Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Perkembangan Hyperkes

Di Indonesia
Oleh Kelompok I
Definisi Higiene Industri

• Ilmu dan seni yang mencakup keseluruhan bidang


pengawasan termasuk didalamnya identifikasi dan
evaluasi faktor-faktor yang berasal dari lingkungan
dan tempat kerja yang mana diantara pekerja atau
masyarakat secara keseluruhan.
Tujuan Higiene Industri

• Meningkatkan derajat kesehatan karyawan setinggi-tingginya


melalui pencegahan dan penanggulangan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja serta pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan dan gizi karyawan.
• Meningkatkan produktivitas karyawan dengan memberantas
kelelahan kerja,meningkatkan kegairahan kerja dan
memberikan perlindungan kepada karyawan dan masyarakat
sekitarnya thd.bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh perusahaan.dari bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
produk industri.
Ruang Lingkup Hygiene Industry
• Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi
bahaya dan risiko di tempat kerja.
• Rekognisis
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali
suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan
menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan
suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung jawabkan
• Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan
pengukuran, pengambilan sampel dan analisis di laboratorium.
• Pengontrolan
Sejarah Perkembangan Hyperkes Di Indonesia

• Kapan perkembangan Higiene Industri (HI) dimulai


secara tepat tidak diketahui. Namun ada anggapan
bahwa Higiene Industri (HI) mulai timbul sejak adanya
pekerjaan dalam hubungan pengupahan/penggajian.
Menurut sejarah sangat sedikit perhatian terhadap
perlindungan kesehatan bagi pekerjaan sebelum tahun
1900. Pada abad ke-4 (tahun 460-397 SM) Bapak Ilmu
kedokteran Hippocrates melakukan indentifikasi dan
mencatat daya racun pada head (Timah) di industry
tambang, tetapi beliau tidak memperhatikan penyakit
yang timbul pada pekerjaan. Kemudian kira-kira 500
tahun kemudian, sarjan roma membuat referenceuntuk
bahaya yang adapada Zinc dan Sulfur pada pekerja
berdasarkan besar dan jumlah debu atau uap.
• Selanjutnya pada abad ke-16 mulai ada keterangan-
keterangan yang lebih jelas tentang gambaran penyakit-
penyakit yang diderita oleh para pekerjaan tambang,
pengolahan biji timah, cat dan lain-lain. Bahkan pada
saat itu telah muncul gagasan upaya pencegahan seperti
penyelenggaraan sistem pertukaran udara dan pemakaian
penutup muka. Tahun 1556 Georgius Agricola seorang
jerman menulis buku‘’ Von Der Bergsucht Und anderen
Bergkrankheiten’’ pada tahun 1569 beliau menguraikan
panjang lebar tentang bahan-bahan kimia,sehingga ia
dianggap telah memulai toksikologi modern.
• Kemudian pada abad ke-17 (Tahun 1633-1714) Bernardine
Ramazzini (Bapak Occupational Health) menulis buku
“Demorbis Artificum Diatrika” (Diseases of Workers). Di
dalam buku tersebut diuraikan mengenai berbagai jenis
penyakit yang berkaitan dengan pekejaan yang dilakukan
oleh pekerja. Beliau telah memperjelas persoalan bahwa
pekerjaan dapat menimbulkan penyakit, yaitu penyakit
akibat kerja, disamping itu beliau juga menambahkan
cara-cara mendiagnosa penyakit akibat kerja.
• Pada abad ke-18 Sir George Baker memeriksa tanda-tanda
gejala“ Devonshire Colic” karena timah (Pd) pada industri
dan membuat alat pembersih. Kemudian pada pertengahan
abad 18 (1760-1830) dengan terjadinya revolusi industri di
inggris, dimana saat itu mulai ditemukan cara-cara
berproduksi baru ,mesin-mesin baru untuk industri seperti
mesin tenun, generator serta untuk pengangkut, demikian
pula proses penemuan dab perubahan cara lama dengan
yang baru itu tidak saja terjadi di Inggris, namun Negara-
negara lainnya, seperti di Perancis, Jerman, Amerika, Rusia,
dan sebagainya.
• Perubahan dan perkembangan teknologi di Negara-negara
maju pada abad ke-20 ini, seperti teknologi proses
produksi di dalam industri teknologi komunikasi, teknologi
pertambangan dan teknologi-teknologi canggih lainnya
merupakan tantangan bagi perkembangan Higiene Industri
(HI). Bahkan pada abad ini Higiene Industri (HI) dirasakan
sebagai suatu keharusan oleh karena memiliki segi-segi
kesejahteraan tenaga manusia maupun segi produksi.
• Seperti halnya perkembangan Higiene Industri (HI) di
Negara-negara maju, perkembangan Higiene Industri (HI)
di indonesia tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya.
Perkembangan di Indonesia yang sesungguhnya baru
terjadi beberapa tahun setelah Negara Indonesia
merdeka, yaitu dengan munculnya undang-undang kerja
dan undang-undang kecelakaan (tahun 1950-an) meskipun
awalnya belum berlaku namun telah memuat pokok-pokok
tentang Higiene Industri (HI).
• Selanjutnya oleh Departemen (tahun 1957) didirikan
lembaga kesehatan Buruh dan pada tahun 1965 berubah
menjadi lembaga Keselamatan dan Kesehatan Buruh. Pada
tahun 1966 fungsi dan kedudukan Higiene Industri (HI) dalam
aparatur pemerintah menjadi lebih jelas yaitu dengan
didirikannya Lembaga Hyperkes di Departemen Tenaga Kerja
(Depnaker) dan Dinas Hygiene Perusahaan/Sanitas Umum
dan Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen Kesehatan
(Depkes). Disamping itu juga tumbuh organisasi swasta,
yaitu Yayasan HIgiene Perusahaan yang berkedudukan di
Surabaya.
• Perkembangan Hiperkes di Indonesia selain melalui institusi
juga dilakukan upaya melalui penerbitan buku seperti Ilmu
Kesehatan Buruh (1965) Ilmu Hiperkes (1967), Ergonomi dan
produktivitas Kerja, Majalah Triwulan Higiene Perusahaan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Jaminan Sosial yang
disebarkan ke seluruh pelosok tanah air. Dari segi
perundang-undangan yang berlaku, telah banyak ditertibkan
seperti Undang-undang tentang Keselamatan Kerja tahun
1970, peraturan menteri maupun surat Edaran Menteri.
Selanjutnya pada tahun 1972 diadakan Seminar Nasional
tentang K3 dan Dr. H. Ibnu Sutowo diangkat sebagai Ketua
Kehormatan Ikatan K3.
• Upaya pembinaan Lab. Hiperkes dimulai pada tahun 1973
dan sampai saat ini telah ada 14 lab yang terletak di 14
propinsi di Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya,
dalam suatu Kongres Nasional Hiperkes yang diadakan di
Sahid Garden Hotel Yogyakarta tahun 1986 diangkat Bapak
DR. dr. Suma’mur Prawira Kusuma., M.Sc sebagai Bapak
Hiperkes Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai