Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak adalah suatu keadaan patologi lensa dimana lensa menjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa atau denauturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi
akibat gangguan metabolisme normal lensa yang timbul pada berbagai usia
tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih
berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan
telah memulai proses degenerasi.1
Fungsi lensa sendiri adalah untuk memfokuskan berkas cahaya ke retina,
sehingga pasien yang mengalami penyakit katarak akan mengalami pengaburan
penglihatan tanpa disertai nyeri.2
Menurut Sidarta ilyas katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan
berikut yaitu katarak perkembangan atau developmental dan degenerative,
katarak congenital, juvenile dan senile, katarak komplikata dan katarak
traumatik. Sedangkan menurut Nana wijana katarak hanya dibagi menjadi
katarak developmental dan katarak degeneratif.1,3
Angka kebutaan dan kesakitan mata di Indonesia masih tinggi. Survey
Kesehatan Indera tahun 1993 1996 menunjukkan 1,5% penduduk Indonesia
mengalami kebutaan disebabkan oleh katarak (52%). Katarak senilis
merupakan jenis katarak yang paling sering ditemukan. Menurut data Riskesdas
2007, prevalensi nasional kebutaan di Indonesia adalah sebesar 0,9% dengan
penyebab utama katarak. Dilaporkan pula bahwa telah terjadi peningkatan
prevalensi nasional kasus katarak (1,8%) dibandingkan dengan data SKRT
2001 (1,2%).4
Usia lanjut merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan
perkembangan katarak. Faktor risiko lain yang berhubungan dengan katarak
adalah riwayat keluarga dengan katarak, adanya diabetes mellitus, penggunaan
tembakau (rokok), dan paparan sinar matahari berkepanjangan.5

1
Pengobatan utama katarak pada saat ini adalah dengan operasi yaitu
ekstraksi linear, ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK), ekstrasksi katarak
intra kapsular (EKIK).6

1.2. Tujuan
Referat tentang Katarak ini dibuat dengan tujuan:
Menjelaskan mengenai katarak secara klinis ilmu kedokteran.
Menjadi bahan penjelasan untuk pengetahuan pasien katarak di RS.
Ahmad Mochtar Bukit Tinggi sehingga dapat dijadikan edukasi
kepada pasien.
Untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik stase mata.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan
Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular,
dimana penglihatan seperti tertutup air tejun. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.6

2.2 ANATOMI LENSA


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan
hampir transparan sempurna.Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.1
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus
cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi.Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula Zinnii,
yang menghubungkannya dengan korpus siliare.Zonula Zinnii merupakan suatu
ligamentum yang menahan lensa pada tempatnya, tersusun dari banyak fibril
dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa. Di sebelah
anterior lensa terdapat humor aquaeus, di sebelah posteriornya terdapat humor
vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeabel (sedikit lebih
permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan air dan
elektrolit masuk.2,4
Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Lensa akan
dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul
lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga
membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang
paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa.Di

3
dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa.Di bagian
luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai
korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut
korteks anterior, sedangkan di belakangnya disebut korteks posterior. Nukleus
lensa mempunyai konsistensi lebih keras di banding korteks lensa yang lebih
muda.6

Gambar.2.1 struktur lensa manusia.7

Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.


Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus terus
diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang
elastik. Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan
lamellae ini ujung ke ujung berbentuk Y bila dilihat dengan slitlamp.Bentuk Y
ini tegak di anterior dan terbalik di posterior.Masing-masing serat lamelar
mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas di
bagian perifer lensa di dekat ekuator dan bersambungan dengan lapisan epitel
subkapsul.2
Enam puluh lima persen terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan
protein tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.kandungan kalium lebih tinggi di lensa
dari pada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat

4
dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh
darah atau saraf dilensa.2

2.3 FISIOLOGI LENSA


Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil. Dalam posisi ini, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel akan terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang.Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi
lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama
fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda
dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.2
Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber
cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai
akomodasi.Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot
siliaris.Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan
koroid di sebelah anterior.Korpus siliaris memiliki dua komponen utama, yaitu
otot siliaris dan jaringan kapiler yang menghasilkan aqueous humor.Otot
siliaris adalah otot polos melingkar yang melekat ke lensa melalui ligamentum
suspensorium (zonula Zinnii).Ketika otot siliaris melemas, ligamentum
suspensorium tegang dan menarik lensa, sehingga lensa berbentuk gepeng
dengan kekuatan refraksi minimal.Ketika berkontraksi, garis tengah otot ini
berkurang dan tegangan di ligamentum suspensorium mengendur.Sewaktu
lensa kurang mendapat tarikan dari ligamentum suspensorium, lensa
mengambil bentuk yang lebih sferis (bulat) karena elastisitas
inherennya.Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin bulat), semakin
besar kekuatannya sehingga berkas-berkas cahaya lebih dibelokkan. Pada mata
normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi
otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung
dan lebih kuat untuk penglihatan dekat.2

5
Gambar.2.2 daya akomodasi lensa. 11

Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom.Serat-serat saraf


simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara
sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan
dekat.Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat-serat transparan.
Kadang-kadang serat-serat ini menjadi keruh (opak), sehingga berkas cahaya
tidak dapat menembusnya, suatu keadaan yang dikenal sebagai katarak.2
Seumur hidup hanya sel-sel ditepi luar lensa yang diganti.Sel-sel di
bagioan tengah lensa mengalami kesulitan ganda. Sel-sel tersebut tidak sengaja
merupakan sel yang tertua, tetapi juga terletak paling jauh dari aqueus humor ,
sumber nutrisi bagi lensa. Seiring dengan pertambahan usia sel-sel dibagian
tengah yang tidak dapat diganti ini mati dan menjadi kaku. Dengan
berkurangnya kelenturan lensa tidak lagi mampu mengambil bentuk spheris
yang diperlukan untuk akomodasi penglihatan dekat.2

6
2.4 GEJALA KLINIS
Katarak sering dibandingkan dengan melihat melalui kaca depan mobil
yang berkabut atau melalui lensa kamera kotor. gejala Katarak antara lain
1. perubahan visual, termasuk penglihatan kabur atau tajam penglihatan
mengalami penurunan,
2.
kesulitan melihat saat terang (sering akibat sinar matahari atau lampu
mobil saat mengemudi di malam hari)
3.
penglihatan warna menjadi kusam, rabun jauh meningkat disertai
perubahan yang sering pada resep kaca mata, dan kadang-kadang
penglihatan ganda pada satu mata.
4.
Beberapa orang melihat fenomena yang disebut pandangan kedua
dimana kemampuan baca seseorang bertambah sebagai hasil dari
rabun jauh yang meningkat
5.
Fenomena Halo, Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh
karena terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna oleh karena
meningkatnya kandungan air dalam lensa.6

2.5 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Lensa sebagian besar terbuat dari air danprotein .Protein tertentu dalam
lensa bertanggung jawab untuk menjaga kejernihan lensa. Selama bertahun-
tahun, struktur protein lensa akan berubah dan akhirnya menyebabkan
kekeruhan lensa secara bertahap. Kadang katarak dapat muncul pada saat lahir
atau pada anak usia dini sebagai akibat dari cacat enzim turun-temurun, dan
trauma parah pada mata, operasi mata, atau peradangan intraokular juga dapat
menyebabkan terbentuknya katarak. Faktor lain yang dapat menyebabkan
perkembangan katarak pada usia lebih dini meliputi paparan sinar ultraviolet
yang berlebihan,penderita diabetes, perokok, atau penggunaan obat-obatan
tertentu, seperti steroid. Obat lain yang juga dapat menyebabkan katarak yaitu
statin dan fenotiazin yang digunakan dalam jangka panjang.9
Metabolisme Lensa Normal, Transparansi lensa dipertahankan oleh
keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari
humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih

7
tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih
besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari
luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk
menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan
kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme
lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt
menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk
aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah
enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi
fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.2
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral.
Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan
densitas ini akibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua.Serat
lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral.
Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa.2
Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan
kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering
terjadi pada kedua mata.2

2.6 PEMBAGIAN KATARAK


2.6.1Katarak developmental
Kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat lensa dibentuk.Merupakan
kelainan congenital.Kekeruhan lensa sudah terdapat pada waktu bayi lahir.
Katarak congenital dianggap sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu yang menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis,
hipoparatiroidism, galaktosemi, atau ada pula yang menyertai kelainan pada
mata sendiri yang merupakan kelainan bawaan, seperti mikroftalmus, aniridia,
koloboma, keratokonus, ektopia lentis, megalokornea, heterokromia iris.3
Kekeruhan pada katarak kongenital jarang sekali mengakibatkan
keruhnya seluruh lensa.Letak keruhnya tergantung saat terjadinya gangguan
pada kehidupan janin, sesuai dengan perkembangan embriologik lensa. Bentuk

8
katarak kongenita memberikan kesan tentang perkembangan embriologik lensa,
juga saat terjadinya gangguan pada perkembangan tersebut.3
Kekeruhan pada katarak kongenita dapat dijumpai dalam berbagai bentuk:
a. Katarak Polaris anterior (katarak piramidalis anterior)
Katarak polar atau piramidalis anterior terjadi akibat gangguan
perkembangan lensa pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa. Pada saat ini
apabila ibu dengan kehamilan kurang dari 3 bulan mendapat infeksi virus,maka
amnionnya akan mengandung virus.1
Gambaran klinis yang akan terjadi ialah adanya keluhan ibu karena
anaknya mempunyai leukokoria. Pada pemeriksaan objektif akan terlihat
kekeruhan pada kornea dan terdapatnya jaringan fibrosis didalam bilik mata
depan yang menghubungkan kekeruhan kornea dengan lensa yang keruh.
Kekeruhan yang terlihat pada lensa yang terletak di polus anterior lensa dan
berbentuk piramid dengan puncak di dalam bilik mata depan. Kekeruhan lensa
pada katarak polar anterior ini tidak progresif.1,3
Pengobatan dilakukan bila kekeruhan mengakibatkan tidak terlihatnya
fundus okuli pada pemeriksaan fundus bayi tersebut. Tindakan bedah yang
dilakukan adalah disisio lentis atau suatu ekstrasi linear.3

Gambar 2.3 Katarak Polaris Anterior10

b. Katarak Polaris posterior (katarak piramidalis posterior)


Katarak ini terjadi akibat arteri hialoid yang menetap (persisten) pada
saat tidak dibutuhkan lagi oleh lensa untuk metabilismenya.1,3

9
Ibu bayi akan melihat adanya leukokoria pada mata tersebut. Pada
pemeriksaan akan terlihat kekeruhan di dataran belakang lensa. Bila dilakukan
pemeriksaan funduskopi akan terlihat serat sisa arteri hialoid yang
menghubugkan lensa bagian belakang dengan papil saraf optic. Adanya arteri
hialoid yang menetap ini dapat dilihat dengan pemeriksaan ultrasonografi.1,3
Bila fundus okuli masih terlihat, maka tidak perlu tindakan bedah pada
katarak polar posterior ini.Bila fundus okuli tidak tampak, maka dilakukan
tindakan bedah iridektomi optic atau bila mungkin dilakukan lensektomi.
Ekstraksi linear ataupun disisio lentis merupakan kontra indikasi karena akan
terjadi tarikan arteri hialoid dengan papil yang dapat dapat mengakibatkan
ablasi retina.3
c. Katarak aksialis
Kekeruhan terletak pada axis lensa. Gambaran klinis yang akan terjadi
ialah adanya keluhan ibu karena anaknya mempunyai leukokoria. Pada
pemeriksaan objektif akan terlihat kekeruhan pada kornea dan terdapatnya
jaringan fibrosis didalam bilik mata depan yang menghubungkan kekeruhan
kornea dengan lensa yang keruh. Kekeruhan yang terlihat pada lensa yang
terletak di polus anterior lensa dan berbentuk piramid dengan puncak di dalam
bilik mata depan. Kekeruhan lensa pada katarak polar anterior ini tidak
progresif.1,3
Pengobatan dilakukan bila kekeruhan mengakibatkan tidak terlihatnya
fundus okuli pada pemeriksaan fundus bayi tersebut. Tindakan bedah yang
dilakukan adalah disisio lentis atau suatu ekstrasi linear.1,3
d. Katarak zonularis
Mengenai daerah tertentu dan biasanya lebih padat.Tersusun sebagai
garis-garis yang mengelilingi bagian keruh disebut riders.Kekeruhannya berupa
cakram yang mengelilingi bagian tengah yang jernih, korteks diluarnya jernih
juga.Biasanya progresif tapi lambat. Visus sangat terganggu sehingga anak
tidak dapat lagi sekolah dan membaca, dan hanya dapat melihat hitung jari.1

10
Gambar 2.4 Katarak Zonular10

f. Katarak stelata
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat substansi lensa
bertemu membentuk huruf Y yang tegak di depan dan terbalik di belakang.
Biasanya tidak mengganggu visus dan tidak memerlukan pengobatan.1

g. Katarak totalis
Disebabkan oleh gangguan pertumbuhan atau akibat peradangan intra
uterin.Lensa tampak putih rata keabu-abuan seperti mutiara.Biasanya cair atau
lunak.
h. Katarak kongenita membranasea
Bila oleh suatu sebab terjadi kerusakan dari kapsul lensa sehingga
substansi dapat keluar dan diserap, maka lensa semakin tipis dan akhirnya
timbul kekeruhan seperti membrane.1

2.6.2 Katarak degenerative


a. Pembagian secara umum
- Katarak cair (fluid) umur kurang dari 1 tahun
- Katarak lunak (soft) umur 1- 35 tahun
- Katarak keras (hard) umur lebih dari 35 tahun

11
b. Katarak primer
Menurut pembagiannya terdapat 3 golongan, yaitu:
1. Katarak juvenile
Biasanya terjadi pada umur kurang dari 20 tahun, biasanya akibat dari
kelanjutan katarak congenital yang semakin nyata, penyulit penyakit lain
ataupun katarak komplikata yang dapat terjadi akibat penyakit local (uveitis
anterior, glukoma, ablasia retina, myopia tinggi, ftsis bulbi) dan penyakit
sistemik (DM, hipoparatiroid, miotonia dstrofi) dan trauma tumpul.3
2. Katarak presenil
Biasanya terjadi pada umur sampai 50 tahun.
3. Katarak senile
Biasanya terjadi pada umur lebih dari 50 tahun, katarak senile terjadi
degenerasi lensa pada proses penuaan dan penglihatan akan turun secara
berangsur-angsur.3
Jenis katarak primer ini dibagi dalam 4 stadium, yaitu; stadium
insipient, imatur, matur dan hipermatur.
Katarak insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal sebagai berikut : kekeruhan mulai
dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior(katarak
kortikal). Vakuol mulai terlihat dalam korteks .Katarak subkapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara
serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada
katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang
menetap untuk waktu yang lama.6

12
Gambar 2.5. Katarak Insipien10
Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak.Katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga
terjadi glaukoma sekunder.6

Gambar 2.5 katarak imatur

Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa
.Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar
sehingga lensa kembali pada ukuran normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh
lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan

13
akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada
lensa yang keruh sehingga uji bayangan iris negatif.6

Gambar 2.6 Katarak Matur10

Katarak hipermatur
Katarak hipermatur katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenrasi
keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil berwarna kuning dan
kering.Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa.Kadang-kadang pengerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
Zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan
kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar,
maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat,
keadaan ini disebut katarak Morgagni.4

Gambar 2.7 katarak hipermatur10

14
4. Katarak komplikata
Jenis katarak ini terjadi secara sekunder atau sebagai penyulit dari penyakit
lain. Penyebabnya penyakit lokal dimata Penyakit sistemik, mengenai seluruh
badan, terutama penyakit endokrin Trauma Fisik, radiasi Mekanis pasca bedah,
kecelakaan Kimia zat toksis

2.7 PEMERIKSAAN
a. Menggunakan lampu celah ( slit-lamp)
Dapat mengetahui secara detail kelainan pada adneksa mata, kornea,
bilik mata depan, iris, lensa dan badan kaca bagian depan. Dengan
menggunakan alat tambahan three mirror goniolens dapat dilihat lebih detail
sudut bilik mata depan, papil saraf mata, regiomakula, retina sampai dengan
retina perifer.1,2,6
b. Tonografi
Dapat mengetahui secara rinci kelainan pada adneksa mata, kornea,
bilik mata depan, iris, lensa dan badan kaca bagian depan. Dengan
menggunakan alat tambahan three mirror goniolens dapat dilihat lebih detail
sudut bilik mata depan, papil saraf mata, regiomakula, retina samapi dengan
retina perifer.1,2,6
c. Oftalmoskopi
Adalah pemeriksaan untuk melihat bagian dalam mata atau fundus
okuli. Ada 2 jenis oftalmoskopi yaitu Direk dan Indirek .1,2.6
dUltrasonografi
Untuk mengetahui adanya kekeruhan pada segmen posterior bola mata
dan dapat diketahui tingkat kekeruhannya.1,2,6
c. Biometri
Adalah bertujuan untuk mengetahui kekuatan lensa intraocular yang
dipersiapkan dalam rangka opersi katarak. Terdiri dari 2 macam pemeriksaan
yaituKeratometri dan panjang aksial bola mata.1,2,6

15
d. Retinometri
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat fungsi retina pada keadaan-
keadaan dimana terdapat kekeruhan media. Pada umunya digunakan untuk
meramalkan keberhasilan operasi katarak.1,2,6
e. Elektro retinopati
Digunakan untuk menilai kerusakan luas pada retina. Pemeriksaan ini
berdasarkan pada timbulnya gelombang listrik statis bila retina terpapar sinar
akan terjadi perbedaan potensial listrik antara elektroda yang diletakan dilensa
kontak dan kornea dengan elektroda yang diletakkan di dahi.1.2,
2.8 PENATALAKSANAAN
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa
yang katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa
bersama dengan kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu mengeluerkan isi lensa
(kortek dan nucleus) melalui kapsul anterior yang dirobek dengan
meninggalkan kapsul posterior. Tindakan bedah ini dianggap lebih baik
sekarang karena mengurangi beberapa penyulit.6
a. Operasi katarak ekstrakapsular, atau Ekstraksi katarak ekstra kapsular
(EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
Termasuk ke dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi.6
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi sekunder lensa intra
okular, kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma, mata dengan
predisposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami
ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk
mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder.6

16
b. Operasi katarak intrakapsular, atau Ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.Dapat
dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus.
Pada katarak ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Pembedahan ini
dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus
sehingga penyulit tidak banyak seperti sebelumnya.6
Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada
pembedahan ini astigmat, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.6

c. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah penemuan terbaru pada ekstraksi
ekstravascular, teknik yang paling modern.Hanya diperlukan sayatan yang
sangat kecil yaitu 2-3 mm disisi kornea. Lensa akan dihancurkan menjadi
kepingan halus dengan getaran ultrasonic kemudian diaspirasi menggunakan
alat yang sama juga memberikan irigasi continue. Lensa akan diganti dengan
IOL yang dapat dilipat atau dipilin dan dimasukan melalui sayatan kecil tadi
yang dapat pulih dengan sendirinya tanpa jahitan sehingga waktu penyembuhan
lebih pendek dan penurunan insiden astigmatisma pasca operasi sehingga
pasien dapat beraktivitas normal dengan cepat. Waktu pembedahan kurang
lebih sekitar 30 menit.9

d. Lensa Intraocular
Lebih dari 90% dari semua operasi katarak di Amerika Serikat-atau
lebih dari 1 juta per tahun-diikuti dengan implantasi lensa intraokuler.
Membaiknya teknik bedah dan implant lensa yang semakin baik memerankan
peranan yang besar dalam kemajuan ini. Akan tetapi, perangsang utamanya
adalah kerugian yang ditimbulkan oleh kacamata afakia, antara lain
pembesaran bayangan, aberasi sferik, lapangan pandang terbatas, dan tidak ada
kemungkinan menggunakan lensa binokuler bila mata lainnya fakik. Sekitar

17
90% implant berada di kamera posterior dan 10% di kamera anterior. Ada
banyak jenis lensa, tetapi semuanya terdiri dari dua bagian dasar: optik sferis
biasanya dibuat dari polimetilmetakrilat; dan footplates atau haptik untuk
menahan lensa pada posisinya.2
Lensa kamera posterior umumnya digunakan pada prosedur
ekstrakapsular. Kombinasi ini lebih disukai daripada lensa kamera anterior
karena insidensi komplikasi yang mengganggu pandangan lebih kecil, seperti
hyphema, glaukoma sekunder, edema makula, blok pupil. Insidensi kerusakan
endotel kornea dan keratopati bulosa pseudofakik pada pasien dengan lensa
kamera posterior juga lebih kecil. Akan tetapi, jenis lensa kamera anterior yang
lebih baru sudah menurunkan komplikasi-komplikasi ini. Lensa kamera
anterior digunakan untuk pasien-pasien yang menjalani bedah intrakapsular
atau kalau kapsul posterior sudah ruptur tanpa sengaja pada saat pembedahan
ekstrakapsular.2
Kontraindikasi untuk implantasi lensa intraokular antara lain uveitis
berulang, retinopati diabetik proliferatif, rubeosis iridis, dan glaukoma
neovaskular. Pasien dengan glaukoma sudut terbuka dan hipertensi okuler
dapat menerima lensa intraokuler, tetapi lensa kamera posterior lebih disukai.
Usia dianggap merupakan kontraindikasi relatif, tetapi semakin muda saja,
pasien yang menerima lensa intraokuler setiap tahunnya.2
Sebagai ganti lensa intraokuler adalah lensa kontak, tetapi banyak
pasien lanjut usia tidak dapat menerima atau memasangnya dengan mudah.
Pada keadaan tertentu, kalau tidak dapat digunakan lensa intraokuler atau lensa
kontak, dapat dipakai kacamata afakia.2

e. Perawatan Pasca Operasi


Kalau digunakan teknik insisi-kecil, masa penyembuhan pasca-operasi
biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari operasi itu
juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari
peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan. Matanya
dapat dibalut selama beberapa hari, tetapi kalau matanya terasa nyaman,
balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca-operasi dan matanya dilindungi

18
kacamata atau dengan pelindung seharian. Pelindung pada malam hari dengan
pelindung logam diperlukan selama beberapa minggu. Kacamata sementara
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi pasien biasanya melihat
dengan cukup baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen (biasanya disediakan setelah 6-8 minggu setelah operasi).2

2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul biasa disebabkan oleh pembedahan, seperti :
a. Hilangnya vitreus
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel
vitreus dapat masuk ke dalam bilik anterior yang merupakan resiko terjadinya
glaukoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan
dengan satu instrumen yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (vitreus).
Pemasangan lensa intraokuler sesegera mungkin tidak dapat dilakukan pada
kondisi ini.11
b. Prolaps iris
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan sesegera dengan
pembedahan.11
c. Endoftalmitis
Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun jarang terjadi
(kurang dari 0,3 %). Pasien datang dengan : 11
Mata merah yang nyeri;
Penurunan tajam penglihatan, biasanya dalam beberapa hari setelah
pembedahan;
Pengumpulan sel darah putih di bilik anterior (hipopion).
d. Astigmatisme Pasca Operasi
Mungkin dibutuhkan pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi
astigmatisma kornea ini. Ini dilakukan sebelum pengukuran kacamata baru
namun setelah luka insisi sembuh dan obat steroid tetes dihentikan.
Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada garis jahitan jika jahitan

19
terlalu erat. Pengangkatan jahitan biasanya menyelesaikan masalah ini dan bisa
dilakukan dengan mudah di klinik dengan anastesi lokal, dengan pasien duduk
di depan slit lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi
namun diperlukan penjahitan kembali jika penyembuhan lokasi insisi tidak
sempurna. Fekoemulsifikasi tanpa jahitan melalui insisi yang kecil
menghindarkan komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka memungkinkan
koreksi astigmatisme yang ada sebelumnya.11
e. Edema makular sistoid
Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai
hilangnya vitreus. Dapat sembuh seiring waktu namun dapat menyebabkan
penurunan tajam penglihatan yang berat.11
f. Ablasio retina
Teknik-teknik modern dalam ekstraksi katarak dihubungkan dengan
rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila terjadi
kehilangan vitreus.11

2.10 PROGNOSIS
Katarak terkait usia biasanya berjalan lambat selama bertahun-tahun,
dan pasien kemungkinan meninggal sebelum dibutuhkan tindakan operasi. Jika
terdapat indikasi operasi, ekstraksi lensa akan memperbaiki ketajaman
penglihatan pada lebih dari 90% kasus; sisanya mungkin telah disertai dengan
kerusakan retina atau mengalami komplikasi pascabedah yang lebih serius
sehingga mencegah perbaikan visus yang signifikan, mis. glaukoma, ablatio
retina, perdarahan intraokular, atau infeksi.2

20
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. N
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : petani
Tempat tinggal : Bukittinggi
Tanggal pemeriksaan : 29 maret 2017

3.2 Anamnesa
Keluhan Utama: Penglihatan kabur pada mata kanan sejak 3 bulan
sebelum ke Poliklinik.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien datang ke poli mata dengan keluhan utama penglihatan
kabur pada mata kanan sejak 3 bulan sebelum ke poliklinik.
Kabur dirasakan secara perlahan-lahan sejak 4 tahun yang lalu
namun semakin lama semakin memberat.
- Pada awalnya penglihatan hanya kabur pada keadaan melihat
benda jauh, namun semakin memberat sehingga pasien tidak
bisa untuk membaca.
- Pasien merasa penglihatannya berkabut. Pasien merasakan mata
kanannya terkadang terasa sakit dan merasa tidak nyaman pada
mata kanannya.
- Pasien juga mengeluhkan penglihatan silau jika melihat
cahaya/lampu.
- Pasien juga merasakan mata kiri terasa kabur, namun
keluhannya tidak berat seperti mata kanan. Keluhan mata merah
disangkal dan keluhan mual dan muntah disangkal.

21
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan yang sama 4
tahun yang lalu ( 2013)
- Riwayat hipertensi (+) ada sejak 8 tahun yang lalu , tekanan
darah tertinggi 180/90 mmHg. Pasien rutin minum obat anti
hipertensi
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat trauma disangkal.
- Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa
dengan pasien.

3.3 Status Oftalmologi, Diagnosa dan Terapi


o Tanggal 29 Maret 2017

Pemeriksaan OD OS
Visus :
- Non
20/60 20/100
Corected
- Corrected
Pin Hole Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks Fundus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Silia/Supersilia: Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan


- Madarosis
- Trikiasis
- Krusta/skuama
- Distikhiasis

22
Palpebra Superior: Tidak ada kelainan Tidak ada kelaianan
- Ptosis /
pseudoptosis
- Ephikantus
- Hordeolum
- Kalazion
- Abses
- Tumor
- Xanthelasma
- Nevus
- Edema
- Blefarokalasis
- Enteropion
- Ekteropion
Palpebra Inferior : Tidak ada kelaian Tidak ada kelainan
- Hordeolum
- Kalazion
- Abses
- Tumor
- Edema
- Blefaritis
- Enteropion
- Ekteropion
- Nevus
- Meibomitis
Aparat Lakrimalis: Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Hiperlakrimasi
- Obstruksi
- Epifora
- Dakriosistitis
- Dakriostenosis
Konjungtiva Tidak ada kelaianan Tidak ada kelainan

23
Tarsalis :
- Folikel
- Papil
- Lithiasis
- Hiperemis
- Sikatrik
- Membran
- Pseudomembran
Konjungtiva Bulbi : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Injeksi
Konjungtiva
- Pingekuela
- Pterygeum

- Kemosis
- Perdarahan sub
konjungtiva
Sklera :
Putih Putih
- Warna
Kornea : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

- Infiltrat
- Sikatrik
- Ulkus
- Edema
- Neovaskularisasi
- Injeksi silier
- Arkus Kornea
COA : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
-Kedalaman
- Flare

24
- Hipopion
- Hifema
- Pigmen
Iris : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Warna
- Rugae
- Atropi Iris
- Coloboma
- Sinekia
Pupil :
Bulat Bulat
- Bentuk
- Refleks pupil Tidak ada Normal
langsung
- Reflek pupil tak Tidak ada Normal
langsung
Lensa :
Keruh, menutupi sebagian Normal
-Bening/keruh
lensa
- Kelainan letak Normal Normal

Korpus Vitreus Jernih Jernih

Funduskopi : Tidak dilakukan Tidak dilakukan


- Media
- Papil N.Optikus:
- Warna
- Batas
- Cup/disk
- Pembuluh darah :
- Aa : Vv
- Retina Perifer :
- Perdarahan
- Eksudat
- Pigmentasi

25
- Sikatrik
- Makula :
- Refleks

Tekanan Bulbus Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Okuli / TIO

Gerakan Bulbus Bebas Bebas


Okuli

Posisi Bulbus Okuli Sentral Sentral

3.4. Diagnosis
Katarak Imatur OD

3.5. TATALAKSANA
Terapi Non Medikamentosa
- Menjelaskan kepada pasien kondisi yang terjadi pada matanya,
serta menjelaskan mengapa penglihatan mata kanannya kabur
- Menjelaskan kepada pasien bahwa diperlukan operasi katarak.
- Menjelaskan kepada pasien mengenai dampak negatif jika tidak
dilakukan operasi.
Terapi Medikamentosa
- Koreksi dengan lensa negative sferis 1.75 OS dan koreksi
dengan lensa positif 3.00 OD
- Floxa Eye drop 5 ml diteteskan 6 x 1 / hari

26
3.6 Prognosis
- Ad Vitam : Bonam

- Ad Functionam : Bonam

- Ad Sanationam : Bonam

27
BAB IV

ANALISA KASUS

Pasien datang ke poli mata dengan keluhan utama penglihatan kabur pada mata
kanan sejak 3 bulan sebelum ke poliklinik. Kabur dirasakan secara perlahan-
lahan sejak 4 tahun yang lalu namun semakin lama semakin memberat.
Ini menandakan katarak bersifat progresif semakin lama penglihatan pasien
semakin kabur , ini disebabkan oleh kekeruhan lensa yang dapat menurunkan
ketajaman penglihatan.

Pada awalnya penglihatan hanya kabur pada keadaan melihat benda jauh,

namun semakin memberat sehingga pasien tidak bisa untuk membaca.

Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa,

yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang.Umumnya,

pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat

oleh karena meningkatnya miopia akibat peningkatan kekuatan refraktif

lensa nuklear sklerotik.

Pasien juga mengeluhkan penglihatan silau jika melihat cahaya/lampu. ini ini
disebabkan oleh sumber cahaya yang diletakkan di dalam lapang pandangan
pasien. Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang, sering
dijumpai pada stadium awal katarak.

Pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan yang sama 4 tahun yang lalu (
2013). Ini menandakan bahwa katarak seniol yang muncul setelah usia 50 tahun

28
Riwayat hipertensi (+) ada sejak 8 tahun yang lalu , tekanan darah tertinggi
180/90 mmHg. Pasien rutin minum obat anti hipertensi. Riwayat hipertensi
perlu ditanyakan untuk menghilangkan kemungkinan diagnose retinopati
hipertensi

Riwayat DM disangkal
Pada katarak sebaiknya disingkirkan penyakit mata lokal dan sistemik seperti
diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata.

Riwayat trauma disangkal. Ini perlu ditanyakan untuk mengilangkan penyebab


katarak akibat trauma pada mata.

Status Opthamology

Didapatkan visus OD 20/60 dan OS 20/100 Koreksi dengan lensa negative


sferis 1.75 OS dan koreksi dengan lensa positif 3.00 OD
Pada katarak bisa terjadi fenomena myopia dikasu ini OS sehingga diberikan
lensa sferis -1.75 untuk mendapatkan tajam penglihatan yang terbaik dan pada
OD terjadi fenomena hipermetropia bisa diberikan lensa terbesar + 3.00 untuk
mendapatkan tajam penglihatan yang maksimal.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Wijana N. Ilmu Penyakit Mata cetakan ke 6. Jakarta : Abdi Tegal. 1993.


Hal 190-195,197,200

2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan P. Oftalmologi Umum Ed. 14. Jakarta:


Widya Medika. 2000. Hal 9-11;175-83.
3. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI. 1998. Hal.
84,85,87,90.
4. Departemen Kesehatan. Gangguan Kesehatan Masih Menjadi Masalah
Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010
5. Dahi AA. Cataracts Risk Factors. Diunduh dari
www.medicine/cataract/pages.htm. Di akses tanggal 29 maret 2017
6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
2009. Hal. 210- 222
7. Joan E.R. Photobiology of Human Lens. Fordham Univercity. New
York City.
8. Daya Akomodasi Lensa. Diunduh dari www.naturaleyesightcentre.com
9. Paime AD. Cataract. Diunduh dari : www.emedicine.com pada tanggal
29 maret 2017
10. Caccamise CW. Cataract. University of Lowa Health Care
Opthalmology and Visual Science. 2008. Di unduh dari
www.webeye.ophth.uiowa.edu/eye.round.org pada tanggal 29 maret
2017.
11. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Ophtalmology. Ed 9. Jakarta
: Penerbit Erlangga. 2006. Hal 79 83.

30

Anda mungkin juga menyukai