TESIS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
NPM : 1206339531
Tanda Tangan :
ii Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 8 Januari 2015
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat
dan karunia, serta bantuan dan pertolongan yang telah diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Farmasi pada Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
tesis ini, sangatlah sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. dr. Taralan Tambunan, Sp.A(K) sebagai dosen pembimbing pertama dan
pembimbing lapangan yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini.
2. Rani Sauriasari, M.Sc., Ph. D., Apt sebagai dosen pembimbing kedua yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan tesis ini.
3. Kepala bagian, perawat dan petugas administrasi PICU juga petugas IT
RSCM.
4. Kepala bagian penelitian RSCM, Dr. dr. Andri Marulitua Lubis, Sp.OT
beserta petugas administrasi bagian penelitian.
5. Dra. Yulia Trisna, Apt, M.Pharm., selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUPN
Cipto Mangunkusumo.
6. Rina Mutiara, M.Pharm., Apt., selaku pembimbing lapangan di PICU RSUPN
Cipto Mangunkusumo.
7. Seluruh staf RSUPN Cipto Mangunkusumo yang telah membantu dan
membimbing dalam pengumpulan data tesis ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran untuk
menyempurnakan tesis ini. Akhir kata, semoga tesis ini dapat membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
November 2014
Penulis
iv Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 8 Januari 2015
Yang menyatakan
v Universitas Indonesia
ABSTRAK
Peranan farmasi klinik di era JKN telah berkembang yaitu melakukan evaluasi
farmakoekonomi terutama pada penggunaan antibiotik pasien anak di PICU yang
berisiko tinggi akan resistensi. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi peran
serta farmasi klinik pada terapi antibiotik secara ekonomi di PICU RSCM periode
Mei-Oktober 2014. Metode yang digunakan adalah analisis efektivitas biaya.
terhadap lama rawat pasien pada kelompok pasien yang tidak mendapatkan
rekomendasi periode Mei-Juli 2014 (NR) dibandingkan dengan kelompok pasien
yang mendapat rekomendasi dari farmasi klinik periode Agustus-Oktober 2014
(R). Hasil yang diperoleh dari 42 pasien kelompok NR dan 51 pasien kelompok R
adalah total biaya pada kelompok NR sebesar Rp 427.805.134, sedangkan
kelompok R sebesar Rp 349.302.060. Total lama rawat pasien pada kelompok NR
adalah 268 hari, sedangkan kelompok R adalah 228 hari. Rata-rata lama rawat per
pasien kelompok NR yaitu 6,4 hari sedangkan kelompok R yaitu 4,5 hari.
Persentase efektivitas pada kelompok NR adalah 15,36%, sedangkan kelompok R
22,22%. Hasil ACER kelompok NR adalah Rp 1.591.537/hari, sedangkan ACER
kelompok NR adalah Rp 1.522.013/hari. Hasil analisa sensitivitasnya adalah
dominan karena biaya lebih kecil sedangkan efektivitasnya lebih besar. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa peran serta farmasi klinik dalam terapi dapat
menurunkan biaya dan lama rawat pasien di PICU RSCM.
Kata kunci:
Rekomendasi farmasi klinik, antibiotik, PICU, analisis efektivitas biaya (AEB),
biaya langsung, lama rawat.
vi Universitas Indonesia
ABSTRACT
The role of clinical pharmacy in National Health Insurance era to evaluate the use
of antibiotics has been evolved, especially for children in PICU which at high risk
for resistance. The research objective was to evaluate the role of clinical pharmacy
on antibiotic therapy in the PICU RSCM period from May to October 2014. The
method used is cost-effectiveness analysis to length of stay between the group of
patients who did not received recommendation of clinical pharmacy in the period
May - July 2014 (NR) compared with the group of patients who received the
recommendation of clinical pharmacy period from August to October 2014 (R).
The results were obtained from 42 patients NR group and 51 patients in the R
group. The total direct medical costs in the NR group Rp 427.805.134 , while the
R group Rp 349.302.060. Total length of hospital patients in the NR group was
268 days, while the R group was 228 days. Average length of stay per patient in
the NR group was 6.4 days, while R group was 4.5 days. Percentage of effectivity
from the NR group was 15,36%, while the group R was 22,22 %. ACER in NR
group is Rp 1.591.537 per length of stay, whereas the R group is Rp 1.522.013
per length of stay. The results of the sensitivity analysis is dominant because the
costs was less , while its effectiveness is greater. Thus, it can be concluded that
participation in the clinical pharmacy therapy in PICU RSCMcan reduce the cost
and length of hospital patients.
Key words:
Clinical pharmacist recomendation, antibiotics, PICU, cost-effectiveness analysis
(CEA) , direct cost, length of stay.
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................... v
ABSTRAK........................................................................................................vi
ABSTRACT .....................................................................................................vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xiii
1. PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................3
1.3 Tujuan .....................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus ...............................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................4
1.4.1 Untuk Stakeholders (Pemerintah, Asuransi, Rumah Sakit
dan Pasien) ....................................................................................4
1.4.2 Untuk Pendidikan ..........................................................................4
1.4.3 Untuk Penelitian ............................................................................4
Universitas Indonesia
x
4. HASIL PENELITIAN..................................................................................31
4.1 Alur Pemilihan Subjek Penelitian ..............................................................31
4.2 Karakteristik Klinis Pasien ........................................................................33
4.3 Jenis Rekomendasi Farmasi Klinik ...........................................................36
4.4 Perbandingan Total Biaya dan Lama Rawat Pasien
Pada Kelompok R dan NR........................................................................37
4.5 Hubungan Jenis Penyakit Penyerta dengan Lama Rawat Pasien................39
4.6 Analisis Perbandingan antara Kelompok NR dan R ..................................39
5. PEMBAHASAN ...........................................................................................41
5.1 Jenis Rekomendasi Farmasi Klinik ..........................................................41
5.2 Perbandingan Total Biaya dan Lama Rawat Pasien
Pada Kelompok R dan NR ......................................................................43
5.3 Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian ....................................................45
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1.1 Landasan Teori .............................................................................. 23
3.1.2 Kerangka Konsep .......................................................................... 23
3.10 Alur Penelitian ............................................................................... 30
4.1 Alur Pemilihan Kelompok Pasien .................................................. 31
xi Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.4 Kategori dan kewenangan penggunaan antibiotika di RSCM ............ 16
3.8 Definisi Operasional ...................................................................... 28
4.1 Karakteristik Klinis Pasien............................................................. 33
4.2 Jenis Penyakit Penyerta yang Tergolong Berat ............................... 35
4.3 Jenis Rekomendasi yang Diberikan Farmasi Klinik ........................ 36
4.4 Analisis Efektivitas Biaya antara Kelompok NR dan R ................. 38
4.5 Hasil Analisis Sensitivitas .............................................................. 38
4.6 Hasil Uji Perbandingan Total Biaya dan Lama Rawat
antara Kelompok NR dengan Kelompok R .................................... 40
Lampiran Halaman
1 Jenis Antibiotik yang Digunakan Pada Bulan Mei Oktober 2014 di
PICU RSUPN Cipto Mangunkusumo ............................................ 53
2 Perbandingan Antibiotik Pada Kelompok NR dan R ...................... 54
3 Peta Kuman PICU RSCM Bulan Agustus-Oktober 2014................ 55
4 Pola Sensitivitas Antibiotik di PICU periode Agustus-Oktober
2014 .............................................................................................. 56
5 Penyakit Penyerta .......................................................................... 63
6 Pedoman Penggunaan Antibiotik Divisi PGD Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSCM ................................................................. 65
7 Hasil Pengolahan Data ................................................................... 66
1 Universitas Indonesia
2
perawatan intensif anak pediatric intensive care unit (PICU) cukup tinggi. Pasien
yang dirawat di PICU adalah pasien anak-anak di bawah umur 18 tahun.
Kelompok pasien ini paling berisiko memperoleh antibiotik dengan tidak rasional
(CDC, 2013). Oleh karena itu, terapi antibiotik terutama pada pasien anak-anak
dalam kondisi kritis di PICU memerlukan pemantauan dan evaluasi yang
melibatkan peran serta/rekomendasi dari farmasi klinik agar penggunaan
antibiotik dapat dikendalikan dengan baik (Jhon, L.,J., 2011; Krupicka, M.,I., et
al. 2002.).
Upaya fasilitas pelayanan kesehatan dalam mengendalikan pelayanan terkait
obat termasuk antibiotik adalah membuat formularium rumah sakit. Pemilihan
daftar obat dalam formularium tersebut disusun berdasarkan pola penyakit yang
berkembang di daerah tersebut, efikasi, efektivitas, keamanan, kualitas, biaya, dan
dapat dikelola oleh sumber daya dan keuangan rumah sakit (Siregar, C., 2004).
Pada tingkat nasional, saat ini terdapat pula Formularium Nasional (FORNAS)
yang diberlakukan sebagai acuan penggunaan obat pada Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) (Departemen Kesehatan RI, 2013). Selain itu, implementasi buku
pedoman penggunaan antibiotik dan kebijakan pemberian antibiotik serta kerja
sama tim infeksi termasuk farmasi klinik dapat membantu pengendalian
penggunaan antibiotik (Gyssens, I., C., 2011).
Studi tentang manfaat peran serta farmasi klinik dalam mengurangi biaya
pengobatan di Indonesia masih sangat sedikit. Salah satunya adalah penelitian
analisis efektivitas biaya dari farmasi klinik yang dilakukan terhadap terapi pada
pasien dengan gangguan ginjal kronik (Nasution, A., Sulaiman, S. S. A., dan
Shafie, A. A., 2013). Studi yang ada tentang analisis efektivitas biaya terapi
antibiotik pada anak masih terbatas pada perbandingan program terapi pada
penyakit tertentu, misalnya pneumonia (Puteri, T., D., 2012). Namun data
mengenai seberapa pengaruhnya peran serta farmasi klinik terhadap biaya dan
efektivitas terapi antibiotik di PICU RSCM belum ditemukan di literatur. Padahal
sudah banyak studi di luar negeri menyebutkan dampak peran serta farmasi klinik
dalam PICU dapat menghemat biaya pengobatan (Rijdt., D., T., Willems., L., dan
Simoens., S., 2008; LaRochelle, J., M., Ghaly, M., dan Creel, A.,M., 2012;
Saokaew, S., Maphanta, S., dan Thangsomboon, P., 2009).
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5 Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
2.1.5. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap apoteker. Pemberian konseling
obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko Reaksi
Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang
pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient
safety) (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
2.1.6. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan ROTD, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan
menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan
lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit
baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program rumah sakit yang
biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care).
Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan
mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat
dari rekam medik atau sumber lain (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
dari tersebut ditujukan untuk mencapai beberapa tujuan yang muaranya sama. Jika
hasil rekomendasi darinya berbeda, misalnya penurunan kadar gula darah (oleh
obat antidiabetes) dan penurunan kadar LDL atau kolesterol total (oleh obat
antikolesterol), AEB tak dapat digunakan. Oleh pengambil kebijakan, metode
kajian farmakoekonomi ini terutama digunakan untuk memilih alternatif terbaik di
antara sejumlah rekomendasi dari kesehatan, termasuk obat yang digunakan, yaitu
sistem yang memberikan hasil maksimal untuk sejumlah tertentu dana.
Rumus Average Cost Effectiveness Ratio (ACER): Biaya/Efektivitas. Biaya
dapat dihitung dari biaya langsung, tidak langsung dan lain-lain, sedangkan
efektivitas merupakan unit klinis yang dinilai, misal life years saved, life years
gained, dan lain-lain.
Metode AEB menggunakan penghitungan rasio biaya rerata dan rasio
inkremental efektivitas-biaya (RIEB = incremental cost-effectiveness ratio/ICER).
Manfaat dari RIEB adalah dapat diketahui besarnya biaya tambahan untuk setiap
perubahan satu unit efektivitas-biaya. Selain itu, untuk mempermudah
pengambilan kesimpulan alternatif mana yang memberikan efektivitas-biaya
terbaik, pada kajian dengan metode AEB dapat digunakan tabel efektivitas-biaya.
Saat membandingkan dua macam obat, biasanya digunakan pengukuran
ICER yang menunjukan tambahan biaya terhadap pilihan yang lain. Jika biaya
tambahan ini rendah, berarti obat tersebut dapat dipilih, sebaliknya jika biaya
tambahan sangat tinggi maka obat tersebut tidak baik untuk dipilih (Schulman,
2000).
Kajian farmakoekonomi memperhitungkan aspek ketidakpastian
(uncertainty) dari berbagai data yang digunakan maupun yang dihasilkan.
Ketidakpastian timbul antara lain karena:
1. Kurangnya ketersediaan data, sehingga prediksi yang dihasilkan kurang
tajam (precise).
2. Hasil Kajian terhadap parameter umumnya berupa nilai diskrit (single
point, misalnya rerata), sementara dalam realita parameter tersebut berupa
nilai kontinyu yang terdistribusi acak dalam suatu kisaran tertentu.
3. Model analisis yang digunakan, misalnya yang terkait dengan metode
pengkombinasian parameter atau penggeneralisasianhasil kajian.
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Tabel 2.4 Kategori dan Kewenangan Penggunaan Antibiotika di RSCM (Tim Poka
PPRA IKA, 2013)
Lini 1 Lini 2 Lini 3
penggunaan bebas (oleh dokter penggunaan bebas dengan penggunaan terbatas hanya atas
umum dan residen) indikasi tertentu atas persetujuan konsulen khusus
persetujuan konsultan yang telah ditunjuk pada
masing-masing departemen
(Divisi Infeksi)
a. Aminoglikosida: gentamisin a. Aminoglikosida: a. Glikopeptida: vankomisin,
b. Penisilin: ampisilin, amikasin teikoplanin
amoksisilin b. Sefalosporin gen.III oral: b. Oksazolidinon: linezolid
Penisilin+penghambat sefiksim, sefditoren,
c. Sefalosporin generasi III:
betalakmase: sefpodoksim, seftibuten,
seftazidim (terutama pada
ampisilin+sulbaktam, sefprozil.
infeksi Pseudomonas
amoksisilin+klavulanat c. Sefalosporin gen III
aeroginosa)
c. Sefalosporin gen.I: sefradin, injeksi: sefotaksim,
d. Sefalosporin generasi IV:
sefaleksin, sefadroksil, seftriakson, sefoperazon
sefazolin (hanya pada pasien sefepim, sefpirom
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
(Tim Farmasi dan Terapi RSCM, 2014 dan Tim PPRA, 2013).
Universitas Indonesia
19
Kategori II B : tidak rasional oleh karena dosis interval yang tidak tepat
Kategori II C : tidak rasional oleh karena rute pemberian yang salah
Kategori III A : pemberian antibiotik terlalu lama
Kategori III B : pemberian antibiotik terlalu singkat
Kategori IV A : ada antibiotik lain yang lebih efektif
Kategori IV B : ada antibiotik lain yang kurang toksik
Kategori IV C : ada antibiotik lain yang lebih murah
Kategori IV D : ada antibiotik lain yang spektrumnya lebih sempit
Kategori V : tidak ada indikasi penggunaan antibiotik
Kategori VI : data tidak lengkap / tidak dapat dievaluasi
2.6 Biaya
Dalam kajian farmakoekonomi, biaya selalu menjadi pertimbangan penting
karena adanya keterbatasan sumberdaya, terutama dana. Dalam kajian yang terkait
dengan ilmu ekonomi, biaya (atau biaya peluang, opportunity cost) didefinisikan
sebagai nilai dari peluang yang hilang sebagai akibat dari penggunaan
sumberdaya dalam sebuah kegiatan. Patut dicatat bahwa biaya tidak selalu
melibatkan pertukaran uang. Dalam pandangan pada ahli farmakoekonomi, biaya
kesehatan melingkupi lebih dari sekadar biaya pelayanan kesehatan, tetapi
termasuk pula, misalnya, biaya pelayanan lain dan biaya yang diperlukan oleh
pasien sendiri (Kementerian Kesehatan RI, 2012)..
Biaya dapat dipengaruhi oleh inflasi (perubahan harga). Hal ini
menyebabkan kajian farmakoekonomi yang dilakukan beberapa waktu
memerlukan penyesuaian nilai. Penyesuaian nilai dilakukan penyesuaian nilai
layak dilakukan manakala sebuah program memiliki rentang waktu beberapa
tahun walau tingkat inflasi 0% (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Secara umum, biaya yang terkait dengan perawatan kesehatan dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Biaya langsung medis (direct medical cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terkait langsung dengan perawatan
kesehatan, termasuk biaya obat (dan perbekalan kesehatan), biaya konsultasi
dokter, biaya jasa perawat, penggunaan fasilitas rumah sakit (kamar rawat inap,
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
kandungan sama untuk menekan biaya obat. Sistem ini akan menekan biaya
kesehatan jadi rasional dan efektif (Departemen Kesehatan, 2009; Siregar, C.,
2004).
Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dokter
Terapi Implementasi Perawat
Antibiotik Pedoman Ahli Gizi Pelayanan Farmasi
Farmasi Klinik Klinik:
Pengkajian Resep
Pasien Dispensing
Pemantauan dan
Pelaporan Efek
Samping Obat
Pelayanan Informasi
Obat
Biaya Efektivitas Manfaat Konseling
Ronde/visite pasien
Pengkajian
Penggunaan Obat
: ruang lingkup penelitian
Gambar 3.1.1 Landasan Teori
Inflasi
Total Biaya
Peran Serta
Farmasi Klinik Total Lama Rawat
23 Universitas Indonesia
24
3.1.3 Hipotesis
1. Ada pengaruh rekomendasi dari farmasi klinik terhadap total biaya
antibiotik.
2. Ada pengaruh rekomendasi dari farmasi klinik terhadap lama rawat pasien.
Universitas Indonesia
25
Kriteria Inklusi
1. Pasien anak (berumur 1-18 tahun (pediatri)) yang menjalani rawat inap di
ICU anak IKA RSCM periode Mei-Oktober 2014
2. Pasien menderita infeksi akut yang memperoleh antibiotik. Pasien dinyatakan
menderita infeksi atas pemeriksaan klinis oleh dokter.
3. Sistem pembayaran pasien menggunakan BPJS.
Kriteria Eksklusi
1. Data rekam medik untuk antibiotik tidak lengkap.
2. Pasien yang meninggal dan pulang paksa.
3. Diagnosis pasien belum jelas.
Variabel Penelitian
o Variabel bebas : peran serta farmasi klinik
o Variabel tergantung : total biaya antibiotik dan lama rawat pasien.
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
2. Harga antibiotik
3. Lama perawatan di PICU RSCM
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
menggunakan Microsoft Excel 2007 (Microsoft Corp, Redmond, WA) dan SPSS
for Windows (versi 17.0; SPSS Inc, Chicago, IL).
Analisis regresi logistik dilakukan antara lama rawat pasien dengan variabel
perancunya yaitu jenis penyakit penyerta. Selain itu, jenis kelamin, usia, dan IMT
pasien dianalisis juga untuk memastikan tidak pengaruh bermakna terhadap lama
rawat. Analisis statistik berikutnya untuk melihat perbandingan variabel klinis
pasien dari kelompok kontrol dan studi digunakan uji Chi Square dan uji Mann
Whitney untuk jenis kelamin responden, jenis penyakit penyerta, dan kategori
BMI pasien, sedangkan uji t tidak berpasangan untuk usia dan IMT pasien dalam
skala numerik. Uji Mann Whitney dilakukan pada kategori usia pasien jumlah
penyakit penyerta.
Evaluasi terapi
antibiotik secara
farmakoekonomi
Analisis efektivitas
biaya dari
perbandingan kedua
kelompok di atas
Kelompok yang
lebih efektif
95 pasien diambil
secara total sampling
51 pasien dianalis
lebih lanjut
31 Universitas Indonesia
32
Pasien anak yang dirawat inap selama Mei-Oktober 2014 di PICU lantai 2
IGD RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan cara pembayaran secara jaminan
kesehatan nasional (JKN) adalah 220 orang. Kemudian pasien tersebut
dieksklusi sesuai kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya di bab 3, yaitu (1)
pasien yang berusia di bawah 1 tahun, (2) pasien yang meninggal, (3) pasien
pulang paksa, dan (4) pasien dengan data yang tidak lengkap . Kelompok pasien
dalam tiga bulan pertama (Mei-Juli 2014) yang tidak berikan rekomendasi dari
farmasi klinik (kelompok NR) sebanyak 42 orang dan kelompok pasien dalam
tiga bulan berikutnya (Agustus-Oktober 2014) yang diberikan rekomendasi dari
farmasi klinik (kelompok R) sebanyak 53 orang. Kelompok pasien tersebut
memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien pediatri yang mengalami sepsis dan
memperoleh antibiotik Selama pengumpulan dan pengambilan data pada bulan
Agustus-Oktober 2014, terdapat dua pasien yang tidak dapat dianalisis lebih
lanjut karena diagnosis pasien tersebut masih dalam diskusi dokter karena belum
jelas sehingga pemilihan antibiotik tidak dapat dilakukan secara tepat dan
sempat terjadi keterbatasan sediaan obat yang menyulitkan penyeleksian obat
secara rasional. Oleh karena itu, hanya 51 pasien yang dianalisis lebih lanjut
pada kelompok R, sedangkan 42 pasien dari kelompok NR semuanya dianalisis
seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.
Universitas Indonesia
33
Jenis kelamin pasien pria pada penelitian ini lebih banyak daripada wanita,
yaitu 52 orang (55,91%), sedangkan wanita 41 orang (44,09%). Pada kelompok
pasien yang tidak mendapatkan rekomendasi dari farmasi klinik (NR) bulan
Mei-Juli 2014 adalah pria 23 orang (55%) dan wanita 19 orang (45%),
sedangkan pada kelompok pasien yang mendapatkan rekomendasi dari farmasi
klinik (R) bulan Agustus-Oktober 2014 adalah pria 29 orang (57%) dan wanita
22 orang (43%). Oleh karenaitu, tidak ada dominasi dari salah satu jenis kelamin
di antara kedua kelompok pasien.
Usia pasien yang masuk dalam penelitian ini kebanyakan masih berada di
usia sekolah (7-8 tahun). Rentang usia pada kelompok pasien yang tidak
mendapatkan rekomendasi dari farmasi klinik (NR) bulan Mei-Juli 2014 dan
pada kelompok pasien yang mendapatkan rekomendasi dari farmasi klinik (R)
bulan Agustus-Oktober 2014 sama-sama berkisar antara 1-17 tahun. Oleh karena
itu, tidak terdapat perbedaan rentang umur yang signifikan pada kedua
kelompok.
Universitas Indonesia
34
Rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien pada kelompok pasien yang
tidak mendapatkan rekomendasi dari farmasi klinik (NR) bulan Mei-Juli 2014
dan pada kelompok pasien yang mendapatkan rekomendasi dari farmasi klinik
(R) Agustus-Oktober 2014 berkisar antara 16 kg/m2. Banyak pasien yang
memiliki tinggi dan panjang tubuh yang besar. Status gizi pasien yang diambil
rata-rata normal, hanya lima pasien yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang.
Penyakit penyerta yang diderita masing-masing pasien berbeda. Rata-rata
jumlah penyakit penyerta yang diderita pasien sebanyak 1-5 penyakit pada
kelompok NR dan 1-4 penyakit pada kelompok R dengan tingkat keparahan
berbeda-beda. Jenis penyakit penyerta pada kelompok NR yang tergolong
penyakit ringan sebanyak 26 kasus dan berat sebanyak 16 kasus, sedangkan jenis
penyakit penyerta pada kelompok R yang tergolong penyakit ringan sebanyak 29
kasus dan berat sebanyak 22 kasus. Adapun penyakit penyerta yang tergolong
berat tersebut di antaranya berupa tumor, kanker, pneumonia, TB, CKD
(Chronic Kidney Disease), abses otak, abses intraabdomen, malformasi saluran
pencernaan, obstruksi saluran pernapasan, dan lain-lain (Tabel 4.1b). Tingkat
keparahan penyakit penyerta pada pasien berbeda. Selain, ketidakhomogenan
dari penyakit penyerta, diagnosis infeksi bahkan sepsis yang diderita pasien juga
memiliki confounding sepsis, jenis penyakit infeksi, sumber infeksi dan tingkat
keparahan yang berbeda pula. Hal ini menyebabkan kondisi klinis pasien
berbeda-beda. Jenis penyakit penyerta ini menjadi variabel perancu bagi variabel
dependen lama perawatan pasien. Namun dalam penelitian ini, penyakit perancu
tidak akan dibahas lebih lanjut.
Universitas Indonesia
35
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
Universitas Indonesia
38
sedangkan pada kelompok R adalah 228 hari. Rata-rata lama rawat pasien per
kelompok yaitu sekitar 6,4 hari (kelompok NR) dan 4,5 hari (kelompok R).
Persentase rata-rata lama rawat per pasien kelompok NR adalah 58,72% dan
kelompok R adalah 41,28%. Bila efektivitas ini diestimasi dalam persentase 1
per rata-rata lama rawat per pasien maka efektivitas kelompok NR sebesar
15,63% dan kelompok R sebesar 22,22%.
Universitas Indonesia
40
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbandingan Total Biaya dan Lama Rawat antara Kelompok
NR dengan Kelompok R
Variabel Kategorik NR R p (Uji Chi
Square)
Total biaya 0,000
< Rp 10.000.000 27 40
> Rp 10.000.000 15 11
Total lama rawat pasien 0,000
1-11 hari 35 49
12-22 hari 7 2
Keterangan: NR= Kelompok pasien yang tidak mendapat rekomendasi dari
farmasi klinik; R= Kelompok pasien yang mendapat rekomendasi
dari farmasi klinik
Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
41 Universitas Indonesia
42
Universitas Indonesia
43
Rekomendasi lain seperti efek samping obat dan interaksi obat diberikan
saat peresepan obat melalui program komputer sehingga meminimalkan
medication error. Hal ini juga mengurangi pekerjaan farmasi klinik dalam
pengecekan efek samping obat dan interaksi obat. Walau pengecekan ulang tetap
perlu dilakukan, namun kejadian efek samping obat dan interaksi obat tidak ada.
Selain itu, tindakan penghentian obat tidak ada pada perlakuan kelompok R
karena tidak ada obat yang dihentikan. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian
LaRochelle dan kawan-kawan pada 159 pasien selama 66 hari di PICU yang
memberikan sekitar 1 rekomendasi evaluasi leboratorium dan 57 rekomendasi
dosis., rekomendasi yang diberikan pada penelitian ini lebih banyak.
Rekomendasi lain yang dilakukan adalah penghentian obat, informasi obat,
interaksi obat, penyesuaian dosis sesuai fungsi ginjal dan lain-lain. (LaRochelle,
J., M., Ghaly, M., dan Creel, A.,M., 2012). Pada penelitian lain di Thailand,
tingkat penerimaan rekomendasi dari 127 rekomendasi yang diberikan,
rekomendasi yang dapat diimplementasikan adalah 98,4% (Saokaew, S.,
Maphanta, S., dan Thangsomboon, P., 2009). Dengan demikian respon
penerimaan rekomendasi pada penelitian ini lebih baik.
Universitas Indonesia
44
biaya penunjang lain, biaya antibiotik akan menurun seiring dengan jumlah dan
jenis antibiotik yang digunakan.
Efektivitas pada penelitian ini dinilai dari lama rawat pasien di PICU.
Lama rawat pasien seluruh pasien pada kelompok NR adalah 268 hari,
sedangkan pada kelompok R adalah 228 hari. Jika dicari rata-rata lama rawat
pasien per kelompok maka terdapat penurunan dua hari lama rawat dari
kelompok NR ke kelompok R, yaitu dari sekitar 6,4 hari menjadi 4,5 hari.
Persentase lama perawatan diukur dengan cara menghitung seper lama rawat
dikali seratus persen sehingga lama rawat dapat terlihat sebagai unit efektivitas
pada analisis efektivitas biaya. Persentase lama perawatan kelompok NR adalah
30,26% dan persentase lama perawatan kelompok R adalah 35,83%. Hasil uji
perbandingan lama rawat antara kelompok NR dan R menunjukkan
kebermaknaan (p=0,000). Sebagaimana teori efektivitas, semakin besar nilai
efektivitasnya berarti program tersebut semakin efektif. Hal ini menunjukkan
bahwa terapi antibiotik lebih efektif dengan adanya pemberian rekomendasi.
Pada penelitian di Thailand, penurunan total biaya dan lama rawat tidak
menunjukkan kebermaknaan (p>0,05) (Saokaew, S., Maphanta, S., dan
Thangsomboon, P., 2009). Penelitian lain di Amerika, biaya PICU menghemat $
1,977. Selain itu, intervensi yang dilakukan farmasi klinik pada rumah sakit
pendidikan di Amerika selama dua tahun dapat menurunkan 31% biaya
antibiotik dan lama rawat 2,4 hari serta 1,67% mortalitas (Rijdt., D., T.,
Willems., L., dan Simoens., S., 2008). Pada penelitian ini, penurunan mortalitas
tidak diteliti karena data APACHE (Acute Physiology and Chronic Health
Evaluation) sebagai penilaian disfungsi organ pada pasien di PICU tidak
tersedia. Namun dilihat dari hasil penelitian, hasil penurunan biaya dan lama
rawat selama tiga bulan pada penelitian ini dianggap baik. Pada penelitian ini,
penurunan total biaya per pasien sebesar 19,6% dan penurunan lama rawat
sebanyak 1,9 hari ~ 2 hari.
Analisa efektivitas biaya menggunakan ACER yaitu dengan membagi total
biaya penggunaan antibiotik per pasien dengan efektivitasnya per pasien. Lalu,
ACER kelompok R dibandingkan dengan ACER kelompok NR. Hasilnya adalah
ACER kelompok R lebih rendah daripada kelompok NR yaitu ACER kelompok
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
46
Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil yang diperoleh dari 42 pasien kelompok NR dan 51 pasien kelompok
R adalah:
1. Total biaya pada kelompok NR sebesar Rp 427.805.134, sedangkan
kelompok R Rp 349.302.060.
2. Lama rawat pasien pada kelompok NR adalah 268 hari, sedangkan
kelompok R 228 hari. Rata-rata lama rawat per pasien menurun dari 6,4
hari menjadi 4,5 hari. Persentase efektivitas kelompok NR adalah 15,36%,
sedangkan kelompok R sebesar 22,22%.
3. Berdasarkan hasil analisis efektivitas biaya, pemberian rekomendasi pada
terapi antibiotik di PICU RSCM menunjukkan nilai cost effective yang
dominan dalam menurunkan biaya dan lama rawat pasien.
6.2 Saran
a. Penelitian farmakoekonomi seperti ini perlu dilakukan rutin untuk
mengevaluasi penggunaan obat tidak hanya antibiotik. Hal ini tidak hanya
bermanfaat menurunkan luaran terapi dan biaya pasien tetapi juga
anggaran obat-obatan yang perlu disediakan rumah sakit.
b. Keterlibatan farmasi klinik dalam terapi perlu ditingkatkan agar luaran
terapi lebih efektif dan efisien secara ekonomi serta meningkatkan mutu
terapi yang mengutamakan keselamatan pasien.
47 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
48 Universitas Indonesia
49
Dahlan, S. (2013). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Daftar Obat Esensial Nasional. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2013). Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 28/Menkes/SK/VIII/2013 Tentang Formularium
Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan. (2009). Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Pasien
Pediatri (pp. 510).
Directorate General of Medical Care Ministry of Health Republic of Indonesia.
(2005). Antimicrobial Resistance, Antibiotic Usage and Infection Control.
Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan. (2012). Profil Kesehatan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Edition, S., Harriet, T., Service, L., Johns, T., & Hospital, H. (2002). The Harriet
Lane Handbook A Manual for Pediatric House Officers.
Engle, W. a. (2004). Age terminology during the perinatal period. Pediatrics,
114(5), 13624. doi:10.1542/peds.2004-1915.
Goldman, M., P. dan Nair, R. (2007). Antibacterial treatment strategies in
hospitalized patients : What role for pharmacoeconomics? Cleveland
Clinic Journal of Medicine; 74(Suppl 4):s38-s47.
Gyssens, I., C. (2011). Antibiotic policy. Int J Antimicrob Agents; 38 Suppl:11-
20.
Harris, A., et al. (2006). The use and interpretation of quasi-experimental studies
in medical informatics. J Am Med Inform Assoc. 2006;13:1623.
John, L., J., et al. (2011). Drug utilization study of antimicrobial agents in
medical intensive care unit of a tertiary care hospital. Asian J Pharm Clin
Res, Vol 4, Issue 2, 2011, 81-84.
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Penerapan Kajian
Farmakoekonomi. Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 328/MENKES/SK/VIII/2013 Tentang Formularium
Nasional.
50
Siregar, C., J., P. (2004). Farmasi Klinik Teori dan Penerapan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 87 94.
Tim Farmasi dan Terapi RSCM. (2014). Buku Formularium RSCM 2014. Jakarta:
RSCM.
Tim IDAI. (2011). PPM IDAI. Jakarta: IDAI.
Tim Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. (2007). PPM Departemen Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: RSCM.
Tim PPRA. (2013). Pedoman penggunaan antibiotik. Jakarta: RSCM.
Tim Pokja PPRA IKA. (2013). Pedoman penggunaan antibiotik pediatrik.
Jakarta: RSCM.
Vogenberg, F., R. (2001). Introduction to applied pharmacoeconomics. USA:
McGraw Hill Medical Publishing Division.
Walley, T., dan Haycox, A. (2004). Pharmacoeconomics. Spain: Churchill
Livingstone.
WHO. (2014). Antimicrobial resistance global report on surveillance. France:
WHO.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jenis Antibiotik yang Digunakan Pada Bulan Mei Oktober 2014 di PICU RSUPN Cipto Mangunkusumo
53
54
Obat Fornas
(F =
Jumlah pada FORNAS;
kelompok Jumlah pada NF = NON
Nama Obat NR kelompok R Satuan FORNAS)
Amikasin 250 mg/2 ml 21 20 Vil F
Amikasin 500 mg/2 ml 23 10 Vil NF
Amoksisilin Klavulanat (1000 mg; NF
11 6 Vil
200 mg)
Amoksisilin Klavulanat (500 mg;
3 0 Tab
125 mg) tablet NF
Ampisilin Sulbaktam (1000 mg; NF
55 12 Vil
500 mg)
Azitromisin 500 mg 2 0 Vil NF
Gentamisin 80 mg/ 2 ml 11 4 Amp F
Imipenem Cilastatin 1 gm 22 0 Vil NF
Kloramfenikol 1 gm 18 0 Vil F
Levofloksasin 100 mg tablet 3 0 Tab F
Levofloksasin 500 mg/100 ml 1 0 Vil F
Meropenem 1 gm 66 89 Vil F
Meropenem 500 mg 66 38 Vil F
Metronidazol 500 mg/100 ml 52 168 Vil F
Piperasilin Tazobaktam (4 gm; 0,5 NF
14 2 Vil
gm)
Sefazolin 1 gm 1 34 Vil F
Sefepim 1 gm 25 56 Vil F
Sefiksim 100 mg kapsul 6 0 Cap F
Sefoperazon 1 gm 1 5 Vil F
Sefoperazon Sulbaktam 1 g (500 NF
22 52 Vil
mg; 500 mg)
Sefotaksim 1 gm 165 179 Vil F
Seftazidim 1 gm 23 31 Vil F
Seftriakson 1 gm 33 56 Vil F
Siprofloksasin 500 mg tablet 4 0 Tab F
Tigesiklin 50 mg/5 ml 2 12 Vil NF
Vankomisin 0,5 gm 5 15 Vil F
Klaritromisin 125 mg/5 ml 0 3 Bot NF
Sefadroksil 500 mg kapsul 0 2 Cap F
55
Antibiotik
Nama kuman Spesimen Kotrimoksazol Kloramfenikol Ampisilin Tetrasiklin Gentamisin
Acinetobacter sp Darah S
Elizabetkingia menigoseptica Darah
Enterobacter cloacae Darah R R S
Klebsiela pneumonia Darah
Pseudomonas aeroginosa Darah
Jumlah Antibiotik yang Masih Sensitif 0 1 0 0 1
Jumlah Antibiotik yang Resisten 0 1 0 1 0
Sensitivitas (%) - 50 - 0 100
Acinetobacter sp Sputum S
Acinetobacter sp Sputum
Klebsiela pneumonia Sputum
Pseudomonas aeroginosa Sputum
Pseudomonas aeroginosa Sputum I
Enterobacter aerogenik Sputum
Acinetobacter baumanii antitratus Sputum
Jumlah Antibiotik yang Masih Sensitif 2 0 0 0 0
Jumlah Antibiotik yang Resisten 0 0 0 0 0
Sensitivitas (%) 100 - - - -
56
Antibiotik
Nama kuman Spesimen Kotrimoksazol Kloramfenikol Ampisilin Tetrasiklin Gentamisin
Enterococcus sp Urin S
Enterococcus sp Urin
Enterococcus sp Urin S S S R R
Escherichia coli Urin S
Klebsiela pneumonia Urin
Jumlah Antibiotik yang Masih Sensitif 1 1 2 1 0
Jumlah Antibiotik yang Resisten 0 0 0 1 1
Sensitivitas (%) 100 100 100 50 0
Enterococcus sp Tinja R R R
Jumlah Antibiotik yang Masih Sensitif 0 0 0 0 0
Jumlah Antibiotik yang Resisten 1 0 1 0 1
Sensitivitas (%) 0 - 0 - 0
57
Antibiotik
Enterococcus sp Urin
Enterococcus sp Urin
Enterococcus sp Urin I R S R S R S S
Escherichia coli Urin I
Klebsiela pneumonia Urin
Jumlah Antibiotik yang Masih
Sensitif 2 0 0 1 0 1 0 1 1
Jumlah Antibiotik yang
Resisten 0 1 0 0 1 0 1 0 0
Sensitivitas (%) 100 0 - 100 0 100 0 100 100
58
Antibiotik
59
Antibiotik
Nama kuman Spesimen Tigesiklin Kolistin Meropenem Imipenem Vankomisin Fosfomisin Sefepim Sefoperazon Sefpirom Doripenem
Acinetobacter sp Darah R
Elizabetkingia
menigoseptica Darah
Enterobacter cloacae Darah R S S S R
Klebsiela pneumonia Darah R S R S R
Pseudomonas aeroginosa Darah I I R
Jumlah Antibiotik yang
Masih Sensitif 1 1 2 1 0 0 1 1 0 0
Jumlah Antibiotik yang
Resisten 2 0 0 2 0 0 1 1 1 0
Sensitivitas (%) 33,33333 100 100 33,33333 - - 50 50 0 -
Acinetobacter sp Pus I S R
Jumlah Antibiotik yang
Masih Sensitif 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Jumlah Antibiotik yang
Resisten 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Sensitivitas (%) 100 - - - - - 100 0 - -
Acinetobacter sp Sputum I I R
Acinetobacter sp Sputum I S
Klebsiela pneumonia Sputum
Pseudomonas aeroginosa Sputum R
Pseudomonas aeroginosa Sputum S R
Enterobacter aerogenik Sputum
60
Antibiotik
Nama kuman Spesimen Tigesiklin Kolistin Meropenem Imipenem Vankomisin Fosfomisin Sefepim Sefoperazon Sefpirom Doripenem
Acinetobacter baumanii
antitratus Sputum
Jumlah Antibiotik yang
Masih Sensitif 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Antibiotik yang
Resisten 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0
Sensitivitas (%) 100 100 50 0 - - 0 - - -
Enterococcus sp Urin R S S R
Enterococcus sp Urin
Enterococcus sp Urin S S S S S I
Escherichia coli Urin R
Klebsiela pneumonia Urin
Jumlah Antibiotik yang
Masih Sensitif 1 0 1 0 2 2 1 1 0 0
Jumlah Antibiotik yang
Resisten 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0
Sensitivitas (%) 100 - 50 - 100 100 33,33333 100 - -
61
Antibiotik
Nama kuman Spesimen Tigesiklin Kolistin Meropenem Imipenem Vankomisin Fosfomisin Sefepim Sefoperazon Sefpirom Doripenem
Enterococcus sp Tinja S R S R R
Jumlah Antibiotik yang
Masih Sensitif 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Jumlah Antibiotik yang
Resisten 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1
Sensitivitas (%) 100 0 - - 100 - - - 0 0
62
63
65
66
Descriptive Statistics
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Index Massa Tubuh 93 12.60 21.10 16.8032 .19549 .697 .250 -.424 .495
(kg/m2)
Persentase Lama 93 4.55 100.00 33.3185 2.64451 1.402 .250 1.530 .495
Perawatan
Biaya Uji Kultur 93 0 1100000 316397. 31728.155 .131 .250 -1.415 .495
85
Biaya Visit Dokter 93 200000 4400000 1066666 93567.462 1.863 .250 3.619 .495
.67
Biaya Antibiotik 93 1924 31900614 1372926 391784.743 6.282 .250 47.531 .495
.82
Biaya Perawatan 93 1050000 23100000 5600000 491229.174 1.863 .250 3.619 .495
.00
Total Biaya 93 1269941 56900614 8355991 871040.079 2.950 .250 12.148 .495
.33
Valid N (listwise) 93
67
68
69
70
71
72
73
Jenis Penyakit
Lama Rawat Penyerta
N 93 93
N 93 93
N 93 93
N 93 93
Analisis regresi logistik antara lama rawat dengan usia, jenis kelamin, BMI, dan
jenis penyakit penyerta
Logistic Regression
Case Processing Summary
a
Unweighted Cases N Percent
Missing Cases 0 .0
Total 93 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 93 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
74
1-11 hari 0
12-22 hari 1
Score df Sig.
Correlation Matrix
Score df Sig.
a
Step 2 Variables usiapasien 1.505 1 .220
Std.
N Range Minimum Maximum Mean Deviation Variance Skewness Kurtosis
Jenis Kelamin 93 1 0 1 .44 .052 .499 .249 .242 .250 -1.985 .495
Responden
Jenis Penyakit 93 1 0 1 .41 .051 .494 .244 .378 .250 -1.898 .495
Penyerta
Kategori Usia 93 2 1 3 1.85 .082 .793 .629 .277 .250 -1.355 .495
Pasien
Kategori BMI 93 1 0 1 .25 .045 .434 .188 1.191 .250 -.596 .495
Index Massa 93 8.50 12.60 21.10 16.803 .1954 1.88527 3.554 .697 .250 -.424 .495
Tubuh (kg/m2) 2 9
Valid N 93
(listwise)
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Cases
Jenis Rekomendasi
Wanita Count 19 22 41
Total Count 42 51 93
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 93
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,52.
Jenis Rekomendasi
Berat Count 16 22 38
Total Count 42 51 93
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 93
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,16.
Jenis Rekomendasi
12-17 Count 12 11 23
Total Count 42 51 93
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 93
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,39.
95% Confidence
Interval of the
Difference
Usia Equal variances .002 .967 -.622 91 .536 -.702 1.129 -2.944 1.540
Responden assumed
(tahun)
Equal variances not -.620 86.375 .537 -.702 1.133 -2.953 1.550
assumed
Index Equal variances .050 .823 -.279 91 .781 -.11008 .39481 -.89433 .67416
Massa assumed
Tubuh Equal variances not -.278 86.608 .782 -.11008 .39593 -.89708 .67691
(kg/m2) assumed
81
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 93
Total 93
Total 93
Total 93
Total 93
Test Statisticsa
Analisis Jenis Rekomendasi dengan Total Lama Rawat dan Total Biaya
NPar Tests
Descriptive Statistics
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 93
Test Statisticsa
Lama Rawat
Mann-Whitney U 882.000
Wilcoxon W 2208.000
Z -1.476
NPar Tests
Descriptive Statistics
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 93
83
a
Test Statistics
Total Biaya
Mann-Whitney U 990.000
Wilcoxon W 2316.000
Z -.625
Analisis Jenis Rekomendasi dengan Lama Rawat dan Total Biaya dengan Skala Kategorik
NPar Tests
Descriptive Statistics
Percentiles
Chi-Square Test
Frequencies
Jenis Rekomendasi
Total 93
Total 93
84
Total 93
Test Statistics
df 1 1 1
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Rekomendasi Count 40 11 51
Total Count 67 26 93
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 93
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,74.
Rekomendasi Count 49 2 51
Total Count 84 9 93
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 93
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,06.