Anda di halaman 1dari 12

4

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Kelelahan Kerja
Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat
subyektif. Lelah adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi
dan ketahanan dalam bekerja. Beberapa teori oleh para ahli mengenai
definisi kelelahan kerja, yaitu menurut:
a. Nurmianto (2004), kelelahan merupakan kondisi dimana tubuh
mengalami kehabisan energi karena perpanjangan kerja yang
dilakukan. Kelelahan sering muncul pada jenis pekerjaan yang
dilakukan secara berulang-ulang atau monoton.
b. Sumamur (2009), kelelahan merupakan kondisi yang menunjukkan
keadaan tubuh baik fisik maupun mental yang semuanya berakibat
pada penurunan daya kerja serta ketahanan tubuh.
c. Tarwaka (2014), kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme
tubuh untuk melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari
kerusakan yang lebih parah, dan akan kembali pulih apabila
melakukan istirahat.
d. Grandjean (1985), kelelahan kerja adalah perasaan lelah dan adanya
penurunan kesiagaan.
Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah
pemulihan (Sumamur, 1996). Kelelahan adalah aneka keadaan yang
disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja (Sumamur,
1989). Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat
kesalahan kerja (Nurmianto, 2003).
Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stress yang banyak
dialami oleh orang-orang yang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan
pelayanan terhadap manusia lainnya seperti perawat kesehatan,
transportasi, kepolisian, dan sebagainya (Schuler, 1999). Kelelahan
akibat kerja sering kali diartikan sebagai menurunnya efisiensi,
5

performansi kerja dan berkurangnya kekuatan / ketahanan fisik tubuh


untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2000).
Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah
dikemukakan oleh para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja
merupakan suatu kondisi yang timbul karena aktivitas individu hingga
individu tersebut tidak mampu lagi mengerjakannya. Berdasarkan
beberapa defenisi disimpulkan kelelahan atau fatigue menunjukkan
keadaan yang berbeda-beda, tetapi dari semua keadaan kelelahan
berakibat pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Secara
konseptual keadaan lelah meliputi aspek fisiologis maupun aspek
psikologis dan bersifat subjektif dimana ditandai dengan penurunan
kinerja fisik, perasaan lelah, penurunan motivasi, dan penurunan
produktivitas kerja.
2. Jenis Kelelahan Kerja
Menurut Sumamur (2009) terdapat dua jenis kelelahan, yaitu
kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot ditandai antara lain
oleh tremor atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. Kelelahan umum
ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, yang penyebabnya
adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis. Akar
masalah kelelahan umum adalah monotonnya pekerjaan, intensitas dan
lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak
tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari
estimasi semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang
mendalam dan konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga
kerja.
Menurut Poppy Anjelisa Z., Hsb, M.Si, Apt, dalam sebuah artikel
mengenai kelelahan tahun 2009, kelelahan dapat diklasifikasikan dalam
tujuh bagian yaitu :
a. Kelelahan visual, yaitu kelelahan yang terjadi pada mata
b. Kelelahan tubuh, yaitu kelelahan akibat beban fisik yang berlebihan
c. Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pikiran dan
perasaan
d. Kelelahan saraf, yaitu kelelahan yang disebabkan tekanan yang
berlebihan pada salah satu bagian sistim psikomotor
6

e. Pekerjaan yang bersifat monoton


f. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka
panjang
g. Kelelahan sirkadian, yaitu kelelahan yang terjadi akibat irama
sirkadian misalnya ritme siang-malam, pagi-sore
Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan
menjadi 2 yaitu:
a. Kelelahan akut, adalah kelelahan yang terjadi dengan cepat yang
pada umumnya disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh
yang berlebihan.
b. Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila
kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan
kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan.
Berdasarkan penyebab terjadinya kelelahan, maka kelelahan
dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Kelelahan fisiologis, adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor
fisik di tempat kerja antara lain oleh suhu dan kebisingan
(Singleton,1972).
b. Kelelagan psikologis, adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor
psikologis (Singleton, 1972). Kelelahan psikologis terjadi karena
adanya pengaruh di luar diri berupa tingkah laku atau perbuatan
alam akan memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana kerja,
interaksi dengan sesama pakerja maupun dengan atasan.
Berdasarkan proses terjadinya kelelahan, maka dibedakan menjadi:
a. Kelelahan otot, yaitu suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja
akibat kontraksi yang berulang.
b. Kelelahan umum, yaitu suatu perasaan yang menyebar yang disertai
adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas.
Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan
berbagai kondisi antara lain: lelah pada organ penglihatan (mata),
mengantuk, stress (pikiran tegang), dan rasa malas bekerja
(circadium fatigue).
3. Gejala Kelelahan Kerja
Menurut Budiono dkk (2003), kelelahan kerja memiliki gejala
kelelahan secara subjektif dan objektif antara lain:
a. Perasaan lesu, ngantuk dan pusing,
7

b. Tidak atau kurang mampu berkonsentrasi,


c. Berkurangnya tingkat kewaspadaan,
d. Persepsi yang buruk dan lambat,
e. Tidak ada atau berkurangnya gairah untuk bekerja,
f. Menurunya kinerja jasmani dan rohani.
Menurut Nurmianto (2004) perasaan adanya kelelahan kerja ditandai
dengan berbagai kondisi antara lain:
a. Kelelahan visual (indera penglihatan),
b. Kelelahan seluruh tubuh,
c. Kelelahan mental,
d. Kelelahan urat syaraf,
e. Stres atau pikiran tegang,
f. Rasa malas bekerja.
4. Penyebab dan Faktor Kelelahan Kerja
a. Penyebab Kelelahan Kerja
Menurut Grandjean (1995) penyebab terjadinya kelelahan kerja
adalah sebagai berikut:
1) Intensitas dan lama kerja mental dan fisik,
2) Lingkungan : iklim, penerangan, kebisingan, getaran, dll,
3) Circadian rhythm
4) Problem fisik : tanggung jawab, kekhawatiran konflik,
5) Kenyerian dan kondisi kesehatan
6) Nutrisi
Menurut Setyawati (2010) penyebab kelelahan kerja umumnya
berkaitan dengan:
1) Sifat pekerjaan yang monoton
2) Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental dan fisik yang tinggi
3) Cuaca ruang kerja, pencahayaan dan kebisingan serta
lingkungan kerja lain yang tidak memadai
4) Faktor psikologis, rasa tanggung jawab, ketegangan-ketegangan
dan konflik-konflik
5) Penyakit-penyakit, rasa kesakitan dan gizi
6) Cicardian rhytm
b. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Kerja
Menurut Atiqoh dkk (2014), terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kelelahan kerja, antara lain :
1) Faktor dari Dalam Individu (Faktor Internal)
(a) Usia
Usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja
seseorang yang berakibat pada kelelahan. Salah satu
indikator dari kapasitas kerja adalah kekuatan otot
seseorang. Semakin tua usia seseorang, maka semakin
8

menurun kekuatan ototnya. Kekuatan otot yang dipengaruhi


oleh umur akan berakibat pada kemampuan fisik tenaga
kerja untuk melakukan pekerjaannya. Laki-laki maupun
wanita pada umur sekitar 20 tahun merupakan puncak dari
kekuatan otot seseorang, dan pada umur sekitar 50 60
tahun kekuatan otot mulai menurun sekitar 15 25%
(Setyowati dkk, 2014).
(b) Jenis Kelamin
Perbedaan secara fisik antara jenis kelamin wanita dan laki-
laki terletak pada ukuran tubuh dan kekuatan ototnya.
Kekuatan otot wanita relatif kurang jika dibandingkan
dengan kekuatan otot laki-laki. Kekuatan otot ini akan
mempengaruhi kemampuan kerja seseorang yang
merupakan penentu dari terjadinya kelelahan. Permasalahan
wanita lebih kompleks dibandingkan laki-laki, salah satunya
adalah haid. Wanita yang sedang mengalami haid cenderung
cepat lelah dibandingkan wanita yang tidak mengalami haid
(Sumamur, 2009).
(c) Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan.
Seorang pekerja dengan status gizi yang baik akan memiliki
ketahanan tubuh dan kapasitas kerja yang lebih baik,
sedangkan seorang pekerja dengan status gizi yang tidak
baik akan memiliki ketahanan tubuh dan kapasitas kerja
yang tidak baik juga (Budiono, 2003).
2) Faktor dari Luar Individu (Faktor Eksternal)
(a) Sikap Kerja
Hasil perbandingan antara kerja otot statis dan dinamis pada
kondisi yang hampir sama, dihasilkan bahwa kerja otot
statis mempunyai konsumsi energi lebih tinggi, denyut nadi
meningkat, dan diperlukan waktu istirahat yang lebih lama
(Atiqoh dkk, 2014).
(b) Beban Kerja
9

Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi


oksigen akan meningkat secara proporsional sampai didapat
kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang
tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan
oleh kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu
proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah
yang ditandai dengan meningkatrnya kandungan asam
laktat (Nurmianto, 2004).
(c) Tekanan Panas
Faktor lingkungan pekerjaan merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya kelelahan pada pekerja. Salah satu
faktor lingkungan ditempat kerja adalah tekanan panas. Jika
pekerja terpapar panas akan organ tubuh akan bekerja lebih
keras untuk mengeluarkan kelebihan panas dari tubuh,
sehingga beban fisik yang diterima pekerja akan lebih besar
dan pekerja akan mengalami kelelahan yang lebih cepat
(Marif, 2013).
(d) Penerangan
Kondisi kerja dengan intensitas penerangan kurang pada
umumnya tenaga kerja berupaya untuk dapat melihat
pekerjaan dengan sebaik-baiknya dapat mengakibatkan
ketegangan mata, terjadi ketegangan otot dan saraf yang
dapat menimbulkan kelelahan mata, kelelahan mental, sakit
kepala, penurunan konsentrasi dan kecepatan berpikir,
demikian juga kemampuan intelektual juga mengalami
penurunan. Penyebaran cahaya yang berlebihan dapat
menyebabkan kesilauan yang mengakibatkan retina mata
terlalu peka terhadap cahaya yang berlebih sehingga timbul
kelelahan (Setyowati, 2014).
(e) Kebisingan
Kebisingan merupakan faktor yang menyebabkan kelelahan
kerja. Semakin tinggi intensitas kebisingan maka harus
diperhatikan kelelahannya karena mempengaruhi kinerja
10

dari kapasitas fisik seseorang. Pengendalian untuk


mengurangi kelelahan pekerja yaitu dengan
diberlakukannya rotasi kerja dan penggunaan alat pelindung
telinga (ear plug) (Purbaningrum, 2015).
5. Proses Terjadinya Kelelahan Kerja
Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan yaitu teori
kimia dan teori syaraf pusat yang terjadi kelelahan. Pada teori kimia
secara umum menjelaskan bahwa terjadi kelelahan adalah akibat
berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya metabolisme sebagai
penyebab hilangnya efisiensi otot, sedang perubahan arus listrik pada
otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf
pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang
proses.
Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarnya
rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai
kelelahan. Menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan
sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang.
Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan
kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi
lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan
menunjukkan semakin lemah kondisi otot seseorang.
Kelelahan setempat terjadi pada waktu ketahanan (endurance time)
otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga
yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu presentase tenaga maksimum
yang dapat dicapai oleh otot.
Bedasarkan proses yang terjadi di dalam otot, kelelahan disebabkan
menjadi kelelahan otot secara umum, kelelahan otot secara umum
ditandai dengan memampuan otot kurang (kurang otot menjadi pendek),
waktu kontraksi dan relaksasi semakin bertambah (waktu meregang dan
mengendur semakin lama), dan memanjangkan tegangan waktu antara
datangnya rangsangan dengan diawalinya peregangan.
Kelelahan umum adalah salah satu tahap yang ditandai oleh rasa
berkurangnya kesiapan untuk menggunakan energi, sedangkan perasaan
11

lelah sebenarnya bersifat melindungi sama seperti perasaan haus dan


lapar. Hadirnya perasaan lelah berarti menyuruh kita untuk menghindari
ketegangan lebih lanjut dan memberi kesempatan lebih lanjut untuk
segera kembali.
6. Pengukuran Kelelahan Kerja
Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang baku
karena kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif yang sulit diukur
dan diperlukan pendekatan secara multidisiplin (Tarwaka, 2004).
Banyak parameter yang digunakan untuk mengukur kelelahan kerja
antara lain : Waktu Reaksi Seluruh Tubuh atau Whole Body Reaction Test
(WBRT), Uji ketuk jari (Finger Taping Test), Uji Flicker Fusion, Uji
Critical Fusion, Uji Bourdon Wiersma, Skala kelelahan IFFRC
(Industrial Fatique Rating Comite), Skala Fatique Rating (FR Skala),
Ekresi Katikolamin, Stroop Test (Sumamur, 1995).
Menurut Tarwaka, dkk (2004), pengukuran kelelahan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Kualitas dan kuantitas hasil kerja
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah
proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi
yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor
yang harus dipertimbangkan seperti; target produksi, faktor sosial,
dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output
(kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan
dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut
bukanlah merupakan causal factor (Tarwaka, 2004).
Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang dinyatakan
dalam banyaknya produksi persatuan waktu. Sedangkan kualitas
kerja didapat dengan menilai kualitas pekerjaan seperti jumlah yang
ditolak, kesalahan, kerusakan material, dan lain-lain.
b. Pencatatan perasaan subyektif kelelahan kerja, yaitu dengan cara
kuesioner. Subjective Self Rating Tes dari Industrial Fatigue
Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner
yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner
tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari:
12

1) 10 Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan: (1) Perasaan berat di


kepala, (2) Lelah di seluruh badan, (3) Berat di kaki, (4)
Menguap, (5) Pikiran kacau, (6) Mengantuk, (7) Ada beban pada
mata, (8) Gerakan canggung dan kaku, (9) Berdiri tidak stabil,
(10) Ingin berbaring.
2) 10 Pertanyaan tentang pelemahan motivasi: (1) Susah berfikir,
(2) Lelah untuk bicara, (3) Gugup, (4) Tidak berkonsentrasi, (5)
Sulit untuk memusatkan perhatian, (6) Mudah lupa, (7)
Kepercayaan diri berkurang, (8) Merasa cemas, (9) Sulit
mengontrol sikap, (10) Tidak tekun dalam pekerjaan.
3) 10 Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik : (1) Sakit
dikepala, (2) Kaku di bahu, (3) Nyeri di punggung, (4) Sesak
nafas, (5) Haus, (6) Suara serak, (7) Merasa pening, (8) Spasme
di kelopak mata, (9) Tremor pada anggota badan, (10) Merasa
kurang sehat.
c. Alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPKK)
Menurut Setyawati, KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan
Kelelahan Kerja) merupakan parameter untuk mengukur perasaan
kelelahan kerja sebagai gejala subjektif yang dialami pekerja dengan
perasaan yang tidak menyenangkan.
d. Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan
Electroenchepalography (EEG).
e. Uji psikomotor (Psychomotor Test), dapat dilakukan dengan cara
melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor dengan
menggunakan alat digital reaction timer untuk mengukur waktu
reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu
rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan
kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu,
denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya
pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan
pada proses faal syaraf dan otot. Di Indonesia sendiri telah
berkembang alat ukur waktu reaksi dengan menggunakan nyala
lampu dan denting suara sebagai stimuli, yaitu reaction timer. Dalam
13

penelitian ini menggunakan alat reaction timer agar hasil


pengukuran tingkat kelelahan terhadap responden bernilai
kuantitatif. Berikut ini merupakan kriteria kelelahan menurut Balai
Hiperkes (2004):
Tabel 1. Kriteria Kelelahan Menurut Balai Hiperkes Tahun 2004

Kriteria Waktu reaksi (mili detik)


Normal 150 240
Kelelahan Kerja Ringan (KKR) 240 < x < 410
Kelelahan Kerja Sedang (KKS) 410 < x < 580
Kelelahan Kerja Berat (KKB) 580

f. Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu


pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan
kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman Test
merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menguji
kecepatan, ketelitian dan konsentrasi.
7. Pencegahan dan Penanggulangan Kelelahan Kerja
Menurut Budiono dkk (2003) untuk mencegah dan mengatasi
memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja
disarankan agar :
a. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman dan
nyaman bagi tenaga kerja.
b. Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara
periodik untuk mendeteksi indikasi kelelahan secara lebih dini dan
menemukan solusi yang tepat.
c. Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan
manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.
Menurut Setyawati (2010) kelelahan dapat dikurangi melalui
program penanggulangan kelelahan kerja dengan kegiatan promosi
kesehatan, pencegahan kelelahan kerja, pengobatan kelelahan kerja dan
rehabilitasi kelelahan kerja, yang meliputi :
a. Primer
Promosi kesehatan dalam pelaksanaannya dapat bekerjasama dengan
berbagai pihak misalnya departemen tenaga kerja, deprtemen
kesehatan, departemen perindustrian dan pihak-pihak lain baik
14

dalam pemerintahan maupun pihak swasta seperti media masa dan


organisasi pekerja. Promosi kesehatan dalam program
penanggulangan kelelahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan
kepada tenaga kerja. Materi penyuluhan tentang kelelahan kerja,
faktor-faktor penyebabnya, dampak dan cara pencegahan terjadinya
kelelahan (Setyawati, 2010).
b. Sekunder
Pencegahan kelelahan dapat dilakukan dengan cara menciptakan
suasana lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman bagi tenaga
kerja, tidak menciptakan dan menghindarkan stres buatan manusia
(Budiono dkk, 2003).
c. Tersier
Pengobatan kelelahan kerja dapat dilakukan dengan meminum
vitamin atau obat-obatan yang berfungsi untuk memulihkan tenaga
seseorang, perbaikan lingkungan kerja, mengupayakan sikap kerja
dan menggunakan alat kerja yang ergonomis, penyuluhan mental dan
bimbingan mental (Setyawati, 2010).
Penanggulangan terhadap kelelahan kerja dilakukan dari lingkungan
kerja yang baik, pemberian waktu istirahat, pemberian gizi yang baik,
beban kerja tidak terlalu lama, tempat tinggal diusahakan sedekat
mungkin dengan tempat kerja dan diberikan perhatian khusus pada
kelompok terentu seperti tenaga kerja beda usia, wanita hamil dan
menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga baru
pindahan (Hasibuan, 2010).
Menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara
masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab
kelelahan) dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses
pemulihan. Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara antara lain
memberikan waktu istirahat yang cukup baik yang terjadwal atau
terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya tingkat
ketegangan kerja. Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang
ditunjukkan kepada umum dan lingkungan fisik tepat kerja. Misalnya,
15

banyak hal yang dapat dicapai dengan jam kerja, pemberian kesempatan
istirahat, masa-masa libur atau rekreasi, dll (Roshadi, 2014).
B. Perundang-Undangan
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Kepmenakertrans Nomor Kep. 79/Men/2003 tentang Pedoman Diagnosis
dan Penilaian Cacat karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
4. Permenaker Nomor 13/ MEN/ X/2011 tentang Faktor Fisik di Tempat
Kerja
5. Permenaker Nomor : PER 05/MEN/1996 tentang SMK3
6. Permenakertrans Nomor Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja

Anda mungkin juga menyukai