Anda di halaman 1dari 3

PAK DI SEKTOR TAMBANG

(OCCUPATIONAL DISEASE IN MINING)

PAK (Penyakit Akibat Kerja): penyakit yang diderita sebagai akibat pemajanan faktor-faktor yang
timbul dari kegiatan pekerjaan (As those having a specific or strong relationship with exposure to
physical, chemical, biological, or psycosocial factors at work). Beberapa akibat dari penyakit akibat
kerja (PAK) :

 Menurunnya produktifitas kerja yang berakibat juga terhadap turunnya prroduksi


 Cacat sebagian dan cacat total untuk selama-lamanya
 Menurunnya daya saing
 Sementara tidak mampu bekerja
 Biaya pengobatan dan rehabilitasi meningkat
 Pergantian tenaga kerja yang masuk dan keluar semakin meningkat
 Meninggal dunia
(ILO: International Labour Organization)

Faktor penyebab terjadinya PAK di tambang:


1. Faktor Fisika: faktor fisika merupakan faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika.
Faktor fisika yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa
a. Suhu dan tekanan lingkungan kerja yang sangat panas: heat stroke, heat exhaustion,
heat cramps, miliaria, dehidrasi, hiperpireksia, caisson disease
b. Getaran: White finger memiliki nama lain dead hand disease / traumatic
vasospastic / Sindrom Raynaud’s
c. Kebisingan: trauma akustik, tuli sementara, tuli permanen, dan hipertensi.
d. Pengendalian: hierarki pengendalian
e. Studi kasus: Televisi Pemerintah Cina melaporkan sekitar 153 orang terjebak dalam
tambang sejak sepekan banjir di Provinsi Shanxi, Cina. Mereka yang terjebak banjir
mengalami dehidrasi dan kondisnya lemah. Salah satu pekerje Li Guoyu, 38, asal Provinsi
Henan, Cina Tengah kepada Xin Hua mengatakan selama terjebak para pekerja tambang
harus hidup tanpa air. Sebab, mereka khawatir menggunakan air yang tercemar di dalam
tambang itu.
2. Faktor Kimia: faktor yang berhubungan dengan zat-zat kimia. Faktor ini sering
dijumpai/ditemukan di sektor pertambangan, sehingga pengaruhnya terhadap kesehatan
pun bervariasi. Mulai dari yang dapat menimbulkan penyakit, malah dalam konsentrasi
tertentu bahan kimia yang masuk dalam tubuh dapat langsung menimbulkan kematian.
Adapun faktor kimia yaitu
a. Debu: silikosis, antrakosis, asbestosis, pnemokoniosis
b. Uap: demam uap logam (metal fume fever), dermatosis, keracunan zat toksis uap
formaldehida
c. Gas: keracunan oleh CO, H2S; asfiksia
d. Pengendalian: Hierarki (pengeboran basah yang menurunkan kuantitas debu bebas
masuk ke dalam udara, the good ventilation, provide a tool which can detect amount of
O2 for examp Davy’s Safety Lamp
e. Studi kasus: Sedikitnya 21 pekerja tambang tewas keracunan karbon monoksida di
sebuah tambang batubara di China utara
3. Faktor Biologi: faktor biologi merupakan faktor yang berasal dari mikroorganisme yang
mungkin ditemukan di pertambangan seperti
a. Bakteri: penyebab penyakit saluran pernafasan spt TBC, bronchitis, pneumonia
b. Protozoa: malaria
c. Cacing: ankilostomiasis
d. Pengendalian: hierarki pengendalian, selain itu juga diselenggarakan imunisasi dengan
melakukan vaksinasi.
e. Studi kasus: Sejumlah penambang emas, seperti di Geumpang (Pidie) dan Gunong
Ujeuen (Aceh Jaya) dilaporkan terserang penyakit malaria kronis. Di antaranya bahkan
ada yang meninggal.
4. Faktor psikologi: merupakan faktor yang ditimbulkan dari kondisi aspek-aspek psikologis
ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian.
a. Beban kerja: stress kerja, meningkatnya absensi tenaga kerja, cemas,
b. Lingkungan kerja panas: meningkatkan emosi tenaga kerja, mudah marah, gangguan
pola makan-minum
c. Lingkungan kerja: stress, berkelahi dengan tenaga kerja lainnya, menurunnya
produktivitas kerja
d. Pengendalian: hierarki pengendalian.
 Upaya pengendalian iklim kerja secara teknis, antara lain dengan memasang AC
pada kendaraan, exhaust fan dan dust collector.
 Upaya pengendalian secara administratif antara lain dengan : melakukan
pengaturan waktu kerja, rotasi kerja atau rolling kerja.
 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Secara spesifik, untuk pekerja di tempat panas tidak memiliki APD. Namun untuk
mengurangi efeknya terhadap tubuh pekerja disarankan kepada pekerja untuk
menggunakan pakaian kerja yang tipis atau terbuat dari katun dengan tujuan agar
dapat mengurangi penguapan dan keringat mudah meresap.
e. Studi kasus: sekitar 4000 buruh tambang di Sulawesi Utara mengalami stress akibat
adanya PHK besar besaran. PHK tersebut dilakukan dengan landasan adanya Permen 07/
2012 tentang peningkatan nilai tambang mineral melalui kegiatan pengolahan
5. Faktor Ergonomi: faktor yang berhubungan dalam kesesuaian antara pekejaan dengan
tenaga kerja. Contohnya:
a. Pengemudi dump truck yang melewati jalan yang tidak rata.
b. Pengemudi excavator yang melakukan gerakan statis dan berulang.
c. Dan pengemudi-pengemudi alat berat di sektor tambang lainnya.
d. Penyakit : nyeri otot, pegal-pegal, dan dalam jangka waktu lama akan menyebabkan
penyakit Low Back Pain (MsDs) atau Work Related Musculo Skeletal Disease (WMSD).
e. Pengendalian: hierarki pengendalian (aministrasi)
1) Pemberian informasi melalui safety talk tentang
 posisi tubuh normal saat bekerja.
 Mengurangi dan atau menghilangkan gerakan berulang.
2) Melakukan peregangan otot saat sebelum melakukan pekerjaan.
3) Pengaturan jam istirahat (pemberlakuan istirahat setiap 4 jam).
f. Studi kasus: dari hasil kunjungan rawat jalan RS PT.INXX Sulawesi Selatan Bulan Maret
2007 sampai dengan Maret 2008 tercatat 212 karyawan dengan diagnosis LBP

Anda mungkin juga menyukai