DISUSUN OLEH :
VERA MULYAWANTIE 5418221082
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugasmata kuliah Manajemen Farmasi Rumah Sakit. Dalam
penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangatkami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Rumah Sakit Tipe C?
2. Apa syarat dan ciri-ciri Rumah Sakit Tipe C?
3. Bagaimana Manajemen Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Tipe C?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik meliputi:
Pelayanan Keperawatan seperti asuhan keperawatan,
Pelayanan Kebidanan seperti asuhan kebidanan,
Pelayanan Penunjang Klinik seperti perawatan intensif, pelayanan
darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen dan rekam medik,
Pelayanan Penunjang Non Klinik seperti laundry/linen, jasa boga
/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang,
ambulance, komunikasi, kamar jenazah, pemadam kebakaran,
pengelolaan gas medik dan penampungan air bersih.
b. Ketersediaan tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan di Rumah Sakit Tipe C disesuaikan dengan jenis
dan tingkat pelayanan. Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9
orang dokter umum dan 2 orang dokter gigi sebagai tenaga tetap. Pada
Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2 orang
dokter spesialis pada setiap pelayanan dengan 2 orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda. Pada Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik masing-masing minimal 1 orang dokter spesialis dengan 2
orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur di Rumah Sakit Tipe C
adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan
di Rumah Sakit. Tenaga penunjang disesuaikan dengan kebutuhan Rumah
Sakit.
c. Sarana prasarana Rumah Sakit
Sarana maupun prasarana Rumah Sakit Tipe C harus memenuhi
standar yang ditetapkan oleh Pemerintah. Baik peralatan medis maupun non
medis dan bangunan dari rumah sakit tersebut. Peralatan radiologi harus
memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jumlah tempat tidur minimal 100 buah. Administrasi dan manajemen terdiri
dari struktur organisasi dan tata laksana. Struktur organisasi tersebut memuat
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis,
unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Tata laksana
4
sebagai syarat Rumah Sakit Umum Tipe C meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, Standar Operasional Prosedur (SOP), Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMS) dan hospital by laws dan Medical Staff
laws.
Dalam menunjang Pelayanan Perawatan diperlukan Pengelompokan
ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenis hingga tiap kegiatan
tidak bercampur dan tidak membingungkan pemakai bangunan. Jadi Pada
Rumah Sakit Kelas C minimal jumlah tempat tidur yang harus ada 100 buah.
Maka perlu pengelompokan ruangan perwatan :
1. Ruang Rawat Inap
a. Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar (VIP).
b. Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (Kelas 1)
c. Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (Kelas 2)
d. Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (kelas 3).
2. Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan (Ruang Isolasi)
5
2. Misi
Mengadakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita, menjamin
mutu tertinggi dan pelayanan dengan biaya yang paling efektif serta
memberikan pendidikan dan pengetahuan baru di bidang kefarmasian
melalui penelitian bagi staf medik, mahasiswa, dan masyarakat.
3. Tujuan
Menurut The American Society of Hospital Pharmacist (ASHP:1994)
adalah:
Turut berpartisipasi aktif dalam penyembuhan penderita dan
memupuk tanggung jawab dalam profesi dengan landasan filosofi
dan etika.
Mengembangkan ilmu dan profesi dengan konsultasi pendidikan dan
penelitian.
Mengembangkan kemampuan administrasi dan manajemen,
penyediaan obat dan alat kesehatan di rumah sakit.
Meningkatkan keterampilan tenaga farmasi yang bekerja di instalasi
farmasi rumah sakit.
Memperhatikan kesejahteraan staf dan pegawai yang bekerja di
lingkungan instalasi farmasi rumah sakit.
Mengembangkan pengetahuan tentang farmasi rumah sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
6
Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam
keadaan biasa maupun dalam keadaan darurat, sesuai dengan
keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.
Melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai
obat.
Menjalankan pengawasan obat berdasarkan peraturan yang
berlaku.
Melakukan dan memberi pelayanan yang bermutu melalui
analisa, telaah, dan evaluasi pelayanan.
Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa,
telaah, dan evaluasi pelayanan.
Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan
metode.
b. Pelayanan farmasi meliputi penyediaan dan distribusi perbekalan
farmasi, pelayanan farmasi klinik serta membuat informasi dan
menjamin kualitas pelayanan yang berhubungan dengan penggunaan
obat. Hal ini mencakup beberapa hal, antara lain:
Perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi.
Pembuatan obat termasuk pengemasan kembali.
Penyimpanan perbekalan farmasi.
Distribusi dan penyerahan untuk pasien rawat jalan dan rawat
inap.
Penyelenggaraan pelayanan farmasi klinik yang meliputi
penyiapan, pencampuran, penyampaian dosis, indikasi efek
samping, penghitungan kadar, dan harga.
Penyediaan informasi dan edukasi bagi staf medik, tenaga
kesehatan, dan pasien.
Pemantau terapi obat (TDM) dan mengkaji penggunaan obat.
7
Pelayanan bahan/alat steril untuk keperluan pembedahan,
kegiatan medis, dan perawatan tertentu di dalam ruangan dan di
dalam rumah sakit.
2. Administrasi dan Pengelolaan
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan
farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan
standar pelayanan keprofesian yang universal. Kriteria yang diharapkan
antara lain:
a. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan tugas, fungsi,
wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di
dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit.
b. Bagan organisasi dapat direvisi setiap 3 tahun dan diubah bila
terdapat perubahan seperti pelayanan, pola kepegawaian, standar
pelayanan farmasi, dan peran rumah sakit.
c. Kepala instansi harus terlibat dalam perencanaan managemen dan
penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.
d. Instalasi farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk
membicarakan masalah-masalah dalam meningkatkan pelayanan
farmasi. Hasil pertemuan tersebut disebarluaskan dan dicatat untuk
disimpan.
e. Adanya PFT di rumah sakit dan Apoteker IFRS untuk menjadi
sekretaris komite.
f. Adanya komunikasi yang tetap terjaga dengan dokter dan
paramedis, serta selalu berpartisipasi dalam rapat yang membahas
masalah perawatan atau rapat antar bagian atau konferensi dengan
pihak lain yang mempunyai relevansi dengan farmasi.
g. Hasil penilaian atau pencatatan konduite terhadap staf
didokumentasikan secara rahasia dan hanya digunakan oleh atasan
yang mempunyai wewenang untuk itu.
h. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan
dilakukan evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap 3 tahun.
8
i. Kepala instalasi farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan
segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan
penggunaan obat.
3. Staf dan Pimpinan
Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi tercapainya tujuan
pelayanan. Kriterianya antara lain:
a. Instalasi farmasi rumah sakit dipimpin oleh seorang apoteker.
b. Pelayanan kefarmasian diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker
yang mempunyai pengalaman minimal 2 tahun di bagian rumah
sakit.
c. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.
d. Pada pelaksanaannya, apoteker dibantu oleh tenaga ahli madya
farmasi dan tenaga menengah farmasi.
e. Kepala instalasi farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap
segala aspek hukum dan peraturan-peraturan baik terhadap
pengawasan distribusi maupun administrasi barang.
f. Setipa saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk
melangsungkan dan mengawasi pelayanan kefarmasian dan harus
ada pendelegasian wewenang yang bertanggung-jawab jika kepala
farmasi berhalangan hadir.
g. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan
farmasi.
h. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan
dengan kebutuhan.
i. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi
atau tenaga farmasi lainnya, harus ditunjuk apoteker yang memiliki
kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan
tersebut.
j. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang
terkait dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada
penampilan kerja yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu
pelayanan.
9
4. Sarana Pra Sarana Instalasi Farmasi
Dalam upaya mendukung operasional pelayanan kefarmasian diapotek,
diperlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap pasien, mulai dari tempat, peralatan sampai
kelengkapan administrasi yang berhubungan dengan pengobatan.
Penataan (Lay Out) yang dimaksud adalah letak susunan tata ruang
disebutkan apotek.
a. Ruang tunggu
Ruang tunggu sebaiknya yang nyaman bagi pasien yaitu bersih,
ventilasi yang memadai cahaya yang cukup, tidak harus terdapat
kursi, tetai sebaiknya jika terdapat praktek dokter sebaiknya
tersedia tempat duduk dan ada tempat sampah. Sebaiknya ruang
tunggu apotek hanya digunakan untuk tempat para pasien
menunggu saja, bebas dari keluar masuknya orang lain dari luar
kedalam maupun dari dalam ke luar.
Dalam ruang tunggu umumnya terdapat kursi-kursi tamu untuk
pasien/konsumen yang berguna untuk menunggu penyiapan obat
oleh farmasis. Sebaiknya ruang tunggu di buat seluas dan
senyaman mungkin, tenang, bersih, segar, terang, tidak ada
nyamuk atau serangga lain yang mengganggu sehingga mereka
merasa betah, kerasan dan tidak lelah menunggu.
b. Ruang administrasi
Ruang administrasi terletak di belakang ruang apoteker dengan
alasan agar transaksi dengan sales dapat dilakukan. Pada ruang
administrasi juga ada akses pintu keluar untuk jalan bagi sales
dalam melakukan order dan pembayaran obat atau alat kesehatan.
10
Peralatan yang terdapat dalam ruangan ini adalah meja dan kursi
kantor, lemari, rak-rak dan dilengkapi dengan perangkat
komputer. Ruang administrasi diketuai oleh kepala seksi tata
usaha yang membawahi bagian-bagian sebagai berikut :
Administrasi persediaan kantor
Menyusun mutasi barang di gudang pada kartu APK yang
berfungsi menginformasikan mutasi dan sisa barang di gudang
sebagai alat kontrol terhadap persediaan barang di gudang,
informasi sumber pembelian, harga satuan dan potongan harga
per item barang
Administrasi hutang dan piutang dagang
Menyusun penambahan, pengurangan sisa hutang, dalam kartu
hutang dagang sehingga dapat memberikan informasi sisa
hutang dagang kreditur setiap saat dan menyusun kartu piutang
dagang yang berfungsi mengontrol piutang dagang yang sudah
atau belum dibayar
Administrasi penjualan
Merekapitulasi seluruh penjualan baik tunai ataupun kredit dan
menyiapkan administrasi penagihan
Administrasi keuangan
Menyusun semua mutasi uang kegiatan apotek berdasarkan
buku kas, buku bank, buku memorial berisi data penerimaan
dan pengeluaran di luar buku kas/ bank yang bersipat intern
perusahaan.
Administrasi personalia
Administrasi yang berhubungan dengan kesejahteraan
karyawan
c. Ruang apoteker
Diruang kerja APA ditempatkan meja dan kusi kantor, rak-rak,
perangkat komputer, buku-buku referensi dan alat tulis kantor,
telepon juga lemari besi tempat penyimpanan uang. Lemari besi
11
tersebut sebaiknya ditanam, alasnya disemen/dibeton. Ruang
apoteker mempunyai akses pintu keluar untuk jalan masuk bagi
pasien yang ingin mendapatkan pelayanan informasi obat dan
konseling. Alasan ruang apoteker ditempatkan dibelakang etalase
bertujuan agar setiap kegiatan dapat dipantau dari ruang apoteker.
d. Tempat display
Tersedia tempat untuk mendisplay obat bebas dan obat bebas
terbatas yang berada di luar ruang apotek, serta informasi bagi
pasien berupa brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan yang
berisi informasi terutama untuk meningkatkan pengetahuan dan
perilaku pasien, sedangkan obat keras diletakkan di dalam ruang
apotek. Penempatan obat harus terlihat dari luar, tidak boleh
terlalu dibawah, terdapat permainan warna agar terlihar menarik,
terlihar lengkap baik jumlah dan jenis obatnya, obat fast moving
(obat yang laku terjual) diletakkan di paling atas dan diletakkan
disebelah kanan lemari. Prinsip penempatan produk pada suatu
bagian biasanya berhubungan dengan display produk pada bagian
lain. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain :
Penyusunan suatu box kemasan pada suatu rak. Barang-barang
dagangan tidak hanya ditempatkan begitu saja pada rak-rak.
Penempatan suatu produk pada rak sangat penting artinya.
Box kemasan produk-produk OTC memiliki 6 sisi dan 4 sisi
yang memungkinkan untuk ditunjukan pada pelanggan. Ada
satu cara terbaik untuk menampilkan suatu kemasan produk.
Tiap-tiap kemasan produk didesain oleh pabrik yang semenarik
mungkin dan desain tersebut biasanya ada bagian atas dan ada
bagian depan dari kemasan yang dapat terlihat oleh pelanggan.
Ini adalah cara terbaik untuk menempatkan suatu produk OTC.
Produk dimuka (Producct Facing)
Produk dimuka atau penyusunan suatu rak produk secara
melebar dalam suatu rak. Jika penyusunannya adalah 1 pak
12
melebar didepan dan 4 pak disusun dibelakangnya, penyusunsn
tersebut dinamakan ”one facing fout deep”. Jika ada 3 pak
melebar didepan dan 6 pak disusun dibelakang dinamakan
”three facing six deep”.
Hot-spot Cross
Posisi terbaik untuk sutu produk dalam departemen adalah
bagian tengah, tempat level tertiggi pandangan pembeli wanita
akan tertuju. Alasannya adalah secara human nature untuk
berdiri ditengah-tengah suatu bagian ketika sedang memilih dan
wanita adalah orang yg sering berbelanja. Sehingga suatu
produk akan lebih muda terlihat jika ditempatkan pada posisi
ini. Posisi tengah disebut hot-spot Cross. Untuk menentukan
suatu produk berdasarkan prinsip hot-spot gross, 2 pilihan
utama yang berkaitan dengan penempatan rak yaitu secara
vertikal/horizontal.
1. Penempatan baris secara vertikal
Format baris secara vertikal akan efektif apabila
pelanggan mengarahkan pandangannya dari kiri kekanan
sehingga melihat display produk tanpa memperdulikan
bagaimana level pandangannya. Sayangnya baris secara
vertikal akan memakan banyak tempat sehingga akan
membutuhkan biaya yang lebih besar dari tiap incinya. Untuk
alasan inilah beberapa farmasis tidak menggunakan cara ini.
2. Penempatan baris secara horizontal
Dengan baris secara horizontal produk-produk yang
sama dengan ukuran yang berbeda ditempatkan pada rak yg
13
sama dimana diletakkan berbaris kebelakang. Cara ini
membutuhkan ruangan yang lebih sedikit lebih mudah dalam
penjagaan dan lebih konsisten. Kekurangan cara ini adalah
produk-produk mungkin kurang mendapat perhatian dari
pelanggan dari pada jika menggunakan cara vertikal.
14
f. Ruang peracikan
Tersedianya ruang/tempat dilakukannya peracikan obat yang
memadai serta dilengkapi peralatan peracikan yang sesuai dengan
peraturan dan kebutuhan. Suatu faktor yang membedakan apotek
dengan bisnis retail lainnya adalah adanya bagian peracikan atau
peresepan. Ruang ini merupakan tempat peracikan obat-obat yang
diresepkan dokter. Ruang peracikan dihubungkan dengan pintu
penghubung dengan ruang tempat penerimaan resep/uang dan
biasanya untuk kepraktisan dibuat loket tembusan untuk
penyerahan resep dan obat yang sudah selesai diracik. Pada ruang
peracikan sebaiknya harus tenang, bersih dan nyaman, cukup
ventilasinya bahkan bila memungkinkan ber AC. Pada ruangan ini
sebaiknya dipisahkan dari orang lalu-lalang seperti para
salesman/tamu-tamu.
15
- Alat pembuatan, pengelolaan, peracikan obat, seperti:
timbangan, mortir, gelas piala dan sebagainya.
16
Tata letak obat mudah untuk di gapai oleh tangan, penempatan
obat tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu dalam, gudang obat
hanya untuk menyimpan obat yang sering terjual, sehingga
gudang obat tidak selalu ada dalam apotek.
Sistematika penyusunan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan lainnya, sehingga dibutuhkan rak-rak penyimpanan
yang sesuai dan memudahkan keluar masuk sediaan farmasi.
17
persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk
menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.
Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran
kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus
dibaut pada tembok atau lantai.
18
1. Ruang/ tempat penyerahan obat
Penyerahan obat dilakukan pada tempat yang memadai, sehingga
memudahkan untuk melakukan pelayanan informasi obat.
2. Tempat pencucian alat
Untuk menjamin kebersihan alat – alat yang digunakan pada saat
meracik, dapat disediakan wastafel dengan keran air yang
mengalir, sabun, lap bersih dan lainnya.
3. Peralatan penunjang kebersihan apotek
Agar apotek senantiasa dalam keadaan bersih dan terawat, dapat
disediakan alat – alat kebersihan seperti lap pel, sapu, tempat
sampah, dan lainnya. Selain itu bangunan apotek harus dilengkapi
dengan:
Sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan
tugas dan fungsi apotek.
Alat pemadam kebakaran minimal dua buah yang masih
berfungsi dengan baik.
Ventilasi dan sistem sanitasi yang memenuhi persyaratan
hygiene lainnya.
h. Ruang/tempat penyerahan obat
19
i. Tempat pencucian alat
Penyimpanan Narkotika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0.
28/Menkes/Per/1978:
Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan.
Dibagi 2 masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian 1 digunakan
untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan
narkotika. Bagian 2 digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan
sehari-hari.
Lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang
40x80x100 cm3, lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh MenKes.
Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi kuasa.
Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan yang tidak
diketahui oleh umum.
20
2.3.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi
21
3. Merencanakan jumlah dan kualifikasi SDM yang di butuhkan
4. Merencanakan pengembangan SDM di instalasi Farmasi
5. Mengatur jadual dinas staf farmasi
6. Merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi
proses pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran obat,
perbekalan farmasi kesehatan sesuai kebutuhan
7. Merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi
pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan kepada
instansi yang berwenang untuk obat narkotika,psikotropika dan
bahan berbahaya di Rumah Sakit.
8. Merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi
pengadaan, penyimpanan,dan penyaluran obat dan medical
supplies yang mempunyai tanggal kadaluwarsa agar tercapai index
barang kadaluwarsa atau barang rusak minimal.
9. Melaksanakan pengawasan, pembinaan dan bimbingan serta
penilaian tehadap para staf
10. Mengarahkan kegiatan Instalasi Farmasi agar sesuai prinsip
keselamatan pasien dan mencapai sasaran mutu Instalasi Farmasi
11. Mensosialisasikan/ menginformasikan hal-hal penting yang perlu
di ketahui pekerja, misal ; kebijakan, peraturan,ketentuan,SPO,
hasil rapat, dsb.
12. Menindaklanjuti hasil kajian mutu dan keselamatan pasien dalam
rangka meningkatkan pelayanan farmasi rumah sakit wijaya
kusumah
13. Membuat kajian dan evaluasi terkait kegiatan pelayanan
kefarmarsian
14. Melaksanakan Supervisi dan reconsiliasi
15. Mengelavaluasi hasil kegiatan supervisi apoteker atau visit
apoteker
22
1.4 Akreditasi Rumah Sakit
Akreditasi RS adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah
padarumah sakit karena telah memenuhi standar yang ditentukan.
Sedangklan tujuan utamanya adalah meningkatkan mutu layanan RS.
Definisi dari Federasi Akreditasi Intrernasional (ISQua):
Akreditasi adalah suatu pengakuan publik melalui suatu badan nasional
akreditasi rumah sakit atas prestasi RS dalam memenuhi standar akreditasi
yang dibuktikan melalui suatu asesmen pakar serta (peer) eksternal yang
independen.
Bagi Rumah Sakit semakin bagus akreditasinya berarti semakin bagus
pelayanan. Tim KARS di Rumah Sakit harus selalu ada perbaikan dari masa
kemasa. Selain itu Self assessment akan peningkatan pelayanan. Masyarakat
akan lebih percaya pada RS yang terakreditasi Bagi pemerintah pula harus
melakukan cara pendekatan seperti konsep mutu pelayanan Rumah Sakit
dan gambaran RS tersebut untuk Pengembangan Pembangunan Kesehatan.
Bagi masayarakat, meraka dapat memilih dengan tepat Rumah Sakit yang
berkualitas. Masyarakat akan merasa lebih aman dengan pelayanan RS yang
terakreditasi.Bagi pegawai dengan adanya akreditasi akan lebih senang dan
aman. Apabila memenuhi standar pelayanan akan pegawai akan mendapat
reward dan reward tersebut akanmeningkatkan motivasi kerja.
23
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Rumah Sakit Tipe C adalah rumah sakit yang berdiri di setiap
kabupaten/kota dan merupakan rumah sakit rujukan dari faskes 1
(puskesmas/poliklinik). Pada Rumah Sakit Tipe C terdapat fasilitas dan
kemampuan Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik. Dalam menunjang kegiatan di Rumah Sakit Tipe C, maka
sarana dan prasarana yang disediakan harus sesuai dengan standar yang telah
ditentukan oleh Kementrian Kesehatan. Tenaga medispun juga harus
mencukupi dan bersiaga selama 24 jam dan 7 hari seminggu.
1.2 Saran
Salah satu efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Umum harus menciptakan dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit agar dapat melayani
kebutuhan dan keinginan serta memberikan kepuasan kepada pasien yang
penerapannya harus dilaksanakan oleh semua elemen organisasi rumah sakit
secara komprehensif dan berkelanjutan termasuk pula pasien sebagai pihak
pemakai
24
DAFTAR PUSTAKA
Permenkes No.56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
25