Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI HOTEL

( Studi Kasus Di Westin Resort Nusa Dua )

Disusun oleh :

1. Silvance Herodiana Umalan (1312025044)

2. I Putu Mahat Mananda Manuaba (1312025045)

3. I Gusti Agung Laksmi Paramita (1312025046)

4. Kadek Nova Prasetyo (1312025047)

5. Maria Laru Sendy Ludju (1312025048)

6. A.A Bagus Wisnu Wardhana (1312025049)

PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

i
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI HOTEL ( Studi Kasus Di Westin Resort
Nusa Dua )” ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini berisi tentang Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja pekerja di hotel.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
proses penyusunan laporan ini, sehingga kami dapat menyerahkan laporan ini tepat pada
waktunya. Pihak-pihak tersebut, ialah:
1. Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si.
2. Ketua Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Bapak I Made Kusuma Negara,
SE.,M.Par.
3. Dosen pembimbing mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Ibu Luh Gede Leli
Kusuma Dewi, S.Psi.,M.Par.

Harapan kami sebagai penulis semoga laporan ini memberi manfaat bagi kita semua
pihak. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat kami butuhkan demi penyempurnaan laporan ini. Demikian
laporan ini kami susun, bila ada kesalahan dalam penyusunan laporan ini kami mohon maaf.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar, 30 Oktober 2014

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3
2.1 Sejarah K3 ( Kesehatan Dan Keselamatan Kerja)............................................................3
2.2 Definisi K3.......................................................................................................................3
2.3 Fungsi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja......................................................................4
2.4 Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja........................................................................................4
2.5 Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja.......................................................6
2.6 Konsep Sanitasi dan Hygiene..........................................................................................6
2.7 Pengertian Hotel.............................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................14
PEMBAHASAN DAN GAMBARAN UMUM......................................................................14
3.1 Gambaran Umum...........................................................................................................14
3.2 Pembahasan Data............................................................................................................16
BAB IV....................................................................................................................................21
SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................................21
4.1 Simpulan.........................................................................................................................21
4.2 Saran...............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................22
LAMPIRAN.............................................................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman
dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut,
resiko yang mungkin muncul dapat dihindari atau dicegah.
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja yang diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan
pekerja dalam melaksanakan keselamatan Kerja. Selanjutnya yaitu Undang-Undang No.23
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang-Undang ini menyatakan secara khusus perusahaan
berkewajiban memeriksa kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang
baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan
yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Dan juga
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal
yang berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, cuti, sampai
dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan menerapkan teknologi pengendalian
keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik,
daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja
diharapkan dapat menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi,
unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi
juga mental, emosional dan psikologi. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan-
perusahaan dalam industri pariwisata maka dibutuhkan SDM yang tinggi, maka potensi
bahaya dan resiko yang terjadi juga semakin besar salah satunya di hotel. Di hotel khususnya
di bagian housekeeping department, merupakan pekerjaan berat dan penuh resiko. Maka dari
itu pentingnya menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan memahami ruang
lingkupnya agar dapat menekan jumlah kecelakaan kerja yang diakibatkan human error
maupun kesalahan pada alat kerja.

1
Arti penting dari kesehatan dan keselamatan kerja bagi perusahaan adalah tujuan dan
efisiensi perusahaan sendiri juga akan tercapai apabila semua pihak melakukan pekerjaannya
masing-masing dengan tenang dan tentram, tidak khawatir akan ancaman yang mungkin
menimpa mereka. Selain itu akan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.
Setiap kecelakaan kerja yang terjadi nantinya juga akan membawa kerugian bagi semua
pihak. Kerugian tersebut diantaranya menurut Slamet Saksono (1988: 102) adalah hilangnya
jam kerja selama terjadi kecelakaan, pengeluaran biaya perbaikan atau penggantian mesin
dan alat kerja serta pengeluaran biaya pengobatan bagi korban kecelakaan kerja.
Pengusaha sendiri juga memiliki kewajiban dalam melaksanakan kesehatan dan
keselamatan kerja. Misalnya terhadap tenaga kerja yang baru, ia berkewajiban memberikan
training serta menjelaskan tentang kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja,
semua alat pengaman diri yang harus dipakai saat bekerja, dan cara melakukan pekerjaannya.
Sedangkan untuk pekerja yang telah dipekerjakan, pengusaha wajib memeriksa kesehatan
fisik dan mental secara berkala, menyediakan secara cuma-cuma alat pelindung diri,
memasang gambar-gambar tanda bahaya di tempat kerja.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana prosedur Kesehatan serta alat keselamatan yang digunakan karyawan di
Westin Resort Nusa Dua?

1.2.2 Bagaimana Hygiene Karyawan dan Sanitasi di Dapur Restauran Westin Resort Nusa
Dua?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui prosedur Kesehatan serta alat keselamatan yang digunakan karyawan
di Westin Resort Nusa Dua

1.3.2 Untuk mengetahui Hygiene Karyawan dan Sanitasi Dapur Restauran di Westin Resort
Nusa Dua

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah K3 ( Kesehatan Dan Keselamatan Kerja)

 Era revolusi industri (abad 18) : Perubahan pada sistem kerja seperti dalam
penggunaan tenaga mesin,pengenalan metode baru pengolahan bahan baku,
pengorganisasian pekerjaan, muncul penyakit yg berhubungan dengan pemajanan
 Era industrialisasi: Perkembangan K3 mengikuti penggunaan teknologi (APD, safety
device dan alat-alat pengaman)
 Era Manajemen, Heirich (1931) : teori domino, Bird and German, teori Loss
Causation Model, ISO, SMK3 dll

2.2 Definisi K3

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kesehatann dan Keselamatan Kerja adalah
suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas
dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan
lingkungan. OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagai
kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
pekerja (ter
masuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja

 Filosofi

Pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan : tenaga kerja dan
manusia pada umumnya, baik jasmani maupun rohani, hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil, makmur dan sejahtera

 Keilmuan

Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran, penyakit, dll

2.3 Fungsi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

3
Fungsi Kesehatan Kerja :

1. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko dari bahaya kesehatan di tempat
kerja
2. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktek kerja
termasuk desain tempat kerja
3. Memberi saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan APD ( Alat
Perlindungan Diri)
4. Melaksanakan surveiland terhadap kesehatan kerja
5. Terlibat dalam proses rehabilitasi.
6. Mengelola P3K dan tindakan darurat.

Fungsi Keselamatan Kerja

1. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek berbahaya


2. Buat desain pengendalian bahaya, metode, proses dan program
3. Terapkan, dokumentasikan, dan informasikan rekan lainnya dalam pengendalian
bahaya dan program pengendalian bahaya
4. Ukur, periksa kembali keeftivitas pengendalian bahaya dan program pengendalian
bahaya

2.4 Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan akibat kerja pada dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor manusia,
faktor pekerjaan dan faktor lingkungan di tempat kerja.

a. Faktor Manusia
1. Umur mempunyai pengaruh penting terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja.
Golongan tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami
kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan usia muda karena umur muda
mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi. Namun umur muda pun juga
sering mengalami kasus kecelakaan kerja , hal ini mungkin dikarenakan kecerobohan
dan sikap yang suka tergesa-gesa.
2. Tingkat Pendidikan. Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir seseorang
dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan
juga mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam
rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja.
3. Pengalaman kerja. Merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan kerja. Berdasarkan penelitian dengan meningginya pengalaman dan
keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja.

4
Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan
pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan.

b. Faktor pekerjaan
1. Giliran kerja (shift). Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh
empat jam. Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran,
yaitu ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan
ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur
pada siang hari. Pergeseran waktu kerja dari pagi, siang, dan malam hari
mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja
2. Jenis (unit) pekerjaan. Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Jumlah dan macam kecelakaan kerja berbeda-beda
di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses.

c. Faktor lingkungan

1. Lingkungan Fisik :

a. Pencahayaan : pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting


bagi keselamatan kerja. Pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat
menghasilkan produksi yang maksimal dan mengurangi kecelakaan kerja

b. Kebisingan : kebisingan di tempat kerja dapat mempengaruhi pekerjaan karena dapat


menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menimbulkan salah
pengertian, tidak mengerti syarat yang diberikan. Hal ini berakibat kecelakaan kerja,
disamping itu kebisingan dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau
permanen.

2. Faktor Lingkungan Kimia : faktor lingkungan kimia yang memungkinkan terjadi


kecelakaan kerja yaitu bahan baku suatu produk, proses produksi ataupun limbah dari
suatu produk.

3. Faktor Lingkungan Biologi : disebabkan oleh jasad renik, gangguan serangga maupun
binatang di tempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat ditimbulkan seperti infeksi,
alergi, dan sengatan serangga maupun gigitan binatang berbisa dan berbagai penyakit
lainnya yang bisa menyebabkan kematian

2.5 Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja

5
Cara mencegah dan menanggulangi kecelakaan di tempat kerja adalah dengan bersikap
mawas diri terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan, bekerjalah dengan serius, cepat,
tepat dan teliti, tekun tanpa melupakan keselamatan kerja. Hindarilah melamun dan sikap
tidak peduli dalam bekerja. Istirahat jika sudah mulai bosan atau lelah, hindarilah bercanda
saat bekerja. Jangan menganggap alat atu mesin yang sudah biasa dipergunakan tidak
mencelakakan diri sendiri.

Cara pencegahan lainnya seperti pengamatan resiko bahaya di tempat kerja. Biasanya di
tempat kerja selalu ada petunjuk yang terdapat pada dinding-dinding berupa peringatan atau
suruhan untuk waspada dan berhati-hati dalam bekerja. Melaksanakan SOP ( Standar
Operasional Prosedur) adalah aturan pedoman kerja yang harus dipatuhi dan dilakukan
dengan benar. Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja dengan
penyuluhan , pelatihan mengenai keselamatan kerja, penyediaan P3K disetiap ruangan kerja,
peralatan darurat dan perlengkapan tanggap darurat seperti alaram kebakaran dan lan-lain.

2.6 Konsep Sanitasi dan Hygiene

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan karyawan yang
bekerja di hotel tersebut. Sanitasi merupakan suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.Upaya menjaga
pemeliharaan agar seseorang, makanan, tempat kerja atau peralatan agar peralatan yang
dgunakan terlihat hygienis (sehat) dan bebas pencemaran yang diakibatkan oleh bakteri,
serangga, atau binatang lainnya. Pendapatan Sanitasi menurut beberapa ahli antara lain:

- Menurut Dr.Azrul Azwar, MPH, sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang
menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang
mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
- Menurut Ehler & Steel, sanitation is the prevention od diseases by eliminating or
controlling the environmental factor which from links in the chain of tansmission.
- Menurut Hopkins, sanitasi adalah cara pengawasan terhadap factor-faktor lingkungan
yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan.
- Menurut Brownell, hygine adalah bagaimana caranya orang memelihara dan
melindungi kesehatan.

6
- Menurut Gosh, hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh factor
yang membantu/mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun
melalui masyarakat.
- Menurut Prescott, hygiene menyangkut dua aspek yaitu: yang menyangkut individu
(personal hygiene) dan yang menyangkut lingkungan (environment)

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya
kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.

Sedangkan hygiene adalah bagaimana cara orang memelihara dan juga melindungi
diri agar tetap sehat. Kata “hygiene” berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu untuk
membentuk dan menjaga kesehatan (Streeth, J.A. and Southgate,H.A, 1986). Dalam sejarah
Yunani, Hygiene berasal dari nama seorang Dewi yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit).
Arti lain dari Hygiene ada beberapa yang artinya sama yaitu:

1. Ilmu yang mengajarkan cara-cara untuk mempertahankan kesehatan jasmani, rohani dan
social untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

2. Suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau
manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada.

3. Keadaan dimana seseorang, makanan, tempat kerja atau peralatan aman (sehat) dan bebas
pencemaran yang diakibatkan oleh bakteri, serangga, atau binatang lainnya.

Dalam industry makanan/catering, penerapan standar hgiene yang tinggi perlu


dilakukan dalam mengolah makanan agar mampu memproduksi makanan yang aman untuk
dikonsumsi. Aman artinya bebas dari hal-hal yang membahayakan, merugikan dan bebas dari
kerusakan.

Konsep Personal Hygiene

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang
sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan , sosial, keluarga, pendidikan, persepsi
seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. Jika seseorang sakit, biasanya

7
masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah
kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat
mempengaruhi kesehatan secara umum. Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu
personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan
fisik dan psikis. Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene :

1. Body image : Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.

2. Praktik sosial : Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene

3. Status sosial-ekonomi : Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya

4. Pengetahuan : Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang


baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga
kebersihan kakinya.

5. Budaya : Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang : Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

7. Kondisi fisik : Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.

A. Hygiene Dan Sanitasi Penyelenggaraan Makanan

Penyelenggaraan makanan di hotel adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari


perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada tamu, dalam rangka
pencapaian status kesehatan yang optimal. Penyelenggaraan makanan di hotel sangat
bergantung dari higiene dan sanitasi agar makanan tersebut tidak menjadi sumber penularan
penyakit bagi manusia yang mengkonsumsi makanan tersebut. pada kegiatan sanitasi
makanan misalnya kebersihan bahan makanan yang diolah sebagai makanan untuk tamu yang
menginap di hotel. Dapat juga diperhatikan kebersihan dalam pembuatan makanan :

8
a. Cara pengangkutan bahan makanan ke gudang

b. Cara penyimpanan bahan makanan yang tepat pada tempat dan kondisi bahan makanan.

c. Cara penyajian makanan untuk tamu yang ada di hotel tersebut.

Di dalam proses penyelenggaraan makanan terdapat lima prinsip sanitasi dalam


penyelenggaraan makanan yang biasanya dilakukan di hotel, restoran, rumah makan, rumah
sakit dan tempat lain yang membuat makanan / minuman dengan cara diproduksi, diolah,
disimpan, dijual, atau disajikan bagi umum. Adapun persyaratan sanitasi penyelenggaraan
makanan (Mubarak dkk ,2009):

a. Pengadaan Bahan Makanan

Kesehatan makanan selain ditentukan oleh proses pembuatan dan orang yang membuat
makanan, juga dipengaruhi oleh bahan makanannya sendiri. Dalam pembuatan makanan dan
pada penyelenggaraan makanan pada hotel yang harus di perhatikan adalah bahan makanan
harus dalam kondisi yang baik, tidak rusak, dan tidak membusuk. Setiap bahan makanan
yang mengalami kerusakan, terutama kerusakan disebabkan mikrobiologis akan memberikan
ciri-ciri menurut jenis bahannya. Meskipun demikian terdapat ciri-ciri umum yang
mencirikan perubahan komponen utama penyusun bahan makanan. Dengan demikian, bahan
makanan yang tinggi kandungan proteinnya akan memiliki tanda kerusakan yang berbeda
dengan bahan makanan yang tinggi kandungan lemak atau karbohidratnya.

b. Tempat Penyimpanan Bahan Makanan

Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih,
penempatan terpisah dengan makanan jadi, penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk
setiap jenis bahan, bila bahan makanan disimpan di gudang, cara penyimpanannya tidak
menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan ( jarak makanan dengan
lantai 15 cm, jarak makanan dengan dinding 5 cm, jarak makanan dengan langit-langit 60
cm), bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak sedemikian rupa
sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan, bahan makanan yang masuknya
lebih dahulu di keluarkan terlebih dahulu sedangkan bahan makanan yang masuk belakangan
di keluarkan belakangan ( first in first out ).

Beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan sehubungan dengan cara penyimpanan bahan
makanan (Reksosaebroto, 1978) yaitu :

9
1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus (gudang) yang bersih

2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah cara
pengambilannya

3. Untuk bahan makanan yang yang mudah membusuk harus disediakan tempat penyimpanan
makanan yang dingin.

4. Makanan jadi dalam kondisi baik, tidak rusak, dan tidak busuk. Jika makanan dalam
kemasan kaleng tidak boleh menunjukkan adanya pengembungan, cekungan, dan kebocoran.

5. Sayur-sayuran yang mentah akan dimakan , dicuci dengan larutan kalium permanganate
0,02 % atau dimasukkan dalam air mendidih untuk beberapa detik (Mubarak dkk, 2009).

6. Penyimpanan makanan jadi harus terlindungi dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga
dan hewan.

7. Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5 °C atau lebih, atau disimpan
dalam suhu dingin 4 derajat C atau kurang, makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam
waktu yang lama (lebih dari 6 jam) disimpan dalam suhu -5 °C sampai -1 °C (Mubarak dkk,
2009).

C. Pengelolaan Makanan

Ada 4 hal pokok yang harus diperhatikan dalam pengolahan makanan menurut (Depkes RI,
2005) :

1. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dan kontak
langsung dengan tubuh.

2. Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dapat dilakukan dengan menggunakan
sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok garpu, dan sejenisnya.

3. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus memakai celemek/apron, tutup
rambut, sepatu dapur, tidak merokok, tidak makan atau menguyah, tidak memakai perhiasan
kecuali cincin kawin yang tidak berhias, tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang
bukan untuk keperluan, selalu mencuci tangan sebelum bekerja, selalu mencuci tangan
sebelum dan setelah keluar dari kamar mandi, selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang
tidak dipakai di luar rumah sakit.

10
4. Tenaga pengolah makanan harus memiliki sertifikat vacsinasi chotypa dan baku terhadap
kesehatan yang berlaku

D. Tempat Pengolahan Makanan (dapur)

Dapur adalah suatu tempat dimana makanan dan minuman di persiapkan dan diolah.
Dapur sangat berperan terhadap kualitas makanan yang akan dihasilkan. Mengingat hal
tersebut, maka untuk mendapatkan makanan yang berkualitas baik, dapat senantiasa dalam
keadaan bersih atau lebih tepat dikatakan saniter, dapur hendaknya memenuhi syarat sebagai
berikut : lantai, dinding,jendela dan pintu,cerobong asap,ventilasi,pencahayaan,peralatan,
fasilitas pencucian peralatan bahan makanan,tempat cuci tangan, air bersih.

E. Pengangkutan Makanan Masak

Makanan masak yang berasal dari tempat pengolahan makanan, memerlukan


pengangkutan untuk disimpan atau di sajikan. Kemungkinan pengotoran makanan terjadi
sepanjang pengangkutan, bila cara pengangkutan makanan kurang tepat dan alat angkutnya
kurang baik dari segi kualitasnya dalam hal ini yang paling penting di jaga adalah kebersihan
cara pengangkutannya, sehingga tidak mendapatkan pengotoran dari debu, serangga (lalat,
semut, dll). Selain itu kebersihan alat – alat pengangkutanya serta kebersihan tenaga – tenaga
yang mengangkutannya. Jadi baik atau buruknya pengangkutan di pengaruhi oleh tiga faktor :

1. Tempat dan alat pengangkutan

2. Tenaga Pengangkut

3. Teknik pengangkutan

Syarat – syarat penggangkutan makanan yang memenuhi aturan sanitasi menurut Permenkes
1204 tahun 2004 adalah :

1. Makanan diangkut dengan kereta dorong yang tertutup dan bersih.

2. Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih ada ruang gerak untuk ruang
gerak.

3. Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah untuk pengangkutan bahan makanan dan
makanan jadi.

F. Penyajian Makanan

11
Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sanitasi, yaitu bebas dari
kontaminasi, bersih dan tertutup, serta dapat memenuhi kebutuhan. Adapun persyaratan
penyajian makanan (PERMENKES no.1204 tahun 2004) adalah :

1. Makanan harus terhindar dari bahan pencemar.

2. Peralatan yang digunakan untuk menyajian harus terjaga kebersihannya.

3. Makanan jadi yang siap saji harus ditempatkan pada peralatan yang bersih.

4. Penyajian dilakukan dengan prilaku yang sehat dan prilaku yang bersih.

5. Makanan yang disajikan dalam keadaan hangat di tempatkan pada fasilitas penghangat
makanan dengan suhu minimal 60 °C.

2.7 Pengertian Hotel

Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan
pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang
sedang melakukan perjalanan dan calon pembeli mampu membayar dengan jumlah yang
wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Pengertian
yang dimuat oleh Grolier Electronic Publishing Inc.(1995) yang menyebutkan bahwa “ Hotel
adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-
pelayanan lain untuk umum”. Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industry
bahwa, hotel terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1.Transient Hotel, adalah hotel yang letak / lokasinya ditengah kota dengan jenis tamu yang
menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.

2.Residential Hotel, adalah hotel yang pada dasarnya merupakan rumah-rumah berbentuk
apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential
Hotel juga menyediakan kemudahan-kemudahan, seperti : layaknya hotel, seperti : restoran,
pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.

3.Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi dan juga ruang serta fasilitas
konfrensi untuk tamu-tamunya.

12
BAB III

PEMBAHASAN DAN GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum

The Westin Resort Nusa Dua berlokasi di kawasan Nusa Dua kompleks BTDC lot N-
3. Memiliki luas tanah 93.006 m2 dan luas bangunan 10.625 m2. Hotel Westin yang berada
dalam kawasan BTDC ini merupakan kawasan dengan luas 350 Ha, yang semula tanah
tandus dan tidak produktif dan akhirnya kini menjadi kawasan pariwisata di Bali.

13
Pembangunan prasarana kawasan Nusa Dua dilakukan oleh BTDC dengan dimulai dari fase I
pada tahun 1976-1979. Pada tahun 1978 mulai dibangun Sekolah Pariwisata, (BPLP) Balai
Pendidikan dan Latihan Pariwisata (Hotel and Tourism Management Training Center) dan
Training Hotel (Hotel Bualu), sekarang menjadi STP Bali. Tahun 1981-1983 mulailah
dibangun hotel pertama yaitu Nusa Dua Beach Hotel oleh investor Garuda Indonesia, melalui
anak perusahaan Aerowisata. Tahun 1985 – 1987 dibangun 3 hotel yaitu Hotel Putri Bali,
Hotel milik Pemerintah yang berada di bawah PT. HII, sekarang PT.Hotel Indonesia Natour
(HIN), Melia Bali Sol, yang merupakan investor asing yang berasal dari Spanyol, sekarang
Melia Bali Resort, Villas & Spa Club Med, yang juga merupakan sebuah investasi asing asal
Perancis. Pada tahun 1991 dibangun Nusa Indah Hotel & Convention Center, kini menjadi
Hotel Westin Resort dan Bali International Convention Centre (BICC).

The Westin Resort Nusa Dua dimiliki dan dikembangkan oleh Entitas Anak Perseroan, PT
Nusa dua Graha International. Terdiri dari 334 kamar modern dan mewah yang dirancang
oleh FBEYE International, sebuah perusahaan desain interior butik yang berbasis di
Singapura. Setiap kamar mempunyai luas rata-rata 38 meter persegi dimana semua kamar dan
suite menghadap ke laut, kolam renang, atau pemandangan taman tropis. Terdapat 5 kategori
kamar yaitu deluxe, suite satu kamar, suite dengan pemandangan ke laut, suite keluarga, suite
dengan dua kamar tidur.

Fasilitas Standar Di Hotel

Masing-masing dari 334 kamar yang baru saja diperharui dan kamar suite yang luas di The
Westin Resort Nusa Dua memiliki balkon pribadi dengan pemandangan laut yang luas, kolam
renang atau taman tropis. Bahkan rincian paling kecil pun telah dipertimbangkan demi
kenyamanan teknologi yang modern termasuk akses Wi-Fi internet nirkabel di seluruh resor
dan setiap kamar dilengkapi dengan tempat tidur inovatif dari Westin – Heavenly Bed®.

Fasilitas Hiburan

- Hiburan audio visual dengan koneksi iPod


- Permainan video tersedia jika diminta
- Televisi satelit
- Petunjuk daerah lokal
- Majalah

Fitur Tempat Tidur

- Heavenly Crib®

14
- Selimut bulu angsa
- Selimut duvet
- Tempat tidur Heavenly Bed®
- Tersedia bantal anti alergi dan bantal busa

Fasilitas Kantor/Telekomunikasi

- Adaptor pencolok listrik


- Jalur data
- Telpon dengan pengeras suara
- Voicemail
- Sambungan Langsung Internasional

Kamar Mandi

- Perlengkapan kamar mandi yang mewah


- Telpon di kamar mandi
- Pengering rambut
- Pancuran atau bak mandi Heavenly Shower/Bath®
- Jubah mandi dan beberapa fasilitas lainnya.

Disetiap kamar tentu memiliki fasilitas yang berbeda sesuai dengan jenis kamarnya. The
Westin Resort Nusa Dua juga memiliki restourant seperti : Ikan Restaurant & Bar, The
Veranda, Hamabe Japanese Restaurant,Capsicum Cafe,By The Water, KITES Bar & Lounge,
SPG Kids Pass - Program Makan untuk Anak-Anak, Makan Malam Bertema yang setiap
minggunya memiliki tema yang berbeda. Westin juga menyediakan fasilitas Spa di The
Westin Spa, Wedding ceremony, Meeting room, dan fasilitas mewah lainnya.

3.2 Pembahasan Data

Kesehatan Dan Alat Keselamatan Kerja Karyawan Hotel Westin

Berdasarkan hasil observasi kami dan wawancara dengan Bapak Gede Somunita,SH
bahwa prosedur K3 di Hotel Westin Resort Nusa Dua telah memiliki tim khusus Kesehatan
dan Keselamatan Kerja yang mengawasi dan melakukan pengecekan pada setiap alat
keselamatan karyawan serta kesehatan di masing masing departement. Setiap tahunnya
diadakan pelatihan K3, beberapa waktu yang lalu The Westin Resort Nusa Dua sempat
mendapat penyuluhan mengenai penyakit Ebola.

Setiap karyawan diperkenankan untuk tidak membawa seragam kerjanya pulang ke


rumah. Semua karyawan memakai seragam kerjanya dari hotel dikarenakan kekawatiran
pihak hotel terhadap kesehatan dan kebersihan karyawan itu sendiri. Alat-alat kesehatan

15
seperti P3K disetiap ruangan kerja, Alat pemacu jantung sudah tersedia di masing-masing
departemen. Karyawan yang mengalami kesehatan yang kurang baik dapat memeriksakan
dirinya di Medical clinic yang sudah disediakan dengan dokter yang stand by 24 jam karena
semua karyawan hotel mendapat asuransi kesehatan terkecuali penyakit Jantung, Kanker dan
penyakit berat lainnya tidak termasuk dalam asuransi. Di Westin terdapat ruangan khusus
rokok yang terletak di bagian pojok kantin, namun dalam rencana kedepan akan dihilangkan
dan dipindahkan di bagian luar. Di laundry departement kebersihan, sanitasi dan tempat cuci
tangan sudah tersedia dengan baik.

Di basemen terdapat alarm kebakaran, fire extingushers serta loker khusus


penyimpanan alat keselamatan kerja untuk bagian engineering. Untuk alat keselamatan kerja
Housekeping seperti masker yang difungsikan agar terhindar dari hazard ataupun debu saat
melakukan pembersihan, sarung tangan, alat kebersihan housekeping seperti :

1. Carry Bucket/Carry Cady : Kotak perlengkapan pembersih. Alat untuk


menyimpan perlengkapan dan bahan-bahan pembersih untuk keperluan
Room/public area attendant yang berbentuk kecil.
2. Countainer Bin : Tempat untuk menampung sampah sementara sebelum dibawa
ketempat pembuangan atau diangkut mobil pengangkut sampah.
3. Interior Cloth : Sejenis kain yang dapat digunakan untuk mengelap,
mengeringkan, furniture, keramik dan porselin dan benda-benda lain yang perlu di
dusting.
4. Jumbo Pad : Sejenis sponge yang permukaannya kasar yang digunakan untuk
membersihkan dinding kamar mandi yang dapat dijangkau dengan tangan.
5. Pad Scourer : Sejenis sponge yang terdiri dari dua bagian pada pegangan
bertekstur halus dan sebaliknya lapisan kasar yang dapat digunakan untuk
membersihkan dinding kamar mandi dan wastafel/ wash-basin.
6. Pad Boy Red : Alat sejenis sponge yang agak kasar yang disambung dengan stick
dan digunakan untuk membersihkan dinding kamar mandi yang tinggi/tidak dapat
dijangkau dengan tangan
7. Danger Notice/Wet Coution : Suatu alat yang digunakan untuk memberi tanda
peringatan supaya tamu atau siapapun yang lewat berhati-hati ”Lantai licin!” alat
ini dipasang pada saat dilakukan pembesihan lantai, perawatan lantai atau pada
saat moping.
8. Telescopic stic : Sejenis stick yang dipergunakan untuk menyambung alat
pembersih pada obyek pembersihan yang tinggi/tidak terjangkau dengan

16
tangan.Alat ini bermacam-macam,ada yang bisa dipanjang pendekkan dan ada
yang bisa dibengkokkan sekaligus.
9. Washer - set / Window Washer : Alat yang digunakan untuk membersihkan atau
mencuci jendela/kaca biasanya dapat disambung dengan tangkai/ tongkat jika
tidak dapat dijangkau dengan tangan.
10. Window Wipper : Alat yang digunakan untuk membersihkan permukaan kaca dari
air, debu, maupun kotoran lain yang menempel pada kaca
11. Gun Sprayer/Bottle Sprayer : Alat untuk menyemprot kan cairan/bahan pembersih
pada objek yang dibersihkan.
12. Blower : Alat pengering yang dipergunakan untuk mongeringkan karpet pada saat
disampo/alat ini juga dapat digunakan untuk menyapu
13. Carpet Extractor : Mesin yang digunakan untuk shampooing carpet. Mesin ini
disamping dapat mengeluarkancarpet shampoo juga menghisap cairanyang sudah
kotor yang akan ditampung di dalam tabung tersendiri.
14. Double Bucket & Trolley : Alat untuk menampung air yang sudah dicampur
dengan bahan pembersih maupun yang belum digunakan untuk mopping. Trolley
alat untuk membawa/ menempatkan bucket, sehingga memudahkan untuk
memindahkannya
15. Floor Maintenance Machine : Mesin untuk perawatan lantai, mesin ini dapat
berubah berfungsi sebagai brushing machine, buffing, machine, scrubing machine,
maupun sebagai polishing machine.
16. Dry foam extraction : Mesin untuk mencuci karpet dengan sistem busa, tanpa
dibilas lagi, dan sisa busa yang sudah kotor akan di hisap oleh mesin kembali.
17. Power wall : Mesin untuk mencuci tembok/dinding dengan sistem busa.
18. Upholstery Extraction : Mesin untuk mencuci sofa dengan sistem busa.
19. Wet & Dry Vacuum : Mesin untuk membersihkan lantai karpet khususnya & alat
untuk membersihkan :
a. debu pada lantai/karpet;
b. air yang menggenang pada lantai/karpet.
20. Hand Brush : Alat untuk menggosok kotoran dan noda-noda pada lantai dan
tembok.
21. Ceiling Brush : Alat untuk membersihkan debu di langit-langit atau permukaan
yang tinggi, serta sarang labalaba pada langit-langit yang sering kita jumpai.
22. Brush & Long Stick : Alat yang digunakan untuk menghilangkan kotoran yang
melekat pada lantai kering dan basah/dapat juga untuk menyapu lantai dengan
tangkai panjang.
23. Pail : Alat untuk menampung air dan larutan bahan pembersih.
24. Toilet Bowl Brush : Alat/sikat yang dipergunakan untuk membersihkan bagian
dalam toilet

17
25. Trolley Public Area : Kereta yang digunakan untuk menyimpan / mengangkut
perlengkapan public area untuk memudahkan pekerjaan bagi public area
attendant sehari-hari.
26. Lobby Duster : Alat yang dipakai untuk menjebak debu pada lantai atau area yang
luas (lobby, supermarket dll).
27. Floor Squeeqe : Alat untuk mengeringkan/menarik permukaan lantai yang
tergenang air.
28. Hand Gloves : Alat yang termasuk pada kelompok protective,dipakai untuk
melindungi tangan dari bahaya bahan kimia.
29. Dust pan & Broom : Alat untuk mengangkat/mengumpulkan debu dan sampah.
Alat untuk membersihkan lantai dari sampah atau kotoran basah maupun kering
yang sifatnya lepas/tidak menempel pada permukaan lantai.
30. Floor Machine & Brush : Alat dapat digunakan jika dipasangkan dengan floor
maintenance machine. Alat ini dapat digunakan untuk stripping,polishing, buffing,
scrubbing.

Untuk kesehatan di bagian Front Office terdapat P3K, hand sanitizer, alat
keselamatan kerja di ruangan front office tidak terlalu signifikan, hanya beberapa seperti
sikap duduk , jarak pandang antara komputer dan pengguna karena di front office maupun
bagian receptionist pekerjaannya lebih banyak duduk, berdiri dan bekerja di depan layar
komputer dalam waktu yang cukup lama. Alat keselamatan kerja lainnya terdapat di ruangan
bellboy yaitu mesin yang gunanya untuk menginformasikan orang-orang di hotel jika terjadi
bencana alam. Terdapat juga gambar-gambar petunjuk evakuasi jika terjadi gempa, selain itu
ada fire controller yaitu sejenis alat seperti alarm sistem yang digunakan untuk mengaktifkan
sirine tanda kebakaran.

Hygiene dan Sanitasi di Dapur Salah Satu Restoran Di Hotel Westin

Hygiene karyawan berdasarkan pengamatan kami seperti penampilan bersih, rapi baik
rambut maupun pakaian. Tidak mengenakan aksesoris dan make up yang berlebihan. Untuk
sanitasi, di bagian dapur tersedia washtafel dan tata cara cuci tangan yang bak dan benar
sebelum memotong sayur maupun daging. Daging di simpan dalam pendingin dengan suhu
yang telah ditetapkan sebelumnya. Suhu harus sesuai agar kualitas makanan tidak buruk
nantinya.

18
Untuk pengelolaan makanan seperti daging harus menggunakan pisau khusus dan
dalam keadaan bersih. Sebelum memotong daging cuci tangan dengan bersih. Setiap koki
memakai topi khusus untuk melindungi makanan ketika akan memasak agar rambut/kotoran
rambut tidak jatuh ke dalam makanan yang akan dihidangkan. Selain itu, topi koki juga
berperan untuk menyerap panas dan keringat yang disebabkan karena hawa panas di dalam
dapur. Di sebelah dapur juga terdapat tempat pengelolaan limbah padat. Sampah-sampah
padat dan cair di pisah pengelolaanya untuk mempermudah pengangkutan. Sampah tersebut
disimpan di dalam mesin pendingan terlebih dahulu agar ketika menunggu untuk di angkut
tidak membusuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

Keselamatan untuk tamu di Hotel Westin yang ada seperti lift yang di khususkan
untuk tamu berbeda dengan lift untuk karyawan maupun lift untuk barang. Fungsinya untuk
meningkatkan kenyamanan dan keamanan tamu. Di sebelah pintu lift terdapat peringatan jika
terjadi gempa tidak diperbolehkan menggunakan lift, tapi menggunakan tangga darurat.
Untuk lift semua jenis lift tamu maupun karyawan memiliki standar keamanan yang sama
seperti tersedianya telepon di setiap lift , terletak pada bagian atas lift.

Sebab-Sebab Kecelakaan Yang Terjadi Di Hotel Westin

Sebab-sebab kecelakaan di Hotel Westin adalah karena faktor kecerobohan karyawan,


kurangnya konsentrasi karyawan itu sendiri selain itu , karyawan merasa risih dan kurang
nyaman dengan alat-alat keselamatan. Beberapa diantaranya disebabkan belum beradaptasi
dengan alat keselamatan tersebut. Ini biasanya terjadi pada karyawan yang masih trainee .
untuk pekerja shift malam biasanya mendapat asupan makanan yang lebih tinggi
dibandingkan pekerja shift siang karena pada shift malam membutuhkan konsentrasi dan
tenaga yang lebih banyak.

Pencegahan Dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja Di Hotel Westin

Pencegahan dalam kecelakaan kerja yang dilakukan di Westin adalah dengan


mengadakan penyuluhan tentang penyakit menular, karena seperti yang kita ketahui
karyawan yang bekerja di hotel terutama yang paling sering berhadapan dengan tamu dan
orang yang diluar dari hotel berpotensi tertular penyakit. Seperti pekerja housekeping, room
attendant dan lain-lain. Jika karyawan sakit sudah tersedia klinik kesehatan , namun tetap

19
kesehatan adalah hal yang terpenting. Untuk penanggulangan kecelakaan kerja seperti
mengadakan simulasi gempa/tsunami, pelatihan K3 yang diadakan setiap tahunnya.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Prosedur K3 ( Kesehatan dan Keselamatan Kerja) telah diterapkan dengan baik dari
pihak hotel Westin. Alat-alat keselamatan dan P3K serta hygiene dan sanitasi baik dari
karyawan maupun lingkungan sudah sangat baik dengan disediakannya hand and sanitazer di
masing-masing department, selain itu medical clinic juga sudah tersedia untuk karyawan
hotel jika suatu saat mengalami kecelakaan. Di setiap dinding dipasang petunjuk-petunjuk
bahaya untuk mengingatkan karyawan agar tetap mawas diri karena kecelakaan kerja bisa
saja terjadi sewaktu waktu.

4.2 Saran

Penerapan K3 di hotel westin sudah diterapkan oleh pihak hotel dengan baik kepada
karyawan di masing-masing departement, namun masih ada karyawan yang tidak
menjalankan penerapan tersebut dengan baik dikarenakan kurangnya kesadaran diri dan tidak
mementingkan prosedur K3, sebaiknya pihak hotel bisa memberikan tindakan yang tegas atau
berupa teguran kepada karyawan tersebut yang nantinya akan membuat karyawan merasa
bahwa penerapan K3 sangatlah penting demi kenyamanan karyawan selama bekerja.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://perhotelan-esemka.blogspot.com/2014/02/jenis-jenis-peralatan-pembersih.html

http://id.linkedin.com/pub/jason-leung/20/111/77b

http://www.thecrowdvoice.com/post/asal-usul-topi-chef-3578541.html

http://www.westinnusaduabali.com/id/gallery

http://www.mncland.com/?dat=9&idd=202

http://www.btdc.co.id/profil-bali

Sucipto, Cecep Dani, 2014, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Gosyen Publishing.
Yogyakarta.

21
LAMPIRAN

Gambar 1.1 bagian luar resort

22
Gambar 1.2 International convention centre Gambar 1.3 double suite room

Gambar 1.4 presidential suite room Gambar 1.4 hotel bagian luar dekat pintu
masuk

Gambar 1.6 perlengkapan baju dan alat Gambar 1.7 alat pemadam kebakaran

Keselamatan kerja

23
Gambar 1.8 alaram kebakaran Gambar 1.9 kotak P3K

Gambar 1.10 P3K menyimpan alat pemacu jantung Gambar 1.11 Medical clinic

Gambar 1.12 Ruangan Medical clinic Gambar 1.13 Washtafel di Medical Clinic

24
Gambar 1.14 Hand and Sanitazer Gambar 1.15 Caution Wet Floor

Gambar 1.16 Sinar lampu untuk Gambar 1.17 Tempat Pengelolaan Limbah Cair

menyaring serangga

Gambar 1.18 Lemari Pendingin Gambar 1.19 Karyawan membersihkan limbah

Menyimpan Sampah Dari Limbah Cair

25
Gambar 1.20 Dapur Restoran Gambar 1.21 Tempat Bahan Makanan

Gambar 1.22 Laundry Department Gambar 1.23 Karyawan di Laundry Department

Gambar 1.24 Suasana Di Laundry Department Gambar 1.25 Tata Cara Mencuci Tangan

26
Gambar 1.26 Ruangan Manajer Housekeping Gambar 1.27 Peralatan Housekepin

Gambar 1.28 Petunjuk keselamatan kerja Gambar 1.29 P3K di Housekeping

Housekeping

27
Gambar 1.30 Petunjuk di Lift Tamu Gambar 1.31 Kotak P3K di ruangan Front Office

Gambar 1.32 Hand Sanitazer di Front Office Gambar 1.33 P3K di ruangan Bellboy

Gambar 1.34 P3K beserta alat Gambar 1.35 Alur Prosedur Evakuasi

pemacu jantung

28
Gambar 1.36 Mesin untuk Gambar 1.37 Struktur organisasi

Menginformasikan jika ada bahaya

Gambar 1.38 Fire Controller Gambar 1.39 Pusat Titik berkumpul

29
Gambar 1.40 Slickbar untuk mencegah kebocoran

30

Anda mungkin juga menyukai