Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM ERGONOMI

PENGUKURAN KELELAHAN KERJA

Oleh :

Septa Prasetya Abidin (0519140122)


Vikko Dofantara (0519140124)
Wahyuningtyas (0519140126)
Winda Furoidatul Khusnah (0519140127)
Zahrotul Nailul Izah (0519140128)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap aktivitas yang dilakukan seseorang baik aktivitas yang memakan
waktu cepat atau lama akan mengakibatkan kelelahan jika dilakukan secara terus
menerus terutama dalam aktivitas kerja. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi
pekerja yang tergantung bagaimana pekerja tersebut melakukan pekerjaan.
Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan mental. Beban kerja mental
merupakan beban kerja sejauh mana tingkat keahian dan prestasi kerja yang
dimiliki setiap pekerja yang menggunakan kemampuan otak sebagai sumber
tenaganya. Kelelahan kerja dapat menimbulkan terjadinya penurunan kinerja
pekerja yang mengakibatkan peningkatan kesalahan kerja sehingga dapat
menyebabkan kecelakaan kerja.
Kelelahan bekerja merupakan faktor umum yang seringkali dijumpai
dalam kehidupan sehari-sehari pada aspek manapun. Kekelahan kerja dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang serta menurunkan porduktivitas. Untuk
mengetahui adanya unsur kelelahan kerja, maka perlu dilakukan pengukuran
pada beberapa sampel untuk mendapatkan kesimpulan terhadap munculnya
kelelahan kerja
Pengukuran kelelahan kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara karena
belum adanya pengukuran yang tepat dan akurat. Salah satu pengukuran yang
dilakukan pada praktikum ini adalah dengan menggunakan aplikasi reaction
timer. Reaction Timer merupakan aplikasi yang digunakan untuk mengukur
waktu reaksi pengguna untuk menetuk layar smartphone ketika warna layar pada
smartphone berubah menjadi warna hijau. Pengukuran menggunakan reaction
timer bertujuan untuk mengetahui tingkat kelelahan pengguna yang hasilnya
dapat berupa nilai kuantitatif waktu yang dibutuhkan. Oleh karena itu, pada
praktikum kali ini akan melakukan pengukuran kelelahan kerja pengguna dengan
menggunakan aplikasi reaction timer sehingga dapat diketahui tingkat kelelahan
pengguna.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan pengukuran kelelahan kerja dan menghitung beban
kerja
2. Dapat menggolongkan kelelahan kerja yang sesuai dari hasil
pengukuran
3. Dapat memberikan rekomendasi berdasarkan kelelahan kerja
1.3 Manfaat Praktikum
Mengetahui cara melakukan pengukuran kelelahan kerja dan menghitung
beban kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kelelahan Kerja


Kelelahan kerja adalah suatu keadaan secara umum yang timbul pada tenaga
kerja, dimana tenaga kerja tidak sanggup lagi melakukan pekerjaannya sehingga
mengakibatkan penurunan produktivitas kerja akibat faktor tenaga kerja
(Sedarmayanti, 2009). Sedangkan menurut Wignjosoebroto 2003, kelelahan
merupakan menurunnya proses efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya
kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus menerus melanjutkan kegiatan
yang harus dilakukan. Jika kelelahan kerja meningkat dapat menambah angka
kecelakaan kerja dan kesalahan kerja yang mengakibatkan menurunya kinerja dan
produktivitas tenaga kerja.

Kata lelah diartikan sebagai keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda
namun semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya
ketahanan tubuh tenaga kerja (Suma’mur, 2009). Sedangkan menurut setyawati
kelelahan kerja merupakan suatu fenomenal yang kompleks yang dapat dipengaruhi
oleh faktor internal tenaga kerja maupun faktor eksternal pada lingkungan atau
kondisi tempat kerja.

Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari


kerusakan yang lebih lanjut sehingga terjadinya pemulihan setelah istirahat.
Kelelahan biasanya ditunjukan dari penurunan efisiensi dan kapasitas kerja serta
ketahanan tubuh yang berbeda-beda setiap individunya.Sedangkan pendapat
lainnya mengenai kelelahan dideskripsikan menjadi tiga definisi umum, yaitu (Bridger,
2003):

a. Kelelahan “kantuk” yaitu kelelahan yang dikarenakan kurangnya waktu


tidur dan adanya gangguan irama sirkadian.
b. Kelelahan “capek” yaitu kelelahan yang dikarenakan melakukan aktivitas
fisik yang terlalu berat atau berlebihan.
c. Kelelahan “mental” yaitu kelelahan yang mengacu pada mental akibat
melakukan pekerjaan yang berulang-ulang.
Kelelahan atau fatigue dapat disimpulkan bahwa menunjukan gejala yang
berbeda-beda, tetapi dari segi keadaan kelelahan berakibat pada penurunan
kapasitas kerja dan ketahanan tubuh tenaga kerja. Secara konseptual keadaan lelah
meliputi aspek fisiologosi dan aspek psikologis.
2.2. Jenis Kelelahan Kerja

Menurut Suma’mur (2009) dan Tarwaka (2014), kelelahan dibedakan


menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu :

1. Kelelahan menurut proses


a. Kelelahan otot adalah kelelahan yang ditandai dengan perasaan nyeri
pada otot atau tremor. Kelelahan terjadi dikarenakan penurunan kapasitas
otot dalam bekerja yang diakibatkan dari gerakan berulang, baik dari
gerakan statis maupun dinamis. Sehingga tenaga kerja atau seseorang
tampak kehilangan kekuatan untuk melakukan pekerjaan yang
seharusnya dilakukan dan produktivitas pekerja atau seseorang menurun
yang menyebabakan kesalahan dalam melakukan pekerjaannya
b. Kelelahan umum adalah kelelahan yang ditandai dengan berkurangnya
kemauan untuk bekerja dikarenakan perkerjaan yang monoton dengan
intensitas atau waktu kerja lama, kondisi lingkungan, sesuatau yang
mempengaruhi mental atau psikis, status gizi, dan status kesehatan.
2. Kelelahan menurut waktu
a. Kelelahan akut merupakan kelelahan yang ditandai dengan berkurangnya
tenaga fisik dalam melakukan aktivitas, serta diakibatkan beban mental
yang diterima saat melakukan pekerjaan. kelelahan akut ini muncul
secara tiba-tiba dikarenakan organ tubuh bekerja secara berlebihan.
b. Kelelahan kronis juga disebut dengan kelelahan klinis yang merupakan
kelelahan yang diterima secara terus-menerus karena kegiatan atau faktor
yang dilakukan berlangsung lama dan sering. Kelelahan ini sering terjadi
sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama, serta terkadang muncul
sebelum melakukan pekerjaan dan menimbulkan keluhan seperti sulit
tidur, sakit kepala, hingga masalah pencernaan.

MenurutGrandjen (1988) yang dikutip dari Dhirgayudha (2014)


mengatakan bahwa kelelahan juga diklasifikasikan menjadi 6 bagian :

a. Kelelahan mata, yaitu kelelahan yang ditimbulkan akibat tegangya sistem


pengelihatan.

b. Kelelahan tubuh secara umum, yaitu kelelahan yang diakibatkan melakukan


pekerjaan dengan beban fisik yang terlalu berat.
c. Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan mental
atau intelektual.
d. Kelelahan syaraf, yaitu kelalahan yang diakibatkan oleh tekanan berlebihan
yang terdapat disalah satu bagian psikomotor, seperti pada pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan dan melakukan pekerjaan yang berulang-ulang.
e. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka panjang.
f. Kelelahan sirkadian, yaitu bagian dari ritme siang-malam, dan memulai
tidur yang baru.
2.3. Penyebab Kelelahan Kerja

Didalam diri manusia atau tenaga kerja pasti pernah merasakan lelah yang
membuat lemas dan malas untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan. Timbulnya
rasa lelah di dalam diri manusia atau tenaga kerja ini terjadi karena akumulasi dari
berbagai faktor penyebab yang mendatangkan ketegangan (stress) yang dialami
oleh tubuh (wingjosoebroto, 2000).Faktor penyebab kelelahan kerja muncul dari
berbagai aspek, seperti mulai dari faktor lingkungan kerja yang kurang memadai,
lingkungan kerja yang kurang kondusif, hingga masalah psikososial yang
menimbulkan kelelahan kerja. Menurut Setyawati (2010) penyebab kelelahan kerja
berkaitan dengan :

1. Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental fisik yang cukup tinggi.
2. Kegiatan pekerjaan yang monoton.
3. Penyakit, rasa kesakitan atau nyeri, dan asupan gizi yang kurang baik.
4. Situasi ruang kerja seperti pencahayaan, kebisingan, ataupun lingkungan
kerja yang kurang mendukung.
5. Sistem shift kerja turut sebagai penyebab munculnya kelelahan kerja
sebanyak 80% dan shift kerja juga sebagai penyebab munculnya gangguan
tidur pada tenaga kerja shift malam sekitar 80%
6. Faktor psikologis, rasa tanggungjawab berlebih, ketegangan, dan konflik-
konflik yang muncul

Menurut Grandjean (1991) dalam Tarwaka (2004) dan Tarwaka (2010)


faktor penyebab terjadinya kelelahan di industrial beraneka ragam. Maka harus
dilakukannya upaya untuk memelihara atau mempertahankan derajat kesehatan,
proses penyembuhan atau penyegaran. Proses penyegaran sendiri bisa terjadi pada
saat tidur malam dan waktu istirahat atau jam kerja berhenti. Faktor-faktor
penyebab kelelahan digambarkan seperti pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1.1 Teori Kombinasi Pengaruh Kelelahan dan Penyegaran (Recuperation)

Menurut Tarwaka (2004) dan Budiono (2000), tingkat kelelahan kerja


dipengaruhi oleh kesegaran jasmani, sikap kerja, masalah lingkungan, usia, beban
kerja, jenis kelamin, masa kerja, kebiasaan merokok, masalah psikologis, status
kesehatan, jenis kelamin, dan status gizi.
Menurut Siswanto (1991) yang dikutip dari Reinsenny (2018), faktor
penyebab kelelahan berkaitan dengan :
a. Pengorganisaisan kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi
kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak sesuai.
b. Faktor psikologi, misalnya rasa tanggunjawab dan khawatir yang
berlebihan, serta terjadinya konflik yang menahun.
c. Lingkungan kerja yang tidak mendukung dan tidak menjamin kenyamanan
yang menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan para tenaga kerja.
d. Status kesehatan dan status gizi
e. Monoton (pekerjaan atau lingkungan kerja yang membosankan).
2.4. Gejala Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja pada umumnya dikeluhkan atau dirasakan sebagai


kelelahan dalam sikap, orientasi dan penyesuian di tempat kerja yang dialami oleh
tenaga kerja. MenurutBudiono, dkk (2003), gambaran mengenai gejala kelelahan
(Fatigue Symptons) secara subyektif dan obyektif antara lain :
a. Perasaan lesu
b. Ngantuk dan pusing
c. Tidak atau kurangnya konsentrasi
d. Berkurangnya tingkat kewaspadaan
e. Persepsi buruk dan lambat
f. Tidak ada atau berkurangnya gairah untuk bekerja
g. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani

Sedangkan menurut Tarwaka (2013) bahwa gejalah kelelahan seperti


perasaan berat dikepala, merasa lelah seluruh tubuh, merasa berat di kaki, sering
menguap saat bekerja, pikiran kacau saat bekerja, mengantuk, merasakan beban
pada mata, kaku dan canggung dalam bergerak, tidak seimbang dalam berdiri, ingin
berbaring, merasa susah berpikir, malas dalam berbicara, merasa gugup, tidak dapat
berkonsentrasi, tidak fokus terhadap sesuatu, cendurung mudah melupakan sesuatu,
kurang percaya diri, mudah cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap,
tidak dapat tekun dalam bekerja, sakit dibagian kepala, sakit dibagian bahu, sakit
dibagian punggung, merasa pernafsan tertekan, haus, suara sesak, merasa pening,
merasa ada yang mengganjal di kelopak mata, anggota badan terasa bergetar, dan
merasa kurang sehat.

Kelelahan kerja di tempat kerja tidak bisa dipandang sebelah mata, karena
sangat berpengaruh terhadap efektifitas, produktivitas, serta keselamatan pekerja
pada umumnya (Job dan Dalziel, 2001 dalam Australian Safety and Compensation
Council, 2006).
2.5. Dampak Kelelahan Kerja

Menurut Setyawati (2010) mengutarakan adanya beberapa dampak yang


dapat ditimbulkan akibat kelelahan, yaitu :
a. Badan terasa tidak enak.
b. Semangat kerja menurun.
c. Prestasi kerja yang menurun
d. Fungsi fisiologis motorik dan neural yang menurun.
e. Penurunan produktivitas kerja
f. Meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja.
2.6. Pengukuran Kelelahan Kerja

Tarwaka (2010) pengukuran atau penilaian terjadinya kelelahan kerja dapat


dilakukan dengan berbagai cara yaitu

a. Waktu Reaksi (Psychomotor Test)


Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interprestasi, dan reaksi
motor. Waktu reaksi merupakan jangka waktu dari pemberian rangsangan
sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji
ini dapat digunakan nayala lampu dan dentingan suara serta sentuhan kulit
atau golongan badan sebagai stimuli. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi
merupakan petunjuk adanya penurunan pada proses faal syaraf dan otot.
Sedangkan kriteria kelelahan berdasarkan waktu reaksi tenaga kerja :

Tabel 2.1 Kriteria Kelelahan Menurut Balai Hiperkes Tahun 2004


Kriteria Waktu Reaksi
Normal 150 – 240
Kelelahan Kerja Ringan (KKR) >240- < 410
Kelelahan Kerja Sedang (KKS) 410 - < 580
Kelelahan Kerja Berat (KKB) ≥ 580

Sumber : Hiperkes Tahun 2004

b. Uji Fliker – Fusion (Uji Hilangnya Kelipan)


Jika tenaga kerja mengalami kondisi yang melelahkan, kemampuan
tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin tenaga kerja
lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua
kelipan. Uji kelipan dapat diukur untuk mengukur kelelahan dan juga
menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.
c. Perasaan Kelelahan Secara Subjektif (Subjective Feeling of Fatigue)

Subjective Selft Rating Test dari Industrial Fatigue Research


Commite (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk
mengukur tingkat kelelahan yang subjektif. Kuesioner ini terdapat 30
pertanyaan yang masing-masing pertanyaan dikategorikan. Dibagi menjadi
3 kategori yaitu pertama kategori tentang pelemahan kegiatan yang terdapat
10 pertanyaan, kedua kategori pelemahan motivasi yang terdapat 10
pertanyaan, dan kategori yang ketiga tentang gambaran kelelahan fisik
dengan 10 pertanyaan.
d. Uji Mental

Bourdon Wiersma Testmerupakan salah satu pendekatan yang dapat


digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan
pekerjaan. Hasil tes akan menunjukkan bahwa semakin lelah seseorang
maka tingkat kecepatan, ketelitian, dan konsentrasi akan semakin rendah
atau sebaliknya. Namun demikian Bourdon Wiersma Test lebih tepat untuk
mengukur kelelahan akibat aktivitas atau pekerjaan yang lebih bersifat
mental.
2.7. Pengukuran Distribusi Data Berdasarkan Beban Kerja Fisik

Dalam melakukan pengukuran distribusi data berdasarkan beban kerja fisik


menggunakan SNI 7269:2009 tentang Penilaian beban kerja berdasarkan kalori
menurut pengeluaran energy, untuk beban kerja seperti pada tabel 2.2. Rumus
perhitungannya sebagai berikut :

Metabolisme basal untuk laki laki = berat badan (kg) x 1 kkal/jam

Metabolisme basal untuk perempuan = berat badan (kg) x 0,9 kkal/jam


Tabel 2.2 Perkiraan beban kerja menurut kebutuhan energi

Sumber : SNI 7269:2009


2.8. Pencegahan Kelelahan Kerja

Untuk mengurangi angka kelelahan kerja yang dapat meningkatkan


penyakit akibat kerja ataupun angka kecelakaan kerja maka perlu adanya perhatian
dan pengendalian. Menurut Setyawati (2010) hal-hal yang perlu mendapatkan
perhatian dan perlu diselenggarakan atau dilaksanakan, antara lain:
Menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari zat berbahaya, pencahayaan yang
memadai dan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, pengaturan udara yang
baik dan benar, serta meminimalisir masalah kebisingan dan getaran ditempat kerja.

a. Monitoring derajat kesehatan atau pemeriksaan kesehatan untuk tenaga


kerja, terutama pada daerah tropis yang cenderung mengalami kekurangan
gizi maupun menderita penyakit serius.
b. Jam istirahat yang diberikan harus sesuai dan tepat.
c. Pemeberian beban kerja yang tidak terlalu berat atau sesuai dengan
kemampuan atau kapasitas kerja tenaga kerja.
d. Perusahaan menyiapkan alat transportasi untuk tenaga kerja yang memiliki
rumah atau tempat tinggal yang jauh dari tempat kerja agar mengurangi
kecelakaan pada saat berangkat atau pulang dari bekerja dan memberikan
rasa nyaman dan aman.
e. Memberikan perhatian khusus terhadap tenaga kerja tertentu, diantaranya
untuk usia tenaga kerja yang muda, tenaga kerja yang sedang hamil dan
menyusui, tenaga kerja lanjut usia, tenaga kerja shift malam, dan tenaga
kerja yang baru pindah dari department lain.
f. Pembinaan mental secara teratur atau berkala dalam stabilitas kerja,
fasilitas rekreasi, hari libur dan cuti bisa menjadi solusi. Dengan hal tersebut
tenaga kerja dapay berelaksasi dan membangun semangat kerja kembali.
g. Tenaga kerja harus terbebas dari alkohol maupun obat-obatan terlarang
yang dapat mengakibatkan kecanduan atau ketergantungan yang berdampak
buruk bagi masing-masing kesehatan tenaga kerja.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

5.1 Alat dan Bahan yang dibutuhkan


Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :

1. Aplikasi reaction time


5.1 Flowchart Pengerjaan

Pada proses pengukuran kelelahan kerja ini dilakukan pengukuran sebanyak


20x repetisi, hal ini dilakukan untuk memperkuat hasil yang didapat. Setelah
didapat 20 data hasil pengukuran maka akan dihitung rata- rata yang akan
digunakan untuk menentukan klasifikasi kelelahan kerja. Selain itu 20x repetisi
juga berguna untuk meminimalisir eror pada pengukuran, semakin banyak repetisi
maka nilai akan semakin akurat
Gambar 0 Perintah dari aplikasi serta hasil pengukuran

5.1 Dokumentasi Pengambilan Data


Pengambilan data dilakukan dalam satu hari disaat beban kerja dalam keadaan
maksimal. Namun meskipun perkuliahan dilakukan secara daring dengan jadwal
yang sama, setiap orang memiliki waktu kerja yang berbeda. Kuliah secara daring
ini cenderung lebih sering mengerjakan tugas daripada mendengarkan dosen
menjelaskan suatu materi sehingga setiap orang memiliki jadwal masing-masing
dalam bekerja. Data yang digunakan adalah data kelas sehingga tidak dapat
dipungkiri bahwa pengambilan data reaction time juga beragam.
Pengambilan data reaction time ini dilakukan berbeda- beda tiap orang
tergantung dengan waktu kerja maksimal tiap orang. Untuk dokumentasi
pengambilan data sebagai berikut.

Gambar 3.2 Saudara Septa saat mengambil data reaction time

Gambar 3.3 Saudara Vicko saat mengambil data reaction time


Gambar 3.4 Saudara Wahyu saat mengambil data reaction time

Gambar 3.5 Saudara Winda saat mengambil data reaction time

Gambar 3.6 Saudara Izza saat mengambil data reaction tim


BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa
4.1.1 Hasil Pengukuran
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran
REKAP DATA KELELAHAN KERJA MENTAL RPL 8
NO NAMA NRP RANGSANGAN CAHAYA/ SUARA SKOR KETERANGAN

1 AGUNG SETIYO BUDI 519140098 COLOUR 356.45 KKR

2 ARDHI PUTRA PRATAMA 519140099 TARGET 213.7 NORMAL

3 BAGAS PRIAMBODO ARIANTO 519140100 TARGET 333.7 KKR

4 BELLA SETIA MURNI 519140101 TARGET 543.95 KKS

5 DARDIRI JAYA 519140103 COLOUR 274.55 KKR

6 DITA HARTININGSIH 519140105 TARGET 547.03 KKS

7 EDY SUSANTO 519140106 TARGET 566.15 KKS

8 FAHESTIN PUTRI ARIANTO 519140107 COLOUR 533.5 KKS

9 FIRMAN N. SARDI 519140109 CAHAYA 264.95 KKR


REKAP DATA KELELAHAN KERJA MENTAL RPL 8
NO NAMA NRP RANGSANGAN CAHAYA/ SUARA SKOR KETERANGAN

10 GINAS KARNA 519140110 CAHAYA 503.35 KKS

11 IMAM ROJALI 519140111 TARGET 563.2 KKS

12 KEIKKO FARIDA KUSUMA 519140112 CAHAYA 532.095 KKS

13 NUR WAHYUNINGTIAS 519140114 CAHAYA 288.25 KKR

14 NURDIAH SIREGAR 519140115 SUARA 518.7 KKS

15 PUPUT ARIESTA NADIA 519140116 TARGET 524.8 KKS

16 PUTRI DWI ARTINAH 519140117 TARGET 406.93 KKS

17 RIA NURVITA 519140118 TARGET 214.7 NORMAL

18 RIYAN TEGAR 519140119 CAHAYA 450 KKS

19 RIZKI RAMADHAN HSB 519140120 TARGET 514.7 KKS

20 ROMI IRFANUL HAKIM 519140121 TARGET 214.55 NORMAL

21 SEPTA PRASETYA ABDIN 519140122 TARGET 987.2 KKB

22 SUNARIYATI 519140123 TARGET 576.3 KKS

23 VIKKO DOVANTARA 519140124 COLOUR 214.95 NORMAL


REKAP DATA KELELAHAN KERJA MENTAL RPL 8
NO NAMA NRP RANGSANGAN CAHAYA/ SUARA SKOR KETERANGAN

24 VIODEA FIRLII RAMADHANIAR 519140125 TARGET 837.3 KKB

25 WAHYUNINGTYAS 519140126 TARGET 557.25 KKS

26 WINDA FUROIDATUL K. 519140127 TARGET 462.5 KKS

27 ZAHROTUL NAILUL IZAH 519140128 TARGET 424.9 KKS

KKR : Kelelahan Kerja Ringan

KKS : Kelelahan Kerja Sedang

KKB : Kelelahan Kerja Berat


4.1.2 Distribusi Data Berdasarkan Hasil Reaction Time
Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan aplikasi reaction time,
kelelahan kerja digolongkan menjadi 4 yaitu normal, ringan, sedang, berat. Dari
data hasil pengukura diketahui bahwa 4 mahasiswa dengan kategori normal, 5
mahasiswa dengan kategori ringan, 16 mahasiswa dengan kategori sedang, dan 2
mahasiswa dengan kategori berat.

Tabel 4.2 Rekap Hasil Pengukuran


Normal Ringan Sedang Berat
Ardhi P. Agung S. Bella S. Septa P.
Ria N. Bagas P. Dita H. Viodea F.
Romi I. Dardiri J. Edy S.
Vikko D. Firman N. Fahestine
Nur W. Ginas K.
Imam R.
Keikko F.
Nurdiah S.
Puput A.
Putri D.
Ryan T.
Rizki H.
Sunariyati
Wahyu
Winda K
Zahrotul I.

4.2 Pembahasan
Menurut analisa perlu diketahui bahwa, pengukuran terhadap septa dan viodea
dilakukan pada pukul 14.30 WIB dan 13.00 WIB. Dimana pada waktu tersebut
septa dan viodea mulai lelah setelah melakukan setengah akitivitas dari pagi hari.
Dan sebelum melakukan praktikum, septa dan viodea telah melakukan perjalanan
dengan menggunakan sepeda motor sehingga tingkat kelelahan yang dialami septa
dan viodea tidak memiliki kelelahan atau normal. Sedangkan Tingkat kelelahan
yang cenderung dalam keadaan kelelahan kerja ringan ini bisa disebabkan karena
beberapa faktor di bawah ini (sesuai dengan Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab
Kelelahan dan Penyegaran Grandjean) : a. Lingkungan : ketika proses praktikum
berlangsung, kondisi lingkungan sekitar cukup kondusif dengan cuaca yang juga
cukup baik. Penerangan dan pencahayaan di dalam ruang. Namun ketika setiap
melakukan praktikum, mungkin suasana di sekitar kurang tenang sehingga
praktikan dapat kurang konsentrasi dan fokus pada sensor suara dalam pelaksanaan
praktikum. b. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental : praktikum ini
dilaksanakan pada siang hari waktu puasa. Saat-saat seperti itu dirasa bukan waktu
cukup melelahkan akan tetapi bayak praktikan yang begadang di malam hari untuk
mempersiapkan tugas pekerjaan dan tugas perkuliahan hingga merasa kelelahan di
hari keesokan harinya. Sehingga hal inilah mempengaruhi keadaan fisik dan mental
si praktikan. Selain tubuh terasa lelah, beban materi kuliah atau hal lain yang
membebani pikiran/kejiwaan praktikan pada hari itu juga terlalu tinggi. c. Nutrisi :
nasi merupakan sumber energi bagi tubuh kita. Dalam setiap akan melakukan
aktivitas, terlebih full activity, sebaiknya disarankan agar selalu mengisi energi bagi
tubuh kita terlebih dahulu agar di tengah-tengah aktivitas berlangsung, kita tidak
kekurangan cadangan energi. Menanggapi hal tersebut namun alangkah baiknya
juga perlu dijadikan perhatian bagi praktikan untuk melakukan upaya untuk
mencegah terjadinya kelelahan lebih lanjut. Berikut beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja antara lain : a. Ciptakan
lingkungan kerja yang terbebas dari zat berbahaya, penerangan memadai sesuai
dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, maupun pengaturan udara yang adekuat,
bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan b. Pengaturan waktu kerja
yang diselingi dengan istirahat pendek dan istirahat untuk makan c. Kesehatan
umum harus dijaga dan dipantau secara rutin d. Pemberian gizi kerja yang memadai
sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja yang dilakukan e. Untuk pengerjaan
beban kerja berat sebaiknya tidak berlangsung terlalu lama f. Tempat tinggal
diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau perlu bagi tenaga kerja
dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi dari perusahaan g. Perlu
dilakukan pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas
kerja dan kehidupannya h. Disediakaan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan waktu
istirahat dilaksankan secara baik i. Pemberian cuti dan liburan diselenggarakan
sebaik-baiknya j. Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga
kerja beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di
malam hari, tenaga baru pindahan k. Mengusahakan tenaga kerja bebas dari
pengonsumsian alkohol, narkoba, dan obat berbahaya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Saran

1. Dalam pelaksanaan pengukuran sebaiknya kondisi tempat pengukuran dalam


kondisi tenang, sehingga praktikan bisa berkonsentrasi pada sensor yang
digunakan;
2. Ketelitian dalam membaca hasil pengukuran sebaiknya lebih diperhatikan
oleh praktikan agar hasilnya valid;
3. Dalam pelaksanaan pengukuran kelelahan kerja diharapkan praktikan untuk
fokus dengan masing-masing tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, H. N. (2019). Jobsheet Kelelahan Kerja. Surabaya: Politeknik


Perkapalan Negeri Surabaya.
Nuki, R. A. (2018). Analisa Perbedaan Beban Kerja Mental dan Kelelahan Kerja
pada Pengemudi Travel. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Reinsenny, A. (2018). Gambaran Kelelahan Kerja Pada Supir Truk Mixer pada
Plant Gresik PT Varia Usaha Beton. Surabaya: Universitas Airlangga.
Suma'mur. (1995). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja. Jakarta:
PT Toko Gunung Agung.
Suma'mur. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES) .
Jakarta: CV Sagung Seto.
Tarwaka. (2013). Ergonomi Industri, Dasar-dasar Pengetahuan dan Aplikasi di
Tempat Kerja Edisi 1. Surakarta: Harapan Press.
Ulfi, N. D. (2019). Gambaran Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat
PT. Pelindo III. Surabaya: Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai