunya yang berjudul Fitting The Task to The Human,

kelelahan kronis berlangsung setiap hari dan berkepanjangan, dan

bahkan telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan. Kelelahan

yang diperoleh dari tugas-tugas terdahulu belum hilang dan disusul

lagi dengan tugas berikutnya. Kondisi ini terjadi secara berulang-

ulang. Dengan beristirahat biasa belum bisa menghilangkan kelelahan

jenis kronis ini. Pekerja yang mengalami kelelahan kronis ini sudah

merasa lelah sebelum memulai pekerjaan,

ketika bangun tidur perasaan lelah masih ada. Jika kondisi ini

dibiarkan maka dapat membahayakan tugas yang sedang

dilakukanya atau dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan

kecelakaan.(Marbun Michael,2018)

2. Berdasarkan proses dalam otot

a. Kelelahan otot

Kelahan otot yaitu menurunya kinerja setelah mengalami stress

tertentu yang ditandai dengan menurunya kekuatan dan

kelambatan gerak.
b. Kelelahan umum

Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya keinginan untuk

bekerja yang disebabkan oleh persyarafan ataupun psikis.

Kelelahan umum ialah suatu perasaan yang menyebar dan disertai

dengan penurunan kesiagaan dan kelambatan pada setiap

aktivitas. Kelelahan umum pada dasarnya adalah gejala penyakit

dan erat hubungannya dengan faktor psikologis seperti penurunan

motivasi, dan kejenuhan yang mengakibatkan menurunya

kapsitas kerja seseorang. Kelelahan umum dicirikan dengan

menurunnya perasaan ingin bekerja. Kelelahan umum disebut

juga kelelahan fisik dan juga kelelahan syaraf.

3. Berdasarkan penyebabnya

a. Kelelahan fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam

laktat) dalam darah dan faktor psikologis yaitu konflik yang

menyebabkan stress emosional yang berkepanjangan.

b. Kelelahan fisik (kelelahan karena kerja fisik); kelelahan patologis

(kelelahan yang ada hubunganya dengan penyakit); dan kelelahan

psikologis yang diatandai dengan menurunya prestasi kerja, rasa lelah

dan ada hubunganya dengan faktor psikososial.(Marbun

Michael,2018)
2.2 Faktor individu

2.2.1. Faktor Internal

a. Usia

Subjek yang berusia lebih muda mempunyai kekuatan fisik dan

cadangan tenaga lebih besar daripada yang berusia tua. Akan tetapi

pada subjek yang lebih tua lebih mudah melalui hambatan Tenaga

kerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan

dibandingkan tenaga kerja yang relatif lebih muda.yang saya teliti

bahwa semakin tua seseorang maka akan mempengaruhi kualitas

kerja seseorang dimana didalamnya termasuk dalam melaksanakan

tugas, karena semakin tua organ-organ yang ada dalam tubuh

seseorang juga mengalami perubahan, dan kekuatan otot akan

semakin berkurang..

b. Jenis kelamin

Ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita relatif kurang

dibanding pria. Secara biologis wanita mengalami siklus haid,

kehamilan dan menopause dan secara social wanita berkedudukan

sebagai ibu rumah tangga.kesimpulan dari hasil yang saya teliti

Perbedaan secara fisik antara jenis kelamin wanita dan laki-laki

terletak pada ukuran tubuh dan kekuatan ototnya. Kekuatan otot

wanita relatif kurang jika dibandingkan dengan kekuatan otot laki-


laki. Kekuatan otot ini akan mempengaruhi kemampuan kerja

seseorang yang merupakan penentu dari terjadinya kelelahan.

c. Kesehatan

Kesehatan dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang dapat dilihat

dari riwayat penyakit yang diderita. Beberapa penyakit yang dapat

mempengaruhi kelelahan, yaitu:

a) Penyakit Jantung

b) Penyakit Gangguan Ginjal

c) Penyakit Asma

d) Tekanan darah rendah

e) Hipertensi

d. Status pernikahan

Pekerja yang sudah berkeluarga dituntut untuk memenuhi tanggung

jawab tidak hanya dalam hal pekerjaan melainkan juga dalam hal

urusan rumah tangga sehingga resiko mengalami kelelahan kerja juga

akan bertambah.

e. Sikap kerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana

kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja.

Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap

menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus

dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh rang
yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk

yang teralu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil

kerjanya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan.

f. Status Gizi
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang

baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi

merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja

dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya antropometri

merupakan metode yang palingsering digunakan dalam penilaian

status gizi. Cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa

berumur >18 tahun serta tidak dapat diterapkan pada wanita hamil.

Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi

badan (TB). Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan

penghitungan

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau

status gizi seseorang khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan

berat badan. IMT dihitung dengan rumus berat badan dalam kilogram dibagi dengan

kuadrat tinggi badan dalam meter, dengan rumus sebagai berikut;

Berat badan (kg)


IMT =
Tinggi badan(m)2
Table 2.2 kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Nilai IMT Kategori

18,4 kebawah Berat badan kurang

18,5 – 25 Berat badan ideal

25,1- 29,9 Berat badan lebih

30-39,9 Gemuk

40 keatas Sangat gemuk

Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa. Penilaian Status Gizi dalam


Hardinsyah, 2010:
Kesimpulannya adalah status gizi kurang cenderung lebih mudah untuk

mengalami suatu kelelahan karena keterbatasan atau ketidak seimbangan cadangan

gizi yang akan dirubah menjadi energi saat beraktivitas. Jika kurang dalam asupan

gizi, maka yang akan terjadi bukan hanya cepat lelah, melainkan juga bias

menyebabkan terjadinya anemia.

2.3. Faktor Pekerjaan

1. Masa kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama

mulai masuk hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja dapat

diartikan sebagai sepenggal waktu yang agak lama dimana seorang

tenaga kerja masuk dalam satu wilayah tempat usaha sampai batas

waktu tertentu (19)


Masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga kerja

bekerja di suatu tempat . Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah

bekerja pada suatu kantor, badan dsb. Masa kerja dapat

mempengaruhi tenaga kerja baik positif maupun negatif. Akan

memberikan pengaruh positif kepada tenaga kerja bila dengan

lamanya seseorang bekerja maka dia akan semakin berpengalaman

dalam melakukan tugasnya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh

negatif apabila semvakin lamanya seseorang bekerja maka akan

menimbulkan kebosanan dan semakin lama seseorang dalam bekerja

maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan

oleh lingkungan kerja tersebut.(35)

Ada beberapa hal yang dapat menentukan berpengalaman atau

tidaknya seorang karyawan yang sekaligus sebagai indikator masa

kerja yaitu :

a. Lama waktu/periode bekerja, Ukuran tentang lama waktu atau masa

kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas

suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.

b. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki pengetahuan

merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain

yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup

kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada

tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada


kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan

suatu tugas atau pekerjaan.

c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan, Tingkat penguasaan

seseorang dalam melaksanakan aspek-aspek teknik peralatan dan

teknik pekerjaan.

Tetapi berbeda hal dengan yang saya teliti, karena semakin lama

masa kerja maka semakin banyak tanggung jawab yang diberikan dari

kepala ruangan/kepala keperawatan. Maka dari itu, semakin lama masa

kerja seseorang, akan semakin sering merasakan kelelahan dalam bekerja.

2. Beban kerja

secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor

internal maupun faktor eksternal.

1. Faktor eksternal yaitu beban kerja yang berasal dari luar tubuh

bekerja, seperti :

a. Tugas (Task). Meliputi tugas bersifat fisik seperti Tata ruang,

tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,

sedangkan tugas-tugas yang bersikap mental seperti kompleksitas

pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, tanggungjawab pekerjaan.

b. Organisasi kerja. seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat,

shift , sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan

tugas dan wewenang.


c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan

kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja

psikologis.Ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor.

2. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu

sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut juga

Strain, berat ringannya strain dapat dinilai baik secara obyektif maupun

subyektif. Faktor internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur,

ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi,

persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

Indicator untuk mengetahui seberapa besar beban kerja yang

harus diemban oleh karyawan, antara lain :

1. Kondisi pekerjaan yang dimaksud adalah bagaimana seorng karyawan

memahami pekerkjaan tersebut dengan baik, sejauh manapun

kemampuan serta pemahamankaryawan atas pekerjaannya.

2. Penggunaan waktu kerja, dimana waktu kerja yang sesuai dengan SOP

tentu akan meminimalisir beban kerja. Namun, apabila karyawan

diberikan beban yang tidak sesuai dengan waktu standar SOP maka

karyawan akan terbebani atas pekerjaan yang didelegasikan

kepadanya.

3. Target yang harus dicapai, yaitu target kerja yang harus ditetapkan

untuk karyawan. Apabila terdapat ketidakseimbangan antara waktu


penyelesaian target pelaksanaan dan volume pekerjaan yang diberikan

maka akan semakin besar beban kerja yang dirasakan oleh karyawan.

Factor lain yang dapat mempengaruhi beban kerja antara lain :

1. Patient-to-nurse-ratio, yaitu jumlah pasien yang harus ditangani oleh

masing – masing perawat.

2. Activity type, yaitu jenis kegiatan yang dilakukan perawat mulaidari

kegiatan pokok yang penting seperti melakukan dokumentasi asuhan

keperawatan, kegiatan tambahan yang bukan bagian tugas bagian

tugas pokok sepeti menusun status pasien pada tempatnya, hingga

tambahan yang merupakan bagian tugas pokok seperti pemberian obat.

3. Time pressure, yaitu rasio yang dibutuhkan (total waktu yang

digunakan untuk mengerjakan tugas pokok) dan waktu yang tersedia

harus diperhitungkan.

4. Physical expenditure, yaitu jumlah rata –rata serta standart tiap

perawat berjalan selama menjalanakan tugas.

Perawat adalah salah satu sumber daya manusia yang menunjang keberhasilan
suatu Rumah Sakit. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. HK.02.02/MENKES/148/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat, perawat didefinisikan sebagai seorang yang telah lulus pendidikan perawat
baik didalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Saat ini profesi perawat banyak dibutuhkan dan diusahakan kualitas profesinya.
Profesi perawat sangat berbeda dengan profesi pekerjaan lain sebab perawat menjadi
sarana untuk memenuhi kebutuhan pasien. Pekerja pelayanan kesehatan dihadapkan
pada manusia bukan benda mati sehingga menuntut adanya pencurahan emosional
yang tinggi. Setiap perawat juga harus memiliki kemampuan yang sama dalam
merawat setiap pasien dengan penyakit yang berbeda-beda, sehingga setiap pasien
mendapatkan perawatan yang baik dari setiap perawat.

Perawat sebagai tenaga kerja juga mempunyai hak yang diatur dalam Undang-
undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 86 ayat 1 menyatakan
bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama Kesehatan kerja itu
sendiri diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan
mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam
keseimbangan yang mantap antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan
lingkungan kerja, serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja.Sistem kerja shift mengharuskan perawat untuk bekerja lebih ekstra.
Dalam setiap shiftnya, perawat harus bekerja sekitar 7-9 jam per hari, sehingga
hampir 30% waktu perawat dihabiskan untuk bekerja di rumah sakit. Jam kerja yang
relatif lama, adanya sistem kerja shift, dan tekanan kerja yang melebihi tenaga
kesehatan lainnya menjadikan aktivitas kerja sebagai sumber kelelahan yang cukup
besar pada perawat.

ILO menyatakan dalam International Hazard Datasheets on Occupation


(HDO) bahwa perawat secara umum adalah seorang pekerja pelayanan kesehatan
yang terdaftar sebagai seorang perawat profesional dan membantu dokter medis
dalam tugas-tugas yang mereka, membantu kegawatdaruratan dalam kehadiran
mereka, menyediakan pelayanan keperawatan profesional untuk orang sakit, terluka,
ketidakmampuan fisik dan mental, dan keperluan layanan kesehatan lainnya.

Saat ini, kelelahan kerja pada perawat telah menjadi fokus perhatian dunia.
American Nurses Association (ANA) menjadikan kelelahan kerja perawat sebagai
topik utama dalam panel keprofesiannya pada tahun 2014. Menurut ANA, kelelahan
memiliki implikasi besar terhadap kesehatan dan keselamatan kerja perawat, serta
dapat membahayakan perawatan pasien. Oleh karena itu, panel keprofesian ANA
pada tahun 2014 membahas mengenai isu tersebut, dengan tujuan untuk
mempromosikan kesehatan dan keselamatan bagi perawat dan pasien.

Jenis beban kerja perawat meliputi 2 tipe dasar :

1. Beban kerja bersifat fisik meliputi ; mengangkat pasien,

mendorong brankar pasien, merapikan tempat tidur pasien,

2. Beban kerja bersifat mental meliputi ; bekerja dengan shift, bekerja

dengan keterampilan khusus dalam merawat pasien, tanggung

jawab terhadap kesembuhan serta harus menjalin komunikasi

dengan pasien.

Adapun dampak dari beban kerja dalam profesi keperawatan sendiri menjadi

beban kerja yang tidak sesuai dengan standar akan menimbulkan dampak seperti

munculnya kesalahan pada pelaporan status pasien, kelelahan kerja, sulit

berkonsentrasi dengan tindakan yang akan dilakukan, meninggalkan shift kerja yang

tidak selesai dan diover ke shift kerja selanjutnya. (36)

a. Shift kerja

Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti

atau sebagai tambahan kerja pagi dan siang hari sebagaimana yang biasa

dilakukan. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari minggu

dan hari libur memerluan 4 regu kerja, regu kerja ini dikenal dengan regu

kerja terus menerus,

Adapun factor utama yang harus diperhatikan dalam penetu shift kerja

yaitu :

1. Jenis shift kerja pagi, siang dan malam


2. Panjang waktu tiap shift kerja

3. Waktu yang dimulai dan diakhirnya suatu shift

4. Distribusi waktu istirahat

5. Arah perubahan shift kerja, hal ini yang harus diperhatikan adalah :

a. Tersedianya libur akhir pecan, minimal 2x dalam sebulan

b. Setiap selesai shift kerja malam pekerja mendapat libur minimal 2

hari

c. Jadwal dibuat secara sederhana dan mudah diingat

Merancang shift kerja adalah dua hal yang harus diperhatikan yaitu

kekurangan istirahat atau tidur harus ditekan sekecil mungkin untuk

menghindari pekerja dalam terjadi kelelahan kerja. Shift kerja adalah

pembagian kerja dalam waktu 24 jam meliputi kerja pagi, sore dan

malam yang dilaksanakan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada

dengan tujuan memnhi dan mengingkatkan produksi, kepentingan

masyarakat(pelayanan/jasa).

Ada 2 macam shift kerja terdiri dari :

1. Shift permanen, tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap

harinya. Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap

adalah orang – orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan

tidur disiang hari.

2. Shift rotasi, tenaga kerja bekerja tidak terus menerus ditempatkan

pada shift yang tetap.


ILO menyatakan pergantian shift kerja yang normal 8 jam/shift.

Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari minggu dan

hari libur memerlukan 4 regu kerja, regu kerja ini dikenal dengan

regu kerja terus menerus, dan diperlukan sedikitnya 3 regu.

Adapun pengaruh dari shift kerja terhadap tubuh sebagai

berikut :

1. Adanya pengaruh pada kualitas tidur

2. Kapasitas kerja fisik saat bekerja pada malam hari kurang

3. Shift kerja juga mempengaruhi kapasitas mental.

4. Shift kerja berpengaruh terhadap keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja.

dapat diketahui bahwa yang memiliki tingkat kelelahan yang paling tinggi di

adalah pada shift malam, karena jam kerjanya yang panjang mencapai 12 jam dalam

satu shift serta waktu tidur yang kurang mengakibatkan perawat sering mengantuk

dan ingin berbaring. Perawat yang bekerja pada malam hari sangat mudah lelah

karena waktu yang seharusnya digunakan untuk tidur dan istirahat, justru digunakan

untuk bekerja dan hal ini sangat bertentangan dengan irama sirkadian tubuh.

2.4. faktor lingkungan

a. Penerangan

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek

yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak

diperlukan. Lebih dari itu, penerangan yang memadai memberikan


kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan linkungan yang

menyegarkan

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan

berkurangnya daya dan efisiensi kerja, keluhan pegal di daerah mata

dan sakit kepala, kerusakan indera mata, kelelahan mental dan

menimbulkan terjadinya kecelakaan.

b. Kebisingan

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki

karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan

gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan

mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang

ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan

otot sehingga mempercepat kelelahan .

c. Iklim kerja

Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku dan

kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu yang terlalu

tinggi akan menyebabkan kelelahan akibat menurunnya efisiensi

kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas organ-

organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat dan produksi

keringat meningkat
d. Gejala-Gejala Kelelahan Kerja

Gejala kelelahan kerja ada dua macam yaitu gejala subyektif dan gejala

obyektif. Gejala kelelahan kerja yan penting antara lain adalah adanya perasaan

kelelahan, tidak bergairah bekerja, sulit berfikir, penuh kesiagaan, penurunan persepsi

dan kecepatan beraksi bekerja.

Gejala kelelahan kerja antara lain:

1. Gejala yang berpeluang pada munculnya rasa penurunan kesiagaan dan

perhatian, penurunan dan hanbatan persepsi, cara berpikir, sikap anti sosial, dan

semangat, serta kehilangan inisiatif.

2. Gejala umum yang seringkali juga menyertai gajala-gejala diatas adalah

seperti hilang nafsu makan, serta gangguan pencernaan. Selain itu muncul pulagejala

tidak spesifik misalkan berupa kecemasan, perubahan tingkah laku, kegelisahan, dan

sukar tidur. Kelelahan kerja ini tidak hanya muncul setelah jam kerja selesai tetapi

juga dapat dirasakan sebelum mulai bekerja, kelelahan ini disebut dengan chenical

fatigue.

Gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitu :

1) Pelemahan Kegiatan ditandai dengan gejala: perasaan berat di kepala, badan

merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, dan lain-

lain.
2) Pelemahan Motivasi ditandai dengan gejala lelah berbicara, menjadi gugup,

tidak dapat berkonsentrasi, cenderung untuk lupa, tidak tekun dalam

pekerjaannya, dan lain-lain.

3) Pelemahan Fisik akibat keadaan umum ditandai dengan gejala: sakit kepala,

kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernapasan tertekan,

tremor pada anggota badan, spasme dari kelopak mata, dan merasa pening

Proses Terjadinya Kelelahan

Kelelahan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat

kesadaran yaitu korteks serebri yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik yaitu

system penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat

terdapat dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan

menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Sistem penggerak terdapat dalam

formation retikularis yang dapat merangsang peralatan dalam tubuh ke arah bekerja,

berkelahi, melarikan diri dan sebagainya.

Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja

diantara dua sistem antagonis dimaksud. Apabila sistem penghambat lebih kuat,

seseorang dalam keadaan lelah. Sebaliknya manakala sistem aktivasi lebih kuat,

seseorang dalam keadaan segar untuk bekerja. Konsep ini dapat dipakai dalam

menjelaskan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya tidak jelas. Misalnya peristiwa

seseorang dalam keadaan lelah, tiba-tiba kelelahan hilang oleh karena terjadi

peristiwa yang tidak diduga sebelumnya atau terjadi tegangan emosi. Dalam keadaan

ini, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat mengatasi sistem penghambat.
Demikian pula peristiwa monotoni, kelelahan terjadi oleh karena hambatan dari

sistem penghambat, walaupun beban kerja tidak begitu berat.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat, terdapat

sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadang-

kadang salah satunya lebih dominan sesuai dengan keperluan. Sistem aktivasi bersifat

simpatis, sedangkan inhibisi bersifat parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam

keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut harus berada pada kondisi yang

memberikan stabilitasi kepada tubuh .

Akibat Kelelahan Kerja

Kelelahan yang terus menerus dalam jangka waktu yang panjang menjelma

menjadi kelelahan kronis. Rasa lelah yang dialami oleh penderita tidak hanya terjadi

sesudah melakukan pekerjaan yaitu pada sore hari, melainkan juga selama bekerja,

bahkan sebelumnya yaitu sebelum bekerja. Pada kelelahan kronis perasaan lesu

tampak sebagai suatu gejala penting. Gejala-gejala psikis pada penderita kelelahan

kronis adalah perbuatan penderita yang antisosial. Kelelahan kronis cenderung

menyebabkan meningkatkan absentisme terutama mangkir kerja dan mengakibatkan

tingginya angka sakit pada tenaga kerja individual dan kelompok yang menderita

kelelahan kronis.
gejala-gejala yang tampak jelas akibat kelelahan kronis dapat dicirikan

sebagai :

1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang

menjadi kurang toleran atau antisosial terhadap orang lain.

2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.

3. Depresi yang berat dan lain-lain.

Cara Mengatasi Kelelahan

Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat


faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar :

1. Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk

2. Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif

3. Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi

standar ergonomi

4. Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja

5. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman

bagi tenaga kerja

6. Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik

7. Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan

manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.


upaya agar tingkat produktivitas kerja tetap baik atau bahkan

meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah pencegahan terhadap

kelelahan kerja.

1. Sesuai kapasitas kerja fisik

2. Sesuai kapasitas kerja mental

3. Redesain stasiun kerja ergonomis

4. Sikap kerja alamiah

5. Kerja lebih dinamis

6. Kerja lebih bervariasi

7. Redesain lingkungan kerja

8. Reorganisasi kerja

9. Kebutuhan kalori seimbang

10. Istirahat setiap 2 jam

Pengukuran Kelelahan

Metode pengukuran kelelahan ada beberapa kelompok, diantaranya adalah

sebagai berikut :

1) Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah

proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses

operasi yang dilakukan setiap unit waktu


2) Uji psiko-motor (Psychomotor test)

a. Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan

reaksi motor. Salah satu cara yang dapat di gunakan adalah

dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka

waktu dari pemberian suatu rangsang sampai pada suatu saat

kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi

dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit

atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktureaksi

merupakan petunjuk lambatnya proses faal syaraf dan otot.

waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang

spesifik saat stimuli terjadi. Waktu reaksi terpendek biasanya

berkisar antara 150-250 milidetik. Waktu reaksi tergantung

dari stimuli yang dibuat intensitas dan lamanya perangsangan,

umur subyek, dan perbedaan-perbedaan individu lainnya.

c. dalam uji reaksi, ternyata stimuli terhadap cahaya lebih

signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan

karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh resptor daripada

stimuli cahaya.
d. Alat ukur waktu reaksi yang telah di kembangkan di indonesia

biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai

stimuli.

e. Perawat

2.3.1. Definisi Perawat

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berada di rumah sakit dimana

jumlah maupun keberadaanya dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada

pasien dan mempunyai hubungan langsung dengan pasien (30).

2.3.2. Peran perawat

1. Peran Perawat

Peran perawat yaitu merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh

seseorang pasien dari seorang perawat sesuai dengan kedudukan dan sistem,

dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun

dari luar profesi keperawatan yang bersifat menetap. ada beberapa peran perawat

yang terdiri dari:

a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan

dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan proses keperawatan.

b. Peran sebagai advokat pasien


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya

dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau

informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan

dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-

baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.

c. Peran edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan

pengetahuan kesehatan tentang, gejala penyakit, bahkan tindakan yang diberikan,

sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan

kesehatan. Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisir pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian

pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.

d. Peran koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan dan

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan, sehingga pemberi pelayanan

kesehatan terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien atau pasien.

e. Peran kolaborator

Peran perawat dalam hal ini dilakukan karena perawat bekerja sama dengan tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterpis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar

pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

f. Peran konsultan

Perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan pasien

terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang peneliti gunakan adalah yang berkaitan dengan

penelitian ini dan disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Judul Hasil Penelitian

1. Hubungan shift kerja Hasil penelitian


dengan kelelahan didapatkan,Ada hubungan
kerja pada perawat shift kerja dengan
rumah sakit umum kelalahan pada perawat
ibu kartini pt. Bakrie RSU ibu Kartini pt.
sumatera Bakriesumatera
plantations, tbk plantations,tbk kisaran
kisaran tahun 2016 tahun 2016
(Diky wanda
siregar,2016)
2 Gambaran Kelelahan Hasil penelitian yang
Kerja Pada Perawat dilakukan menunjukkan
Ruang Rawat Inap bahwa ada hubungan
Berdasarkan Jenis kondisi kelelahan kerja
Ruangan Di Rumah pada perawat di rawat
Sakit Umum Daerah inap Berdasarkan Jenis
Kabupaten Ruangan Di Rumah Sakit
Sumedang.(Reina Umum Daerah Kabupaten
Patriana,2019) Sumedang

3. Faktor-Faktor Yang Hasil penelitian


Berhubungan menunjukkan ada
Dengan Kelelahan hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin, usia,
Kerja Pada Perawat
dan status gizi dengan
Di Rsud Bangkinang kelelahan kerja pada
Tahun 2019 (Rizki perawat di rsud
Rahmawati,Sabri bangkinang tahun 2019
Afandi, 2019)
4. Hubungan Beban Hasil penelitian ini
Kerja dan Stres menunjukkan bahwa ada
Kerja dengan hubungan beban kerja dan
stres kerja dengan
Kelelahan Kerja
kelelahan kerja pada
pada Perawat di perawat di instalasi bedah
Instalasi Bedah sentral Rumah Sakit
Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Umum Daerah Kota Langsa.
Langsa Tahun 2019
(Nanda Mirani ,
Sumardi,2019)
5. Hubungan Beban Hasil penelitian
Kerja dengan menunjukkan

Kelelahan Kerja bahwa ada Hubungan


pada Perawat di Unit Beban Kerja dengan

Rawat Inap Rumah Kelelahan Kerja pada


Sakit Harapan Perawat di Unit

Pematang Siantar Rawat Inap Rumah Sakit


Tahun 2018 Harapan
(Marbun, Michael
N. S, 2019) Pematang Siantar Tahun
2018
6. Faktor-faktor yang Ada Faktor-faktor yang
berhubungan dengan berhubungan dengan
kelelahan kelelahan

Kerja pada perawat Kerja pada perawat di


di ruang rawat inap ruang rawat inap rumah
rumah sakit sakit

Umum gmim Umum gmim pancaran


pancaran kasih kasih manado.
manado.(Deivy
Tenggor Linnie
Pondaag Rivelino S.
Hamel, 2019)
7. pengaruh stres kerja, ada pengaruh antara stres
beban kerja dan kerja, beban kerja dan
kepuasan kerja kepuasan kerja terhadap
kinerja perawat di ruang
terhadap kinerja
rawat inap rsud datu beru
perawat di ruang takengon.
rawat inap rsud datu
beru takengon.
( ERMA ELIZAR,
2019)
8. Hubungan Antara Ada hubungan yang
Stres Kerja Dengan signifikan antara stres
Kelelahan Kerja kerja dengan kelelahan
Kerja Pada Perawat Di
Pada Perawat Di
Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Deli
Daerah (Rsud) Deli Serdang Lubuk Pakam
Serdang Lubuk
Pakam(Hengky
Ardian, 2019)
9. Analisis Hubungan ada hubungan antara stres
Stres Kerja, Umur, kerja dengan perasaan
Masa Kerja Dan kelelahan perawat
Iklim Kerja Dengan
Perasaan Kelelahan
Kerja Pada
Perawat(Ewina
Rudyarti,2021)
10. Faktor-Faktor yang Ada faktor yang
Berhubungan berhubungan dengan
Dengan Kelelahan kelelahan kerja pada
perawat di RSUD
Kerja Pada Perawat
Dr.H.Bob Bazar Kalianda
Di RSUD dr.H.BOB Kabupaten Lampung
Bazar Kalianda Selatan .
Kabupaten Lampung
Selatan (Hendro
Renaldi Oksandi,
Achmad Karbito.
2020)
2.7. Kerangka Teori

Faktor individu

- status gizi
- umur
- jenis kelamin
- kesehatan
- status pernikahan
- sikap kerja
- status gizi

Faktor pekerjaan

- Shift kerja
- Variasi kerja
- Masa kerja
- Beban kerja
- Lama kerja Kelelahan kerja
- Beban kerja shift
- Beban kerja
mental

Faktor lingkungan

- Kebisingan
- Pencahayaan
- Iklim kerja

Gambar 2.7. Kerangka Teori

Sumber : Suma’muur PK (2009), Suma’mur PK (1996), craven


&himle (2000), potter &perry(2005)
2.8. kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep atau variabel yang

akan diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan. Kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah variabel yang saling mempengaruhi.

Variabel independen variabel dependen

usia

Jenis kelamin

Status Gizi
Kelelahan kerja

Masa kerja

Beban kerja

Shift kerja

Gambar 2.5 Kerangka Konsep


2.9. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh usia dengan factor risiko kelelahan kerja pada perawat di

Rumah Sakit Umum Sembiring Tahun 2021

2. Ada pengaruh jenis kelamin dengan factor risiko kelelahan kerja pada perawat

di Rumah Sakit Umum Sembiring Tahun 2021

3. Tidak Ada pengaruh IMT dengan factor risiko kelelahan kerja pada perawat di

Rumah Sakit Umum Sembiring Tahun 2021

4. Ada pengaruh masa kerja pada perawat dengan factor risiko kelelahan kerja di

Rumah Sakit Umum Sembiring Tahun 2021

5. Ada pengaruh beban kerja dengan factor risiko kelelahan kerja pada perawat

di Rumah Sakit Umum Sembiring Tahun 2021

6. Ada pengaruh shift kerja dengan factor resiko kelelahan kerja pada perawat di

Rumah Sakit Umum Sembiring Tahun 2021

7. Faktor yang paling berpengaruh dengan faktor resiko kelelahan kerja adalah

beban kerja.

Anda mungkin juga menyukai