Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN OBSERVASI

ERGONOMI

NAMA KELOMPOK : POPPY MEDYA MAHARANI

SURYANI MEISI

DWINDA APRILIA N (C131 14 502)

DOSEN : MAHMUDDIN YUNUS, S.Ft, Physio, M.Kes

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
BAB I
KAJIAN TEORI

A. Nordic Body Map


Nordic Body Map merupakan salah satu metode pengukuran subyektif untuk
mengukur rasa sakit otot para pekerja (Wilson and Corlett, 1995). Kuesioner Nordic
Body Map merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomi.
Kuesioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling sering digunakan
untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja karena sudah terstandarisasi
dan tersusun rapi.
Pengisian kuesioner Nordic Body Map ini bertujuan untuk mengetahui bagian
tubuh dari pekerja yang terasa sakit sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan pada
stasiun kerja.
Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9
bagian utama, yaitu :
1. Leher
2. Bahu
3. Punggung bagian atas
4. Siku
5. Punggung bagian bawah
6. Pergelangan tangan/tangan
7. Pinggang/pantat
8. Lutut
9. Tumit/kaki
Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk menunjukkan ada atau tidaknya
gangguan pada bagian-bagian tubuh tersebut.
Kuisioner Nordic Body Map ini diberikan kepada seluruh pekerja yang terdapat
pada stasiun kerja. Setiap responden harus mengisi ada atau tidaknya keluhan yang
diderita.
Dimana pada kuisioner ini terdapat kolom tingkat kesakitan yang di bagi menjadi
empat kolom, yaitu kolom A (tidak terasa sakit), B (sedikit sakit), C (sakit) dan D
(sangat sakit) yang nantinya akan diisi oleh responden sesuai dengan keluhan yang
dirasakannya.

B. Rapid Entire Body Assessment (REBA)


REBA adalah metode yang dikembangkan oleh Sue Hignett dan Lynn
McAtamney yang secara efektif digunakan untuk menilai postur tubuh pekerja, tenaga
yang digunakan tipe dari pergerakan pekerja. Selain itu metode REBA
memperhitungkan beban yang ditangani dalam suatu sistem kerja, couplingnya dan
aktivitas yang dilakukan. Metode ini relatif mudah digunakan karena untuk
mengetahui nilai suatu anggota tubuh tidak diperlukan besar sudut yang spesifik,
hanya berupa range sudut. Pada akhirnya nilai akhir dari REBA memberikan indikasi
level resiko dari suatu pekerjaan dan tindakan yang harus dilakukan/diambil.
(Stanton,2005). Terdapat empat tahapan proses perhitungan yang dilalui yaitu :
1. Mengumpulkan data mengenai postur pekerja tiap kegiatan menggunakan video
atau foto.
2. Menentukan sudut pada postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh seperti :
a. Badan (trunk)
b. Leher (neck)
c. Kaki (leg)
d. Lengan bagian atas (upper arm)
e. Lengan bagian bawah (lower arm)
f. Pergelangan tangan (hand wrist)
3. Menentukan berat beban, pegangan (coupling) dan aktivitas kerja.
4. Menentukan nilai REBA untuk postur yang relevan dan menghitung skor akhir
dari kegiatan tersebut.

Pada gambar 1 gambar 6 dapat dilihat kondisi anggota tubuh yang digunakan
dalam perhitungan metode REBA.

1. Badan (Trunk)

2. Leher
(Neck)

3. Kaki (Leg)
4. Lengan
Atas (Upper
Arm)

5.
Lengan

Bawah (Lower Arm)

6.

Pergelangan Tangan (Hand Wrist)


C. Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr. Lynn Mc
Attanmey dan Dr. Nigel Corlett yang mempakan ergononom dari universitas di
Nottingham (University's Nottinghamlnstitute of Occupational ergonomics). Pertama
kali dijelaskan dalam bentuk jumal aplikasi ergonomic pada tahun 1993 (Lueder,
1996).
Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan alam bidang
ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh
tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus dalam memberikan
pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi otot
dan beban ekstemal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan menggunakan
metode RULA membutuhkkan waktu sedikit untuk melengkapi dan melakukan
scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan
resiko yang diakibatkan pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA
ditemukan dan dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas
(McAtamney, 1993).
Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi pastur atau sikap, kekuatan dan
aktivitas otot yang merumbulkan cidera akibat aktivitas bemlang (repetitive starain
injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang bempa
skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang
mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini
bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dan
ergonomic hazard. Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi
postur kerja yang bensiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996).
Pengembangan Rapid Upper Limb Assesment (RULA) terdin atas 3 (tiga)
tahapan, yaitu :
a. Tahap 1
Pengembangan metode untuk pencatatan postur kerja untuk menghasilkan
suatu metodeyang cepat digunakan, tubuh dibagi menjadi dua bagian, yaitu grup A
dan grup B. Grup A meliputi lengan atas dan lengan bawah serta pergelangan
tangan. Sementara grup B meliputi leher, badan dan kaki. Hal ini memastikan
bahwa seluruh postur tubuh dicatatsehingga postur kaki, badan dan leher yang
terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk
dalam pmeriksaan. Kisaran gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagi menjadi
bagian-bagian menurut kriteria yang berasal dari interpretasi literatur yang
relevan. Bagian-bagian ini diberi angka sehingga angka 1 berada pada kisaran
gerakan atau postur kerja dimana resiko faktor merupakan terkecil atau
minimal. Sementara angka-angka yang lebih tinggi diberikan pada bagian-
bagian kisaran gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan
adanya factor resiko yang meningkat yang menghasilkan beban pada struktur
bagian tubuh. Sistem penskoran (scoring) pada setiap postur bagian tubuh ini
menghasilkan urutan angka yang logis dan mudah untuk diingat. Agar
memudahakan identifikasi kisaranpostur dari gambar setiap bagian tubuh
disajikan dalam bidang sagital.
Pemeriksaan atau pengukuran dimulai dengan mengamati operator selama
beberapa siklus kerja untuk menentukan tugas dan postur pengukuran. Pemilihan
mungkin dilakukan pada postur dengan siklus kerja terlama dimanabeban terbesar
terjadi. Karena RULA dapat dilakukan dengan cepat, maka pengukuran dapat
dilakukan pada setiap postur pada siklus kerja.
Kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah
pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diskor dengan dasar
penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herbert Et Al, Hagbeg,
Schuld dan HarmsRingdahl dan Shuldt. Skor-skor Tersebut adalah:
1 untuk 20 extension hingga 20 flexion.
2 untuk extension lebih dari 20 atau 20 - 45 flexion.
3 untuk 45 - 90 flexion.
4 untuk 90 flexion atau lebih.
Keterangan:
+ 1 jika pundak atau bahu ditinggikan.
+ 1 jika lengan atas abdusted.
-1 jika operator bersandar atau bobot lengan ditopang.

Gambar 2. Range pergerakan


lengan atas (a) postur alamiah,
(b) postur extension dan flexion
dan(c) postur lengan atas flexion

Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitin Granjean dan


Tichauer. Skor tersebut adalah:
1 untuk 60 - 100 flexion.
2 untuk kurang dari 60 atau lebih dari 100 flexion.
Keterangan:
+ 1 jika lengan bekerja melintasi garis tengah badan atau keluar dari sisi.

Gambar 3. Range pergerakan lengan bawah (a) postur flexion 60 - 100,


(b) postur alamiah dan (c) postur 100+

Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and


Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sebagai berikut:
1 untuk berada pada posisi netral.
2 untuk 0 - 15 flexion maupun extension.
3 untuk 15 atau lebih flexion maupun extension.
Keterangan:
+1 jika pergelangan tangan berada pada deviasi radial maupun ulnar.

Gambar 4. Range pergerakan pergelangan tangan (a), (b) postur flexion 15+, (c)
postur 0 - 15flexion maupun extension, (c) postur extension 15+

Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang dikeluarkan oleh


health and safety executive pada postur netral berdasar pada Tichauer. Skor
tersebut adalah:
+1 jika pergelangan tangan berada pda rentang menengah putaran.
+2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang
putaran.

Gambar 5. Range pergerakan pergelangan tangan dengan postur alamiah

Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang dilakukan
oleh Chaffin danKilbom Et Al. Skor dan kisaran tersebut adalah:
1 untuk 0 - 10 flexion.
2 untuk 10 - 20 flexion.
3 untuk 20 atau lebih flexion.
4 jika dalam extention.
Gambar 6. Range pergerakan
leher (a) postur alamiah, (b) postur 10 - 20 flexion, (c) postur 20 atau lebih
flexion dan (d) postur extension

Apabila leher diputar atau dibengkokkan. Keterangan :


+1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke kanan atau kiri.

Gambar 7. Range pergerakan leher yang diputar atau dibengkokkan (a) postur
alamiah, (b) postur leher diputar dan (c) postur leher dibengkokkan

Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan Grandjean


Et Al:
1 ketika duduk dan ditopang dengan baik dengan sudut paha tubuh 90 atau lebih.
2 untuk 0 - 20 flexion.
3 untuk 20 - 60 flexion.
4 untuk 60 atau lebih flexion.
Gambar 8. Range pergerakan
punggung (a) postur 20 - 60 flexion,(b) postur alamiah, (c) postur 0 - 20
flexion dan (d) postur 60 atau lebih flexion

Punggung diputar atau dibengkokkan. Keterangan:


+1 jika tubuh diputar.
+1 jika tubuh miring kesamping.

Gambar 9. Range pergerakan punggung yang diputar atau dibengkokkan (a)


postur alamiah, (b) postur punggung diputar dan (c) postur dibengkokkan

Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut:
+1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.
+1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana
terdapat ruang untuk berubah posisi.
+2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.

Gambar 10. Range


pergerakan kaki (a) kaki
tertopang, bobot tersebar
merata dan (b) kaki
tidaktertopang, bobot tidak
tersebar merata
b. Tahap 2
Perkembangan sistem untuk pengelompokan skor postur bagian tubuh gambar
sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok A yang meliputi lengan atas,
lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati dan
ditentukan skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut
dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A.

Tabel 1. A dalam Worksheet RULA


Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok B yaitu leher,
punggung (badan) dan kaki diamati dan ditentukan skor untuk masing-masing
postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan ke dalam tabel B untuk
memperoleh skor B.

Tabel 2. B dalam Worksheet RULA


Kemudian sistem pemberian skor dilanjutkan dengan melibatkan otot dan
tenaga yang digunakan.Penggunaan yang melibatkan otot dikembangkan
berdasarkan penelitian Durry, yaitu skor untuk penggunaan otot sebagai berikut:
+ 1 jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1 menit) atau penggunaan
postur tersebut berulang lebih dati 4 kali dalam 1 menit.
Penggunaan tenaga (beban) dikembangkan berdasarkan penelitian.

Putz-Anderson dan Stevenson dan Baaida, yaitu sebagai berikut:


0 jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 2 kg dan ditahan.
1 jika beban sesekali 2-10 kg.
2 jika beban 2-10 kg bersifat statis atau berulang.
2 jika beban sesekali namun lebih dari 10 kg.
3 jika beban atau tenaga lebih dari 10 kg dialami secara statis atau berulang.
4 jika pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan sentakan cepat.

Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan B
diukur dan dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan
dengan skor yang berasal dari tabel A dan B, yaitu sebagai berikut:
Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A = skor
C.
Skor B + skor pengguanaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B = skor
D.

Bagan
1.

Perhitungan RULA
c. Tahap 3
Pengembangan grand gcore dan daftar tindakan setiap kombinasi skor C dan
skor D diberikan rating yang disebut grandscore, yang nilainya 1 sampai 7.
Tabel 2. Grand Score
dalam RULA

Setelah diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level


tindakan (action level) sebagai berikut:
Action level 1 (tingkat tindakan 1)
Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini biasa diterima jika tidak
dipertahankanatau tidak berulang dalam periode yang lama.
Action level 2 (tingkat tindakan 2)
Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga
diperlukanperubahan-perubahan.
Action level 3 (tingkat tindakan 3)
Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaaan dan perubahan perlu segera
dilakukan.
Action level 4 (tingkat tindakan 4)
Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan
perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).

D. Rapid Office Strain Assessment (ROSA)


ROSA (Rapid Office Strain Assessment) merupakan salah satu metode pada office
ergonomics, dimana penilaiannnya dirancang untuk mengukur risiko yang terkait
dengan penggunaan komputer serta untuk menetapkan tingkat tindakanperubahan
berdasarkan laporan dari ketidaknyamanan pekerja (Sonne dkk., 2012).
Faktor-faktor risiko dari penggunaan komputer dibedakan dalam beberapa
bagianyaitu kursi, monitor, telepon, mouse dan keyboard. Faktor-faktor risiko tersebut
diberi nilai yang meningkat dari mulai 1 sampai 3. Pada nilai akhir ROSA akan
diperoleh nilai yang berkisar antara 1 sampai 10. Apabila nilai akhir yang diperoleh
dari perhitungan ROSA lebih dari 5 maka postur kerja tersebut dianggap
berisiko dan harus dilakukan pengkajian lebih lanjut pada tempat kerja yang
bersangkutan, jika kurang dari lima maka dianggap tidak berbahaya.
Pada metode ini juga dipertimbangkan lamanya durasi seorang pekerja berada
pada posisi tersebut, ketentuan lamanya durasi tersebut (Sonne dkk., 2012) yaitu:
1. Jika durasi kurang dari 30 menit secara kontinyu atau kurang dari 1 jam setiap
hari, maka bernilai -1
2. Jika durasi antara 30 menit sampai 1 jam secara kontinyu atau antara 1 jam
sampai 4 jam setiap hari, maka bernilai 0
3. Jika durasi lebih dari 1 jam secara kontinyu atau lebih dari 4 jam setiap hari,
maka bernilai +1
Skor pada metode ROSA menunjukkan nilai-nilai peningkatan terkait dengan
tingkat resiko yang ditemukan pada setiap faktor-faktor resiko. Faktor-faktor resiko
tersebut diberi skor dari 1 sampai 3. Nilai maksimum didapatkan dari penjumlahan
nilai-nil

ai dari faktor resiko yang mempengaruhi. Misalnya kursi terlalu lebar (+1), maka
nilai dari penilaian kursi yang semula memiliki nilai 3 menjadi 4 ditambah dengan
nilai dari kursi yang terlalu lebar.
Metode ROSA dibagi menjadi tiga section, yaitu :
1. Section A - Chair
a. Chair Height
b. Pan Depth

c. Armrest
d.
Backrest

2. Section B Monitor and Telephone


a. Monitor
b. Telephone

3. Section C Mouse and Keyboard


a. Mouse
b.

Keyboard

BAB II
HASIL OBSERVASI
A. Waktu dan Tempat
Observasi
Hari / Tanggal : Sabtu / 3
Desember 2016
Tempat: Mandiri Tailor
Alamat : Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP)

B. Responden I
1. Identitas Pribadi
Nama :
Umur : 30 tahun
Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/AKADEMI/UNIVERSITAS
Status : Kawin / Belum Kawin
Pengalaman Kerja : 7 bulan

2. Hasil Pemeriksaan

Arms / Back rest


2 3 4 5 6 7 8 9
2 1 2 3 4 5 6 7 8
3 2 2 3 4 5 6 7 8
4 3 3 3 4 5 7 7 8
SeatPan Height5 / 4 4 4 4 5 7 7 8
Death 6 5 5 5 5 5 8 8 9
7 6 6 6 7 7 8 9 9
8 7 7 7 8 8 9 9 9

Section A chair score = 5 + 1 (duration) = 6

Monitor
0 1 2 3 4 5 6 7
0 1 1 1 2 3 4 5 6
1 1 1 2 3 4 5 6 7
2 1 2 2 3 4 5 6 7
3 2 3 3 3 5 6 7 8
4 3 4 4 5 5 6 7 8
5 4 5 5 6 6 7 8 9
6 5 6 6 7 7 8 8 9
Telephone 7 6 7 7 8 8 9 9 9

Monitor = 1 + 1 (duration) =2
Telephone = 1 + (-1) (duration) =0

Keyboard
0 1 2 3 4 5 6 7
0 1 1 1 2 3 4 5 6
1 1 1 2 3 4 5 6 7
2 1 2 2 3 4 5 6 7
3 2 3 3 3 5 6 7 8
4 3 4 4 5 5 6 7 8
5 4 5 5 6 6 7 8 9
6 5 6 6 7 7 8 8 9
Mouse 7 6 7 7 8 8 9 9 9

Mouse = 3 + 1 (duration)= 4
Keyboard = 2 + 1 (duration)= 3

Mouse and Keyboard


1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2 2 2 3 4 5 6 7 8 9
3 3 3 3 4 5 6 7 8 9
4 4 4 4 4 5 6 7 8 9
5 5 5 5 5 5 6 7 8 9
6 6 6 6 6 6 6 7 8 9
7 7 7 7 7 7 7 7 8 9
8 8 8 8 8 8 8 8 8 9
Monitor and Telephone
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

Peripheral and Monitor


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 2 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 3 3 3 4 5 6 7 8 9 10
4 4 4 4 4 5 6 7 8 9 10
Chair 5 5 5 5 5 5 6 7 8 9 10
6 6 6 6 6 6 6 7 8 9 10
7 7 7 7 7 7 7 7 8 9 10
8 8 8 8 8 8 8 8 8 9 10
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 10

Jadi, Grand ROSA score adalah 6

C. Responden II
1. Identitas Pribadi
Nama : Dwi
Umur : 20 tahun
Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/AKADEMI/UNIVERSITAS
Status : Kawin / Belum Kawin
Pengalaman Kerja : 5 bulan

2. Hasil Pemeriksaan
D. Responden III
1. Identitas Pribadi
Nama : H. Abdul
Umur : 60 tahun
Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/AKADEMI/UNIVERSITAS
Status : Kawin / Belum Kawin
Pengalaman Kerja : 28 tahun

2. Hasil Pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai