PENDAHULUAN
Trauma okuli merupakan cedera yang terjadi pada mata yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga
orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga dapat menganggu fungsi
mata sebagai indra penglihat. Trauma okuli merupakan penyebab tersering
kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda, karena kelompok usia inilah
yang sering mengalami trauma okuli yang parah. Penyebabnya dapat bermacam-
macam diantaranya kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga dan
kecelakaan lalu lintas. Kejadian trauma okuli dialami oleh pria 3 sampai 5 kali
lebih banyak daripada wanita (Asbury, 2000).
Data WHO menyebutkan bahwa trauma okuli berakibat kebutaan unilateral
sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral dan 1,6 juta
mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut United States Eye
Injury Registry (USEJR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16% dan
meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-
laki (93%) dengan umur rata-rata 31 tahun. Prevalensi kebutaan akibat trauma
okuli secara nasional belum diketahui dengan pasti, namun pada Survey
Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran pada tahun 1993-1995 didapatkan
bahwa trauma okuli dimasukkan ke dalam penyebab kebutaan lain-lain sebesar
0,15% dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,5%. Trauma okuli juga
tidak termasuk ke dalam 10 besar penyakit mata yang menyebabkan kebutaan
(Depkes RI, 1998).
Secara umum trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli perforans
dan trauma okuli non perforans. Sedangkan klasifikasi trauma okuli berdasarkan
mekanisme truma terbagi atas trauma mekanik (truma tumpul dan truma tajam),
trauma radiasi (sinar inframerah, sinar ultraviolet dan sinar-x) dan truma kimia
(bahan asan dan basa) (Ilyas, 2012).
Penegakan diagnosis truma okuli sama pada umumnya yaitu dimulai dari
anmnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis harus
mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera.
Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau timbul
mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing introkular apabila terdapat riwayat
memalu, mengasah atau ledakan (Eva, 2012).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Trauma okuli adalah tindakan sengaja maupun tidak yang
menimbulkan perlukaan mata atau cedera yang terjadi pada mata yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopakmata, saraf mata,
dan rongga orbita. Kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga
mengganggu fungsi mata sebagai indra penglihat. Trauma mata
merupakan kasus gawat darurat mata, Perlukaan yang ditimbulkan dapat
ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata
(Asbury, 2009).
Trauma mata merupakan kerusakan pada bola mata dan kelopak,
saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan pada mata dapat mengakibatkan
atau memberikan penyulit sehingga menggangu fungsi penglihatan
(Ilyas,2008). Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang
menimbulkan perlukaan mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan
sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.
Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut :
1. Trauma tumpul
2. Trauma tembus
3. Tauma kimia
4. Trauma radiasi
2. Trauma Kimia
Trauma kimia asam
Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma
kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang
disebabkan zat kimia bersifat asam dengan pH < 7.
Trauma kimiawi biasanya disebabkan akibat bahan-bahan
yang tersemprot atau terpercik pada wajah.
- Bahan kimia asam
Asam sulfat, sulfurous acid, asam hidroklorida, asam
nitrat, asam asetat, asam kromat, danasam
hidroflorida.
- Ledakan
Baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam
sulfat,mungkin merupakan penyebab tersering dari
luka bakar kimiawi
- Asam
Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan
penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan
pembersih yang kuat. Industri (pembersih dinding,
glass etching (pengukiran pada kaca dengan cairan
kimia), electropolishing, dan penyamakan kulit.,
fermentasi pada pengolahan bir). Dapat juga berupa
gas dan cairan.
Patofisiologi
Penatalaksanaan
- Irigasi jaringan yang terkena secepat-cepatnya, selama
mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan
yang mengakibatkan trauma.
Irigasi dapat dilakukan dengan garam fisiologi atau air
bersih lainnya paling sedikit 15-30 menit. Anestesi
topikal (blefarospasme berat)
- Penetralisir ---> natrium bikarbonat 3%.
- Antibiotik---> bila perlu
- Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali,
sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu
Penatalaksanaan
Irigasi dengan garam fisiologik selama mngkn (2000
ml selama 30 menit)
Pemeriksaan kertas lakmus.
Bila penyebab CaOH -----> diberi EDTA (bereaksi
dengan basa pada jaringan)
Antibiotik -----> mencegah infeksi.
Siklopegi -----> mengistirahatkan irir, mengatasi iritis.
Anti glaucoma -----> mencegah glaukoma sekunder.
Steroid (7 hari pertama) -----> anti inflmasi.
Kolagenase inhibitor (sistein, 1 minggu) -----
> menghilangi efek kolagenase.
Vitamin C -----> membentuk jaringan kolagen.
Bebat (perban) pada mata, lensa kontak lembek dan
tetes air mata buatan.
Operasi keratoplasti -----> bila kekeruhan kornea
sangat mengganggu penglihatan