Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

PENCAHAYAAN

KELOMPOK VI
NABIHA NUR AFIFAH K011191011
ANDI ASTRIYULIANI IRSYAD K011191041
MUHAMMAD RESKY MAULANA K011191062
SITI SARAH DWI MAUDIKA LESTARI K011191086
MUHAMMAD ASHARI K011191087
ANILDA ADESWITA K011191120
ANNISA DWI ANANDA K011191123
KHAIRUNNISA ASSYARIFAH K011191217

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT kerena berkat limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingg Laporan Praktikum Pencahayaan ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Laporan ini disusun sebagai pelengkap tugas mata kuliah Praktikum Dasar
K3. Penulis menyadari bahwa penyelesaian laporan ini tidak luput dari bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, yang telah memberikan masukan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banak
terima kasih kepada dosen pembimbing dan asisten laboratorium mata kuliah
Praktikum Dasar Kesehatan Masyaralat.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.

Makassar, 7 Mei 2021

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ....................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6
A. Tinjauan Umum Tentang Definisi Pencahayaan ........................................................ 6
C. Tinjauan Umum Tentang Sumber Pencahayaan ...................................................... 10
D. Tinjauan Umum Tentang NAB Pencahayaan .......................................................... 12
E. Tinjauan Umum Tentang Dampak Pencahayaan ..................................................... 14
F. Tinjauan Umum Tentang Pengendalian Pencahayaan .............................................. 15
BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................... 17
A. Metode Praktikum .................................................................................................... 17
B. Lokasi dan Waktu Praktikum ................................................................................... 17
C. Instrumen Praktikum ................................................................................................ 17
D. Prinsip Kerja ............................................................................................................ 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 21
A. Gambaran Umum Lokasi Praktikum ....................................................................... 21
C. Pembahasan .............................................................................................................. 22
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 25
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 25
B. Saran ..................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27
iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alat 1 Luxmeter ..…………………………….…………………….17

Gambar 2 Alat 2 Stopwatch .…………………………………………………18

Gambar 3 Alat 3 Meteran ……………………………………………….……19


iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nilai Ambang Batas Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan


Nomor 5 Tahun 2018 ……………………………………..…....….13

Tabel 2 Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Umum Klinik XYZ di Jalan


Siampaya ………………………………………21
v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Pengukuran Intensitas Cahaya Umum di Klinik XYZ Jalan


Siampaya

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Intensitas Umum di Klinik XYZ Jalan Siampaya

Lampiran 3. Ilustrasi Tempat Pengukuran


vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua pekerja adalah tanggung jawab dari perusahaan yang

memperkerjakannya. Perusahaan yang baik dicirikan oleh perusahaan yang

memberikan hak dan kewajibannya bagi semua pegawainya. Salah satunya hak

yang harus diterima para pekerja adalah dengan menerima keselamatan dan

kesehatan selama bekerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3

merupakan hak bagi para pekerja untuk mendapatkan perlindungan dari bahaya

ataupun penyakit sewaktu bekerja.

Secara garis besar ada dua faktor dapat terja kecelakaan kerja, yang pertama

terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia, dan factor kedua

disebabkan oleh lingkungan. Faktor manusia dapat terjadi karena individu atau

pekerja tersebut melanggar peraturan yang ada atau kurangnya keterampilan yang

dimiliki. Sedangkan faktor lingkungan adalah keadaan tidak aman dari tempat

kerja, bisa jadi terdapat mesin – mesin atau peralatan yang berbahaya, tempat

kerja yang rawan, dan masih banyak alasan lainnya.

Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat di terapkan untuk mencapai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan adalah dengan adanya

Sarana atau prasarana yang memadai. Keterkaitan antara keselamatan dan

kesehatan kerja dengan sarana prasarana yang memadai adalah keduanya dapat

1
2

menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan Peraturan K3. Tujuan

penerapan K3 adalah agar pekerja dapat bekerja dalam kondisi yang sehat,

nyaman dan aman, sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.

keselamatan dan kesehatan para pekerja adalah tanggung jawab dari perusahaan

yang memperkerjakannya. Setiap pekerjaan pasti memiliki resikonya masing –

masing. Dari yang ringan hingga berat. Maka dari itu pentingnya setiap

perusahaan harus memiliki Sarana prasarana yang memadai sebagai penunjang

upaya K3.

Jika perusahaan menerapkan K3 dengan baik dan benar, tidak hanya pekerja

yang diuntungkan tetapi perusahaaan juga. Maka dari itu, dengan diterapkannya

K3 perusahaan bisa mencegah kerugian fisik & finansial. Selain itu, pada dunia

kerja, interaksi antara manusia, alat kerja, dan lingkungan kerja tidak dapat

dihindarkan yang melibatkan indera manusia baik secara langsung maupun tidak

langsung. Salah satu indra yang sering terlibat, tidak pisah dipisahkan dari kerja

adalah mata. Mata merupakan bagian tubuh pekerja yang harus dilindungi

keselamatan dan kesehatannya. Pekerjaan yang memiliki kebutuhan akurasi tanpa

ketidaksetaraan terhadap pencahayaan, berdampak pada kelelahan mata. Cahaya

yang cukup merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan kesehatan

mata. Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja memilih objek yang

dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Intensitas cahaya

yang baik sangat mempengaruhi mata untuk melihat lebih jelas, jika cahaya yang

kurang otot mata harus berkontraksi semaksimum mungkin untuk melihat objek
3

atau sebaliknya, jika ini terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan

kerusakan pada mata.

Penerangan merupakan salah satu faktor fisik yang ada di tempat kerja,

penerangan yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan pada mata dengan

berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di

daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata, kerusakan alat penglihatan dan

meningkatkan kecelakaan kerja (Suma’mur, 2009). Penerangan yang baik dan

jelas adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja untuk melihat objek

yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu

(Suma’mur, 2009). Fungsi utama pencahayaan di tempat kerja adalah untuk

menerangi obyek pekerjaan agar terlihat jelas, mudah dan dikerjakan dengan cepat

dan produktivitas dapat meningkat. Pencahayaan yang intensitasnya rendah akan

menimbulkan kelelahan, ketegangan mata, dan keluhan pegal disekitar mata

(Santoso, 2004). Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan fisik

kerja seorang operator adalah intensitas pencahayaan. Seperti yang diketahui

pencahayaan merupakan sejumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Fungsi dari pencahayaan

di area kerja antara lain memberikan pencahayaan pada benda-benda yang

menjadi objek kerja operator tersebut, seperti: mesin atau peralatan, proses

produksi, dan lingkungan kerja.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No

1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Industri,

intensitas minimal untuk pekerjaan rutin dengan menggunakan mesin seperti


4

menjahit adalah 300-500 lux. Namun, berdasarkan survei penelitian yang

dilakukan oleh Kristina Dede Odi, dkk (2018) pendahuluan yang dilakukan di

usaha informal di tailor( tempat jahit) di Kampung Solor terdapat 16 tempat jahit,

dengan jumlah penjahit sebanyak 34 orang. Pekerjaan dimulai dari pukul 08-30-

18.00 WITA dengan istirahat selama 1 jam yaitu pada pukul 12.00-13.00 WITA.

Hasil wawancara yang didapatkan bahwa gangguan kesehatan yang dialami oleh

pekerja khusus pada tahap menjahit potongan kain berupa keluhan nyeri pada

leher, punggung, pinggang, dan betis. Berdasarkan pengamatan dan pengukuran

yang telah dilakukan, di 16 tempat usaha jahit menggunakan pencahayaan alami

dan pencahayaan buatan. Dari 16 tempat usaha jahit ada 8 tempat usaha jahit yang

melebihi standar dengan intensitas penerangan yaitu: 512-966 lux dan 2 tempat

usaha jahit yang di bawah standar dengan intensitas penerangan yaitu 272-288 lux

bila dibandingkan dengan standar yang ditetapkan maka intensitas pencahayaan di

tempat jahit tersebut tidak memenuhi syarat, secara teori kondisi ini dapat

menyebabkan kelelahan mata pada tenaga penjahit.

Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh manusia untuk dapat

beraktifitas secara optimal dan produktif. Selain itu lingkungan kerja harus

ditangani dan didesain secara baik agar para pekerja mendapatkan tempatkerja

yang aman dan sehat. Jika pekerja atau pekerja tidak mendapatkan tempat kerja

yang aman dan layak Hal tersebut akan berpengaruh burukdan akan memberikan

dampak atau kerugian pada pekerja(operator). Dapat dikatakan, lingkungan kerja

memiliki dampak langsung terhadap aktifitas operator.


5

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kualitas lingkungan dalam

beraktifitas,diantaranya: intensitas penerangan, suhu dan kelembapan udara, serta

tingkat kebisingan. Kualitas lingkungan kerja fisik seperti penerangan, suhu, dan

kelembapan udara, dan tingkat kebisingan tersebut dapat menimbulkan gangguan

terhadap suasana kerja dan sangat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan

kerja apabila tidak dapat dikendalikan dengan baik.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui intensitas pencahayaan dari berbagai jenis pencahayaan di

lingkungan kerja.

2. Untuk mengetahui pengoperasian alat ukur Luxmeter (Luxmeter AS803).

3. Untuk mengetahui intensitas pencahayaan di Klinik XYZ di Jalan Siampaya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Definisi Pencahayaan

Pada dasarnya cahaya diperlukan oleh manusia untuk melihat objek secara

visual. Dengan cahaya yang dipantulkan oleh objek-objek tersebutlah maka kita

dapat melihatnya secara jelas. Sehingga akan menimbulkan kenyamanan visual

jika pencahaayaan yang didapatkan itu secara cukup. Jika pencahayaan tersebut

kurang ataupun berlebihan maka akan menganggu kenyamanan penglihatan.

Pencahayaan yang diperlukan tiap pekerjaan berbeda-beda. Pada area kerja

membutuhkan tingkat kenyamanan yang memadai agar pengguna di dalamnya

dapat melakukan aktivitas dengan lancar dan memiliki produktivitas kerja yang

baik. Kenyamanan visual didalam ruangan yang bersumber dari pencahayaan

dipengaruhi oleh jumlah, ukuran dan penempatan bukaan/jendela. Pencahayaan

alami dipengaruhi oleh beberapa variable yaitu desain bukaan jendela, bentuk dan

kedalaman ruang, kenyamanan visual, dan faktor eksternal (Yuniar et.al., 2014).

Pencahayaan (iluminasi) adalah kepadatan dari suatu berkas cahaya yang

mengenai suatu permukaan (Patty et.al., 1967). Cahaya mempunyai panjang

gelombang yang berbeda-beda dalam spektrum yang tampak (cahaya tampak).

Menurut James Maxwell (1831-1897), cahaya adalah gelombang elektromagnetik,

sehingga cepat rambat cahaya sama dengan cepat rambat gelombang

6
7

elektromagnetik, yaitu 3.10¬8 m/s. Cahaya merupakan pancaran elektromagnetik

yang terlihat oleh mata telanjang manusia. Cahaya adalah energi berbentuk

gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar

380–750 nm. Cahaya merupakan salah satu bentuk energi yang dipancarkan oleh

benda atau sumber cahaya dalam bentuk gelombang eletromagnetik. Gelombang

elektromagnetik dapat merambat di dalam ruang hampa udara (vakum).

Pencahayaan yang memadai menjadi faktor yang cukup penting sesuai

dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Pencahayaan yang cukup baik untuk suatu

pekerjaan belum tentu sesuai digunakan untuk jenis pekerjaan lainnya. Jenis

kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan akan menentukan tingkat iluminasi

yang dibutuhkan karena jenis kegiatan yang berbeda akan memerlukan tingkat

iluminasi yang berbeda. Sesuai dengan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan pada

kuat penerangan, maka kebutuhan tingkat kuat penerangan (iluminasi) pada area

produksi dengan jenis pekerjaan rutin adalah 300 lux.

Menurut Santoso, peran pencahayaan tidak lagi sekedar memberi penerangan

tetapi juga menonjolkan estetika dan atmosfer ruangan, memanjakan mata, bahkan

dapat mempengaruhi citra interior maupun arsitektur bangunan. Desain

pencahayaan atau lighting kini semakin penting dalam rancangan dan pengerjaan

proyek. Kesadaran akan peran tata lampu pada bangunan juga didukung oleh

perkembangan teknologi yang menghasilkan efek dramatis yang ditimbulkan oleh

arah jatuhnya cahaya, perbedaan warna cahaya dan letak armatur lampu. Selain

kebutuhan manusia akan fungsi pencahayaan, saat ini manusia juga memiliki

kebutuhan lain akan tata cahaya yaitu estetika yang membuat manusia dapat
8

merasa nyaman.

B. Tinjauan Umum Tentang Jenis-jenis Pencahayaan

Berdasarkan jenis-jenis pencahayaan baik di ruangan maupun di tempat

kerja, menurut ILO (1998) dalam Wibiyanti (2008) serta Grondzik dan Kwok

(2010) dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu:

1. Distribusi pencahayaan langsung (direct lighting)

Pada sistem pencahayaan langsung, sebanyak 90 – 100% cahaya

diarahkan secara langsung ke benda-benda yang perlu diterangi.

2. Distribusi pencahayaan semi langsung (semi direct lighting)

Pada sistem pencahayaan semi langsung, sebanyak 60 – 90% cahaya

diarahkan langsung kepada benda-benda yang perlu diterangi, sedangkan

sisanya akan dipantulkan ke langit-langit dan dinding.

3. Distribusi pencahayaan difus (general diffuse lighting)

Pada sistem pencahayaan difus, sebanyak 40 – 60% cahaya

diarahkan kepada permukaan yang perlu diterangi, selebihnya lagi

menerangi langit-langit dan dinding untuk kemudian dipantulkan.

4. Distribusi pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem pencahayaan semi tidak langsung, sebanyak 60 – 90%

cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas dan sisanya ke

bawah. Dengan demikian, langit-langit memerlukan perhatian lebih

dengan dilakukannya pemeliharaan yang baik.

5. Distribusi pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)


9

Pada sistem pencahayaan tidak langsung, sebanyak 90 – 100%

cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian

dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit

dapat dijadikan sumber cahaya, maka diperlukan pemeliharaan yang

baik.

Selain itu, berikut ini adalah beberapa tipe penerangan pada ruangan yang

digunakan dalam mengkaji data sehingga ditemukan karakteristik pencahayaan

(Rees, 1999):

a. Ambient Lighting

Pencahayaan yang satu ini merupakan sumber pencahayaan yang

paling umum dalam suatu area spatial. Pencahayaan merupakan dasar

dari sebuah pencahayaan, dimana jenis ini menerangi sebuah ruang

interior secara umum dan menyeluruh.

b. Task lighting

Jenis pencahayaan ini merupakan jenis pencahayaan yang tujuan

utamanya adalah menerangi dan membantu setiap proses kegiatan khusus

atau tertentu yang dilakukan oleh pengguna ruang. beberapa contohnya

yaitu lampu yang diletakkan khusus diatas meja tulis, lemari pakaian, dan

sebagainya.

c. Accent Lighting

Pencahayaan aksen merupakan jenis pencahayaan yang digunakan

untuk mengekspos suatu area atau benda tertentu dengan hanya sedikit

atau tidak ada sama-sekali sisi fungsi yang ditujukan, atau bersifat lebih
10

kearah dekoratif. Contoh dari penggunaannya ialah untuk menyinari

beberapa benda seperti hiasan dalam atau luar ruang, tanaman, atau

bagian dinding tertentu.

d. Decorative lighting

Jenis pencahayaan dekoratif dimana pencahayaan ini tidak memiliki

unsur fungsional sama sekali dan hanya memiliki unsure estetik sebagai

daya tarik utamanya. Contohcontohnya ialah, chandelier, lilin, perapian,

dan lain-lain.

Menurut Indrani (2010), syarat-syarat bagi penataan cahaya lampu yang baik,

antara lain:

1. Nyaman, artinya tidak menimbulkan keletihan pada mata.

2. Efisien, artinya tidak membuang-buang sinar dengan percuma, sesuai

kebutuhan.

3. Sesuai, artinya cocok dengan atmosfer ruang yang ingin diciptakan.

Menurut Cayless & Marsden (1966) dinyatakan bahwa kuat penerangan yang

merata (uniformity of illuminance) adalah penting karena tiga hal, yaitu dapat

mengurangi variasi kuat penerangan dalam ruang dengan aktivitas sejenis;

kepadatan cahaya dapat mempengaruhi kinerja dan kenyamanan visual;

pencahayaan yang tidak merata tidak memuaskan secara subjektif.

C. Tinjauan Umum Tentang Sumber Pencahayaan

Sumber pencahayaan terbagi atas dua yaitu pencahayaan alami dan

pencahayaan buatan, sebagai berikut:


11

1. Pencahayaan Alami

Menurut Indriati (2012), pencahayaan alami adalah pencahayaan

yang sumber cahayanya berasal dari sinar matahari. Keuntungan

memanfaatkan sumber pencahayaan alami adalah menghemat energi dan

dapat membunuh kuman.

2. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh

sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan

apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat

pencahayaan alami tidakmencukupi. Sistem pencahayaan buatan yang

sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas 3 macam yakni:

(Badan Standarisasi Nasional, 2001).

1. Sistem Pencahayaan Merata

Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh

ruangan. Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak

dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini

sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langi-langit.

2. Sistem Pencahayaan Terarah

Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari

salah satu arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau

penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu,

pencahayaan terarah yang menyoroti satu objek tersebut berperan

sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar, yakni melalui


12

mekanisme pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan

dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi

efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan

merata.

3. Sistem Pencahayaan Setempat

Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu

misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual.

D. Tinjauan Umum Tentang NAB Pencahayaan


Standar pencahayaan ruangan berdasarkan Occupational Safety and Health

Administration (OSHA), adalah 250 Lux dan berdasarkan National Environmental

Quality Standards NEQS adalah 300 Lux. Adapun berdasarkan Kepmenkes RI,

Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan

Kerja Perkantoran dan Industri, tingkat pencahayaan minimal 300 lux. SNI-03-

6576-2001 tentang Tingkat Pencahayaan Minimum dan Renderasi Warna yang

Direkomendasikan menyebutkan bahwa tingkat pencahayaan untuk perpustakaan

adalah sebesar 300 lux. Iluminasi yang tidak memenuhi standar SNI dapat

dikatakan sebagai pencahayaan yang buruk. Untuk mengetahui iluminasi di suatu

area perlu dilakukan pengukuran dan perhitungan. Perhitungan illuminasi pada

suatu titik dipengaruhi oleh total arus cahaya yang sesuai dan area yang luas.

Intensitas pencahayaan yang kurang dari Nilai Ambang Batas (NAB) yang

telah ditentukan akan berkontribusi terhadap kecelakaan kerja pada pekerjanya.

Dalam peraturan terbaru mengenai K3 lingkungan kerja ini terdapat Standar

Nasional mengenai NAB Pencahayaan yang diatur dalam peraturan Menteri


13

Ketenagakerjaan (Permenaker) RI No. 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan

Kerja (terbit pada tanggal 27 April 2018) adalah sebagai berikut:

Tabel 1
Nilai Ambang Batas Pencahayaan Menurut Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018:

Jenis Kegiatan Tingkat Keterangan


Pencahayaan
Minimal (Lux)
Penanganan Darurat 5 -

Halaman dan Jalan 20 -

Pekerjaan membedakan 50 Pekerjaan menyisihkan


barang kasar barang-barang besar,
memeriksa barang-
barang di gudang
penyimpanan.
Pekerjaan membedakan 100 Pekerjaan menggiling,
barang kecil sepintas lalu mengupas, dan
memasang
Pekerjaan membedakan 200 Pekerjaan menjahit,
barang kecil agak teliti membungkus makanan,
mengawetkan makanan
dan melapisi perabotan

Pekerjaan membedakan 300 Pekerjaan mesin yang


barang kecil yang diteliti teliti, eksperimen,
pembuatan tepung,
menenun dan
pengarsipan
Pekerjaan membedakan 500-1000 Pekerjaan menyemir
barang-barang yang halus dan memotong gelas
dengan kontras yang kaca, menjahit,
sedang dan dalam waktu mengukir dan pekerjaan
yang lama kantor yang mengetik

Sumber: Permenaker Nomor 5 Tahun 2018


14

E. Tinjauan Umum Tentang Dampak Pencahayaan

Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang memenuhi

persyaratan tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika pencahayaan

terlalu besar atau pun kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang

diterima oleh mata. Akibatnya mata silau dan berkontraksi secara berlebihan,

karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil, pupil mata harus berusaha

menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh mata. Pupil akan mengecil jika

menerima cahaya yang besar. Hal ini merupakan salah satu penyebab mata cepat

lelah (Depkes, 2008). Adapun faktor yang berpengaruh terhadap pencahayaan

dengan kelelahan kerja salah satu nya pencahayaan yang kurang baik akan

menunjukan gejala kelelahan yang sering muncul, maka dari itu kondisi pekerja

harus selalu dijaga baik fisik maupun psikologisnya, karena hal itu yang sangat

mempengaruhi dalam bekerja. Pekerjaan yang terus-menerus dilakukan dan

bersifat monoton akan berakibat kelelahan dan kelelahan akan berakibat

menurunnya konsentrasi bekerja dan mempengaruhi pada hasil kerja (Hasibuan,

2010).

Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan

mata. Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk

memberikan kondisi penglihatan yang baik. Dengan tingkat penerangan yang baik

akan memberikan kemudahan bagi seorang operator dalam melihat dan

memahami display, simbol-simbol dan benda kerja secara baik pula. Indera yang

yang berhubungan dengan pencahayaan adalah mata.


15

F. Tinjauan Umum Tentang Pengendalian Pencahayaan

Dari hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang dilakukan, maka

berikut pembahasan singkat mengenai rencana hirarki pengendalian risiko yang

akan direncakana antara lain:

1. Elimasi

Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat

permanen menghilangkan sumber bahaya ditempat kerja dan harus dicoba

untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Dalam penelitian ini,

pengendalian eliminasi tidak diterapkan. Semua sumber bahaya tidak bisa

ditiadakan.

2. Substitusi

Pengendalian substitusi akan banya diterapkan sebanyak 15 % dari

total hirarki pengendalian. Hirarki pengendalian merupakan cara

pengendalian dengan menggantikan atau memisahkan bahan atau peralatan

yang membahayakan dengan bahan-bahan dan peralatan yang lebih aman

(safety).

3. Rekayasa Teknik

Pengendalian rekayasa teknik (engineering control) ialah merubah

struktur suatu obyek sehingga dapat mencegah seseorang atau pengguna

obyek tersebut terpapar potensi bahaya.

4. Pengendalian Administrasi

Pada pengendalian administrasi (administration control) dilakukan

dengan membuat atau menyediakan suatu sistem kerja yang dapat


16

mengurangi kemungkinan seseorang atau pengguna Laboratorium terpapar

potensi bahaya.

5. Alat Pelindung Diri

Hirarki pengendalian Alat Pelindung Diri (APD) digunakan untuk

memberikan batas antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang

diterima oleh tubuh. Pengendalian APD memberikan prosentase terbanyak

yang dapat diterapkan hampir di semua Laboratorium sebesar 44 % dari

semua hiraki pengendalian. Kacamata safety, perlindungan pendengaran,

pelindung wajah, respirator, dan sarung tangan merupakan pengendalian

menggunakan APD.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Metode Praktikum

Praktikum ini menggunakan metode praktikum observasional dengan

pendekatan deskriptif berupa gambaran umum, potensi-potensi bahaya, jenis-

jenis, kesesuaian dengan undang-undang, serta teori-teori terkait tentang

percobaan pencahayaan yang dilakukan di Klinik XYZ Jalan Siampaya.

B. Lokasi dan Waktu Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan di Klinik XYZ Jalan Siampaya pada tanggal 3

Mei 2021 jam 08:00 WITA.

C. Instrumen Praktikum

Instrumen praktikum pada penelitian ini adalah alat-alat yang diperlukan atau

dipergunakan untuk mengumpulkan hasil penelitian. Artinya, dengan

menggunakan alat-alat tersebut data dikumpulkan. Instrumen praktikum yang

digunakan pada penelitian ini diantaranya:

1. Luxmeter AS803

Luxmeter merupakan sebuah alat yang mampu mengetahui serta

mengukur seberapa besar intensitas cahaya yang berada di suatu tempat.

17
18

Gambar 1. Luxmeter AS803


Sumber: Data Sekunder, 2021
2. Stopwatch

Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk mengukur lamanya

waktu yang diperlukan dalam kegiatan.

Gambar 2. Alat Penghitung Waktu (Stopwatch Digital)


Sumber: Data Primer, 2021
3. Meteran

Meteran atau pita ukur merupakan alat untuk mengukur panjang suatu

benda.
19

Gambar 3. Alat Ukur (Meteran)


Sumber: Data Primer, 2021
D. Prinsip Kerja

Luxmeter yang digunakan pada penelitiaan ialah alat pengukur intensitas

pencahayaan di Kinik XYZ. Lux meter ini terdiri atas 5 bagian yaitu display

monitor, tombol on/off, Lux FC, mode, dan switchable unit: Lux & FC. Yang

dimana fungsi dari display monitor berfungsi untuk mengubah energi listrik dari

photocell ke dalam arus dan diubah menjadi angka yang dapat dibaca, tombol

on/off untuk menghidupkan dan mematikan alat, Lux FC berfungsi untuk

menangkap energi cahaya lalu dialirkan menjadi energi listrik, tombol mode

berfungsi untuk menampilkan mode tampilan maks/min dan sakelar penahan data,

dan pada tombol switchable unit: Lux & FC berfusi sebagai tombol sakelar unit

lampu mengubah unit pengukuran dari Lux ke Ft-cd (atau dari Ft-cd ke Lux)

dengan default.

E. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dilakukan sesuai dengan SNI 16-7062-2004 tentang

Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja sebagai berikut:


20

1. Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup

sensor.

2. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan.

3. Lihat hasil pengukuran yang tertera pada layar monitor, tunggulah

beberapa saat agar di dapat nilai angka yang stabil.

4. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan.

5. Matikan luxmeter setelah selesai melakukan pengukuran intensitas

penerangan pada ruangan yang telah di amati.

Berikut prosedur kerja pada pengukuran pencahayaan umum:

a. Pastikan keadaan pencahayaan Klinik XYZ sama seperti pencahayaan

ketika klinik sedang membuka praktek.

b. Sediakan alat Lux Meter untuk mengukur intensitas penerangan di Klinik

XYZ.

c. Klinik XYZ diukur dan didapatkan hasil ukuran bengkel sebesar

11mx14m =154m²

d. Luas bangunan dibagi menjadi 5 ruang, dimana tiap ruang mempunyai

ukuran 5×5m sebanyak 4 ruang dan 6×9m sebanyak 1 ruang. Pengukuran

ini dilakukan pada titik tengah bidang tersebut. Photocell menghadap

sumber cahaya, alat ditaruh pada meja yang tingginya 1 m dari lantai.

Kemudian lihat intensitas cahaya pada Level Meter (display) yang

muncul pada layar.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Praktikum

Praktikum ini dilakukan di Klinik XYZ yang berlokasi di Jalan Siampaya.

Klinik XYZ ini memiliki luas 11m×14m. Praktikum pencahayaan ini untuk

memenuhi tugas mata kuliah praktikum K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin.

B. Hasil

Adapun hasil pengukuran intensitas cahaya untuk pencahayaan umum yang

telah diamati ialah:

a. Bedasarkan percobaan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil

pengukuran pencahayaan umum Klinik XYZ di Jalan Siampaya dengan

intensitas pencahayaan umum sebagai berikut:

Tabel 2
Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Umum Klinik XYZ di Jalan
Siampaya
Hasil
Titik Pengkuran Rata-rata
Pengukuran I Pengukuran II Pengukuran III
Titik 1 508 510 511 509
Titik 2 509 511 510 510
Titik 3 510 509 511 510
Titik 4 511 509 510 509
Titik 5 509 511 512 510

21
22

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa intensitas pencahayaan

setempat dengan 3 kali pengukuran pada perlakuan yang sama memiliki hasil

yang berbeda pada setiap pengukuran yang dilakukan. Hasil pengukuran

intensitas cahaya yang paling tinggi didapatkan pada pengukuran ruang 2, 3,

dan 5 yaitu sebesar 510 lux dan intensitas pencahayaan terendah terdapat pada

pengukuran ruang 1 dan 4 sebesar 509 lux. Hasil rata-rata dari keseluruhan

pengukuran yaitu sebesar 509,6 lux.

C. Pembahasan

Pembahasan hasil pengamatan praktikum pencahayaan ini, praktikan

melakukan pengukuran intensitas pencahayaan umum di Klinik XYZ Jalan

Siampaya dengan menggunakan alat ukur Luxmeter (Luxmeter AS803). Luxmeter

merupakan alat yang digunakan untuk mengukur intensitas pencahayaan dalam

satuan lux. Alat ini dapat memperlihatkan hasil pengukuran dengan format digital.

Alat ini terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan photocell dan layar monitor

digital. Sensor tersebut diletakan pada sumber pencahayaan yang akan diukur

intensitasnya.

➢ Pengukuran Intensitas Pencahayaan Umum di Klinik XYZ Jalan

Siampaya:

Pengukuran intensitas pencahayaan dilakukan dengan lampu ruangan

dalam keadaaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan kemudian

tingkat pencahayaan diukur secara langsung dengan menggunakan lux

meter dengan sensor diarahkan pada sumber pencahyaan tepat berada di

area bidang kerja. Cara pengukuran intensitas pencahayaan dilakukan


23

berdasarkan penerangan lokal di mana luxmeter diletakan pada dasar

bidang kerja dan pengukuran dilakukan dibeberapa titik bidang kerja yang

kemudian hasil tersebut dirata-ratakan sehingga didapatkan hasil berupa

angka yang menyatakan intensitas pencahayaan ruangan tersebut. Didapat

hasil pengukuran intensitas pencahayaan umum yang paling tinggi pada

titik 2, 3, dan 5 engan rata-rata sebesar 510 lux dan intensitas pencahayaan

umum paling rendah pada titik 1 dan 5 dengan rata-rata sebesar 509 lux.

Pengukuran untuk setiap titik dilakukan setiap 1 menit setelah Luxmeter

dinyalakan. Pengukuran intensitas cahaya di dalam ruangan kelas

dilakukan dengan semua lampu dinyalakan, pintu dan jendela disesuaikan

dengan kondisi pada saat bekerja.

Berdasarkan hasil perhitungan intensitas pencahayaan umum dalam

penelitian di Klinik XYZ Jalan Siampaya, hasil keseluruhan Pembahasan

berisi penjelasan dari hasil serta proses praktikum dan membandingkannya

dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan memberikan

tanggapan terhadap hasil pengukuran yang dilakukan apakah sudah sesuai

atau belum dengan standar yang ada.

Hasil pengukuran intensitas cahaya di Klinik XYZ Jalan Siampaya

didapatkan sebesar 509,6 lux. Dan dalam NAB Pencahayaan diatur dalam

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, pencahayaan di

Klinik XYZ Jalan Siampaya masuk kedalam jenis pekerjaan membeda-

bedakan barang-barang yang halus dengan kontras yang sedang dan dalam
24

waktu yang lama dengan tingkat minimal pencahayaan 500-100 lux.

Sehingga bedasarkan Standar Nasional mengenai NAB Pencahayaan

diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, hasil

pengukuran di Klinik XYZ Jalan Siampaya dapat dikatakan sesuai dengan

standar atau telah memenuhi persyaratan, sebab dalam NAB Pencahayaan

diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja dapat

dikatakan memenuhi persyaratan tingkat pencahayaan apabila mempunyai

nilai 500-1000 lux untuk pekerjaan membeda-bedakan barang-barang yang

halus dengan kontras yang sedang dan dalam waktu yang lama dari nilai

tingkat pencahayaan yang dipersyaratkan.

Menurut International Labour Organization (ILO), penerangan di

tempat kerja juga berpengaruh pada kualitas dan produktivitas kerja.

Dilansir Well + Good, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah

Sleep menemukan bahwa pekerja yang terpapar area yang terang pada

siang hari mengalami tingkat kantuk di siang hari yang lebih rendah.

Sementara itu, dari Universitas Toronto di Kanada yang mendeteksi bahwa

emosi kuat, baik secara positif dan negatif, dirasakan paling kuat di bawah

pencahayaan terang yang intens. Dan masih ada penelitian lintas budaya

lain yang menemukan bahwa ketika para pekerja terpapar sinar yang

redup, suasana hati mereka secara kolektif berada pada kondisi terburuk.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum pengukuran intensitas pencahayaan, dapat


disimpulkan bahwa:
1. Luxmeter ialah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
intensitas cahaya atau tingkat pencahayaan. Cara kerja luxmeter
yaitu dengan mengubah energi dari foton menjadi elektron.
Idealnya satu foton dapat membangkitkan satu elektron. Cahaya
akan menyinari sel foto yang kemudian akan ditangkap oleh sensor
sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik
kemudian arus listrik tersebut diubah menjadi angka digital yang
muncul di display monitor. Pada penggunaan alat Luxmeter AS803
dalam mengukur intensitas pencahayaan dimulai dengan menekan
tombol on pada alat kemudian photocell di arahkan pada sumber
cahaya sehingga akan muncul angka pada display monitor, lalu
amatilah angka yang tertera dalam display monitor tersebut.
2. Hasil pengukuran intensitas pencahayaan umum dalam penelitian
di Klinik XYZ Jalan Siampaya yakni dengan hasil nilai rata-rata
sebesar 509,6 lux. Berdasarkan dasarkan Standar Nasional
mengenai NAB Pencahayaan diatur dalam Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, hasil pengukuran di Klinik
XYZ Jalan Siampaya dapat dikatakan sesuai dengan standar atau
telah memenuhi persyaratan.

25
26

B. Saran

Adapun saran pada praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk Dosen
Untuk dosen mata kuliah praktikum, khususnya praktikum
kesehatan dan keselamatan kerja tetap memantau proses pratikum
yang dilakukan mahasiswa walaupun secara daring.
2. Untuk Asisten
Untuk asisten agar mampu menjelaskan dengan baik setiap hal
yang menyangkut dengan pratikum. Dan juga diharapkan untuk
disiplin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya serta
ramah agar terjalin hubungan yang baik dengan praktikan sehingga
proses praktikum yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.
3. Pekerja
Untuk pekerja, sebaiknya memakai Alat pelindung diri (APD)
yang lengkap, untuk memberikan batasan terpaparnya tubuh
dengan potensi bahaya yang akan diterima oleh tubuh dalam proses
bekerja, apalagi saat pandemi Covid-19 ini, protokol kesehatan
tetap nomor satu guna memutus rantai penularan Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

Amin dkk. (2019) ‘Hubungan Pencahayaan dengan Kelelahan Mata pada Pekerja
Taylor’, Jurnal Kesmas Asclepius, 1(1), pp. 45–54. doi: 10.31539/jka.v1i1.523.

Guntur, B., Putra, A. dan Madyono, G. (2017) ‘Analisi Intensitas Chaya Pada
Area Produksi Terhadap Keselamatan dan Kenyaman Kerja Sesuai Dengan
Standar Pencahayaan PT . Lendis Cipta Media Jaya )’, Jurnal Optimasi Sistem
Industri, 10(2), pp. 115–116.

Khamairah, N. dan Wahyuningrum, S. H. (2018) ‘Kajian Karakteristik


Pencahayaan Buatan Pada Bioskop (Studi Kasus : Cinemacitra Xxi,Mall
Ciputra,Kota Semarang)’, Modul, 17(2), pp. 76. doi: 10.14710/mdl.17.2.2017.75-
77.

Kristian, M. S., . L. dan Halim, E. A. (2018) ‘Pengaruh Cara Distribusi


Pencahayaan Buatan Pada Kenyamanan Bercengkerama Pengunjung Kafe’, Serat
Rupa Journal of Design, 2(2), pp. 150-151. doi: 10.28932/srjd.v2i2.776.

Mumpuni, P. W., dkk. (2017). 'Pencahyaan Alami Pada Ruang Baca Perpustakaan
Umum Kota Surabaya', 6(2), pp. 71-73.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016 Tentang Standar Dan


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

Rahmayanti, D. (2015) ‘Analisis Bahaya Fisik- Hubungan Tingkat Pencahayaan


dan Keluhan Mata Pekerja pada Area Perkantoran Health, Safety, and
Environmental (HSE) PT. Pertamina RU VI Balongan’, Jurnal Optimasi Sistem
Industri, Vol. 14 No, pp. 72-75.

Widiastuti, P. dan E. (2019) ‘Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Untuk


Mengendalikan Risiko Bahaya di UPT Laboratorium Terpadu Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa’, 3(2), pp. 61-62.

27
28

Widiyantoro, H., dkk. (2017). 'Analisis Pencahayaan Terhadap Kenyamanan


Visual Pada Pengguna Kantor (Studi Kasus: Kantor PT. Sandimas Intimitra Divisi
Marketing di Bekasi)', JurnalArsitektur, Bangunan, & Lingkungan, 6(2), p. 66.

Odi, K. D., dkk. (2018). 'Hubungan Sikap Kerja, Pencahayaan dan Suhu Terhadap
Kelelahan Kerja dan Kelelahan Mata Pada Penjahit di Kampung Solor Kupang
2017', Jurnal IKESMA, 14(1), pp. 66-67.
LAMPIRAN

Lampiran 1

Denah Pengukuran Intensitas Pencahayaan Umum di Klinik XYZ jalan Siampaya

1. Nama Perusahaan: Klinik XYZ


2. Alamat: Jalan Siampaya
3. Jenis Perusahaan: Informal Sektoral
4. Jenis Lampu: AM (Ambience Lamp) dan TL (Tubular Lamp)
5. Tanggal Pengukuran: 3 Mei 2021

. . . .
-
Denah Lokasi Klinik XYZ Jalan Siampaya
Sumber : Data Primer, 2021

Lampiran 2

Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Umum di Klinik XYZ jalan Siampaya

1. Nama Perusahaan: Klinik XYZ


2. Alamat: Jalan Siampaya
3. Jenis Perusahaan: Informal Sektoral
4. Jenis Lampu: AM (Ambience Lamp) dan TL (Tubular Lamp)
5. Tanggal Pengukuran: 3 Mei 2021

29
30

Sumber : Data Primer, 2021

Lampiran 3

Ilustrasi Tempat Pengukuran

Lokasi Pencahayaan Umum


Sumber : Data Sekunder, 2021

Anda mungkin juga menyukai