Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perusahaan wajib memberikan jaminan keamanan mengenai kesehatan
dan keselamatan kerja para karyawannya. Hal ini dilakukan agar karyawan
terhindar dari segala penyakit akibat kerja sehingga terciptanya lingkungan
kerja yang kondusif serta produktivitas karyawan tetap terjaga.
Dewasa ini perusahaan-perusahaan cukup dibuat khawatir mengenai
PAK (penyakit akibat kerja) yang dialami oleh karyawan. Salah satu faktor
penyebab terjadinya penyakit akibat kerja adalah faktor fisiologi yang
merupakan faktor yang berhubungan dengan cara kerja, posisi kerja, alat
kerja, lingkungan kerja dan lain sebagainya. Kiat perusahaan salah satunya
yaitu higiene perusahaan.
Hygiene perusahaan adalah spesialisasi ilmu beserta prakteknya dengan
mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan
kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang
hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan
tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar
suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja.
Sedangkan higiene insdutri secara umum di tempat kerja dapat diartikan
sebagai gangguan kimiawi dan fisika yang dapat merusak kesehatan para
karyawan. Lebih lanjut ditekankan lagi, gangguan tersebut meliputi gangguan
adanya pengaruh pencahayaan, kebisingan, iklim kerja, debu lingkungan,
kelelahan, dan lain sebagainya yang termasuk dalam hsl yang membahayakan
pernapasan, paru-paru, kulit dan mata.
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan no NOMOR
1405/MENKES/SK/XI/2002: Persyaratan kesehatan llingkungan kerja
perkantoran dan industry meliputi : persyaratan air, udara, limbah,
pencahayaan, kebisingan, getaran, radiasi, vektor penyakit, peryaratan
kesehatan lokasi, ruang bagunan, toilet, dan instalasi.

1
Sedangkan sanitasi merupakan keseluruhan upaya yang mencakup
kegiatan atau tindakan yang perlu dilakukan untuk membebaskan hal-hal
yang berkenan dengan kebutuhan ,manusia, baik itu berupa barang atau jasa,
dari segala bentuk gangguan atau bahaya yang merusak kebutuhan manusia
di pandang dari sudut kesehatan.
Oleh karena itu, perlu dicari hubungan antara higiene perusahaan di
lingkungan kerja dan sanitasi lingkungan kerja dengan kesehatan dan
keselamatan kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hygiene perusahaan (lingkungan kerja)?
2. Apa yang dimaksud dengan sanitasi?
3. Bagaimana hubungan dari hygiene perusahaan(lingkungan kerja) dan
sanitasi kerja dengan kesehatan dan keselamatan kerja?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hygiene perusahaan (lingkungan kerja)
2. Untuk mengetahui sanitasi kerja
3. Untuk mengetahui hubungan dari hygiene perusahaan(lingkungan kerja)
dan sanitasi kerja dengan kesehatan dan keselamatan kerja

2
BAB II

ISI

A. Higiene Perusahaan
1. Definisi Higiene Perusahaan
Higiene perushaan adalah usaha kesehatan masyarakat yang
mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia
atau suatu upaya untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh
lingkungan. Selain itu, higiene perusahaan dan kesehatan kerja juga
merupakan bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan
kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan
masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil-hasil produksi
perusahaan.
Jadi, higiene industri merupakan aspek perlindungan bagi
kesehatan tenaga kerja dan sarana untuk membina dan mengembangkan
tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang disiplin, dedikatif,
penuh tanggung jawab dan mampu bekerja secara produktif dan efisien.
2. Tujuan Higiene Perusahaan
Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja memiliki dua tujuan, yaitu:
a) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya bagi para pekerja, dengan demikian tercapailah
kesejahteraan tenaga kerja
b) Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan
kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia
dalam produksi
3. Ruang Lingkup Higiene Perusahaan
Ruang lingkup kegiatan atau aktifitas higiene industri, mencakup
kegiatan:
a) Mengantisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya
dan risiko di tempat kerja yang merupakan tahap awal dalam
melakukan atau penerapan higiene industri/perusahaan di tempat
kerja. Tujuan dari antisipasi adalah :

3
1) Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum
muncul menjadi bahaya dan risiko yang nyata.
2) Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki.
3) Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu
proses dijalankan atau suatu area dimasuki.
b) Mengenal
Mengenal atau rekognisi merupakan serangkaian kegiatan untuk
mengenali suatu bahaya lebih detil dan komprehensif dengan
menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan
suatu hasil yang objektif dan bisa dipertanggung-jawabkan. Dalam
prinsipnya, pengenalan terhadap bahaya faktorfaktor yang timbul
di lingkungan kerja sebagai akibat penerapan teknologi proses
produksi suatu industri (yang meliputi faktor kimia, faktor fisik,
faktor ergonomik dan faktor biologi) yang dapat berpengaruh buruk
kepada pekerjaan dan lingkungan kerja, yang terhadap tenaga kerja
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan (sakit) yang akan
mencakup pengetahuan dan pengertian tentang berbagai jenis
bahaya serta pengaruhnya terhadap kesehatan tenaga kerja atau
akibat akibat yang dapat ditmbulkan kepada kesehatan tenaga
kerja. Dimana dalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan
pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi,
dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, dan sifat.
Adapun tujuan dari pengenalan, yaitu :
1) Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat,
kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran).
2) Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko.
3) Mengetahui pekerja yang berisiko.
c) Mengevaluasi
Di dalam higiene industri/perusahaan evaluasi adalah proses
pengambilan keputusan untuk menilai tingkat resiko pajanan dari
bahaya semua faktor yang timbul di lingkungan tempat kerja
kepada tenaga kerja, sebagai akibat penerapan teknologi proses
produksi (termasuk faktor kimia, faktor fisik, faktor ergonomic,
dan faktor biologi). Kebutuhan untuk melakukan evaluasi terhadap

4
bahaya tersebut didorong oleh suatu kenyataan bahwa faktor yang
timbul dilingkungan tempat kerja dapat menyebabkan sakit, luka,
cacat dan kematian yang lebih cepat kepada tenaga kerja yag
terpajan kepadanya. Maka dengan evaluasi telah diperoleh suatu
manfaat yang berupa keinginan melakukan upaya pencegahan
terhadap pajanan faktorfaktor lingkungan kerja yang berbahaya
yang dapat menghasilkan pengaruh yang merugikan kesehatan.
Pada tahap ini, dilakukan pengukuran, pengambilan sampel dan
analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat
ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci,
serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku,
sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi
pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dengan lingkungannya, serta sekaligus
merupakan dokumen data di tempat kerja. Tujuan dari pengukuran
dalam evaluasi, yaitu :
1) Untuk mengetahui tingkat risiko.
2) Untuk mengetahui pajanan pada pekerja.
3) Untuk memenuhi peraturan (legal aspek).
4) Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah
dilaksanakan.
5) Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki
pekerja.
6) Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.

d) Pengendalian
Pengendalian faktorfaktor lingkungan kerja dalam prinsipnya
bertujuan untuk menciptakan atau memelihara lingkungan kerja
agar tetap sehat dan aman atau memenuhi persyaratan kesehatan
dan norma keselamatan, sehingga tenaga kerja terbebas dari
ancaman gangguan kesehatan dan keamanan atau tenaga kerja tidak
menderita penyakit akibat kerja dan tidak mendapat kecelakaan

5
kerja. Terdapat beberapa bentuk pengendalian atau pengontrolan di
tempat kerja yang dapat dilakukan , yaitu :
1) Eliminasi: merupakan upaya menghilangkan bahaya dari
sumbernya serta menghentikan semua kegiatan pekerja di
daerah yang berpotensi bahaya.
2) Substitusi: Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran
debu atau asap, dan mengurangi bahaya. Pengendalian bahaya
kesehatan kerja dengan mengubah beberapa peralatan
proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik
bahan baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat
menghilangkan potensi bahayanya.
3) Isolasi: Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan
pekerja dengan menempatkannya di tempat lain atau
menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya,
dan sentralisasi kontrol kamar.
4) Engineering control: Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja.
5) Administrasi kontrol: Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja.
6) APD (Alat Pelindung Diri): langkah terakhir dari hirarki
pengendalian untuk membatasi diri dari segala bahaya di
lingkungan kerja.
4. Manfaat Higiene Perusahaan
Manfaat dari penerapan higiene perusahaan/industri, diantaranya:
a) Mencegahan dan memberantas penyakit-penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja.
b) Dapat memelihara dan meningkatan kesehatan tenaga kerja.
c) Dapat memeliharaan dan meningkatan efisiensi dan daya
produktifitas tenaga manusia.
d) Mengurangi tingkat kelelahan kerja dan meningkatan kegairahan
kerja.
e) Memeliharaan dan meningkatan higiene dan sanitasi perusahaan
pada umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan, cara
pembuangan sampah, atau sisa-sisa pengolahan dan sebagainya.
f) Memberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu
perusahaan agar terhindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari
perusahaan yang bersangkutan.

6
g) Memberikan perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari
bahaya-bahaya yang mungkin di timbulkan oleh hasil-hasil
produksi perusahaan.
B. Sanitasi

1. Definisi Sanitasi

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup


bersih yang bertujuan untuk mencegah manusia bersentuhan langsung
dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan
usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Bahaya
yang mungkin dapat terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia
atau biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang,
sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni,
bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan
buangan pertanian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan
menggunakan solusi teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa cairan
buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki septik), atau
praktik kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun).

Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Sementara beberapa definisi lainnya menitik beratkan pada pemutusan
mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian
lingkungan.

2. Komponen Sanitasi Lingkungan Kerja

Berikut beberapa aspek dan komponen sanitasi lingkungan kerja:

a) Beberapa jenis fasilitas sanitasi pada lingkungan kerja, antara lain :

1) Toilet

7
2) Fasilitas untuk BAK (urinal)

3) Wastafel (tempat cuci tangan)

4) Kamar mandi

5) Ruang ganti

6) Ruang istirahat

7) Tempat cuci peralatan

b) Sedangkan beberapa ketentuan umum, terkait fasilitas diatas antara


lain :

1) Fasilitas sanitasi harus mudah dijangkau dan tidak jauh dari area
pekerja (accessible)
2) Letak toilet tidak lebih dari satu lantai di atas atau di bawah dari
area kerja reguler
3) Jumlah fasilitas harus sesuai dengan jumlah pekerja
4) Luas area sanitasi harus memenuhi minimal kriteria
5) Fasilitas sanitasi khusus harus tersedia untuk pekerja dengan
kondisi tertentu (ex: hamil)
6) Fasilitas sanitasi untuk pria dan wanita harus terpisah dan
dibedakan
7) Terdapat petugas yang bertugas untuk membersihkan dan menjaga
kondisi fasilitas yang ada
c) Detail standar yang dipersyaratkan pada sanitasi lingkungan kerja
sebagai berikut:
1) Retiring Room and Dressing Facilities For Women
(a) Lokasi dan Persyaratan Umum
Jika terdapat 5 (lima) atau lebih pekerja wanita maka harus
disediakan minimal 1 (satu) ruang istirahat khusus wanita.
Ruang istirahat harus nyaman, dan ditempatkan pada area
yang mudah dijangkau setiap saat. Di dalam ruang istirahat
sebaiknya dipisah antara toilet dan ruang ganti
(b) Luas lantai
(1) Jika terdapat 5-10 pekerja wanita pada saat yang sama,
maka luas lantai untuk ruang istirahat tidak kurang dari

8
60 square feet. Setiap penambahan 1 orang sampai
dengan 100 orang atau lebih, minimal luas lantai
ditambahkan 1,5 square feet per orang. Sebaiknya luas
lantai retiring room berdasarkan jumlah maksimum
pekerja wanita
(2) Jika di dalam ruangan terdapat bangku atau tempat tidur,
maka luas lantai ruangan dikurangi 30 square feet untuk
setiap bangku atau tempat tidur. Dan jika loker pakaian
dan tempat gantungan pakaian berada di ruang terpisah,
maka luas ruang istirahat dikurangi setengahnya (50%)
(3) Jika tempat cuci tangan terdapat di dalam ruang istirahat,
maka luas lantai ditambah 5 square feet untuk setiap unit
fasilitas
(c) Konstruksi, Suhu, dan Penerangan
(1) Dinding partisi ruang istirahat harus padat dan kokoh dan
tingginya minimal 7 feet. Kondisi ruang istirahat harus
baik dan terawat sehingga memberikan jaminan privasi
(2) Ruang istirahat harus mempunyai suhu yang baik dan
tidak boleh kurang dari 68F dan memiliki penerangan
yang cukup sehingga semua bagian dalam ruangan dapat
terlihat dengan mudah. Jika tidak terdapat cahaya
matahari, gunakan lampu sebagai alat penerangan saat
menggunakan ruangan
(d) Tanda (Sex Designation)
Pintu masuk ruang istirahat untuk wanita harus diberi tanda.
Laki-laki tidak diizinkan masuk atau menggunakan selama
masih terdapat pekerja wanita.
(e) Fasilitas Ganti Pakaian
Fasilitas untuk ganti pakaian seperti loker atau rak dengan
hanger atau gantungan yang terpisah untuk setiap orang harus
tersedia. Fasilitas ini harus berada di dalam ruang istirahat
atau diruang lain yang memadai.
(f) Bangku, Balai-Balai, dan Tempat Tidur
Jika terdapat 5-100 pekerja wanita, harus terdapat satu
bangku, balai-balai, atau tempat tidur. Jika jumlah pekerja

9
antara 100-250 harus terdapat 2 unit Dan ditambah 1 unit
untuk setiap penambahan 250 pekerja wanita.
2) Toilet Rooms, Water Closets, and Urinals
(a) Lokasi dan Persyaratan Umum
(1) Tersedianya toilet yang bisa digunakan oleh pekerja
(2) Toilet untuk pria dan wanita harus terpisah
(b) Konstruksi
(1) Lokasi
Letak toilet tidak lebih dari satu lantai di atas atau di
bawah dari area kerja reguler, kecuali ruang kerja tersedia
lift atau elevator yang memudahkan pekerja untuk menuju
toilet. Toilet tidak boleh kontak langsung dengan ruang
lain seperti dapur, atau ruang penyimpan makanan yang
tidak dibungkus, kecuali ada pintu pembatas. Pintu
pembatas harus mempunyai sistem tertutup secara
otomatis.
(2) Toilet pria dan wanita harus dipisahkan dengan konstruksi
yang permanen. (soundproof, material tidak transparan)
Perlu dicantumkan tanda Jangan Dibuka
(3) Dinding dan plafon yang digunakan sebaiknya dari bahan
yang mudah dibersihkan
(4) Pintu toilet sebaiknya tertutup rapat dan dilengkapi
dengan alat yang membuat pintu bisa tertutup sendiri
(5) Toilet harus mempunyai penerangan yang memadai
(6) Toilet harus dilengkapi dengan exhaust fan, dan terdapat
ventilasi untuk masuknya cahaya.
(c) Maintenance
(1) Didalam toilet terdapat poster atau himbauan kepada
pengguna agar menjaga kebersihan dan tidak melakukan
tindakan yang dapat merusak fasilitas toilet
(2) Tersedia kertas tisu atau toilet paper
(3) Dinding, partisi dan bagian lain dari ruang toilet harus
bersih dan bebas dari kotoran atau coretan-coretan
(4) Sebaiknya toilet pria dibersihkan oleh petugas pria dan
toilet wanita oleh petugas wanita, kecuali pada waktu di
luar jam kerja
(5) Ruang khusus wanita di dalam toilet wanita harus
mempunyai penutup
3) Water Closet (WC)

10
(a) Jumlah
(1) Jumlah WC yang tersedia untuk setiap jenis kelamin harus
berdasarkan jumlah maksimal pekerja untuk setiap jenis
kelamin
(2) Jika terdapat urinals, maka jumlah WC harus dikurangi
sejumlah urinals yang tersedia, dan jumlah WC tidak

2
boleh kurang dari 3 dari jumlah yang dipersyaratkan

(b) Konstruksi
(1) Harus terdapat kran atau alat pengatur supply air dari pipa
penyalur.
(2) Sebaiknya dilengkap dengan saluran buangan dan
penyaring pasir atau kotoran
(3) Dilengkapi dengan tangki penampungan air untuk
melakukan penyiraman untuk setiap unit
(4) Dilengkapi dengan keran untuk penyiraman. Ukuran pipa
untuk penyiraman mempunyai diameter yang tidak boleh
kurang dari 1 inch.
(5) Pintu dilengkapi dengan kunci. Tinggi pintu minimal 60
inch dari lantai dan jika pintu tidak menyentuh tanah maka
jarak maksimal adalah pintu dari lantai 12 inch.
4) Urinals
(a) Jumlah
Jika jumlah pekerja pria kurang dari 30 orang, maka
sebaiknya tersedia 1 urinal. Jika jumlah pekerja pria 30
sampai 80 harus terdapat 2 urinal, dan setiap penambahan 80
orang atau kelipatannya ditambahkan 1 unit urinal
(b) Kontruksi
(1) Ukuran urinal minimal 2 feet dan terbuat dari
marmer/porcelain
(2) Mempunyai tinggi dari lantai tidak kurang dari 15 inch
diukur dari ujung bagian bawah urinal
(3) Urinal sebaiknya diletakkan di dalam ruang toilet dan
untuk setiap urinal dibatasi oleh partisi.
(4) Urinal harus terhubung saluran pembuangannya denga
saluran limbah cair yang lain

11
(5) Dilengkapi dengan keran untuk menyiram. Ukuran
diameter pipa untuk flushing/menyiram tidak kurang dari
inch.

5) Privies (Pembuangan)
(a) Izin instalasi
(1) Lokasi tempat pembuangan tidak boleh disembarang
tempat, mempunyai izin, dan jauh dari sumber air
minum
(2) Jika saluran dan tempat pembuangan air limbah
berdekatan dengan sumber atau saluran air minum,
maka saluran pembuangan harus dilengkapi dengan
bahan yang kedap air seperti logam atau beton.
(b) Konstruksi
(1) Semua lubang penampungan dibangun dan dipelihara
agar selalu dalam kondisi baik, tidak retak/pecah, atau
terbuka.
(2) Tiap lubang harus dilengkapi dengan pintu atau
lubang khusus
(3) Terdapat ventilasi udara yang ditutup dengan kasa
untuk mencegah masuknya lalat

(c) Pemeliharaan

(1) Kondisi lubang pembuangan harus selalu terjaga


sanitasinya
(2) Pada saat melakukan pengerukan dan pembuangan
lumpur, sebaiknya perhatikan prosedur
penanganannya
6) Washing Facilities
(a) Jumlah fasilitas untuk mencuci (tangan) yang disediakan
(b) Setiap penambahan 25 orang pekerja atau kelipatannya
tempat cuci tangan di tambah 1 unit
(c) Tempat cuci tangan terusan yang berbentuk lingkaran dan
terdapat air mancur dianggap inchi 1 unit jika panjang
lingkarannya minimal 20 inchi.

12
(d) Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun atau bahan
lain yang berguna untuk membersihkan kotoran yang
menempel pada tangan
(e) Penerangan di ruang atau area tempat dipasangnya washing
facilities harus memadai
(f) Tersedia kertas tissue, handuk (individual), kain lap di area
wastafel. Jangan menggunakan handuk secara bersama-
sama. Sebaiknya tersedia pengering (air dryers).

7) Shower Bath
(a) Jumlah
Di semua industri (kecuali pada industri yang mempunyai
kamar mandi yang luas), jika pekerja terpajan oleh panas,
kelembaban, atau debu, harus disediakan minimal 1 (satu)
kamar mandi untuk setiap 50 orang pekerja yang dilengkapi
dengan keran air dingin dan air panas Untuk setiap
penambahan 50 orang pekerja, ditambahkan 1 kamar mandi
(b) Perlengkapan, kamar mandi dilengkapi dengan sabun, spon,
atau peralatan lain yang memudahkan pekerja untuk
membersihkan badan
8) Dressing Facilities for Men
(a) Tempat atau ruang dimana pekerja pria bisa berganti
pakaian seharusnya disediakan.
(b) Ruang tempat ganti pakaian sebaiknya berdekatan dengan
area kerja, khususnya pada tempat kerja yang
memungkinkan untuk pekerja menjadi kotor, lelah, dsb.
(c) Tersedia lemari atau loker untuk menyimpan pakaian.
Minimal tersedia gantungan baju (hanger) dan tempat
gantungan untuk menjaga agar pakaian pekerja tertata
dengan baik dan tidak kotor
9) Drinking Water
(a) Tersedia supply air minum yang memenuhi syarat
kesehatan

13
(b) Tidak menggunakan gelas untuk minum secara bersama-
sama, tersedia gelas atau cup untuk setiap pekerja
(c) Sebaiknya menggunakan kran air minum sehingga setiap
pekerja tidak mengkontaminasi pekerja lain. Kondisi keran
harus dijaga kondisi sanitasinya.
(d) Jika disediakan kertas tisu dan drinking cups, sebaiknya
juga disediakan kotak untuk tempat penampungan sampah
bekas tisu atau cup yang sudah dipakai
d) Ketentuan Khusus Untuk Fasilitas yang Sudah Terpasang
1) Retiring rooms for women
Retiring rooms sebaiknya mempunyai ventilasi seperti jendela dan
celah tempat masukknya cahaya matahari langsung. Jendela atau
celah cahaya matahari harus bisa dibuka atau ditutup dengan
mudah. Jika tidak ada jendela atau celah tempat masukknya cahaya
matahari, maka sebaiknya dibuat konstruksi agar terjadi pertukaran
udara dengan memberikan jarak antara plafon dengan bagian atas
dinding minimal 2 feet dan minimal pada dua sisi agar terjadi
aliran udara.
2) Toilet rooms
Jika pada toilet wanita dan pria mempunyai bagian yang menyatu,
maka sebaiknya diberikan pembatas mulai dari lantai sampai
plafon. Jika plafon ruangan sangat tinggi, maka minimal tinggi
pembatas adalah 9 feet dari lantai. Jika di ruangan toilet atau
washrooms yang ada tidak terdapat jendela untuk pertukaran udara,
maka sebaiknya di pasang ventilasi buatan.
3) WC
Jumlah WC yang ada minimal 1 untuk setiap 25 pekerja dan
kelipatannya serta tersedia untuk wanita dan pria. Jika terdapat WC
yang sudah rusak sebaiknya diganti dengan WC baru
4) Location of washing facilities
Minimal terdapat satu tempat cuci tangan pada setiap toilet, jika
tidak memungkinkan dipasang dalam toilet, maka dapat dipasang

14
di area yang dilalui oleh pekerja pria maupun wanita saat menuju
toilet untuk digunakan bersama.
e) Ketentuan Khusus Untuk Pemasangan Baru
1) Retiring rooms for women
Jika akan dibangun lebih dari satu retiring room, maka minimal
dari retiring room yang akan dibangun mempunyai jendela dan
celah cahaya matahari sehingga udara luar bisa masuk. Jika hanya
akan membangun 1 retiring room sebaiknya mempunyai jendela
dan celah tempat cahaya matahari masuk. Jika tidak
memungkinkan gunakan cara dengan memberi celah antara bagian
atas dinding dengan plafon sebesar 2 feet untuk sirkulasi udara.
Sebaiknya pada setiap bangunan tersedia minimal 1 retiring rooms
2) Toilet rooms
(a) Lantai dan tinggi pijakan dalam toilet minimal 6 inch untuk
menjamin bahwa lantai selalu kering.
(b) Pintu masuk toilet untuk pria maupun wanita masing-masing
harus dilengkapi pintu yang bisa menutup sendiri
(c) Pembatas antara toilet pria dan wanita harus baik mulai dari
lantai sampai plafon dan tidak ada celah untuk berkomunikasi
kecuali lewat pintu.
(d) Toilet rooms dan washrooms harus mempunyai jendela dan
celah untuk cahaya matahari atau dilengkapi dengan fasilitas
ventilasi buatan.
3) WC
(a) Jumlah WC yang harus disediakan untuk setiap jenis kelamin.
(b) Tambahkan minimal 1 WC untuk setiap penambahan 25
pekerja
(c) WC sebaiknya dipasang di dalam toilet rooms
(d) Jangan menggunakan WC yang terbuat dari bahan yang
menyerap air karena akan menimbulkan kelembaban
(e) Sebaiknya terdapat penampungan air untuk membilas
(f) Jangan menggunakan WC yang terbuat dari besi atau logam

15
4) Urinals
(a) Urinals harus terbuat dari bahan yang halus/licin, tidak mudah
lembab dan jangan menggunakan bahan besi atau logam.
(b) Ruang dalam urinals mempunyai volume minimal 90 feet
5) Washing facilities
Minimal terdapat 1 (satu) tempat cuci tangan untuk setiap toilet
atau 1 (satu) di tempat yang berhubungan dengan toilet pria
maupun wanita untuk digunakan bersama
3. Ruang lingkup sanitasi yang terkait dengan kesehatan meliputi antara lain :
a) Menjamin lingkungan serta tempat kerja yang bersih dan baik
b) Melindungi setiap orang dari faktor-faktor lingkungan yang dapat
menimbulkan gangguan terhadap ksehatan fisik maupun mental.
c) Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular
d) Mencegah terjadinya kecelakaan dan menjamin kesehatan kerja
C. Hubungan Higiene Perusahaan (Lingkungan Kerja) dan Sanitasi
Lingkungan Kerja dengan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai higiene perusahaan, higiene
lingkungan kerja dan sanitasi kerja dapat diketahui bahwa hygiene dan
sanitasi perusahaan dengan kesehatan da keselamatan saling berhubungan.
Sebab pengertian dari higiene secara umum adalah suatu usaha untuk
melindungi, memelihara, dan mempertahankan tingkat kesehatan manusia
agar tidak mudah terpengaruh dari segala gangguan kesehatan, sedangkan
sanitasi adalah suatu usaha kesehatan yang mengutamakan pada pengawasan
terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat kesehatan manusia.
Dimana hubungan keduannya tentunya bertujuan untuk menciptakan
para pekerja perusahaan yang selalu terjaga keselamatannya dan juga sehat
sehingga nantinya mereka akan terhindar dari penyakit akibat kerja. Sebuah
perusahaan dapat menciptakan hal tersebut dimulai dengan menerapkan
hygiene dan sanitasi, dimana dalam rangka melakukan perlindungan kepada
pekerja baik dalam hal keselamatan dan kesehatannya para pekerjanya,
perusahaan akan melakukan pengawasan terhadap berbagai faktor-faktor
sanitasi yang terdapat di dalam lingkungan kerja ataupun yang mungkin
nantinya dapat mempengaruhi atau membahayakan kesehatan dan
keselamatan para pekerja apabila sanitasi lingkungan kerja tersebut tidak
terpenuhi dengan baik. Setelah dilakukan peninjauan, dimana dalam hal ini

16
kita telah mengetahui berbagai faktor-faktor dalam lingkungan kerja ataupun
perusahaan yang berbahaya, maka tindakan yang dapat dilakukan perusahaan
adalah dilakukan perbaikan atau pemeliharaan terhadap faktor-faktor yang
tadinya ditinjau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamtan para.
Untuk mengkur hubungan itu dapat dilihat dari kesehatan para pekerja.
Pekerja yang memiliki kesehatan yang baik dan produktivitasnya tetap terjaga
berarti lingkungan kerja atau perusahaan dimana dia bekerja memiliki higiene
dan sanitasi yang baik, sebaliknya pekerja yang memiliki kesehatan yang
buruk dan produktivitasnya cenderung menurun maka lingkungan kerja atau
perusahaannya memiliki higiene dan sanitasi yang buruk tentunya akan
memiliki para pekerja yang kesehatannnya buruk. Oleh karena itu
ketercapaian suatu tujuan untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan
pekerja yang tetap prima tidak pernah lepas dari higiene dan sanitasi
perusahaan atau lingkungan kerja. Keduanya saling terkait, dimana
ternilainya suatau kesehatan dan keselamatan para pekerja dalam suatu
perusahaan maka dapat ternilai pula hygiene dan sanitasi dari suatu
perusahaan atau lingkungan kerja. Seyogyanya higiene dan sanitasi
perusahaan atau lingkungan kerja yang baik akan berdampak positif terhadap
lingkungan kerja maupun bagi para pekerja, karena dapat memberikan
kenyamanan dan keamanan pada lingkungan kerja, menjamin tempat kerja
yang bersih, melindungi para tamu dan karyawan dari faktor lingkungan
pengolahan area kerja yang dapat merugikan kesehatan fisik maupun mental,
mencegah timbulnya penyakit menular serta mencegah kecelakaan dalam
bekerja. Maka seharusnya suatu perusahaan harus memiliki higiene dan
sanitasi yang terpenuhi, sehingga para pekerja nantinya akan memiliki derajat
kesehatan dan keselamatan yang baik dan dapat membuat mereka terhindar
dari penyakit akibat kerja serta produktivitas karyawannya tetap terjaga.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa higiene
lingkungan kerja di perusahaan merupakan sarana untuk membina dan
mengembangkan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang produktif,
sedangkan sanitasi lingkungan kerja merupakan upaya yang dilakukan untuk
menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Serta
kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya untuk memperoleh
keamanan dan kenyamanan para karyawan dalam bekerja. Sehingga, diantara
higiene lingkungan kerja di perusahaan dan santasi lingkungan kerja memiliki
hubungan yang erat kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan kerja para
karyawan untuk terhindar dari segala penyakit akibat kerja yang ditimbulkan.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan, penulis memberikan saran:
1. Melalui kegiatan mengenai higiene & sanitasi perusahaan dan
keselamatan kerja diharapkan para tenaga kerja dapat bekerja secara
aman dan terhindar dari penyakit akibat kerja
2. Melalui higiene & sanitasi perusahaan dan keselamatan kerja yang tepat
dapat memajukan perusahaan karena meningkatkan produktivitas tenaga
kerja

18

Anda mungkin juga menyukai