Problem Orangtua
Permasalahan orangtua yang dihadapi orangtua, misalnya tidak punya anak,
kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit, hubungan yang tidak baik
dengan mertua, ipar, besan, dan lain sebagainya. Permasalahantersebut
merupakan sumber stres yang pada gilirannya seseorang dapatjatuh dalam
depresi dan kecemasan.
Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnyabagi kesehatan seseorang,
misalnya soal perubahan, pindah tempat tinggal, penggusuran, hidup dalam
lingkungan yang rawaan (kriminalitas). Rasa tercekam dantidak merasa
aman ini amat mengganggu ketenangan dan ketentramanhidup, sehingga
tidak jarang orang jatuh kedalam depresi dan kecemasan.
Keuangan
Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat,
misalnyapendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat
utang,kebangkrutan usaha, soal warisan. Problem keuangan amat
berpengaruhpada kesehatan jiwa seseorang dan seringkali masalah
keuangan inimerupakan faktor yang membuat seseorang jatuh pada depresi
dankecemasan.
Hukum
Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan
sumber stres pula, misalnya tuntutan hukum, pengadilan,
penjara. Stres di bidang hukum ini dapat menyebabkan seseorang
jatuh dalam depresi dan kecemasan.
Perkembangan
Yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baupun fisik
maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa,
menopause, usia lanjut. Kondisi setiap perubahan fase-fase
tersebut, untuk sebagianindividu dapat menyebabkan depresi dan
kecemasan, terutama pada mereka yang mengalami menopause
atau usia lanjut.
Stress Ringan
Stress ini biasanya tidak merusak aspek psikologis,
sebaliknya stress sedang dan berat mempunyai resiko
terjadinya penyakit, stress ringan umumnya dirasakan oleh
setiap orang misalnya, kemacetan dan dikritik. Situasi ini
biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa
jam.
Stress Sedang
Stress tahap ini terjadi lebih lama beberapa jam sampai
beberapa hari, contohnya kesepakatan yang belum selesai,
beban kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru
dan anggota keluarga pergi dalam waktu yang lama.
Stress Berat
stress kronis yang terjadi beberapa minggu sampai tahun,
misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis,
hubungan finansial dan penyakit fisik yang lama.
(Potter Perry, 1989 dalam Rasmun, 2005)
Sindrom adaptasi umun (general adaption syndrom / GAS), yaitu
tiga tahap reaksi terhadap stress (Page dan Lindsey, 2003 dalam
Potter, 2010).
GAS menggambarkan bagaimana respons tubuh terhadap stressor
melalui reaksi peringatan, tahap pertahanan, dan tahap
kelelahan. GAS dirangsang secara tidak langsung oleh kejadian
fisik atau secara tidak langsung oleh kejadian fisiologis.
GAS melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf
otonom dan sistem endokrin, dan respon terhadap stress. Ketika
tubuh mendapatkan kebutuhan fisik, seperti trauma, maka
kelenjar pituitari memulai GAS. Kelenjar pituitari berkomunikasi
dengan hipotalamus, yang menyekresikan endorfin.
Endorfin adalah hormon yang bekerja pada otak (seperti morfin
dan opiate), membuat perasaan damai dan mengurangi rasa
nyeri. Dengan cara ini GAS melindungi terhadap stress, baik
melalui aktivitas sistem neuroendokrin dan melalui penyediaan
endorfin yang menurunkan rasa nyeri.
Reaksi peringatan (alarm reaction)
peningkatan kadar hormon mengakibatkan peningkatan volume darah, kadar
glukosa darah, jumlah epineprin dan norepinefrin, denyut jantung, aliran darah
ke otat, masukan oksigen, dan kesadaran mental (Page adan Lindsey, 2003).
Selain itu, pupil mata berdilatasi untuk menghasilkan lapang pandang terluas.
Perubahan dalam sistem tubuh tersebut mempersiapkan individu untuk melawan
atau meninggalkan, dan biasanya berlansung dari 1 menit samapai beberapa
jam. Jika stresor merupakan ancaman terbesar bagi kehidupan atau berlansung
untuk waktu yang lama, maka individu akan maju ke tahap kedua, yaitu
ketahanan.
Tahap ketahanan (resistence stage)
tubuh mempertahankan kan merespon reaksi peringatan dengan cara yang
berlawanan. Kadar hormon, denyut jantung, tekanan darah, dan curah jantung
kembali ke normal, dan tubuh memperbaiki segala kerusakan yang telah
terjadi. Namun, jika stresor tetap ada, dan tubuh tidak dapat beradaptasi,
maka individu masuk ke tahap ketiga yaitu kelelahan.
Tahap kelelahan
terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi dapat menahan efek stresor dan ketika
tubuh telah menghabiskan energi yang diperlukan untuk mempertahankan
koping. Respon fisologis telah diperkuat tetapi dengan tingkat energi yang
rendah, kping seseorang terhadap stresor akan menurun. Tubuh tidak dapaat
melindungi dirinya terhadap daampak dari kejadiaan, perbedaan regulasi
fisiologis, dan jika stress terus berlanjut, dapaat menyebabkan kematian.
Tiga susunan otak yaitu: medula oblongata, formasi retikularis, dan kelenjar pituitari,
mengontrol respon tubuh terhadap sebuah stresor.
Medula Oblongata
Medula oblongata mengontrol denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan. Impuls
berjalan menuju dan dari medula oblongata untuk meningkatkan atau menurunkan fungsi
vital tersebut. Sebagia contoh, impuls sistem saraf parasimpatis atau simpatis berjalan
dari medula oblongata ke regulasi kontrol jantung untuk mengatur denyut jantung.
Denyut jantung meningkat saat merespons impuls dari serbut simpatis dan menurun pada
impuls dari serabut parasimpatis.
Formasi Retikularis
Formasi retikularis (reticular formation), sekelompok kecil neuron dalam batang otak dan
korda spinalis, memonitor status fisiologis tubuh secara terus-menerus melalui hubungan
dengan traktus sensorik dan motorik. Sebagai contoh, sel-sel spesifik dalam formasi
retikularis menyebabkan individu yang tidur menjadi sadar kembali, atau meningkatkan
tingkat kesadaraan ketika kebutuhan meningkat.
Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari, kelenjar kecil yang menempel pada hipotalamus, menghasilkan
hormon-hormon yang diperlukan untuk beradaptasi dengan stres. Contohnya seperti
adenocoticotropic hormone (ACTH), yang berfungsi menurunkan produksi kortisol. Selain
itu, kelenjar pituitari mengatur sekresi hormon tiroid, gonad, dan paratiroid. Mekanisme
umpan balik memonitor secara terus-menerus kadar hormon dalam darah dan mengatur
sekresi hormon. Ketika kadar hormon turun, kelenjar pituitari menerima sebuah pesan
untuk meningkatkan sekresi hormon. Ketika kadar hormon naik, kelenjar pituitari
menurunkan produksi hormon.
Stress, nyeri Aromaterapi
Relaksasi
Stress berkurang, nyeri berkurang
Nama latin : Lavandula Aungustifolia
Keluarga : Labiateae
Asal : Bulgaria, Inggris
Lavender adalah tumbuhan pendek
bercabang yang tumbuh hingga ketinggian 60
sentimeter. Habitus semak, daun bertulang
sejajar, bunga berwarna ungu kebiruan di
ujung cabang. Bunga lavender memiliki
aroma yang sangat harum. Tanaman ini
semakin tinggi tempat tumbuhnya, semakin
baik kualitas minyak yang dihasilkannya.
Menurut penelitian dalam 100 gram bunga lavender tersusun atas beberapa
kandungan, seperti :
minyak esensia (1-3%)
alpha-pinene (0,22%)
camphene (0,06%)
beta-mycrene (5,33%)
p-cymene (0,3%)
limonene (1,06%)
cineol (0,51%)
linalool (26,12%)
borneol (1,21%)
terpinen-4-ol (4,64%)
linalyl acetate (26,32%)
geranyl acetate (2,14%)
caryophyllene (7.55%)
Berdasarkan data diatas kandungan utama dari bunga lavender adalah
linalyl asetat dan linalool. Dan linalool adalah kandungan aktif utama yang
berperan pada efek anti cemas dan memeberikan efek relaksasi (IGA,
2011).
Minyak lavender adalah salah satu
aromaterapi yang terkenal memiliki efek
sedatif, hypnotic, dan anti-neurodepresive
baik pada hewan maupun pada manusia.
Karena minyak lavender dapat memberi rasa
tenang, sehingga dapat digunakan sebagai
manajemen stress. Kandungan utama dalam
minyak lavender adalaah linalool asetat yang
mampu mengendorkan dan melemeskan
sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-otot
yang tegang. Karena khasiat inilah bunga
lavender sangat baik digunakan sebagai
aromaterapi (IGA,2011).
Khasiat Fisik :
Mengurangi rasa sakit, anti depresi, anti infeksi, anti
virus, anti toksin, merangsang dihasilkannya cairan
empedu, mempercepat pembentukan jaringan bekas
luka, merangsang dan memperkuat jantung,
melancarkan datang bulan, menurunkan tekanan
darah, menguatkan sistim saraf, meningkatkan aliran
darah, melemaskan otot yang kaku, menghilangkan
bau, meningkatkan sistim kekebalan tubuh.
Khasiat Psikologi :
Mencairkan rasa marah yang tersimpan, menenangkan
emosi yang tidak stabil, meringankan stress,
mengatasi kepanikan, ketidak sabaran,menenangkan
jiwa, mengurangi rasa ketagihan, memberikan rasa
aman dan kenyamanan (Nuraini, 2014).
Apabila keadaan tersebut tidak dapat dilampaui dengan baik
(tidak mampu beradaptasi), maka yang bersangkutan akan
mengalami stress. Respon terhadap stress mencakup aktivitasi
sistem saraf simpatis dan pelepasan berbagai hormon dan
peptida, yang meliputi hormon dan peptida pada aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal, sistem opioid endogen, vasopresin
arginin, dan oksitosin. Respon stress juga mempengaruhi
pelepasan hormon pertumbuhan dan hormon reproduksi.
Hipotalamus adalah struktur primer di otak yang bertanggung
jawab untuk mempertahankan homeostasis fisiologis yang di
pengaruhi oleh stressor fisik dan psikologis. Stress mempengaruhi
hipotalamus dan karena itu mempengaruhi pelepasan beberapa
hormon dan neurotransmiter. Sehingga dapat mempengaruhi
fungsi beberapa sistem dan respon dalam tubuh, termasuk sistem
imun, kardoivaskuler, dan reproduksi, serta pencernaan dan
metabolisme bahan makanan (Corwin, 2009).
Melihat kondisi tersebut maka seseorang perlu
merileksasikan pikiran-pikirannya. Ada berbagai cara yang
dapat dilakukan oleh seseorang dalam mengatasi tekanan
dalam menghadapi keadaan dan situasi ini. Salah satu cara
yang dipakai adalah dengan memberikan aromaterapi
untuk mengurangi stress. Menghirup lavender
meningkatkan frekuensi gelombang alfa dan keadaan ini
diasosiasikan dengan bersantai (relaksasi). Ketika
aromaterapi dihirup, molekul yang mudah menguap dari
minyak tersebut dibawa oleh udara ke atap hidung
dimana silia-silia yang lembut muncul dari sel-sel reseptor.
Ketika molekul-molekul itu menempel pada rambut
tersebut, suatu pesan elektro kimia akan ditransmisikan
melalui bola dan olfactory ke dalam limbik. Hal ini akan
merangsang memori dan respon emosional. Sistem limbik
ini digunakan untuk sistem ekspresi emosi
(Koensoemardiyah, 2009)